Anda di halaman 1dari 17

NEO KLASIK

Di Susun Oleh :
T.M.Fikri mulia putra 2015010031
Rifaldi masra 2015010065
Nurul izzati 2015010079
Dwi suwardhani 2015010049
Rahmalia 2015010057
Misriati 2015010034

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SERAMBI MEKAH

BANDA ACEH

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur saya panjatkan ke


hadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
kesempatan bagi saya untuk dapat menyelesaikan tugas
makalah ini, yang berjudul “Teori Neo-Klasik”. Sumber dari
makalah ini berupa buku-buku Sejarah Peneliti Ekonomi yang
ditambah dengan informasi yang didapat dari hasil browsing di
internet referensi buku dan sumber-sumber lainnya.
Diantara sumber-sumber tersebut saya susun, semua
informasi dan fakta yang sesuai dengan makalah ini, sehingga
menurut saya data-data di dalam paper ini sudah cukup akurat.
Walaupun disetiap sisinya masih bnyak kesalahan ataupun ke
khilafan yang saya perbuat.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
terutama kepada Ibu Dosen. Yang telah membimbing kami
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Oleh karena itu saya
ucapkan terima kasih dan mengharapkan saran maupun kritik
dari pembaca.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................
Daftar Isi............................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................

1.1 Latar Belakang....................................................................


1.2 Rumusan Masalah.............................................................
1.3 Tujuan Makalah..................................................................
1.4 Manfaat makalah.................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................
2.1 Sejarah dan pengertian Neo Klasik.......................................
2.2 Perkembangan Pemikiran Ekonomi......................................
2.3 Informasi dan Teori Game.....................................................
BAB III PENUTUP.............................................................
Daftar Pustaka.....................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori-teori yang dikembangkan oleh Marx dan Engels mendapat
banyak tanggapan dari para ekonom pada waktu itu, baik dari kaum
sosialis sendiri maupun dari kaum liberal-kapitalis. Pemikir-pemikir
ekonomi dari kaum liberal ini kemudian dimasukkan ke dalam suatu
kelompok pemikir ekonomi tersendiri yang disebut Mazhab Neo-Klasik.
Karena analisis yang dibuat Marx untuk meramal keruntuhan
kaum kapitalis bertitik tolak dari nilai kerja dan tingkat upah, maka para
pakar neo-klasik mempelajari kembali secara mendalam.
Oleh W. Stanley Jevons, Leon Walras, Karl Menger dan Alfred
Marshall teori tersebut kembali dikaji. Kemudian mereka mendapat
kesimpulan yang sama, bahwa teori surplus value Marx tidak mampu
menjelaskan secara tepat tentang nilai komoditas (modal). Dari
kesimpulan ini mereka telah menghancurkan seluruh bangunan teori
sosialis yang dikembangkan oleh Marx dan Engels, dan menyelamatkan
sistem kapitalis dari kemungkinan krisis.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
sebagai berikut :
A. Apa sajakah mazhab-mazhab yang berkembang selain mazhab
neo klasik?
B. Bagaimanakah perkembangan pemikiran ekonomi selain
pemikiran mazhab neo klasik?
C. Perkembangan pemikiran ekonomi dalam hal informasi dan teori
game?
1.3 Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah yang ada maka makalah ini memiliki tujuan
sebagai berikut :
A. Menjelaskan beberapa mazhan yang berkembang selain mazhab
neo klasik, pada masa yang hampir bersamaan.
B. Mendeskripsikan perkembangan pemikiran ekonomi selain
pemikiran mazhab neo klasik.
C. Menjelaskan perkembangan pemikiran ekonomi dalam hal
informasi dan teori game.

1.4 Manfaat Makalah


Adapun manfaat yang akan dicapai dalam makalah ini yaitu
sebagai berikut :
A. Mahasiswa dapat lebih mengarti dalam pemblajaran mazhab neo
klasik.
B. Dapat lebih memahami pemikiran yang bekembang, terhadap
teori-teori ekonomi yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Dan Pengertian Neo Klasik


Para pakar neo-klasik dalam membahas ramalan Marx
menggunakan konsep analisis marginal (Marginal Analysis) atau
Marginal Revolution. Pada initinya, konsep ini merupakan
pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen
dan produsen, serta penentuan harga-harga di pasar.
Teori ini telah lama digunakan dan dikembangkan Heindrich
Gossen (1810-1858) dalam menjelaskan kepuasaan (utility) dari
pengkonsumsian sejenis barang. Menurutnya, kepuasan marginal
(Marginal Utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan
semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak
(Hukum Gossen I). Dalam Hukum Gossen II, menjelaskan bahwa sumber
daya dan dana yang tersedia selalu terbatas, secara relatif, untuk
memenuhui berbagai kebutuhan yang relatif tidak terbatas.
Karena pada masanya teori ini tidak mendapat perhatian lebih
dari para ekonomnya, maka sekitar 40 tahun kemudian, Jevons,
Menger, Bohm-Bawerk dan von Wieser (yang tergabung dalam Mazhab
Austria) memberi pengakuan dan penghargaan atas karya Gossen
tersebut. Sejak itulah konsep marginal ini sering diakui sebagai
kontribusi utama dari mazhab Austria.
1) Mazhab Austria
Mazhab Austria Adalah kelompok pemikir ekonomi yang
mendukung dan memakai konsep marginal, dan berasal dari Universitas
Wina (Austria). Mereka mempunyai ciri pandang khusus, yaitu
penerapan kalkulus dalam pengembangan teori-teori mereka.
Tokoh utama Mazhab Austria adalah:
 Karl Menger (1840-1921)
Karya utamanya adalah Grusatze der Volks Wirtschaftslehre
(1817).Dalam bukunya ia mengembangkan teori utilitas marginal.
 Friedrich von Wieser (1851-1920)
Karya utamanya adalah Uber der Ursprung und die Hauptyesetze des
Wirtschaftlichen Wertes (1884), Der Naturliche Wert (1889) dan
Theory der Gesellschatlichen Wirtschaft (1914). Ia sangat berjasa
dalam mengembangkan teori utilitas Menger dengan menambahkan
formulasi biaya-biaya oportunitas (Opportunity Cost).
 Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914)
Karyanya adalah Capital an Interest (1884) dan Positive Theory of
Capital (1889). Kontribusi utamanya adalah dalam pengembangan
teori tentang modal (theory of Capital) dan teori tentang tingkat
suku bunga.
Kemudian teori-teori mereka dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-
tokoh lain, seperti:
 Knut Wicksell (1851-1926)
Ia berjasa dalam mengasimilasikan analisis keseimbangan umum
Walras dengan teori kapital dan suku bunga Bohm-Bawerk menjadi
teori distribusi. Dan pengembangan teori moneter yang
dihubungkan langsung antara tingkat suku bunga dengan harga-
harga. Karya utamanya adalah Lectures on Political Economy (1901).
 Ludwig Edler von Mises (1881-1973)
Karya-karyanya antara lain The Theory of Money and Credit (1912),
Bureaucracy (1944) dan The Ultimate Foundation of Economic
Science (1962).
Menurutnya, sistem harga merupakan basis paling efisien dalam
mengalokasikan sumber day. Oleh karena itu, ia sering mengkritik
sistem ekonomi komando yang tidak mempunyai sistem harga, dan
sistem ekonomi komando tidak akan mendapat melembagakan sistem
harga tanpa terlebih dulu menghancurkan prinsip-prinsip poltik.
Teori lain yang dikembangkan von Mises adalah teori paritas daya
beli (Purchasing Power Parity), teori trade cycle dan mengaplikasikan
teori marginal utility untuk mengembangkan teori baru tentang uang.
 Friedrich August von Hayek (1899-...)
Karyanya antara lain: Monetary Theory an The Trade Cycle (1929),
Profit, Interest, Investment (1939) dan The Pure Theory of Capital
(1941).
Dia dianggap sangat berjasa dalam mengembangkan teori siklus
perdagangan (Theory of Trade Cycle) dari von Mises yang
diintegrasikannya dengan teori kapitalnya Bohm-Bawerk.
2) Mazhab Lausanne
Langkah lebih maju yang disumbangkan pemikir neo-klasik adalah
analisis yang lebih komprehensif tentang teori keseimbangan umum
oleh Leon Walras. Dan Walras dianggap sebagai pelopor mazhab
Lausanne (Lausanne School of Economic). Karyanya, Elements of Pure
Economics (1878), dianggap sebagai suatu mahakarya dalam bidang
ekonomi. Dalam bukunya itu dia menjelaskan teori keseimbangan
umum dengan pendekatan matematis.
Walaupun telah disinggung oleh para pendahulunya, hanya dialah
yang mampu memberikan kisi yang lebih jelas tentang interdependensi
bagian-bagian ekonomi ini dengan gamblang dengan model
keseimbangan umumya (general equilibrium model). Dan ia
menguraikan dengan jelas bahwa perubahan suatu faktor atau bagian
ekonomi akan membawa perubahan pada variabel-variabel lain dalam
sistem ekonomi tersebut secara menyeluruh.
Sayang, konsep dan model ini tidak diperhatikan oleh para
ekonom pada zamannya, sampai dengan Alfred Marshall
menyelamatkannya, sehingga konsep ini dihargai orang dengan
sepantasnya. Kemudian ia dianggap sebagai pendiri dan pengembang
ilmu ekonometrika.
Sejak Walras meninggal, ia digantikan oleh Vilfredo Pareto. Ia
meneruskan aliran matematika Walras dan banyak membantu dalam
menjelaskan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar sumber-sumber
daya dapat dialokasikan sehingga memberikan hasil yang optimum
dalam suatu model keseimbangan umum.
Menurutnya, suatu pengalokasikan sumber-sumber disebut
efisien jika keadaan atau kondisi yang dicapai secara jelas dan tidak bisa
dibuat menjadi lebih baik lagi (Hukum Pareto/Pareto’s Law).
3) Mazhab Cambridge
Tokoh paling utama mazhab ini adalah Alfred Marshall (1842-
1942), karena dia dianggap sebagai pelopor atau pendiri mazhab
Cambridge (Cambridge School of Economics) di Inggris.
Beberapa karya utamanya antara lain The Pure Theory of Foreign
Trade (1829), The Principles of Economy (1890), Industry and Trade
(1919) dan Money, Credit and Commerce (1923).
Dia dianggap berjasa dalam memperbarui asas dan postulat
pandangan-pandangan ekonomi pakar klasik dan neo-klasik
sebelumnya. Dimana kaum klasik berpendapat bahwa yang
menentukan harga adalah sisi penawaran; sedangkan neo-klasik
beranggapan bahwa yang menentukan harga adalah kondisi
permintaan.
Akan tetapi Marshal menggabungkan kedua konsep tersebut.
Sehingga ia menyimpulkan bahwa harga terbentuk sebagai integrasi
dua kekuatan di pasar: penawaran dari pihak produsen dan permintaan
dari pihak konsumen.
Perbedaan lain antara Marshall dan kaum klasik adalah dalam
metode penelitiannya. Jika kaum klasik lebih banyak menggunakan
metode induktif. Lain halnya dengan Marshall yang mengombinasikan
metode induktif dan deduktif (abstraksi digabung dengan realisme yang
didukung oleh data statistik) agar terhindar dari kemiskinan dan
kemelaratan itu.
Pada tahun 1908 kedudukan Marshall diganti oleh muridnya,
Arthur Cecil Pigou (1877-1959). Karya-karyanya antara lain Principles
and Methods of Industrial Peace (1905), Wealth and Welfare (1912),
The Theory of Unumployment (1933) dan Employment and Equilibrium
(1941).
Pigou adalah orang pertama yang mengemukakan konsep real
balance effect (dampak pigou/Pigou’s Effect). Pigou’s Effect adalah
suatu stimulasi kesempatan kerja yang disebabkan oleh meningkatnya
nilai riil dari kekayaan likuid sebagai konsekuensi dan turunnya harga-
harga. Pandangan ini merupakan salah satu dasar mengapa kaum klasik
dan neo-klasik percaya bahwa keseimbangan kesempatan kerja penuh
(full-employment equilibrium) dapat dicapai sebagai hasil penurunan
dalam tingkat upah.

2.2 Perkembangan Pemikiran Ekonomi Selain Neo Klasik


Pada tahun 1930-an sejumlah pakar ekonomi neo-klasik generasi
kedua melakukan revesi terhadap pemikiran-pemikiran neo-klasik
generasi pertama. Tokoh yang ikut serta merevisi pemikiran-pemikiran
mereka adalah Piero Sraffa (1898-1983), Joan Violet Robinson (1903-
1983) dan Edward Hasting Chamberlin (1899-1967).
Para tokoh klasik dan neo-klasik generasi pertama tidak pernah
mempersoalkan apakah pasar persaingan sempurna, dalam kenyataan
kehidupan sehari-hari, benar-benar mencerminkan pasar sempurna
atau tidak, serta tidak mempersoalkan asumsi-asumsi yang terjadi pada
pasar persaingan sempurna. Adapun asumsi-asumsi itu adalah seabagai
berikut:
1. Terdapat banyak pembeli dan penjual (multi perusahaan).
2. Barang-barang yang dijual bersifat homogen.
3. Tiap perusahaan bebas keluar-masuk pasar.
4. Pembeli dan pejual sebagai price taker, karena mereka tidak
mampu mengubah harga yang ditentukan pasar.
5. Pembeli dan penjual mempunyai informasi yang lengkap.
Oleh karena itu, dalam artikelnya (The Laws of Returns under
Competitive Conditions, 1926), Sraffa mengungkapkan bahwa saat ini
perusahaan-perusahaan besar sudah banyak dan perusahaan-
perusahaan itu tahu kalau seandainya mereka mengubah keputusan
output atau penawaran maka harga-harga dapat berubah.
Kemudian Chamberlin memusatkan perhatiannya pada pasar
monopolistik dalam bukunya, The Theory of Monopolistic Competition,
1933. Ia menyebutkan bahwa banyak asumsi yang digunakan dalam
pasar persaingan sempurna, terutama dalam produk yang homogen,
yang tidak realistis. Karena tidak mungkin suatu pasar hanya
memproduksi satu jenis barang saja (homogen).
Oleh karena itu, masih menurut Chamberlin, perusahaan-
perusahaan pasti berusaha untuk melakukan diferensiasi pada produk-
produknya guna mempertahankan perusahaannya supaya bertahan di
pasar tersebut. Jika usaha itu (diferensiasi produk) berhasil maka
perusahaan itu dapat memengaruhi harga-harga di pasar, dan dia dapat
bertindak sebagai penentu harga (price setter), bukan sebagai
penerima harga (price taker).
Dengan demikian, pasar ini sudah tidak sempurna lagi karena ciri
utama dalam pasar monopolistik adalah adanya diferensiasi produk dan
perusahaan bertindak sebagai price setter bukan sebagai price taker.
Juga biasanya harga yang terbentuk dalam pasar monopolistik lebih
tinggi daripada harga yang terbentuk dalam pasar sempurna.
Begitu juga dengan Joan Robinson, yang mempunyai analisis
hampir mirip dengan Chamberlin. Namun, Joan Robinson, analisisnya
lebih fokus pada pembahasan “pasar persaingan tidak sempurna
(Imperfect Competition)”. Menurutnya, tiap perusahaan dalam pasar
tidak sempurna memegang posisi monopoli, dimana posisi ini
didapatkan dari barang-barang yang dibeli berdasarkan preferensi
konsumen (Customer Preference) walaupun ada barang substitusi yang
dihasilkan oleh perusahaan lain.
Dalam kenyataannya bahwa persaingan dunia pasar tidak
sempurna dan membawa pada implikasi yang cukup serius terhadap
kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan karena dalam pasar
persaingan tidak sempurna efisiensinya, sebagaimana diungkapkan
Pareto, tidak bisa dicapai.
Kesimpulannya, pandangan ketiga tokoh ini bagi pengembangan
teori ekonomi adalah (bagi mereka) model pasar persaingan sempurna
yang dikembangkan oleh kaum klasik dan neo-klasik terdahulu hanya
merupakan suatu konstruksi pemikiran yang diharapkan belaka (secara
teoritis) yang kenyataannya mempunyai keterbatasan dalam kehidupan
sehari-hari.

2.3 Perkembangan Ekonomi dalam Hal Informasi Dan Teori


game
Konsep Games Theory (GT) adalah suatu konsep untuk
menjelaskan perilaku ekonomi dalam pasar yang hanya diisi
oleh segelintir pelaku ekonomi. Landasan konsep ini sudah
diterapkan oleh Cournot pada tahun 1838 dan Bertrand tahun
1883 dengan mengembangkan model aksi-reaksi dalam pasar
duopoli. Model ini mulai dikembangkan lebih lanjut oleh
Edgeworth pada tahun 1925 dan dikukuhkan sebagai teori
melalui karya John von Newmann dna Oscar Morgenstern
dalam bukunya yang berjudul The Theory of Games and
Economic Behaviour (1944). Kemudian konsep GT
disempurnakan lebih lanjut oleh John Nash pada tahun 1950.
Nash mengembangkan konseo GT untuk menganalisis
situasi kepentingan pelaku ekonomi yang tidak berlawanan,
yang kemudian muncullah istilah “keseimbangan Nash (Nash
Equilibrium)”. Konsep GT Nash ini bekerja atas asumsi informasi
yang simetris (tiap pemain memiliki informasi yang sama).
Dari konsep GT Nash, berkembanglah GT yang beroperasi
dalam situasi informasi yang bersifat asimetris (tidak memiliki
informasi yang sama terhadap satu hal) oleh John Harsanyi
(1967). Kemudian GT dikembangkan lagi oleh Reinhard Selten
(dari Universitas Bonn, Jerman) dalam bentuk situasi yang lebih
dinamis. Menurut Selten, perubahan tindakan seorang pemain
tidak hanya ditentukan oleh kenyataan peluang untuk
memperbaiki posisi. Oleh karena itu, menurut Selten, frekuensi
permainan akan mempengaruhi strategi permainan bagi setiap
orang.
Konsep John Harsanyi dikembangan lebih lanjut oleh
William S. Vickrey dan James A. Mirrless. Dengan konsep ini
mereka dapat menyusun agenda bagaimana memenuhi
tanggung jawab sosial pada abad XXI melalui insentif dan
kebijaksanaan pajak global. Kemudian konsep ini dikembangkan
lebih lanjut oleh George Ackerlof, Joseph Stiglitz dan Michael
Spence. Mereka berjasa dalam membangun pondasi bagi teori
umum tentang pasar dengan menggunakan informasi
asimetris.
George Ackerlof adalah orang pertama yang
mengembangkan teori umum tentang pasar dengan informasi
asimetris. Dia menjelaskan betapa pentingnya informasi pasar
dalam tulisannya yang bertajuk The Market for Lemons.
Sedangkan menurut Spence, pihak yang menguasai informasi
bisa memberikan isyarat kepada orang yang kurang menguasai
informasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Para pakar neo-klasik dalam membahas ramalan Marx
menggunakan konsep analisis marginal (Marginal Analysis) atau
Marginal Revolution. Pada initinya, konsep ini merupakan
pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen
dan produsen, serta penentuan harga-harga di pasar.
Teori ini telah lama digunakan dan dikembangkan Heindrich
Gossen (1810-1858) dalam menjelaskan kepuasaan (utility) dari
pengkonsumsian sejenis barang. Menurutnya, kepuasan marginal
(Marginal Utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan
semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak
(Hukum Gossen I).
Pada tahun 1930-an sejumlah pakar ekonomi neo-klasik generasi
kedua melakukan revesi terhadap pemikiran-pemikiran neo-klasik
generasi pertama. Tokoh yang ikut serta merevisi pemikiran-pemikiran
mereka adalah Piero Sraffa (1898-1983), Joan Violet Robinson (1903-
1983) dan Edward Hasting Chamberlin (1899-1967).
Konsep Games Theory (GT) adalah suatu konsep untuk
menjelaskan perilaku ekonomi dalam pasar yang hanya diisi oleh
segelintir pelaku ekonomi. Landasan konsep ini sudah diterapkan oleh
Cournot pada tahun 1838 dan Bertrand tahun 1883 dengan
mengembangkan model aksi-reaksi dalam pasar duopoli. John von
Newmann dna Oscar Morgenstern dalam bukunya yang berjudul The
Theory of Games and Economic Behaviour (1944). Kemudian konsep GT
disempurnakan lebih lanjut oleh John Nash pada tahun 1950.
DAFTAR PUSTAKA

Sadono Sukirno.2000.Makro Ekonomi Modern.Jakarta.PT Raja


Grafindo Persada.
Sadono Sukirno.2004.Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi
Ketiga.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.
Irawan, M. Suparmoko, 1995, Ekonomika Pembangunan, Edisi 5
Cetakan ke empat, Yogyakarta, Penerbit BPFE.
Lincoln. Arsyad, 1999, Ekonomi Pembangunan, Edisi 4 Cetakan
Pertama, Yogyakarta, Penerbit Bagian Penerbitan Sekilah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN.
Boediono, 1992, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis
Pengantar Ilmu ekonomi, Edisi 1, Cetakan Ke 5, BPFE, Jogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai