ABSES RETROPERITONIUM
OLEH:
Fiky Aripin
NPM. 2014901110028
Etiologi :
Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi ke dalam lingkungan rongga peritoneum yang steril melalui perforasi
usus, misalnya ruptur dari apendiks dan divertikel kolon. Bahan kimia yang dapat mengiritasi peritoneum, misalnya
asam lambung dari perforasi gaster atau empedu dari perforasi kantung empedu atau laserasi hepar. Pada wanita
sangat dimungkinkan peritonitis terlokalisasi pada rongga pelvis dari infeksi tuba falopi atau rupturnya kista ovari.
(Akujobi, et al., 2014).
1. Peritonitis primer juga dapat disebabkan oleh karena penggunaan kateter peritoneum, seperti pada kateter
dialisis peritoneum. (Mazuski & Solomkin, 2011).
2. Peritonitis sekunder disebabkan oleh penyakit pada organ abdomen, trauma pada abdomen, dan operasi intra-
abdominal sebelumnya. Trauma pada abdomen dapat berupa trauma tajam, tumpul, atau iatrogenik. Peritonitis
sekunder akibat komplikasi operasi, contohnya kebocoran anastomosis usus. (Mieny & Mennen, 2013).
3. Peritonitis tersier timbul akibat gagalnya terapi peritonitis atau karena imunitas pasien yang tidak adekuat.
Gangguan sistem imun yang signifikan pada pasien dengan peritonitis teriser menyebabkan mikroorganisme
dengan patogenik yang rendah untuk proliferasi dan menyebabkan penyakit ini. (Lopez, et al., 2011).
PATHWAY
Respon peradangan pada peritonium dan organ didalamnya
Respon
diskontinuitas
psikologis Curah jantung
jaringan menurun Intake nutrisi
tidak adekuat
1. Demam.
2. Nyeri perut yang semakin terasa jika bergerak atau disentuh. Nyeri perut ini bisa dirasakan sangat parah (kolik
abdomen).
3. Perut kembung.
4. Mual dan muntah.
5. Nafsu makan menurun.
6. Diare.
7. Konstipasi dan tidak bisa buang gas.
8. Lemas.
9. Jantung berdebar.
10. Terus-menerus merasa haus.
11. Tidak mengeluarkan urine atau jumlah urine lebih sedikit. (Karsuit, et all 2016).
Komplikasi :
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana
komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, Pemeriksaan penunjang :
yaitu:
a. Komplikasi dini Menurut Kristiyanasari (2012)
- Septikemia dan syok septic Radionuclide scanning
- Syok hipovolemik Pemeriksaan abdomen dengan
kontras
- Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan
Urogram
kegagalan multi system CT scan, memberikan gambaran
- Portal Pyemia (misal abses hepar) yang akurat
b. Komplikasi lanjut
- Obstruksi intestinal rekuren
Penatalaksanaan :
Menurut PEI, 2015, penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut :
a. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari penatalaksanaan medik.
d. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi.
e. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga diperlukan.
g. Tindakan pembedahan diarahkan pada eksisi ( appendks), reseksi , memperbaiki (perforasi ), dan
drainase ( abses ).
3. Perubahan nutrisi kurang dari nafsu makan dapat 1. Awasi haluan selang NG, dan
timbul kembali dan catat adanya muntah atau
kebutuhan berhubungan
status nutrisi diare.
dengan anoreksia dan muntah terpenuhi. 2. Timbang berat badan tiap
Kriteria Hasil: hari
(00085, NANDA 2018-2020)
1. Status nutrisi terpenuhi
3. Auskultasi bising usus,
2. Nafsu makan klien timbul catat bunyi tak ada atau
kembali hiperaktif.
4. Catat kebutuhan kalori
3. Berat badan normal yang dibutuhkan.
5. Monitor Hb dan albumin
6. Kaji abdomen dengan sering
4. Jumlah Hb dan albumin untuk kembali ke bunyi yang
normal lembut, penampilan bising
usus normal, dam kelancaran
flatus.
DAFTAR PUSTAKA
( ) ( )
Perseptor Akademik,
( )