Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERWATAN SISTEM NEUROBAHAVIOR

PADA PASIEN DENGAN EPILEPSI

Disusun Oleh:

Kelas 3B

Lelik Agustrianti 11.0700.S

Rizky Metiyas Tuti 11.0739.S

STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2013/2014

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Epilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak yang
ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang. Dapat berkaitan dengan
kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus atau gerakan
otot, dan gangguan prilaku suasana hati, sensasi dan persepsi (Brunner dan suddarth,
2000).
Kejang adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang besifat
sementara. Istilah epilepsy biasanya merupakan suatu kelaianan yang bersifat kronik
yang timbul sebagai suatu bentuk kejang berulang (Hudak dan Gallo, 1996).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala
yang datang dalam serangan – serangan,berulang-ulang yang disebabkan lepas
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak yang bersifat reversible dengan berbagai
etiologi.Serangan adalah suatau gejala yang timbulnya tiba-tiba dan menghilang
secara tiba-tiba pula.
B. Klasifikasi.
1. Epilepsi Umum.
a) Grand mal.
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik
yang berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian
dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand
mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.
b) Petit mal.
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar
atau penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama
waktu serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti
sentakan (twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan
mata.

2
c) Epilepsi Jenis Focal / Parsial.

Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regio
setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam
pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi
organik setempat atau adanya kelainan fungsional.

2. Epilepsi Primer (Idiopatik)


Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak
ditemukan kelainan pada jaringan otak diduga bahwa terdapat kelainan atau
gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak
yang abnormal. Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui
(Idiopatik). Sering terjadi pada:
- Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
- Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
- Keracunan CO, intoksikasi obat/alcohol
- Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia,
hiponatremia)
- Tumor Otak
- Kelainan pembuluh darah

(Tarwoto, 2007)

3. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)


Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada
jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau
adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau
pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau
sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikemi,
fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus
alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma.
Penyebab step / childhood epilepsi / epilepsi anak-anak:

- fever / panas
- genetic causes / faktor genetik

3
- head injury / luka di kepala.
- infections of the brain and its coverings / Radang atau infeksi
pada otak dan selaput otak
- lack of oxygen to the brain/ kekurangan oksigen, terutama saat
proses kelahiran.
- hydrocephalus/pembesaran ukuran kepala (excess water in the
brain cavities)
- disorders of brain development / gangguan perkembangan otak.
C. Klasifikasi Kejang
a. Kejang Mioklonik
Pada kejang mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat
kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang.
Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur.
b. Kejang Klonik
Pada kejang ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam,
lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama
sekali pada anak.
c. Kejang Tonik

Pada kejang ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku
pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai.
kejang ini juga terjadi pada anak.

d. Kejang Tonik-Klonik
kejang ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan nama
grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang
mendahului suatu kejang. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh
badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-kira ¼ – ½ menit diikutti kejang
kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan
napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika
kejang meningkat, mulut menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin
pula pasien kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien
tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih
rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah,
nyeri kepala.

4
e. Kejang atonik.
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga
pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Sawan ini
terutama sekali dijumpai pada anak.

D. Etiologi.

a. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu


menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi,
minum alcohol, atau mengalami cidera.
b. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang
mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.
c. Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak
d. Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada
anak-anak.
e. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak
f. Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak
g. Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (fku), sclerosis tuberose dan
neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.
h. Kecendrungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena
ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada
anak
E. Patofisiologi
Secara umum, epilepsi terjadi karena menurunnya potensial membran sel saraf
akibat proses patologik dalam otak, gaya mekanik atau tosik, yang selanjutnya
menyebabkan terlepasnya muatan listrik dari sel saraf tersebut. Penimbunan
acetilkolin setempat harus mencapai konsentrasi tertentu untuk dapat merendahkan
potensial membran sehingga lepas muatan listrik dapat terjadi.
Pada epilepsi (diopatik, tipe grand mal, secara primer muatan listrik
dilepaskan oleh nuklea intralaminares talami. Input dari vortex selebri melalui
lintasan aferen aspesifik itu menentukan dengan kesadaran bila mana sama sekali
tidak ada input maka timbulah koma.
Pada grand mal, oleh karena sebab yang belum dapat dipastikan, terjadilah
lepas muatan listrik dari inti-inti intralaminan talamik secara berlebihan.

5
Perangsanagn talamortikalyang berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan
sekaligus menghalangi sel-sel saraf yang memelihara kesadaran menerima imfulse
aferen dari dunia luar sehingga kesadaran hilang
F. Gejala Epilepsi
1) Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena

Sisi otak yg terkena Gejala

Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu

Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya

Lobus parietalis Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu

Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang


Lobus temporalis kompleks
misalnya berjalan berputar-putar

Lobus temporalis anterior Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium

Lobus temporalis anterior Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg


sebelah dalam tidak menyenangkan

2) Gejala umum :
- Tonik : kontraksi otot, tungkai dan siku fleksi, leher dan punggung
melengkung, jeritan epilepsi (aura).20 – 60 detik.
- Klonik : spasmus flexi berseling relaksasi, hypertensi, midriasis,
takikardi, hyperhidrosis, hypersalivasi.40 detik.
- Pasca Serangan : aktivitas otot terhenti, klien sadar kembali, lesu, nyeri
otot dan sakit kepala, klien tertidur 1-2 jam.
- Sederhana : tidak terdapat gangguan kesadaran.
- Komplex : gangguan kesadaran.
G. Pathways

6
H. Manifestasi klinis
Epilepsy (ILAE) tahun 1981, klasifikasi epilepsi sebagai bnerikut :
- Sawan Parsial (Fokal, lokal)
 Sawan Parsial Sederhana, sawan parsial dengan kesadaran tetap
normal
 Dengan gejala motorik
 Fokal motorik tidak menjalar ; sawan terbatas pada satu
bagian tubuh.
 Fokal motorik menjalar : sawan dimulai dari bagian tubuh
dan menjalar meluas kedaerah lain.
 Dengan gejala somatosensoris : sawan disertai halusinasi
sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan
yang disertai vertigi.
 Somatosensoris : timbul rasa kesemutan atau seperti
ditusuk-tusuk jarum.
 Visual : terlihat cahaya
 Diserti Vertigo
 Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (Sensasi
efigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi
pupil)

7
 Dengan gejala psikis
 Disfasia    : gangguan bicara misalnya mengulang
suku      kata, kata atau bagian klimat.
 Disemnesia ; gangguan proses ingatan misalnya
seperti sudah mengalkami, mendengar, melihat atau
sebaliknya tidak pernah mengalami
 Kognitif : gangguan orientasi waktu, meras diri
berubnah
 Apektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut
 Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak
lebih kecil atau lebih besar
 Halusinasi : mendengar ada yang bicara, musik,
melihat suatu penomena tertentu dan lain-lain
- Sawan Parsial Kompleks (disertai gangguan kesadaran)
 Serangan Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran : keasadaran
mula-mula baik kemudian menurun
 Dengan gejala parsial sederhana
 Dengan automatisme, yaitu gerakan-gerakan, prilaku yang
timbul dengan sendirinya
 Dengan penurunan kesadaran sejak serangan, kesadaran menurun sejak
permulaan serangan.
 Hanya dengan penurunan kesadaran
 Dengan automatisme
- Sawan Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (Tonik klonik,
tonik, klonik)
1. Sawan parsial sederhana yang berkembang menjasdi bangkitan umum
2. Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi nbangkitan umum
3. Sawan parsial sedrhan yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu
berkembang menjadi bangkitan umum.
4. Sawan Umum (Konvulsif atau nonkonvulsif)

II. Sawan Umum


8
A. Sawan Lena (Absance)
    Pada sawan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak
membengong, bola mata dapat memutar keatas, tidak ada reaksi bila diajak
bicara.
1. Lena Tak Khas
    Dapat disertai,
a. Gangguan tonus yang lebih jelas
b. Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak
I. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pungsi Lumbar
Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang
ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi.

Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan
kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang
telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi,
karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk
dilakukan.
b. EEG (elektroensefalogram)
merupakan pemeriksaan yang mengukur aktivitas listrik di dalam
otak.Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memiliki resiko.
Elektroda ditempelkan pada kulit kepala untuk mengukur impuls listrik di
dalam otak.
c. EKG (elektrokardiogram)
dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung sebagai
akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan
seseorang mengalami pingsan.
d. Pemeriksaan CT scan dan MRI
dilakukan untuk menilai adanya tumor atau kanker otak, stroke,
jaringan parut dan kerusakan karena cedera kepala.
e. Pemeriksaan laboratorium :

