Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara berkembang dengan jumlah penduduk lanjut usia
(lansia) pada tahun 2020 di perkirakan mencapai 28,8 juta jiwa atau 11,34 persen. Dari
jumlah penduduk di tanah air angka ini menjadi tantangan agar tercipta lansia sehat dan
produktif. Lansia adalah seorang yang telah memasuki usia 45 tahun keatas. lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. kelompok yang di kategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang di
sebut aging atau proses penuaan (Nugroh,2011).
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang di tandai dengan tahapan tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang di tandai dengan semakin rentannya
tubuh terhadap berbagai serangan penyakit terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi
sel jaringan serta system organ. Salah satu organ yang terkena adalah system kardio
vaskuler. (friedman,2013). Usia yang bertambah akan terjadi penurunan elastisitas dari
penurunan tekanan darah dinding aorta, dimana akan terjadi penebalan pada kutub
jantung, ,curah jantung menurun,jantung mengalami pembesaran rongga, bilik kiri juga
mengalami penurunan,hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung untuk
memompakan darah. hal ini akan menyebabkan gangguan pada tekanan darah seperti
hipertensi (Fatimah,2015).
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah
seseorang (lansia) sistolik 140 mmHg ≥ dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
maksudnya bila tekanan darah sistoliknya mencapai nilai 140 mmhg atau lebih dan
tekanan darah diastoliknya mencapai nilai 80 mmhg atau lebih tinggi. lebih dari 95,0%
kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya secara benar. Hipertensi sering terjadi pada
lanjut usia akibat pada proses penuaan terjadi pembuluh darah yang tadinya lentur dan
elasatis akan mengeras dan menjadi kaku sehingga terjadi tekanan darah tinggi atau
hipertensi (Arif dkk,2012).
Tekanan darah pada usia lanjut akan naik secara bertahap, elastisitas jantung pada
orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% di bandingkan dengan orang muda berusia
20 tahun. di karenakan arteri pada tubuh lansia menjadi kaku, namun juga karena
perubahan gaya hidup, stress yang meningkat, paling banyak di temukan pada mereka
yang berusia diatas 40 tahun keatas. Individu yang berumur diatas 60 tahun,50-60 %
mempunyai tekanan darah lebih besar, hal ini di pengaruhi oleh degenerasi yang terjadi
pada orang yang bertambah usia (wulandari,2013)
Hipertensi tidak mempunyai tanda dan gejala yang menunjukan tekanan darah
yang meninggi dan hanya terdeteksi pada saat pemeriksaan fisik. Skit kepala pada
tengkuk merupakan cirri ciri yang sering terjadi pada hipertensi berat. Gejala lain
pusing,mudah lelah dan berdebar debar (palpitasi). Namun gejala tersebut kadang tidak
muncul pada penderita, bahkan pada kasus penderita darah tinggi biasanya tidak
merasakan apa apa. Peninggian tekanan darah merupakan satu satunya gejala.
(Nurrahmani,2012).
World Health Organisation (WHO) dan The International Society of
Hypertension (ISH) mencatat jumlah penderita hipertensi mencapai 600 juta jiwa di
seluruh dunia dan 3 juta diantaranya meninggal dunia setiap tahun. Hipertensi menempati
proporsi penyakit tidak menular (PTM) dengan angka tertinggi yaitu sebesar 57,87% di
Jawa Tengah pada tahun 2015 (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015). Di
Indonesia jumlah lanjut usia yang berusia 65 tahun keatas pada tahun 2010 adalah 11 juta
jiwa, dan diproyeksikan akan meningkat 7,2% pada tahun 2020 (Tamher
&Noorkasiani,2019). Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia di Indonesia sebesar
45,9% untuk umur 55-64 tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8% umur >75 tahun
(Sirkesnas, 2016).
Jumlah penderita tahun 2013 indonesia menduduki urutan pertama dengan
penderita hipertensi sebanyak 65.048.110, tahun 2013 kalimantan selatan penderita
hipertensi menduduki urutan pertama dengan penderita sebnyak 205.483 jiwa, tahun
2013 di kabupaten banjar masin penderita hipertensi menduduki urutan ke dua dengan
penderita sebnyak 7,738 jiwa. (Depkes RI,2012)
Data Riskesdas kemenkes tahun 2014, mengetahui bahwa angka kejadian
hipertensi sebanyak 36,8% sementara itu kasus hipertensi yang belum berhasil
terdiagnosa juga masih sangat tinggi yakni 63,2%. Dari hasil riskesdes provinsi Sumatra
barat tahun 2019 dengan jumlah penderita hipertensi sekitar 18,8% dan Sumatra barat
menduduki urutan ke enam dari daerah yang penderita penyakit hipertensi terbanyak
yang di alami oleh masyarakat. Angka kejadiannya juga cenderung meningkat,hal ini
sehubungan dengan kebiasaan masyarakat yang suka mengkonsumsi makanan yang
berkolesterol tinggi.
Pola diet tinggi garam terutama pada pasien dengan sensitivitas yang garam tinggi
berkontribusi dalam menimbulkan tekanan darah tinggi. Pola hidup yang tidak inaktivitas
fisik dan pola diet yang salah dapat menimbulkan obesitas. Obesitas juga berperan juga
meninggkatkan resiko hipertensi esensial sebagaimana suatu studi menunjukkan
penurunan berat badan diikuti penurunan tekanan darah. Obesitas dapat memicu
hipertensi melalui beberapa mekanisme diantaranya kompresi ginjal oleh lemak,
retroperitoneal dan visceral. Peningkatan lemak visceral terutama lemak retroperitoneal
dapat memberikan efek kompresi pada vena dan perenkim renal sehingga meningktan
tekanan intrarenal, mengganggu natriuresis sehingga mengakibatkan hipertensi
(http://healthyageing.2021.com).
Upaya penatalaksanaan hipertensi terdiri dari dua penatalaksanaan yaitu
pengobatan farmakologi dan non farmakologi. Kedua penatalaksanaan ini harus di jalani
secara bersamaan untuk memperoleh perbaikan kondisi tekanan darah yang optimal
penatalaksanaan hipertensi secara farmakologis ialah melibatkan beberapa golongan obat
anti hipertensi. Pemilihan terapi secara farmakologis tergantung pada derajat atau
tingkatan tekanan darah dan indikasi khusus kebanyak penderita dengan hipertensi
tingakat satu harus diobati pertama-tama dengan diuretic dan pada penderita hipertensi
tipe dua pada umumnya diberikan diberikan terapi kombinasi yang salah satu obatnya
ialah diuretic thiazid.(Wulandari,2015)
Penatalaksanaan secara non farmakologis merupakan terapi selain mengkonsumsi
obat obatan yang terdiri dari diet yang teratur,menghindari stress serta dengan olahraga
salah satunya seperti melakukan senam peregangan.
Senam peregangan merupakan olahraga yang sangat mudah dilakukan, tujuannya
ialah untuk melenturkan atau melemaskan otot otot yang kaku. Senam peregangan juga
bisa menjadi senam pembuka bagi senam jenis lain, terutama senam irama. Untuk
melakukannya tak perlu lama lama hanya cukup melakukan selama 3-5 menit, asalkan
gerakannya aktif dan dinamis sehingga memang dapat membuat otot tubuh terasa
lentur,tidak kaku, dan tidak rentan mengalami cedera saat berolaraga dengan gerakan
yang lebih rumit
Senam peregangan dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi kekakuan
arteri. stimulasi peregangan dapat berulang dapat mengurangi aktivitas saraf simpatis,
sehingga menurunkan kekakuan arteri. serabut simpatis menyebabkan vasokontriksi pada
bagian besar pembulu darah,penurunan aktivitas serabut vasomotor (serabut saraf
simpatis) akan memberikan relaksasi otot polos vaskuler,yang akan menyebabkan
peningkatan diameter arteri sehingga akan menurunkan tekanan darah.(Nhisiwaki,2016).
Manfaat dari Senam peregangan yaitu meningkatkan kebugaran fisik dengan cara
memperlancar transportasi zat-zat yang diperlukan tubuh dan pembuangan sisa-sisa zat
yang tidak diperlukan oleh tubuh. Mengoptimalkan gerakan, dengan cara mengulur otot-
otot ligament, tendon, dan persendian sehingga dapat bekerja secara baik, latihan
peregangan dapat meningkatkan relaksasi otot fisik, dengan cara penguluran otot-otot
tubuh yang tegang menjadi lebih rileks dan nyaman, melancarkan sirkulasi darah sehingga
membantu mengendurkan ketegangan syaraf dan melatih otot agar lebih kuat. ( Suharjana ,2013)
Penelitian yang dilakukan oleh (Depa PM, (2016) dengan judul pengaruh senam
peregangan terhadap perubahan tekanan darah dimana hasil penelitian di peroleh bahwa
rata rata tekanan darah sistolik 140 mmHg ≥ dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Nilai
rata-rata tekanan darah sistolik pretest adalah 160,3 mmHg, tekanan darah diastolik pretest adalah
95,1 mmHg dan tekanan darah sistolik posttest adalah148,5 mmHg, tekanan darah diastolik
posttest adalah 87,4 mmHg. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan p value
<0,000 berarti ada pengaruh senam peregangan terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di
RW 16 kelurahan banjarsari surakarta .
Perawat merupakan salah satu tenaga medis tugasnya melayani masyarakat dan
memiliki kewajiban dalam memberi asuhan keperawatan. Setiap kewajiban dan peran
yang dijalankan haruslah sesuai dengan kewenangan orang itu sendiri, begitu juga dengan
perawat, perawat harus menjalankan peran dan kewajibannya sebagai seorang perawat
berdasarkan wewenang yang ia miliki. Ada banyak peran perawat di rumah sakit antara
lain: memberikan asuhan keperawatan, pendidik, advokat, klien, konselor, agen
pengubah, pemimpin, manajer, manajer khusus, serta peneliti dan pengembang praktik
keperawatan. tindakan dan keputusan yang di ambil perawat harus dilaksanakan secara
komprehensif, bukan hanya berfokus pada tindakan promotif tetapi juga pada tindakan
preventif kepeda individu yang sedang membutuhkan pelayanan seperti memberikan
asuhan keperawatan pada keluaga Bapak N dengan diagnose hipertensi.
Saat di lakukan survey awal pada tanggal 16 februari 2021 di wilayah lolong
belanti RW 09 di dapatkan data bahwa penyakit hipertensi merupakan jumlah penyakit
terbanyak yang di derita oleh lansia selama 5 bulan terakhir, dari jumlah data penyakit
yang tidak menular ,hipertensi merupakan jumlah penyakit terbanyak yang di temukan di
Pusksemas Ulak Karang salah satunya yang menderita adalah Bapak N terakhir.
Saat di lakukan wawancara Bapak N mengatakan bahwa Bapak N menderita
penyakit hipertensi selama 3 tahun terakhir ,yang diawali dengan sakitnya kepala, pundak
terasa berat dan sangat sulit untuk tidur, kemudian Bapak N pergi berobat ke Puskesmas
Ulak Karang saat diperiksa tekanan darah Bapak N 180/110 mmhg sehingga Bapak N di
diagnose menderita hipertensi.
Saat di lakukan pengkajian di dapatkan data tekanan darah Bapak N 180/110
mmhg, Nadi 80x/i, pernafasan 20x/i dan suhu 36 oC , kepala terasa nyeri seperti di tusuk
tusuk, pundak terasa berat dan susah tidur. Saat wawancara di dapat data bahwa selama
ini Bapak N tidak menyediakan obat anti hipertensi dirumah, jarang minum obat. Saat
tekanan darah tinggi Bapak N mengkonsumsi obat warung, diet tampa garam dan tidak
pernah melakukan olahraga.
Bapak N tidak mengetahui bahwa dengan melakukan senam peregangan juga
bisa menurun tekanan darah. Data diatas memperlihatkan bahwa penatalaksanaan
hipertensi di keluarga Bapak N belum optimal. Berdasarkan masalah diatas maka penulis
tertarik untuk menerapkan senam peregangan pada lansia untuk menurunkan tekanan
darah
B. Tujuan Umum
1. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga Bapak N hipertensi melalui
penerapan senam peregangan untuk menurunkan tekanan darah pada lansia. di lolong
belanti RW 09 tahun 2021.
2. Tujun Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keluarga lansia pada bapak N dengan kasus
hipertensi menggunakan perlakuan senam peregangan di lolong belanti Rt 01 Rw
09 tahun 2021
b. Mampu menegakan diagnose keperawatan keluarga lansia pada bapak N dengan
kasus hipertensi menggunan perlakuan senam peregangan di lolong belanti Rw
09 tahun 2021.
c. Mampu menyusun rencana hipertensi keperawatan keluarga lansia pada bapak N
dengan kasus hipertensi menggunan perlakuan senam peregangan di lolong
belanti Rw 09 tahun 2021.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga lansia pada bapak N
dengan kasus hipertensi menggunakan perlakuan senam peregangan di lolong
belanti Rw 09 tahun 2021.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan keluarga lansia pada bapak N
dengan kasus hipertensi menggunakan perlakuan senam peregangan di lolong
belanti Rw 09 tahun 2021
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga lansia pada bapak N
dengan kasus hipertensi menggunakan perlakuan senam peregangan di lolong
belanti Rw 09 tahun 2021
C. Mamfaat
1. Bagi profesi keperawatan
Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi bahan masukan bagi profesi keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga lansia dengan kasus hipertensi
2. Bagi pimpinan puskesmas
Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi salah satu bahan masukan dan pertimbangan
bagi pimpinan puskesmas atau pemegang program lansia dalam membuat
kebijakan terkait dengan peningkatan atau pengembangan asuhan keperawatan
keluarga dengan penyakit tertentu khususnya hipertensi dengan perlakuan senam
peregangan untuk menurunkan tekanan darah.
3. Bagi pimpinan Stikes
Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa kesehatan
perawat khususnya dalam menerapkan asuhan keperawatan pada kasus hipertensi
dengan perlakuan senam peregangan untuk menurunkan tekanan darah.
4. Bagi peneliti
Mengaplikasikan asuhan keperawatan professional pada kasus hipertensi dengan
perlakuan senam peregangan untuk menurunkan tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai