Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN MATERI

“KETERAMPILAN PROSES IPA DASAR”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan IPA SD

Dosen Pengampu : Dr. Pratiwi Pujiastuti, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Sri Utami (19108241008)


2. Charisuddin Al Basyasy (19108244008)
3. Anisa Nur ‘Aliya (19108244061)
4. Elfa Dwi Astuti (19108244093)
Kelas 4E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
A. Pengertian Keterampilan Proses IPA

Pembelajaran IPA hendaknya memberi pengalaman baru pada siswa, dimana siswa
tidak hanya memperoleh pengetahuan IPA secara langsung, namun siswa juga belajar
mengenai proses dan cara memperoleh pengetahuan tersebut. IPA bukan hanya kumpulan
pengetahuan, namun menupatkan proses pencarian dan penemuan yang sistematis dan
berisi berbagai strategi sehingga dapat menghasilkan kumpulan pengetahuan yang dinamis.
Untuk melakukan proses tersebut, siswa dituntut untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan proses (keterampilan ilmiah), sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan
ilmuiah tentang alam sekitar dan bukan hanya sekedar menghafal produk saja.

Menurut Usman Samatowa (2006: 137), keterampilan proses merupakan keterampilan


intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh Ilmuan dalam meneliti fenomena alam. Hal
ini sejalan dengan pendapat Srini M, Iskandar (1996: 5) bahwa keterampilan proses adalah
keterampilan yang digunakan ilmuan dalam usaha memecahkan misteri-misteri di alam,
berupa mengamati, mengklasifikasi, mengukur, mengidentifikasi dan mengendalikan
variabel, merumuskan hipotesa, merumuskan hipotesa, dan merancang experimen.

Adanya keterampilan proses siswa dapat mempelajari IPA sesuai dengan apa yang
dilakukan para Ilmuan, yakni melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan
hipotesis, dan melakukan eksperimen (Patta Bundu, 2006:12). Siswa dapat meneladani dan
mempelajari keterampilan proses IPA yang digunakan para ilmuan tersebut dalam bentuk
yang lebih sederhana, yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa keterampilan proses IPA adalah
suatu keterampilan proses penemuan dalam memperoleh pengetahuan sehingga
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan berbagai keterampilan
intelektual, fisik, mental dan sosial yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan proses dapat merangsang perkembangan kemampuan intelektual, fisik, dan
mental anak, sehingga dapat menjadi dasar untuk anak belajar memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

B. Pentingnya Keterampilan Proses IPA

Melatih keterampilan proses pada anak menjadi salah satu upaya untuk memperoleh
keberhasilan belajar siswa yang optimal. Melalui keterampilan proses IPA, siswa diarahkan
mampu memahami materi IPA menurut cara-cara yang dibuat oleh ilmuan, namun siswa
tetap memperoleh dan memahami materi tersebut dengan menemukan dan
mengembangakan sendiri fakta dan konsep sehingga pengalaman yang diperoleh dapat
diingat dalam kurun waktu yang relatif lama.

Menurut Trianto (2010:148), keterampilan proses mempunyai peran-peran penting


diantaranya sebagai berikut:

a) Siswa belajar mengembangkan pikirannya.


b) Memberi kesempatan untuk melakukan penemuan.
c) Meningkatkan daya ingat.
d) Memberi kepuasan intrinsik bila dapat berhasil melakukan sesuatu.
e) Membantu mempelajari konsep-konsep.

Sementara itu, Jenny dan Hendro (1991: 52) menyatakan ada dua alasan penting
keterampilan proses penting untuk dikembangkan kepada diri anak. Pertama, adanya
perkembangan ilmu dan tehnologi maka laju pertumbuhan produk-produk ilmu
pengetahuan dan tehnologi menjadi pesat sehingga anak perlu dibekali dengan
keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi dari berbagai sumber, dan tidak hanya
dari guru. Kedua, IPA memang dapat dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk
dan proses. Melalui keterampilan proses anak mendapat ilmu lebih dari sekedar memahami
tetapi dapat memproduksi IPA.