9
Pemeriksaan darah rutin, darah tepi dan lainnya sesuai indikasi
misalnya kadar gula darah, elektrolit. Pemeriksaan cairan serebrospinalis (bila
perlu) untuk mengetahui tekanan, warna, kejernihan, perdarahan, jumlah sel,
hitung jenis sel, kadar protein, gula NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi.
f. Pemeriksaan radiologis :
Foto tengkorak untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak, destruksi tulang,
kalsifikasi intrakranium yang abnormal, tanda peninggian TIK seperti
pelebaran sutura, erosi sela tursika dan sebagainya.
g. Arteriografi
untuk mengetahui pembuluh darah di otak : anomali pembuluh darah otak,
penyumbatan, neoplasma / hematome/ abses.
J. Penatalaksanaan
Penatalaksaan epilepsy direncanakan sesuai dengan program jangka panjang dan
dibuat untuk memenuhi kebutuhan khusus masing-masing klien.Tujuan dari
pengobatan adalah untuk menghentikan kejang sesegera mungkin, untuk menjamin
oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk mempertahankan klien dalam status
bebas kejang.

K. Pencegahan pada Epilepsi


Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk
pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan
obat antikonvulsi yang digunakan sepanjang kehamilan. Cedera kepala merupakan
salah satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi
keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat
hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala.
Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang
sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi) harus di
identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera
akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan
persalinan.
Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan
program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan
secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana
pencegahan ini.
10
L. Pengobatan
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat
antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat
dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan
minum obat (compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti
pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan
tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah
cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan
selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering
dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek sama sekali.
Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika
terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau
bahkan keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari. Kondisi
yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya.
M. Komplikasi
 Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat
kejang yang berulang.
 Dapat timbul depresi dan keadaan cemas
( Elizabeth, 2001 : 174 ) 

11
ASKEP TEORI

1. DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN.


a. ISTIRAHAT & AKTIVITAS
Gejala : Keletihan, kelemahan umum.
Keterbatasan dalam aktivitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri /
orang terdekat
Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot.
Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot.
b. SIRKULASI
Gejala : Iktal : Hypertensi, peningkatan nadi, sianosis.
Postiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan.
c. INTEGRITAS EGO
Gejala : Stressor eksternal / internal yang berhubungan dengan keadaan dan /
atau penanganan.
Peka rangsang; perasaan tidak ada harapan / tidak berdaya. Perubahan dalam
berhubungan.
Tanda : Pelebaran rentang respons emosional.
d. ELIMINASI
Gejala : Inkontinensia episodik.
Tanda : Iktal : peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.
Postiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik urine /
fekal).
e. CAIRAN MAKANAN
Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang berhubungan
dengan aktivitas kejang.
Tanda : Kerusakan jaringan lunak / gigi (cedera selama kejang).
Hyperplasia gingival (efek samping pemakaian Dilantin jangka panjang).
f. NEUROSENSORI
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan, pusing.
Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi serebral.
Adanya aura (rangsangan visual, auditorius, area halusinogenik).
Postiktal : kelemahan, nyeri otot, area parestese / paralisis.

12
Tanda : Karakteristik kejang :
Kejang umum.
Kejang parsial (kompleks).
Kejang parsial (sederhana).
g. NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode postiktal.
Nyeri abnormal paroksismal selama fase iktal.
Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati-hati.
Perubahan tonus otot.
Tingkah laku gelisah / distraksi.
h. PERNAFASAN
Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat;
peningkatan sekresi mukus.
Fase postiktal : apnea.
i. KEAMANAN
Gejala : Riwayat terjatuh / trauma, fraktur.
Adanya alergi.
Tanda : Trauma pada jaringan lunak / ekimosis.
Penurunan kekuatan / tonus otot secara menyeluruh.
j. INTERAKSI SOSIAL
Gejala : Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau
lingkungan sosialnya.
Pembatasan / penghindaran terhadap kontak sosial.
k. PEMBELAJARAN & PENYULUHAN
Gejala : Adanya riwayat epilepsi pada keluarga. Penggunaan / ketergantungan
obat (termasuk alkohol).
2. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Mencegah / mengendalikan aktivitas kejang.
2. Melindungi pasien dari cedera.
3. Mempertahankan jalan nafas.
4. Meningkatkan harga diri yang positif.
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan
penanganannya.

13
3. TUJUAN PEMULANGAN
1. Serangan kejang terkontrol.
2. Komplikasi / cedera dapat dicegah.
3. Mampu menunjukkan citra tubuh.
4. Pemahaman terhadap proses penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

14
ASUHAN KEPERAWATAN

Pasien a.n F.S berusia 3 tahun 9 bulan, tanggal 8 desember 2011 masuk ke IGD.
Alamat, Jl.kemerdekaan surabaya.Berdasarkan anamnesa, diketahui pasien demam sejak 1
hari yang lalu, kejang 3 kali dengan lama kejang ± 2 menit, pasien memiliki riwayat epilepsy,
pernah dirawat ketika umur 20 bulan (8/12/09 sampai 11/12/09), umur 23 bulan (2/02/10
sampai 5/02/10) , umur 32 bulan (8/11/10) dengan riwayat penyakit yang sama. Berdasarkan
keterangan keluarga pasien, hanya An F.S yang menderita penyakit epilepsi dari
keluarganya.Berdasarkan pemeriksaan fisik diketahui berat badan pasien 19 kg, suhu tubuh
40.2°C. Pasien memiliki riwayat epilepsi.

1. Pengkajian
1) Identitas
Nama : An. F.S
Umur : 3 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal masuk : 8 Desember 2011
Alamat : Jl. Kemerdekaan Surabaya
2) Riwayat penyakit
a) Keluhan utama
Demam dan kejang
b) Riwayat penyakit sekarang
pasien demam sejak 1 hari yang lalu, kejang 3 kali dengan lama kejang
± 2 menit.badannya demam tinggi.
c) Riwayat penyakit dahulu
pasien memiliki riwayat epilepsy, pernah dirawat ketika umur 20 bulan
(8/12/09 sampai 11/12/09), umur 23 bulan (2/02/10 sampai 5/02/10) ,
umur 32 bulan (8/11/10) dengan riwayat penyakit yang sama.
d) Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga pasien, hanya An F.S yang menderita penyakit
epilepsi dari keluarganya.
3) pengkajian selama dan setelah kejang
1. Selama serangan :
- Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
- Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.

15
- Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
- Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang
klonik, kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
- Apakah pasien menggigit lidah.
- Apakah mulut berbuih.
- Apakah ada inkontinen urin.
- Apakah bibir atau muka berubah warna.
- Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
-
- Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah
pada satu sisi atau keduanya.
2. Sesudah serangan
- Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit,
gangguan bicara
- Apakah ada perubahan dalam gerakan.
- Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi
sebelum, selama dan sesudah serangan.
- Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau
frekuensi denyut jantung.
- Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
3. Riwayat sebelum serangan
- Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi.
- Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung
berdebar.
- Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori,
auditorik, olfaktorik maupun visual.
4. Riwayat Penyakit
- Sejak kapan serangan terjadi.
- Pada usia berapa serangan pertama.
- Frekuensi serangan.
- Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti
demam, kurang tidur, keadaan emosional.
- Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang
disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.
16
- Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak
- Apakah makan obat-obat tertentu
- Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
5. Pemeriksaan fisik
 Amati penampilan umum klien ; yang meliputi keadaan umum dan
kesadaran.
 Pasien terlihat pucat,demam, kesadaran samnolen.
 Kaji TTV klien
 berat badan pasien 19 kg, suhu tubuh 40.2°C
 Kaji sistem integumen klien yang meliputi kuku, kulit, rambut, dan
wajah
 Kuku : panjang , agak kotor
 Kulit : sawo matang
 Rambut : pendek, tebal, agak ikal
 Wajah : pucat, oval
 Kaji sitem pulmonary
 Gejala : palpitasi.
 Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat
 Aktivitas
 Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.
 Tanda : kelemahan otot, somnolen.
 Eliminasi
 Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan
haluaran urine.
 Makanan / cairan
 Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.
 Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi
gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).
 Integritas ego
 Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
 Tanda : depresi, ansietas, marah.
 Neurosensori

17
 Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang
konsentrasi, pusing, kesemutan.
 Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
 Nyeri / kenyamanan
 Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram
otot.
 Tanda : gelisah, distraksi.
 Pernafasan
 Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
 Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
 Keamanan
 Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan
penglihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma
minimal.
 Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe,
limpa atau hati.

 Data penunjang :  Pemeriksaan hematologi dan serologi


 Pencitraan CFT : Type kejangEEG
2. Analisa data
No Data Masalah Penyebab
1. DS: ibu klien mengatakan anaknya Pola napas tidak efektif Proses terjadinya epilepsi
batuk,dan nafasnya terlihat sesak.

DO:nafas pendek dengan kerja atau gerak


minimal,dispnea, takipnea, batuk.

2. DS: ibu klien mengatakan anaknya demam Resiko terhadap cedera perubahan kesadaran,
sudah 3 hari yang lalu,kejang terus kerusakan kognitif
menerus. selama kejang, atau
kerusakan mekanisme
DO: klien demam, penurunan koordinasi,
perlindungan diri.
kacau, disorientasi, , pusing, kesemutan.
aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

18
3. DS: ibu klien mengatakan anaknya slalu Nyeri perubahan metabolisme
menangis dan wajahnya seperti orang yang
sedang kesakitan.

DO:

 secara non verbal menunjukkan


gambar yang mewakili rasa sakit
yang dialami,menangis wajah
meringis.
 Dari penilaian PQRST dengan
gambar di temukan hasil:
P: perubahan metabolisme tubuh
Q: - ( klien menangis)
R:klien menunjuk abdomen dan
kepala.

S: - ( hanya menangis)
4. DS: keluarga klen mengatakan bahwa Kurang pengetahuan keterbatasan kognitif
mereka tidak mengetahui tentang penyakit mengenai kondisi dan
epilepsy dan penanganannya. aturan pengobatan epilepsy
DO: * keluarga klien tidak mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
perawat
*keluarga klien tidak mengetahui cara
penanganan epilepsi pada anaknya.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan epilepsi, yaitu :
I. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan
II. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan kesadaran,
kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan
diri.

19
III. Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan : klien
secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit yang
dialami,menangis wajah meringis.
IV. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau kesalahan interpretasi
informasi
4. Perencanaan Keperawatan
N Dx kep Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional
o
1 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau Ku dan 1. Mengetahui
efektif keperawatan selama 3X24 ttv klien keadaan klien
berhubungan jam, diharapkan klien tidak 2. Tinggalkan 2. Memfasilitasi
dengan lagi mengalami gangguan pola pakaian pada usaha
kelelahan otot napas dengan kriteria hasil : daerah bernapas/ekspan
pernapas leher/dada, si dada
-         RR dalam batas normal
abdomen 3. Dapat mencegah
sesuai umur
3. Masukkan tergigitnya lidah,
spatel dan
-         Nadi dalam batas
lidah/jalan memfasilitasi
normal sesuai umur
napas buatan. saat melakukan
penghisapan
lendir, atau
memberi
sokongan
pernapasan jika
diperlukan
4. berikan
4. Dapat
kolaborasi O2
menurunkan
sesuai
hipoksia serebral
kebutuhan.

2 Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji PQRST 1. Mengetahui


berhubungan keperawatan selama 3X24 dengan kerkteristik
dengan jam, diharapkan nyeri klien menggunakan nyeri pasien.
perubahan berkurang dengan  kriteria media gambar 2. Posisi yang

20
metabolisme, hasil: 2. Berikan posisi nyaman dapat
ditandai dengan : yang nyaman memberikan
1. Klien secara non
klien secara non sesuai efek malsimal
verbal menunjukkan
verbal kebutuhan untuk relaksasi
gambar yang mewakili
menunjukkan 3. Berikan otot
penurunan rasa nyeri 
gambar yang lingkungan 3. Rangsang yang
yang dialami
mewakili rasa yang nyaman berlebihan dari
2. Klien tidak menangis
sakit yang bagi  klien lingkungan
lagi
dialami,menangi 4. Kolaborasi dapat
3. Wajah klien tampak
s wajah untuk memperberat
ceria
meringis. pemberian rasa nyeri
obat analgesic 4. Obat analgesic
dapat
meminimalkan
rasa nyeri

3 Resiko terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji 1. mngetahui


cedera yang keperawatan selama 3X24 karakteristik seberapa besar
berhubungan jam, diharapkan klien dapat kejang tingkatan kejang
dengan mengurangi risiko cidera pada 2. Jauhkan yang dialami
perubahan pasien pasien dari pasien.
kesadaran, benda benda 2. Benda tajam
kerusakan tajam / dapat melukai
kognitif selama membahayaka dan mencederai
kejang, atau n bagi pasien fisik pasien
kerusakan 3. Segera 3. Dengan
mekanisme letakkan meletakkan
perlindungan sendok di sendok diantara
diri. mulut pasien rahang atas dan
yaitu diantara rahang bawah,
rahang pasien maka resiko
4. Kolaborasi pasien
dalam menggigit
pemberian lidahnya tidak

21
obat anti terjadi dan jalan
kejang nafas pasien
menjadi lebih
lancar.
4. Obat anti kejang
dapat
mengurangi
derajat kejang
yang dialami
pasien, sehingga
resiko untuk
cidera pun
berkurang
4 Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat 1. untuk
pengetahuan keperawatan selama 1X3 jam, pendidikan mengetahui
keluarga diharapkan: dan seberapa jauh
berhubungan pengetahuan informasi yang
1) pengetahuan
dengan keluarga telah mereka
keluarga
kurangnya klien. ketahui,sehingga
meningkat
informasi pengetahuan
2) keluarga mengerti
yang nantinya
dengan proses
akan diberikan
penyakit epilepsy
dapat sesuai
3) keluarga klien
dengan
tidak bertanya lagi
kebutuhan
tentang penyakit, 2. Libatkan
keluarga
perawatan dan keluarga
2. agar keluarga
kondisi klien. dalam setiap
dapat
tindakan pada
memberikan
klien.
penanngan yang
tepat jika suatu-
waktu klien
3. Jelaskan pada mengalami
keluarga klien kejang

22
berikutnnya.
tentang
3. untuk
penyakit
meningkatkan
kejang demam
pengetahuan
melalui
4. untuk
penkes.
mengetahui
4. Beri
seberapa jauh
kesempatan
informasi yang
pada keluarga
sudah dipahami
untuk
menanyakan
hal yang
belum
dimengerti.

5. Implementasi
No Hari/Tgl dx.kep Implementasi paraf
1 Kamis/8 sep 1 dan 3 1. Pantau Ku dan ttv klien
2011, jam... 2. Tinggalkan pakaian pada daerah
leher/dada, abdomen
3. Masukkan spatel lidah/jalan napas
buatan.
4. berikan kolaborasi O2 sesuai

dan

5. Kaji karakteristik kejang


6. Jauhkan pasien dari benda benda
tajam / membahayakan bagi pasien
7. Segera letakkan sendok di mulut
pasien yaitu diantara rahang pasien

Kolaborasi dalam pemberian obat


anti kejang
2 Jumat/9 sep 2 dan 3 1. Kaji PQRST dengan menggunakan

23
2011 media gambar
2. Berikan posisi yang nyaman sesuai
kebutuhan
3. Berikan lingkungan yang nyaman
bagi  klien
4. Kolaborasi untuk pemberian obat
analgesic

dan

1. Kaji karakteristik kejang


2. Jauhkan pasien dari benda benda
tajam / membahayakan bagi pasien
3. Segera letakkan sendok di mulut
pasien yaitu diantara rahang pasien
Kolaborasi dalam pemberian obat anti
kejang
3 Sabtu/10 sep 4 1. Kaji tingkat pendidikan dan
2011 pengetahuan keluarga klien.

2. Libatkan keluarga dalam setiap


tindakan pada klien.

3. Jelaskan pada keluarga klien


tentang penyakit kejang demam
melalui penkes.
4. Beri kesempatan pada keluarga
untuk menanyakan hal yang belum

24
dimengerti

6.Evaluasi

no Dx. Kep Evaluasi Paraf


1 Pola napas tidak efektif  RR dalam batas normal sesuai umur
berhubungan dengan kelelahan  Nadi dalam batas normal sesuai umur
otot pernapasan

2 Nyeri berhubungan dengan Klien secara non verbal menunjukkan gambar yang
perubahan metabolisme, ditandai mewakili penurunan rasa nyeri  yang dialami,
dengan : klien secara non verbal
 Klien tidak menangis lagi
menunjukkan gambar yang
 Wajah klien tampak ceria
mewakili rasa sakit yang
dialami,menangis wajah meringis

3 Resiko terhadap cedera yang Dapat mengurangi risiko cidera pada pasien
berhubungan dengan perubahan
Kriteria pengkajian fokus makna klinis
kesadaran, kerusakan kognitif
selama kejang, atau kerusakan
1. Riwayat kejang
mekanisme perlindungan diri.
2. Tingkatan kejangnya

4 Kurang pengetahuan keluarga  Pengetahuan keluarga meningkat


berhubungan dengan kurangnya  Keluarga mengerti dengan proses penyakit epilepsy
informasi  Keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit,
perawatan dan kondisi klien.

25
26

Anda mungkin juga menyukai