Anda di halaman 1dari 5

Setiap manusia normalnya memiliki organ sensori, yaitu organ pembau, pendengaran,

pengecapan, dan penglihatan. Organ - organ tersebut tidak jarang atau bahkan rawan sekali
mengalami gangguan, sehingga terjadi gangguan sensori persepsi pada penderitanya.
Hidung adalah salah satu organ sensori yang fungsinya sebagai organ penghidu. Jika
hidung mengalami gangguan, maka akan berpengaruh pada beberapa sistem tubuh, seperti
pernapasan dan penciuman.
Salah satu gangguan pada hidung adalah polip nasi. Polip nasi ialah massa lunak yang
bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya
licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan.
Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.
Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak
sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan
kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Dulu diduga predisposisi timbulnya
polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang
tidak mendukung teori ini dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi
masih belum diketahui dengan pasti. Polip nasi lebih banyak ditemukan pada penderita asma
nonalergi (13%) dibanding penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama ditemukan pada
usia dewasa dan lebih sering pada laki – laki, dimana rasio antara laki – laki dan perempuan
2:1 atau 3:1. Penyakit ini ditemukan pada seluruh kelompok ras.
Prevalensi polip hidung pada seluruh populasi di dunia adalah sekitar 4% biasanya
dijumpai pada orang dewasa yang berumur diatas 20 tahun, dengan perbandingan laki-laki
dan perempuan 2 : 1. Hampir 1/3 dari pasien polip hidung memiliki riwayat asma. Hampir
50% penderita polip hidung memiliki riwayat keluarga yang sama. Pada pasien polip hidung
yang mengalami intoleransi dari NSAIDs akan meningkatkan risiko polip sekitar 36-60 %
(Newton & Sheh, 2008;).
Berdasarkan data insiden polip nasi di Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar
diperoleh bahwa jumlah penderita polip hidung yang dirawat pada tahun 2013 (Januari -
Desember) sebanyak 1 kasus dan pada tahun 2014 (Januari – Juni) sebanyak 1 kasus.

A. Rumusan Masalah

Masalah pada penulisan ini adalah bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan dengan
gangguan system pernapasan polip nasi Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar.
B. Batasan Masalah
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membatasi pembahasan pada “Asuhan
Keperawatan Klien Nn “S” dengan Polip nasi di Ruang Perawatan Bedah ( Mawar ) Lt. III A
Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar.

C. Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi atau gambaran yang nyata tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan klien dengan polip nasi.
2. Tujuan Khusus
a) Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada klien Polip Nasi.
b) Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien Polip Nasi.
c) Dapat menyusun rencana keperawatan pada klien Polip Nasi.
d) Dapat melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Polip Nasi.
e) Dapat melaksanakan evaluasi pelaksanaan keperawatan pada klien dengan
Polip Nasi.

D. Manfaat Penulisan
1. Penulis
a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi
Keperawatan Reformasi Makassar.
b. Menambah khasanah keilmuan bagi penulis tentang Asuhan Keperawatan polip nasi.
2. Untuk akademik
Sebagai bahan referensi untuk penerapan asuhan keperawatan dalam keperawatan
Medikal Bedah.
3. Untuk Rumah Sakit
Sebagai salah  satu  pedoman/ referensi yang dapat digunakan dalam penerapan
asuhan keperawatan Medikal Bedah.
E. Metode Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan
Dalam studi kepustakaan ini penulis memperoleh informasi dari beberapa
buku yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
2. Studi Kasus
Penulis melakukan penerapan asuhan keperawatan pada kasus nyata.
Tekhnik pengumpulan data selama studi kasus meliputi wawancara, observasi,
dan studi documenter.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   KONSEP DASAR MEDIS

1. Anatomi Hidung
a) Hidung Luar
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian – bagiannya dari atas ke
bawah :
1)    Pangkal hidung (bridge)
2)    Dorsum nasi
3)    Puncak hidung
4)    Ala nasi
5)    Kolumela
6)    Lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M.
Nasalis pars allaris. Kerja otot – otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan
menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar),
antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada
bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :
a)    Superior : os frontal, os nasal, os maksila
b)    Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor
dan kartilago alaris minor.
Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi
fleksibel.
Perdarahan :
1)    Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A.
Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna).
2)    A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A. Maksilaris
interna, cabang dari A. Karotis interna)
3)    A. Angularis (cabang dari A. Fasialis).

Persarafan :
1)    Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N. Infratroklearis)
2)    Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior).

b) Kavum Nasi

Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang
membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan
dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial media. Batas
– batas kavum nasi :
1)    Posterior : berhubungan dengan nasofaring
2)    Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus sfenoidale
dan sebagian os vomer
3)    Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal,
bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian
ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum.
4)    Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan (dekstra
dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit,
jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri dari
kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna = kolumela.
5)    Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os
etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid.
Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari tulang
etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di
atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-etmoid yang berhubungan
dengan sinis sfenoid. Kadang – kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema
terletak di bagian ini.

Anda mungkin juga menyukai