Mengingat pentingnya keterampilan IPA pada siswa, Muhammad (Trianto, 2010: 148)
mengemukakan tujuan-tujuan melatihkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
sebagai berikut:

a. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dalam aktivitas keterampilan


proses siswa dipicu untuk berpartisipasi secara aktif dan efisien dalam belajar.
b. Mengarahkan pada hasil belajar secara serentak, baik keterampilan produk, proses,
maupun keterampilan kinerja.
c. Menemukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat mendefenisikan secara
benar untuk mencegah terjadinya misconsepsi.
d. Untuk memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajarinya karena
latihan keterampilan proses siswa yang berusaha mencari dan menemukan konsep
tersebut.
e. Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan dalam
kehidupan masyarakat.
f. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam
masyarakat karena siswa telah dilatih keterampilan dan berfikir logis dalam
memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan.

Jika dilihat dari eksistensi pentingnya keterampilan proses IPA, keterampilan proses
IPA sangat perlu diajarkan pada anak sebagai bekalnya dalam berproses memperoleh
pengetahuan IPA. Materi pelajaran akan mudah dipelajari, dipahami, dihayati dengan
pengalaman langsung dari peristiwa belajar tersebut. Lebih jauh, siswa dapat belajar untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari melalui cara-cara yang
rasional.

C. Aspek-Aspek Keterampilan Proses IPA

Menurut Srini M. Iskandar (1996/1997: 49), membagi keterampilan proses IPA ke


dalam 8 aspek yaitu:

a) Pengamatan
b) Pengklasifikasian
c) Pengukuran
d) Pengidentifikasian dan pengendalian variabel
e) Perumusan hipotesa
f) Perancangan eksperimen
g) Penyimpulan hasil eksperimen
h) Pengkomunikasian hasil eksperimen

Menurut Hendro dan Jenny (1991: 51) senada pendapat tersebut, dan menambah 3
keterampilan proses yaitu prediksi, inferensi dan aplikasi. Sementara itu, Abruscato (Patta
Bundu, 2006:23) membuat penggolongan keterampilan proses Sains (IPA) menjadi dua
tingkatan, yaitu:

Tabel 1. Pengelompokkan Keterampilan Proses Sains

Basic Skills (keterampilan dasar) Integrated Skills (keterampilan terintegrasi)


a. Observing (mengamati) a. Controlling variable
b.Using space relationship (menggunakan (mengontrol variable)
hubungan ruang) b. Interpreting data
c. Using number (menggunakan angka) (menafsirkan data)
d. Classifying (mengelompokkan) c. Fomulating hypothesis
e. Measuring (mengukur) (menyusun hipotesis)
f. Communicating (mengkomunikasikan) d. Defining operationally
g. Predicting (meramalkan) (menyususn definisi
h. Inferring (menyimpulkan) operasional)
e. Experimenting (melakukan
percobaan)

Sedangkan menurut Rezba, et. al. (1995: 1), Keterampilan proses tingkat dasar
meliputi: observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inferensi.
Keterampilan proses terpadu meliputi : menentukan variabel, menyusun tabel data,
menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan,
menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan,
dan melakukan eksperimen. Keterampilan proses IPA dasar merupakan cara yang
dilakukan ketika mereka menemukan pengetahuan, sedangkan keterampilan proses IPA
lanjutan dipergunakan untuk melakukan beberapa mempertimbangkan terakhir di
pemecahan masalah pengetahuan melalui percobaan.

Keterampilan proses IPA dasar sangat ditekankan pada sekolah dasar (Patta Bundu.
2006:19). Dengan keterampilan proses dasar Sains akan membentuk fondasi untuk
kemudian dan keterampilan pemikiran lebih rumit. Oleh karena itu, untuk tingkat
pendidikan dasar di SD maka penguasaan proses IPA difokuskan pada keterampilan proses
sains dasar (basic science process skills) yang meliputi:

1) Keterampilan observasi (pengamatan)

Kegiatan pengamatan merupakan keterampilan dasar dalam penyelidikan ilmiah


dan penting dalam mengembangkan keterampilan proses lainnya seperti komunikasi,
menyimpulkan, prediksi, mengukur dan klasifikasi (Funk, dkk. 1995: 3). Pengamatan
dilakukan menggunakan indera-indera untuk melihat, mendengar, mengecap, meraba,
dan membau. Senada dengan pendapat tersebut, Srini M. Iskandar (1996/1997:49)
menyatakan bahwa pengamatan ilmiah adalah proses pengumpulan informasi dengan
mempergunakan semua indera atau memakai alat untuk membantu indera misalnya,
kaca pembesar. Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah pengumpulan informasi dengan menggunakan semua panca indera untuk
melihat, mendengar, mengecap, meraba dan membau untuk dapat dikembangkan dalam
keterampilan lainnya. Contoh kongkritnya adalah siswa diminta untuk mengamati
beberapa tepung yang berbeda jenisnya, rasa,bau, bentuk dan warnanya. Hal tersebut
dilakukan dengan menggunakan panca indra. Selanjutnya bisa dengan mengamati
umbi umbian secara langsung dari bentuk, warna dan baunya.

2) Keterampilan Klasifikasi (penggolongan)

Pengklasifikasian adalalah mengorganisasikan materi kejadian atau fenomena ke


dalam kelompok logis (Patta Bundu: 26). Dengan kata lain, mengelompokan objek-
objek menurut sifat-sifat tertentu baik ukuran, bentuk, warna, atau fenomena lannya.
Sedangkan menurut Usman Samatowa (2006: 95) menyatakan mengelompokan
merupakan suatu proses pemilihan objek-objek atau peristiwa-peristiwa berdasarkan
persamaan dan perbedaan sifat atau cirri-ciri dari suatu objek atau peristiwa tersebut.
Kegiatan mengelompokan dapat dapat berupa mencari persamaan, perbedaan atau
membandingkan antar objek. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
menggolongkan adalah pengorganisasian objek-objek dengan mencari persamaan,
perbedaan, ataupun membandingkan berdasarkan menurut sifat-sifat tertentu baik
ukuran, bentuk, warna, atau fenomena lannya. Contohnya adalah siswa menggolongkan
berbagai hewan yang memiliki ciri-ciri khusus, sifat logam berdasarkan kemagnetanya
dan lain-lain.

3) Keterampilan Pengukuran

Mengukur merupakan pencarian ukuran suatu objek untuk menentukan panjang,


masaa maupun ruang yang ditempati objek (Trianto, 2010: 146). Dalam prosesnya
objek dibandingkan dengan suatu pengkuran standar dengan alat atau satuan sesuai.
Keterampilan mengukur penting untuk melakukan pengamatan kuantitatif,
membandingkan, dan klasifikasi objek serta mengkomunikasikan secara efektif (Funk,
dkk. 1995: 43). Jadi mengukur merupakan penentukan ukuran suatu objek didasarkan
pada pengukuran standar baik panjang, masa, volume yang dapat menentukan dalam
keterampilan proses lainnya secara efektif. Contohnya adalah siswa dapat melakukan
pengukuran suhu menggunakan thermometer, menimbang dengan berbagai neraca,
mengukur volum dengan gelas ukur dan mengukur panjang dengan menggunakan
penggaris.

4) Keterampilan Inferensi (menyimpulkan)

Inferensi merupakan penarikan kesimpulan dan penjelasan dari hasil pengamatan


(Patta Bundu 2006: 28). Hasil yang telah terkumpul dari pengamatan selajutnya
dilakukan penafsiran atau penjelasan. Senada pendapat tersebut menurut Trianto (2010:
145) mengiferensi adalah pengajua n hasil-hasil yang dihasilkan dari suatu pengamatan.
Dalam inferensi kesimpulan yang diperoleh bersifat tentative atau sementara saat itu
dan selalu terbuka untuk diuji lebih lanjut. Dengan demikian, mengiferensi adalah
penarikan kesimpulan sebagai hasil dari penafsiran yang didasarkan pada hasil
pengamatan terhadap objek dan bersifat tentatif.

5) Keterampilan Komunikasi

Komunikasi adalah kemampuan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau


pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis (Patta
Bundu. 2006: 26). Bentuknya dapat berupa grafik, laporan, gambar, diagram, atau tabel.
Sementara Dimyati dan Mudjiono (2006:150), mengkomunikasikan adalah
menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam
bentuk suara, visual, atau suara visual. Komunikasi merupakan dasar untuk
memecahkan masalah maupun mengemukakan ide dan gagasan sehingga dapat
dipahami dan mengerti orang lain. Dari pendapatpendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa komunikasi adalah penyampaian hasil pengamatan baik lisan maupun tertulis
berupa grafik, laporan, gambar, diagram, atau tabel untuk memecahkan masalah atau
mengemukan ide sehingga dapat dipahami dan mengerti.

6) Keterampilan Prediksi

Prediksi merupakan pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu


percobaan (Trianto. 2010: 145). Hasilnya didasarkan pada pengamatan dan inferensi
sebelumnya. Senada dengan pendapat tersebut, Patta Bundu (2006: 27) menyatakan
prediksi adalah suatu perkiraan yang spesifik pada bentuk observasi yang akan datang.
Kemampuan prediksi akan mempermudah kemampuan beriteraksi dengan
lingkungannya belajar kemungkinan terjauh datang dengan mempelajari pola-pola yang
sebelumnya terjadi. Dengan demikian, prediksi adalah perkiraan yang didasarkan pada
pengamatan dan inferensi sebelumnya untuk dapat melihat pola-pola yang terjadi yang
akan datang. Contohnya adalah apa yang terjadi pada lampu senter jika ada pemasangan
baterainya yang terbalik?.

D. Indikaator Keterampilan Proses Sains menurut Rustaman (2005:78)

1. Keterampilan mengamati.
Melakukan pengamatan merupakan penggunaan alat indera secara optimal dalam
rangka memperoleh suatu informasi untuk hal ini siswa harus menggunakan semua alat
inderanya seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman.
2. Mengelompokkan/Klasifikasi
Suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-
syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari
kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari
dasar penggolongan.
3. Menafsirkan
Menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. dari mengamati langsung, lalu
mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-
hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri
pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.
4. Meramalkan
Keterampilan meramalkan atau mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum
terjadi berdasarkan suatu pola yang sudah ada, menggunakan pola-pola atau hubungan
informasi/ukuran/hasil observasi dan mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola
atau kecenderungan.
5. Mengajukan pertanyaan
Kemampuan mengajukan pertanyaan baik pertanyaan yang meminta penjelasan tentang
apa, mengapa dan bagaimana ataupun menanyakan sesuatu hal yang berlatar belakang
hipotesis. Keterampilan proses mengajukan pertanyaan memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, baik yang bersifat
penyelidikan maupun yang tidak secara langsung bersifat penyelidikan.
6. Merumuskan hipotesis
Keterampilan pmenggunakan informasi dengan mengemukakan dugaan atau
generalisasi sementara yang dapat menjelaskan atau menghubungkan sifat-sifat benda
peristiwa, berhipotesis melibatkan keterampilan menduga sesuatu, menguraikan
sesuatu yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara dua variabel pengetahuan
yang telah dimilikinya.
7. Merencanakan percobaan
Siswa dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan variabel
yang harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah. Demikian pula siswa perlu
untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan
langkah-langkah kerja. Selanjutnya siswa menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil
pengamatan.
8. Menggunakan alat/bahan
Siswa harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh
pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara
menggunakan alat dan bahan.
9. Menerapkan konsep
Menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan
mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menemukan
penjelasan (konsep) tentang suatu peristiwa yang sedang terjadi. Keterampilan
menerapkan konsep/prinsip menjadi penunjang dalam
10. Berkomunikasi
Mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan, mentransfer suatu
bentuk penyajian ke bentuk penyajian yang lainnya atau menggunakan kriteria untuk
menyajikan data ke bentuk yang dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

E. Pengembangan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran

Guru memegang peranan penting dalam penanaman keterampilan proses siswa. Secara
umum peranan guru adalah melibatkan siswa dengan berbagai pengalaman yang membantu
mengembangkan keterampilan proses yang dimiliki. Untuk dapat mengajarkan
keterampilan proses pada siswa dan menerapkannya dalam suatu kurikulum, sebelumnya
guru harus mempelajari untuk dirinya sendiri Menurut Harlen (Patta Bundu, 2006: 32)
menyatakan ada lima aspek yang perlu dilakukan guru dalam mengembangkan
keterampilan proses siswa yaitu:
a) Memberikan kesempatan menggunakan keterampilan proses dalam setiap materi
dan fenomena pada saat pembelajaran
b) Memberikan kesempatan berdiskusi dalam kelompok kecil maupun dalam
kelompok besar (keseluruhan kelas).
c) Mendengarkan apa yang dikemukakan (ide/pemikiran) siswa dan menelaah hasil
yang mereka peroleh serta mempelajari keterampilan proses apa saja yang
digunakan siswa untuk menyusunnya
d) Mendorong adanya review kritis siswa dari setiap kegiatan yang telah dilaksanakan.
e) Menyiapkan teknik yang luwes untuk mengembangkan keterampilan proses.
DAFTAR PUSTAKA

Srini M. Iskandar. (1996/1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis. (1991/1992). Pendidikan IPA II. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains-SD. Jakarta: DEPDIKNAS.
Rezba. et al. (1995). Learning and Assesing Science Process Skill. Kendall: Hunt Publising
Company
Usman Samatowa. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai