Perencanaan Dan Perancangan City Hotel Di Palembang
Perencanaan Dan Perancangan City Hotel Di Palembang
Perencanaan Dan Perancangan City Hotel Di Palembang
DISUSUN OLEH :
FRISKA PERMATA SARI
03121406027
DOSEN PEMBIMBING :
ABSTRAK
“City Hotel di Palembang”
Kota Palembang sebagai salah satu kota terbesar di Provinsi Sumatera Selatan merupakan
pusat segala kegiatan aktifitas baik ekonomi, perdagangan, jasa dan industri. Kota Palembang
dapat berperan langsung dalam lingkup baik skala nasional maupun international. Semakin
banyak diadakan hubungan dengan negara lain akan membuka peluang masuknya wisatawan
asing yang bertujuan untuk berbisnis maupun berwisata. Untuk mengantisipasi kedatangan
wisatawan dalam negeri maupun asing ke Palembang untuk kegiatan berbisnis dan berwisata
dibutuhkan hotel yang disediakan untuk masyarakat yang ingin berwisata, berbisnis, dll, maka
dari itu dibutuhkan sebuah perencanaan City Hotel di palembang untuk mewadahi akomodasi
tersebut. Kondisi kota Palembang yang terus berkembang menimbulkan keterbatasan lahan,
kepadatan bangunan menjadi permasalahan untuk pembangunan hotel di Palembang, hal tersebut
menyebabkan nilai tanah meningkat dimana harga tanah untuk pembangunan hotel menjadi
sangat tinggi, dengan melihat kondisi tersebut dibutuhkan sebuah perencanaan pembangunan
yang komprehensif dan mempertimbangkan efisiensi secara maksimal. Dengan perkembangan
Arsitektur di Indonesia terdapatlah sebuah solusi untuk permasalahan diatas, yaitu sebuah
metode pembangunan yang mempunyai kelebihan cepatnya pembangunan, hemat lahan, dan
punya keuntungan ekonomis, Metode ini dinamakan Metode Prefabrikasi. Dengan adanya
metode ini, maka perencanaan dan perancangan City Hotel di Palembang ini menggunakan
Pendekatan perancangan Bangunan City Hotel dengan Metode Prefabrikasi, desain bangunan
pada struktur dan finishingnya menggunakan material yang prefabrikasi sesuai dengan ukuran
bahan yang sudah dibuat dipabrik, lalu bentuk bangunannya juga mengikuti kriteria bangunan
prefabrikasi yang sudah ada, dan pada tapak menggunakan material yang sudah dibuat dipabrik
atau prefabrikasi seperti saluran air dan kansten. Diharapkan dengan metoda tersebut penulis
dapat merencanakan sebuah hotel yang praktis dan efisiensi sesuai dengan keterbatasan lahan
yang terus terjadi.
Kata Kunci : Kota Palembang, City Hotel, Prefabrikasi.
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum wr.wb
Puji Syukur kehadirat Allah Swt. Karena atas nikmat dan karunia-Nya maka laporan
proposal Pra Tugas Akhir ini yang berjudul “Perencanaan dan Perancangan City Hotel ”
dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam melaksanakan penulisan laporan proposal Pra Tugas Akhir ini penulis banyak
mendapat saran dan masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis dengan
segenap hati mengucapkan terima kasih kepada :
2. Ibu Widya Fransiska S.T, M.M, PhD, dan Bapak Fajri Romdhoni S.T, M.T selaku
pembimbing proposal pra tugas akhir.
3. Seluruh dosen dan staff administrasi Jurusan Arsitektur Universitas Sriwijaya, terima
kasih atas bimbingan dan dukungan morilnya
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan ini masih sangat jauh ari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik, saran dan petunjuk yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................................................... x
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Sasaran ............................................................................................................................. 3
1.4 Ruang Lingkup.................................................................................................................................... 3
1.5 Metode Penulisan ................................................................................................................................ 4
1.6 Sistematika Pembahasan ..................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................... 6
2.1 Tinjauan Literatur ............................................................................................................................... 6
2.1.1 Definisi City Hotel ....................................................................................................................... 6
2.1.2 Klasifikasi Hotel .......................................................................................................................... 7
2.1.3 Karakteristik Hotel Bisnis .......................................................................................................... 18
2.1.4 Dasar Penentuan Fasilitas Hotel Bisnis ..................................................................................... 19
2.2 Tinjauan Fungsional.......................................................................................................................... 21
2.2.1 Fungsional City Hotel di Palembang ......................................................................................... 21
2.2.2 Aktivitas City Hotel di Palembang ............................................................................................ 21
2.2.3. Kegiatan City Hotel di Palembang ........................................................................................... 24
2.2.4 Pelaku Kegiatan ......................................................................................................................... 24
2.2.5 Struktur Organisasi .................................................................................................................... 28
2.3 Tinjauan Kontekstual .................................................................................................................... 28
2.3.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Palembang ............................................................................. 28
2.3.2 Tata Ruang Kota Palembang...................................................................................................... 30
2.3.3 Kriteria Pemilihan Lokasi .......................................................................................................... 30
2.3.4 Potensi Lokasi ............................................................................................................................ 32
2.4 Tinjauan Objek Sejenis ..................................................................................................................... 32
2.4.1 Objek Sejenis Fungsional........................................................................................................... 32
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
BAB I
PENDAHULUAN
Kota Palembang sebagai salah satu terkota besar di Provinsi Sumatera Selatan merupakan
pusat segala kegiatan aktifitas baik ekonomi, perdagangan, jasa dan industri. Kota Palembang
dapat berperan langsung dalam lingkup baik skala nasional maupun international. Semakin
banyak diadakan hubungan dengan negara lain akan membuka peluang masuknya wisatawan
asing yang bertujuan untuk berbisnis maupun menanamkan modal di Kota Palembang. Untuk
mengantisipasi kedatangan wisatawan dalam negeri maupun asing ke Palembang untuk kegiatan
berbisnis, maka Palembang memerlukan fasilitas pendukung seperti akomodasi untuk tempat
menginap, salah satunya adalah hotel bintang yang menyediakan fasilitas lengkap untuk
pertemuan bisnis sekaligus untuk tempat rekreasi.Bahkan menurut Menurut Herlan A. selaku
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia(PHRI) Sumatra Selatan, secara umum
prospek bisnis di Palembang, terutama di sektor jasa, seperti perhotelan dan restoran masih
sangat menjanjikan . Sehingga pembangunan City Hotel di Palembang ini merupakan solusi
yang tepat dengan kondisi kota Palembang saat ini.
Dalam program Palembang Emas 2018, potensi dan peluang investasi dibidang sektor
pariwisata, ialah termasuk perhotelan dan MICE (Meeting, Incentive, Conference, and
Exhibition). Keberadaan MICE akan mendukung dalam kelengkapan fasilitas hotel. Kebutuhan
city hotel secara umum yang meliputi, guest room/ kamar tidur dengan berbagai kelas dengan
menyediakan fasilitas lainnya seperti pelayanan makanan dan minuman (restoran),
laundry,servis. Serta khusus untuk pelaku bisnis, fasilitas tambahan lainnya seperti business
center ataupun ruang pertemuan. Hotel juga menyediakan area komersil (supermarket, restoran)
sebagai fasilitas pendukung.
Selain itu kondisi Kota Palembang yang sedang berkembang ini telah terjadi kepadatan
bangunan, kepadatan bangunan ini menjadi permasalahan untuk pembangunan City Hotel di
Kota Palembang, karena di tengah kota Palembang sulit mencari lahan kosong yang besar,
karena tanah relative mahal, maka dari itu dituntut sebuah perencanaan dan perancangan City
Hotel yang efisien dari pemanfaatan lahan, dan dibutuhkan juga Hotel yang efisien dari segi
biaya pembangunan, karena pada dasarnya hotel membutuhkan suatu keuntungan.
Perkembangan arsitektur bangunan Hotel sudah sangat berkembang, bangunan hotel yang
sudah ada membutuhkan pembangunan yang cepat dan efisien, tetapi masih memenuhi standart
hotel. Bangunan hotel yang ada di kota Palembang saat ini belum ada yang pembangunannya
cepat dan efisien, bangunan hotel yang ada di Palembang saat ini masih menggunakan metoda
konvensional untuk pembangunannya, yang pada dasarnya metoda konvensional ini
mengandung banyak ketidakefisienan, terutama dari segi penggunaan bahan bangunan, waktu,
dan tenaga. Terlebih-lebih dalam jumlah banyak, ketidakseragaman dan mutu pada hasil
pekerjaan akan mudah dikenali.
Saat ini Indonesia mulai berkembang dengan metode prefabrikasi, metode prefabrikasi
adalah proses pabrikasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat-alat khusus dimana
berbagai jenis material disatukan sehingga membentuk bagian dari sebuah bangunan1 . Untuk
prefabrikasi, biasanya Produksi dari komponenkomponen ini dapat dilaksanakan di lokasi
lingkungan pabrik yang kemudian ditransportasikan ke lokasi proyek atau bila produksi dalam
jumlah yang besar serta pertimbangan lain produksi dapat dilaksanakan di lingkungan lokasi
proyek metode cara ini dikarenakan banyaknya keuntungan yang dapat di diperloleh
dibandingkan dengan sistem pekerjaan biasa. Bahwa pekerjaan ini disebabkan kemajuan
teknologi dalam konstruksi yang mempunyai kelebihan seperti cepatnya dalam pembangunan
dan pelaksanaan, hemat lahan, keuntungan ekonomis, kontrol kualitas. Ideal nya untuk suatu
bangunan yang menggunakan metode prefabrikasi ini bangunan harus berada di tengah kota,
agar transportasi untuk material prefabrikasi lebih mudah dan biasanya pada metode prefabrikasi
ini menggunakan sistem struktur modular, yang pada pelaksanaan pembangunan dengan
memanfaatkan material atau komponen pabrikasi yang dibuat di luar lokasi proyek atau di dalam
1
indri, wulfarm, 2008 potensi penggunaan sistem modular pada proyek konstruksi, jurnal teknik sipil Volume 8 No .
lokasi proyek namun perlu disatukan lebih dahulu antar komponennya(erection) ditempat yang
seharusnya/posisi dari komponen tersebut2.
Berdasarkan Latar Belakang diatas dibutuhkan City Hotel yang Efisien dari segi bentuk
bangunan karena lahan terbatas, efisiensi biaya pembangunan, efisiensi waktu, dengan adanya
metoda Prefabrikasi yang pada dasarnya lebih efisien dari pada metoda konvensional untuk
pembangunan sebuah bangunan maka metoda prefabrikasi dapat menjawab permasalah dari City
Hotel di Kota Palembang.
2
indri, wulfarm, 2008 potensi penggunaan sistem modular pada proyek konstruksi, jurnal teknik sipil Volume 8 No.
2, 170 - 183
a. Metode deskriptif yaitu studi pustaka dengan pengumpulan data-data sekunder dari buku,
majalah, surat kabar, maupun internet yang kemudian dikaji, dan membandingkan, serta
mengambil teori-teori tersebut yang fokus digunakan untuk menjelaskan laporan ini.
b. Melakukan identifikasi dan pendekatan tentang perancangan City Hotel sehingga
diperoleh gambaran yang cukup lengkap mengenai karakteristik dan kondisi City Hotel
yang ada
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tinjauan literatur, berisi tinjauan fungsional (kegiatan dan fasilitas) dan
kaitannya dengan tapak,arsitektur,struktur dan utilitas, tinjauan objek sejenis yang
menyangkut pelaksanaan perancangan City Hotel di Palembang
Pada bab ini menjabarkan tentang data analisis fungsional dan spasial, data dan analisis
konstekstual, data analisis arsitektural, data fungsional struktural, data dan analisis
fungsional utilitas.
Berisikan mengenai konsep yang di terapkan pada perangan Hotel Bisnis di Pusat Kota
Palembang sehingga mempermudah dalam penerapan pada gambar perancnagan nantinya
dimana meliputi konsep fungsional, bangunan serta tapak perancangannya.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Literatur
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia
5
Keputusan Menteri SK 241/H/70 tahun 1970
6
Buku Akomodasi perhotelan Jilid 1, 2008
7
Taoremoezi, 2000
8
Marlina, 2008
dari pengertian yang ada diatas Jadi, City Hotel di Palembang adalah Bangunan yang
fasilitas utamanya menyediakan penginapan,makan dan minum, sertas fasilitas penunjang
untuk umum dan tamu hotel, terletak di tengah kota Bandar Lampung yang sebagian
besar tamu nya bertujuan untuk bisnis.
9
Marlina, Endy. (2008). Panduan Perencanaan Bangunan Komersial.Yogyakarta :Andi Offset hal 60-61
10
Marlina, Endy. (2008). Panduan Perencanaan Bangunan Komersial.Yogyakarta :Andi Offset hal 59
11
Marlina, Endy. (2008). Panduan Perencanaan Bangunan Komersial.Yogyakarta :Andi Offset hal 58
o Besar minimal kamar tipe kelas. Makin tinggi bintangnya maka luas
minimal kamarnya akan makin besar.
o Banyaknya fasilitas yang tersedia. Makin tinggi tingkat bintang suatu
hotel, jumlah fasilitas, variasi fasilitas, dan besar maka fasilitasnya
akan makin banyak. Untuk hotel bintang 1 cukup disediakan 1 restoran
saja sementara hotel bintang 5, jumlah restoran yang disediakan
minimal 4 buah yang terbagi atas berbagai jenis restoran dan masakan
yang satu sama lain harus berbeda.
o Standar pelayanan yang berhubungan dengan rasio jumlah karyawan
terhadap tamu. Hal ini mempengaruhi tingkat kecepatan pelayanan
suatu hotel. Indonesia dalam menentukan kelas hotel mengacu pada
standar Star System.
2. Bedroom
o Minimum mempunyai 20 kamar dengan luasan 22 m²/kamar
o Setidaknya terdapat 1 kamar suite dengan luasan 44 m²/kamar
o Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai
o Tidak Bising
o Pintu Kamar dilengkapi pengaman
o Tata udara dengan pengatur udara
o Terdapat jendela dengan tirai tidak tembus sinar luar
12
Marlina, Endy. (2008). Panduan Perencanaan Bangunan Komersial.Yogyakarta :Andi Offset hal 73-79
o Dalam tiap kamar dan kamar mandi minimum terdapat 1 stop kontak
o Dinding kamar mandi kedap air 3.
3. Dinning Room
o Standar luas 1,5 m²/tempat duduk
o Tinggi ruangan lebih dari 2,6 m
o Terdapat akses langsung dengan dapur
o Tata udara dengan/tanpa pengatur udara
4. Bar
o Standar luas 1,1 m²/tempat duduk
o Terdapat 1 buah yang terpisah dari restoran
o Dilengkapi perlengkapan mencuci dengan air panas/dingin
5. Lobby
o Harus ada lobby
o Tata udara dengan Ac/Ventilasi
o Kapasitas penerangan minimal 150 lux
6. Sarana Olah Raga dan rekreasi
o Minimum 1 buah dengan alternatif pilihan : tenis, golf, fitness, billiard,
jogging, taman bermain anak, olah raga air (missal kolam
renang)/gunung
7. Utilitas Penunjang
o Terdapat transportasi vertikal yang bersifat mekanis
o Ketersedian air minimum 300 liter/orang/hari
o Daya listrik mencukupi
o Tata udara dengan/tanpa pengatur udara
o Terdapat Ruang mekanik
o Komunikasi dengan telepon salauran dalam (house phone), telepon
lokal, dan interlokal
o Minimum terdapa 1 ruang jaga
o Terdapat tempat penampungan sampah tertutup
o Terdapat saluran pembuangan air kotor
b. Hotel Bintang 3
1. Umum
Unsur dekorasi indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar tidur, dan
function room
2. Bedroom
o Terdapat minimum 20 kamar standart dengan luas 22 m²/kamar
o Terdapat minimum 2 kamar suite dengan luas 44 m²/kamar
o Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai
3. Dining room
Bila tidak berdampingan dengan lobby maka harus dilengkapi dengan
kamar mandi/wc sendiri
4. Bar
o Apabila berapa ruang tertutup maka harus dilengkapi dengan pengatur
udara mekanik (AC) dengan suhu 24°C
o Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m
5. Ruang funsional
o Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby
dengan kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar
o Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby
o Terdapat pre function
6. Lobby
o Mempunyai luasan minimum 30 m²
o Dilengkapi dengan lounge
o Toilet umum minimum 1 buah dengan perlengkapan
o Lebar koridor minimum 1,6 m
7. Drug Strore
o Minimum terdapat drugstore, bank, money changer, biro perjalanan,
air line agent, souvenir shop, perkantoran, butik dan salon
o Tersedia poliklinik
o Tersedia paramedis
c. Hotel Bintang 4
1. Umum
Minimum seperti Hotel Bintang 3
2. Bedroom
o Mempunyai minimum 50 kamar standar dengan luasan 24 m²/kamar
o Mempunyai minimum 3 kamar suite, dengan luasan minimum 48
m²/kamar
o Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai
o Dilengkapi dengan pengatur suhu kamar didalam bedroom
3. Dining room Mempunyai minimum 2 buah dinning room, salah satunya
berupa Coffee shop
4. Bar
o Apabila berapa ruang tertutup maka harus dilengkapi dengan pengatur
udara mekanik (AC) dengan suhu 24°C
o Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m
5. Ruang Funsional
o Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby
dengan kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar
o Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby
o Terdapat pre function
6. Lobby
o Mempunyai luasan minimum 100 m²
o Terdapat 2 toilet umum untuk pria dan 3 toilet umum untuk wanita
dengan perlengkapannya
7. Drug store
o Minimum terdapat drugstore, bank, money changer, biro perjalanan,
air line agent, souvenir shop, perkantoran, butik dan salon
o Tersedia poliklinik
o Tersedia paramedis
8. Sarana Rekreasi dan Olah Raga Sperti pada hotel berbintang 3 ditambah
dengan diskotik/nightclub kedap suara dengan AC dan toilet
9. Utilitas Penunjang Minimum sama dengan hotel Bintang 3 dengan:
o Transportasi vertikal mekanis
o Ktersediaan air bersih minimum 700 liter orang/hari
o Dilengkapi dengan instalasi air panas/dingin
Berdasarkan Klasifikasi Hotel diatas, City Hotel di Kota Palembang dapat dilihat seperti
Tabel Berikut :
13
Marlina, Endy. (2008). Panduan Perencanaan Bangunan Komersial.Yogyakarta :Andi Offset hal 41-42
c. Area layanan, adalah area yang diakses oleh staff hotel yang difungsikan
untuk menyiapkan layanan bagi tamu hotel. Area ini mempunyai karakter
sebagai berikut :
1. Perletakannya dirancang untuk memudahkan pencapaian ke seluruh
bagian hotel sehingga layanan dapat dilakukan secara efektif dan efisien
2. Jalur sirkulasi pada beberapa bagian perlu disediakan khusus, dibedakan
dengan jalur sirkulasi tamu
3. Lazimnya area ini ditempatkan pada level basement atau atap agar tidak
mengurangi area sewa terlalu banyak
Ruang-ruang dalam hotel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bagian depan
(front of the house) dan bagian belakang (back of the house), yang pengaturan
fungsinya sebagai berikut : 14
14
Marlina, Endy. (2008). Panduan Perencanaan Bangunan Komersial.Yogyakarta :Andi Offset hal 42-44
Pada sebuah hotel, ruang tidur merupakan ruang privat yang perlu di perhatikan
konfigurasinya untuk memenuhi tuntutan kenyamanan dan privatisasi konsumen di satu
sisi serta aspek efisiensi dari sisi komersial, sebagai sebuah bangunan komersial, efisiensi
merupakan tuntutan yang selalu ada pada rancangan sebuah hotel, namun aspek ini juga
perlu didamaikan dengan tuntutan kenyamanan. Untuk itu perlu diperhatkan bentuk
bedroom dan koridor pada hotel.
Offset Slab
Circular Tower
Triangular tower
VARIASI 24 27 62
8.8
Atrium
(Sumber : Marlina, 2008)
a. Lokasi
Lokasi dari pada hotel bisnis terletak di pusat-pusat kegiatan bisnis, seperti
perkantoran, perdagangan dan perbelanjaan.
b. Tamu
Tamu yang datang pada hotel mayoritas adalah kalangan bisnis, pengusaha,
karyawan dan profesional dengan kepentingan berbisnis, berdagang, tugas dinas,
c. Fasilitas
Fasilitas yang ada ditekankan pada fasilitas yang dapat menunjang kegiatan
bisnis para tamu, seperti ruang pertemuan, fasilitas komputer PABX, Fax telepon
dan sebagainya. Fasilitas pelayanan harus serba praktis, cepat dan ekonomis
sesuai dengan karakteristik para tamu yang sangat memperhitungkan waktu dan
uang.
a. Fungsi Utama : Fungsi Utama pada City Hotel ini adalah Falitas yang
menyediakan kamar-kamar untuk tamu yang menginap dan menyediakan makan
dan minum untuk tamu hotel yang menginap dan tidak menginap
b. Fungsi Bisnis : Yaitu layanan yang di tujukan untuk para pebisnis yang datang ke
hotel ini dengan tujuan bisnis
c. Fungsi Penunjang : Layanan Pengelolaan di Palembang yang mengelola Hotel
tersebut, terdiri dari front office dan layanan pengelolaan gedung, pengelolaan
keuangan, penerimaan pegawai dan Fasilitas Pelayanan yang terdiri dari Laundry,
Food & Bavarage.
c. Wisatawan dari dalam dan luar kota Palembang yang sedang berekreasi di
Palembang
4. Tamu hotel
Pengelompokkan tamu hotel bisnis berdasarkan profesi dan status sosial ekonomi
secara umum :
Pengusaha Umumnya memiliki pristise tinggi, status sosial ekonomi termasuk
dalam golongan menengah ke atas.
6. Pengelola hotel
Staf karyawan hotel
Yaitu staf administrasi manager yang mengelola segala kegiatan yang ada
dalam hotel baik intern maupun ekstern yang termasuk dalam kategori :
o Asisten manager
o Staf departemen teknik dan transportasi
o Staf departemen keuangan
o Staf departemen makanan dan minuman
o Staf departemen kerumahtanggaan dan lain-lain
Yang dimaksud dengan karyawan dalam hal ini adalah para pekerja
yang tidak langsung berhubungan dengan pengunjung :
o Karyawan bagian dapur
o Karyawan bagian laundry (binatu)
o Karyawan bagian kimia
Kota Palembang merupakan kota yang di apit oleh dua kabupaten yaitu kabupaten
Banyuasin dan kabupaten Ogan Ilir. Letak astronomi kotaPalembang terletak pada posisi
antara 2°59′27.99″ Lintang Selatan 104°45′24.24″Bujur Timur dengan luas wilayah
seluruhnya 358,55 Km2.
B. Kondisi Iklim
Wilayah kota Palembang memiliki Iklim Palembang merupakan iklim daerah tropis
dengan angin lembab nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3 km/jam - 4,5 km/jam.
Suhu kota berkisar antara 23,4 - 31,7 derajat celsius. Curah hujan per tahun berkisar
antara 2.000 mm - 3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75 - 89% dengan rata-
rata penyinaran matahari 45%. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya
sebagian kecil wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi, yaitu
pada bagian utara kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat
musim hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata antara 0 - 20 m dpl
C. Kondisi Topografi
Jenis tanah kota Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan
yang paling muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal dengan
lembah Palembang-Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat yang agak tinggi
terletak dibagian utara kota. Sebagian kota Palembang digenangi air, terlebih lagi bila
terjadi hujan terus menerus.
Kesimpulan :
Berdasarkan table 2.4, pada studi objek sejenis bangunan hotel diatas ini ketiganya
termasuk bangunan midlle rise dan memiliki jumlah kamar yang lebih dari 100, dan keduanya
mengincar segmen masyarakat kelas menengah dan keatas dan direkomendasikan untuk
melakukan aktivitas bisnis.
Sirkulasi Linier
Sirkulasi Linier
Dengan sirkulasi vertikal liner Menggunakan sirkulasi vertikal
dan terdapat lift ditiap sayap liner dan terdapat lift & tangga
bangunan dan tangga darurat darurat pada bagian tengah
ditiap lantainya. bangunan
Menggunakan center koridor Menggunakan center koridor yang
yang menghubungkan tiap ruang menghubungkan tiap ruang hunian
hunian pada hotel & fasilitas pada hotel & fasilitas hotel lainnya
hotel lainnya Penataan pola guest room
Penataan pola guest room menggunakan pola double loaded
menggunakan pola double plan
loaded plan
Sumber : Analisa Pribadi, 2016
Kesimpulan :
Berdasarkan Pola sirkulasi yang diterapkan pada ke2 hotel tersebut yakni sirkulasi liner
dengan penataan pola guest room yaitu double loaded plan dan penerapan center koridor yang
diapit oleh dua sisi hunian kamar hotel, serta pada tiap lantai terdapat akses tangga darurat
beserta terdapat lift ditiap sayap apartemen ataupun di pusat bangunan apartemen.
Kesimpulan :
d. Bentuk Bangunan
e. Zonasi Hotel
Zona Privasi
Deskripsi Umum
Lokasi berada di
tengah kota tersibuk
di Katalonia
27 lantai bangunan
Bangunan bermasa
tunggal berkonsep
vertikal garden
Restaurant berada
pada lantai 14
bangunan
357 kamar
keseluruhan
Kesimpulan :
Tune Hotel solo ini menggunakan teknologi Prefabrikasi pada pembangunannya, sistem
prefabrikasi ini terlihat pada material struktur, dan material finishing bangunannya, pada dinding
bangunan tune hotel solo ini menggunakan dinding precast, dengan teknologi prefabrikasi ini
pembangunan tune hotel ini memakan waktu yang tidak lama yaitu desember 2012 – agustus
2013, maka dari itu teknologi prefabrikasi ini dipakai karena efisien dari segi bentuk karena
lahan terbatas, efisien terhadap waktu, lebih praktis, dan efisien dari segi biaya pembangunan,
karena pekerja yang bekerja lebih sedikit sehingga mengurangi upah tukang pada pembangunan.
Pada Bangunan Tune Hotel solo ini menggunakan sistem struktur Grid, dan pada
pembangunannya material struktur nya, kolom balok yang ada menggunakan teknologi
prefabrikasi.
f. Public room : Umumnya bentang lebar yang relative lebar, Ruang diusahakan
bebas kolom
g. Bedroom : Umumnya bebentuk seluler, dengan bentang yang kecil dan
membutuhkan pemisahan yang jelas, baik secara visual maupun akustil,
Rancangan grid ekonomis menggunakan asumsi setiap ruang tidur
mempunyaikamar mandi sehingga lebar antar kolom (yang menghubungkan 2
kamar) adalah 20ft-25 ft
Kesimpulan :
Sesuai dengan Latar Belakang, Rumusan Masalah pada Bab 1, City Hotel ini
Menggunakan Metoda Prefabrikasi Pada pembanggunannya, jadi dipilihlah
Metoda Prefabrikasi untuk pelaksanaan konstruksi bangunan City Hotel di
Palembang ini.
a. Metoda Konvensional16
b. Metoda Prefabrikasi
order to build in remote locations, deliver buildings more quickly, or to build in mass
quantity, society has used prefabrication, taking the construction activities that
traditionally occur on a site to a factory where frames, modules, or panels are
fabricated17
17
Smith, Ryan E, 2010. Prefab architecture : a guide to modular design and construction hal 3
18
indri, wulfarm, 2008 potensi penggunaan sistem modular pada proyek konstruksi, jurnal teknik sipil Volume 8 No.
2, 170 - 183
19
Smith, Ryan E, 2010. Prefab architecture : a guide to modular design and construction hal 3-19
diproduksi di Inggris dan dikirim dengan perahu untuk berbagai lokasi di seluruh dunia.
Kasus Paling Awal, adalah seperti yang tercatat pada tahun 1624, ketika rumah disiapkan
di Inggris dan dikirim ke Desa Cape Anne di tempat yang sekarang sebuah kota di
Massachusetts. Pemukiman paling awal di New South Wales adalah rumah sakit
prefabrikasi, gudang, dan cottage yang dikirimke Sydney tiba di 1790. Ini tempat
penampungan sederhana adalah kayu dibingkai dan memiliki atap panel kayu,Lantai, dan
dinding. Spekulasi juga menunjukkan bahwa bahan infill bisa saja kanvas atau lebih
ringan bingkai kayu sistem infill dengan weatherboarding. Sebuah sistem serupa
dilaporkan telah dibongkar dan mendirikan beberapa tahun kemudian di Freetown,Sierra
Leone, untuk membangun sebuah gereja, toko, dan beberapa jenis bangunan inggris
lainnya yaitu bangunan kolonial diperluas ke Afrika Selatan.
Pada 1820 Inggris mengirim misi bantuan pemukim ke Afrika Selatan, Eastern
Cape Providence, disertaioleh tiga kamar pondok kayu. Gilbert Herbert menulis bahwa
struktur yang sederhana dan gudangseperti, dengan bingkai kayu dipangkas, berfasade
baik dengan weatherboarding, dipangkas ditempat , atau dengan papan dan reng
memihak. pintu dan jendela ikat pinggang yang mungkin disiapkan sebagai Komponen
Lengkap. Sampai sekarang metode prefabrikasi sudah banyak digunakan di Negara-
negara lain termasuk indonesia.
mendukung pembangunan rumah susun dan rumah sederhana yang berkualitas, cepat dan
20
Smith, Ryan E, 2010. Prefab architecture : a guide to modular design and construction hal 49-73
organisasi, dan kapasitas digital dan bahan manufaktur. Prinsip ini dalam ukuran besar
menentukan apakah atau tidak prefabrikasi akan terjadi sama sekali atau sejauh mana
mungkin terwujud.
1. Konteks Lingkungan
Teknologi ini tidak deterministik, melainkan itu adalah afektif ditentukan.
Gagasan salah paham teknologi memiliki kehidupan sendiri, dalam sebuah misi
untuk membentuk masyarakat, terutama digunakan di budaya arsitektur.
Teknologi sering disalahkan oleh masyarakat untuk aspek negatif dari lingkungan.
Televisi, misalnya, disalahkan atas disintegrasi keluarga, mobil untuk pemisahan
kota, dan minyak murah untuk lansekap monoton gedung pencakar langit kaca di
kota-kota. Teknologi ini adalah tidak bisa disalahkan, tetapi orang-orang di balik
penyebaran mereka. Namun, tujuan dalam teknologi membahas bukan untuk
menentukan mana yang "buruk" atau "baik," karena ini adalah subyektif, tapi
untuk menyoroti teknologi yang muncul dari kebutuhan dan keinginan sosial dan
budaya. Ini akan membantu arsitek dan pembangun tertarik dalam
mengembangkan dan menggunakan teknologi baru, termasuk prefabrikasi, untuk
melakukannya secara kritis, dan dengan kesadaran dari potensi peluang dan
tantangan. Konteks lingkungan di mana prefabrikasi dapat dikategorikan
termasuk tim, jenis, dan lokasi.
a. Tim
b. Jenis
Jenis proyek dapat menentukan sejauh mana prefabrikasi digunakan.
Hal ini sering difikirkan bahwa sangat eksklusif, proyek unik yang
c. Lokasi
Berikut ini adalah karakteristik lokasi yang menentukan luas dan jenis
fabrikasi offsite:
o Geografi
o Manufaktur
o Bahan
o Tenaga Kerja
o Regulasi
2. Konteks Organisasi
Tim, jenis, dan lokasi proyek memiliki dampak besar pada tingkat
prefabrikasi yang dipekerjakan. Namun, sama pentingnya faktor adalah konteks
kolaboratif tim di mana proyek direalisasikan. Dalam setiap proyek
pembangunan, anggota tim harus membuat keputusan awal kapasitas proyek
untuk menggunakan produksi offsite. Hal ini memerlukan proses kolaboratif dan
integratif pengiriman. Industri konstruksi adalah, secara umum, ketidakefi efisien
dan penuh dengan kesalahan dan litigasi. Tradisional kontrak
kakumenggambarkan tanggung jawab dengan banyak elaborasi tentang
konsekuensi dari kegagalan. Ini kontrak memperkuat risiko mereda perilaku,
menyebabkan tim proyek untuk tidak terlibat dalam praktek terpadu model,
banyak yang merugikan semua pihak. Arsitek tidak melihat adanya peningkatan
kualitas desain, dan kontraktor menanggung banyak keuangan beban dan risiko
dalam proses. Selain keuangan litigasi, ada terlalu sedikit investasi dalam
teknologi, pelatihan, dan pendidikan bagi prefabrikasi. Ini termasuk inovasi dalam
bentuk kolaboratif pengiriman pendekatan dipupuk oleh lebih fleksibel dan
kontrak responsive
3. Konteks Teknologi
Teknologi Kata ini berasal dari kata Yunani techne, keterampilan, artefak,
atau kontemporer menyiratkan teknik kata. Bagian kedua dari kata, logo, berarti
studi tentang sesuatu. Teknologi, oleh karena itu Teknologi, dapat diartikan
sebagai "pengetahuan yang sistematis berubah, atau dinyatakan oleh alat.
Building Information Modeling Peningkatan produktivitas dalam konstruksi telah
terjadi melalui dua teknologi digital utama:
12. Otomatisasi Digital untuk desain produk dan manipulasi termasuk CNC
dan CAD / CAM software
13. Integrasi Digital dalam berbagi informasi melalui model informasi 3D
atau informasi bangunan pemodelan (BIM), Komersial aplikasi perangkat
lunak yang tersedia BIM meliputi:
a. Autodesk Revit
b. Graphisoft ArchiCAD
c. Arsitektur Bentley Umum CAD / CAM aplikasi perangkat lunak
meliputi:
i. CATIA
ii. Pro / ENGINEER • Solidworks38
a. Sistem
Membangun sistem umumnya dianggap dalam lima berbeda kategori: site,
struktur, kulit, jasa, dan ruang dan halhal Prefabrikasi dapat digunakan untuk
memberikan segala sesuatu tetapi site. Kebanyakan "barang," termasuk
perabot dan perlengkapan, begitu mudah berubah dan jangka hidup mereka
bervariasi dari tahun ke tahun yang tidak akan dianggap sebagai suatu sistem
prefabrikasi. Oleh karena itu, untuk tujuan mengorganisir informasi di sini,
fokus akan padastruktur offsite fabrikasi dan sistem kandang dengan diskusi
singkat tentang interior ruang dan layanan sistem bangunan dalam kaitannya
dengan arsitekturStruktur adalah beban dan sistem lateral menolak yang
mengalihkan beban mati yang disebabkan oleh gravitasi pada massa bangunan
dan beban hidup yang disebabkan oleh tempat tinggal, angin, hujan / salju,
dan pembebanan dinamik termal dan gerakan menekankan ke tanah. Struktur
21
Smith, Ryan E, 2010. Prefab architecture : a guide to modular design and construction hal 99- 125
mencakup yayasan, frame, beban dinding, lantai, dan atap. Bangunan terdiri
dari dua jenis umum struktur untuk melawan vertikal dan horizontal pemuatan
sistem lateral yang menolak beban. Tiga jenis utama dari sistem lateral yang
ada: Rangka penguat/penjepit, dinding geser, dan Rangka kaku.
RangkaPenguat/penjepit: Persimpangan kolom untuk balok dapat secara
lateral menguatkan dengan anggota diagonal baja. Ada berbagai jenis kawat .
Di Amerika Serikat, yang paling umum adalah "X" menguatkan dan chevron
bracing. Di daerah seismik, canggih sistem kawat telah diperkenalkan
termasuk eksentris menguatkan dan kawat terikat. Penjepit frame
menyediakan struktur kaku dan lebih biaya efektif daripada bingkai kaku atau
dinding geser dalam banyak contoh karena mereka dapat berlari bersama-
sama cepat onsite. Kawat dapat dilas dan melesat langsung ke balok dan
kolom sambungan atau menggunakan plat yang mentransfer beban antara
elemen. Frame Brace, bagaimanapun, meninggalkan sedap dipandang dan
penghalang spasial dalam teluk di plat koneksi yang membatasi fleksibilitas
dalam perubahan masa depan atau dalam routing layanan utilitas melalui
bangunan
Gambar 2.7 Tiga sistem beban menolak lateral yang meliputi kiri: Rangka menguatkan; tengah: Rangka kaku;
dan kanan: dinding geser
ditempatkan ke struktural. Panel dapat yang tetap untuk baja bagian dengan
pengelasan atau lari koneksi bersamatepi. Piring koneksi baja yang tertanamke
sudut panel pracetak dan berlabuh dengan bajakancing geser. Koneksi ini diisi
dengan mortar untuk memastikan bahwa panel tersebut diamankan ke sudut
kolom dan balok.
o Rangka kaku: Kebanyakan struktur bingkai dipisahkan dari kandang.
Simpan dalam kasus geser eksterior dinding yang bertindak sebagai
eksterior kandang infill, frame harus diapit dalam rangka memberikan
perlindungan eksterior dari unsur-unsur, perbedaan termal, dan interior
ruang pemisahan / kebakaran pemisahan.
o Cores: Bangunan dapat berisi inti yang menyediakan area pusat
layanan seperti tangga dan elevator.
o Space Frame: sebuah space frame adalah formasi truss 3D yang terdiri
dari saling ringan anggota yang membuat kisi-kisi frame ruang
digunakan untuk atap bentang panjang dan dapat dibentuk untuk
membuat kolom atau elemen girder berongga.
o Diagrid: Pendek untuk "grid diagonal," ini adalah struktur yang
menggunakan triangulasi juga. Anggota ditempatkan pada diagonal,
sebagai lawan horisontal dan vertikal struktur bingkai standar. Diagrid
tersebut kemudian mampu bertindak sebagai struktur beban gravitasi
vertikal dan struktur load-menolak lateral yang bersamaan. Dengan
demikian, ini membutuhkan bahan kurang, ke atas dari 25 persen, dari
yang diperlukan dalam konvensional sistem struktur yang
menggunakan pos dan balok dan terpisah sistem menolak lateral.
Diagrids bisa sering ditemukan di alam seperti dalam formasi tanaman
dan struktur tulang
b. Material
1. Kayu
2. Baja/Aluminium
3. Beton
4. Polimer
5. Komposit
c. Metode
1. Menggunakan Mesin
Ini adalah proses menghilangkan bahan melalui operasi mekanis. Alat
mesin termasuk gergaji, latihan, pabrik, router, dan mesin bubut. Gergaji
memotong lurus baris menggunakan pisau melingkar. Blades memiliki
gigi yang tepatnya untuk mencapai pemisahan bahan dalam satu poros
2. Molding
Ini adalah proses deformasi, casting, dan menekan.Meninju dapat
dimasukkan dalam kelompok ini juga.Proses pencetakan didefinisikan
oleh jenis tegangan yang diinduksi ke dalam benda kerja berada dikeadaan
dingin nya. Deformasi potongan sebagai bahanbergerak dari yang elastis
untuk negara plastik menyebabkan deformasi permanen dan bentuk yang
diinginkan. deformasi yang Operasi digunakan untuk lembaran, kawat,
dan tabung, yang mencakup operasi pembentukan dingin melalui
kompresi atau ketegangan, geser membentuk, dan lentur. Massal
membentuk meliputi operasi menggambar, rolling, penempaan, dan
ekstrusi
3. Fabrikasi
d. Produk
1. Dibuat Utuk Saham/ Made-to-Stock (MTS)\
2. Dirakit untuk stok pabrik / Assembled-to-Stock (ATS)
3. Dibuat setelah diorder/ Made-to-Order (MTO)
4. Didesain Sebelum disorder/ Engineered-to-Order (ETO)
e. Kelas
Produk prefabrikasi dapat tertutup atau terbuka :
1. Di kelas tertutup, fabricator tunggal menghasilkan semua elemen.
fabricator dapat mengembangkan seluruh bangunan atau elemen parsial,
yang harus dikoordinasikan dengan produk dibuat oleh produsen lain,
BAB III
METODELOGI
1. Tujuan perancangan
2. Kondisi tapak perencanaan
3. Aktivitas dan sirkulasi
4. Perancangan bangunan meliputi bentuk massa bangunan, penampilan
bangunan, tata ruang dalam dan luar, struktur dan bahan bangunan.
5. Perlengkapan bangunan, yang meliputi persyaratan fisik dan utilitas bangunan.
Konsep perancangan fisik pada bangunan City Hotel di Palembang ini yang diperlihatkan
dalam bab berikutnya, yaitu :
1. Aspek Fungsional
2. Aspek Spasial dan Geometri
3. Aspek Kontekstual
4. Aspek Enclosure (Arsitektural, Struktural, dan Utilitas)
Dari uraian di atas diharapkan terwujud perancangan City Hotel di Palembang sebagai
akomodasi penginapan berbintang 4 yang Efisien dari segi bentuk bangunan karena lahan
terbatas, efisiensi biaya pembangunan, dengan adanya metoda Prefabrikasi yang pada dasarnya
lebih efisien dari pada metoda konvensional untuk pembangunan sebuah bangunan maka metoda
prefabrikasi dapat menjawab permasalah dari City Hotel di Kota Palembang.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data atau informasi yang tidak berkaitan langsung dengan
objek perancangan tetapi sangat mendukung program City Hotel di Palembang, data
ini didapat dari studi literatur atau sumber tertulis yang berhubungan dengan
perancangan. Studi-studi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. RTRWK
b. Studi Pustaka
Studi ini bertujuan untuk mendapatkan data-data dan teoriteori yang dikaitkan
dengan perancangan, diantaranya adalah:
Literatur tentang definisi, fungsi, kegiatan, klasifikasi tentang city
hotel, klasifikasi hotel berbintang, dan dasar penentu fasilitas hotel
bisnis
Literatur tentang Bangunan dengan Metoda Prefabrikasi
Serta literatur yang berasal dari data internet, buku dan majalah yang
berisi hal-hal yang berhubungan dengan perancangan.
c. Studi Komparatif
Studi komparatif adalah studi mengenai pola ruang, bentuk, tata atur, dan unsur-unsur
yang berkaitan dengan obyek.
Ketiga analisa ini saling berhubungan, hal ini bertujuan untuk menghasilkan suatu
bangunan yang baik dan dapat memenuhi fungsinya serta menghasilkan alternatif konsep
arsitektural. Hal ini dapat dijadikan acuan dalam sebuah konsep perancangan yang dihasilkan
dalam pembangunan City Hotel di Palembang.
a. Analisa Kawasan
Analisa ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa kawasan tersebut sesuai, cocok
sebagai lokasi objek perancangan. Dalam analisa ini kita bisa memperoleh data
tentang potensi kawasan yang bisa mendukung objek atau tidak mendukung objek
rancangan.
b. Analisa Objek
1. Analisa fungsi
Analisa fungsi merupakan kegiatan penentuan ruang yang mempertimbangkan
fungsi dan aktifitas yang diwadahi oleh ruang didalam City Hotel di Palembang.
Proses ini meliputi analisa pengguna, aktifitas, ruang, dan persyaratannya serta
hubungan antar ruang.
2. Analisa aktifitas dan pelaku
a. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas masing-masing kelompok
pelaku yang menghasilkan aktifitas pada tiap ruangan dan persyaratan fasilitas
hotel yang ada.
b. Analisa Pelaku
Analisa pelaku bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan pada city
hotel di Palembang. Pada analisa ini berhubungan dengan penentu kebutuhan
ruang dalam bangunan City Hotel. Pelaku yang dimaksud adalah semua
individu atau personel yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
City Hotel.
Pelaku kegiatan dan aktifitas City Hotel antara lain adalah :
a. Pengelola
b. Pengunjung
c. Karyawan
3. Analisa Ruang
Analisa ruang meliputi analisa kebutuhan ruang berdasarkan aktifitas dan pelaku.
4. Analisa bentuk dan tampilan (Estetika)
Analisa ini bertujuan untuk mendapatkan bentuk-bentuk yang sesuai dengan
integrasi dan lingkungan sekitar
5. Analisa Interior
Penataan layout ruang bisnis yang diperlukan oleh pelaku bisnis dan penataan
layout kamar hotel dan koridor.
6. Analisa Struktur
Analisa struktur berkaitan dengan bangunan, tapak dan lingkungan sekitarnya.
Analisa ini mempengaruhi penggunaan sistem struktur pada bangunan.
7. Analisa Utilitas
Analisa utilitas ini merupakan analisa gambaran tentang sistem utilitasi didalam
perancangan City Hotel di Palembang. Analisa utilitas meliputi sistem pemipaan
(air bersih, kotor, bekas), sistem drainase, pembungan sampah, listrik, keamanan
dan komunikasi.
o Baja
Keuntungan dengan menggunakan material baja adalah baja memiliki
material yang elastis dan kekuatan yang tahan akan tekanan. Kualitas baja
sangat konsisten dan dapat digunakan untuk bangunan bentang lebar. Baja
yang memiliki dimensi yang akurat cocok digunakan untuk bangunan
dengan sistem modular
o Kayu
Kayu memiliki merupakan material yang kuat dengan material yang
cenderung ringan dibandingkan dengan baja. Kayu juga memiliki
ketahanan yang cukup tinggi terhadap panas yang disebabkan oleh
lingkungan. Tidak saja digunakan sebagai material struktur, kayu juga
dapat digunakan sebagai fasade.
o Beton
Kelebihan dari beton adalah dengan campuran yang berbeda-beda dapat
menghasilkan kualitas beton yang berbeda pula. Pengaplikasiannya pada
sistem bangunan modular juga dapat dilakukan. Dari sistem frame hingga
panel.
Untuk menentukan Material yang digunakan pada City Hotel ini, saya
membandingkan Perbandingan kualitatif antara struktur kayu, baja serta beton
konvensional dan pracetak dapat dilihat pada tabel berikut :
konvensional Pracetak
Kesimpulan :
- Axial grid menggunakan poros tengah dari elemen bangunan yang sejalan
dengan grid referensi. Dalam konstruksi baja, bagian yang ditempatkan pada garis
grid, terlepas dari dimensi bagian struktural
- Modular grid berdasarkan lokasi aktual dan dimensi elemen bangunan. Ini
memperhitungkan akun realitas tiga dimensi dari unsur-unsur, termasuk tinggi
bangunan, lebar, dan tebal. Grid modular karena itu terutama digunakan dalam
panel dan sistem modular. Grid Modular di Amerika Serikat didasarkan pada
kenaikan 2-ft. Hal ini karena produk yang paling dasar MTS diproduksi di
Dimensi 2-ft termasuk 4 ft × 8 lembar ft kayu lapis, 2-ft panjang kenaikan
kancing, dan sebagainya. Berbagai sistem bangunan dapat menggunakan grid
yang berbeda.
Kesimpulan :
Menggunakan Sistem Modular Grid, karena pada contoh bangunan yang
prefabrikasi sudah banyak menggunakan sistem modular Grid
BAB IV
Analisa Fungsional berisikan mengenai data analisa City Hotel dari kegiatan.
Berdasarkan data yang didapatkan dari buku dan sumber lainnya di tinjauan pustaka mengenai
hotel dan hotel bisnis maka ruang-ruang yang dibutuhkan pada City Hotel di Pusat Kota
Palembang adalah sebagai berikut:
c. Perhitungan Statistik
= 205.030. (1,118)8
= 205.030. 2,4
= 492.072 orang
Dengan lama menginap rata – rata 1,7 hari maka jumlah kamar yang di butuhkan
pengunjung adalah 4.840/1.7 hari = 2.850 kamar.
Jumlah kamar yang dibutuhkan tersebut dikurangi dengan jumlah Hotel ****
yang telah ada di Kota Palembang. Yaitu 2.850 kamar – 194 – 180 – 100 – 183 –
84 - 144 – 154 = 1811 kamar. Berdasarkan pertimbangan satu kamar diisi oleh 2
orang, maka dibutuhkan sekitar 910 kamar. Jumlah tersebut belum dikurangi
kemungkinan adanya hotel baru dalam interval waktu hingga 2022.
Maka pada prancangan ini diasumsikan kebutuhan kamar sebesar 20 % dari
jumlah pengunjung yaitu sekitar 182 kamar.
Dari perhitungan diatas, maka dapat ditentukan, jumlah kamar pada city hotel ini
dibagi menjadi 3 tipe dengan perbandingan 1:3:6 (Besar,sedang, kecil), yaitu
Suite = x 182 = 18 Kamar
Berdasarkan analisa pengelola bangunan, dapat sibuat struktur organisasi City Hotel ini :
CITY HOTEL DI
PALEMBANG
Berdasarkan Struktur Kegiatan diatas, maka kegiatan yang ada pada City Hotel di
Palembang adalah :
Fungsi Utama
Fungsi Utama pada City Hotel ini adalah Falitas yang menyediakan kamar-kamar
untuk tamu yang menginap dan menyediakan makan dan minum untuk tamu hotel
yang menginap dan tidak menginap
Fungsi Bisnis
Yaitu layanan yang di tujukan untuk para pebisnis yang datang ke hotel ini dengan
tujuan bisnis
Fungsi Penunjang
Layanan Pengelolaan di Palembang yang mengelola Hotel tersebut, terdiri dari
front office dan layanan pengelolaan gedung, pengelolaan keuangan, penerimaan
pegawai lalu Fasilitas Rekreasi
Rapat/Pertemuan Check in
Parkir Hiburan
Datang/Pulang
Bekerja
Ibadah Amenitas
(Melayani Tamu)
Datang/Pulang
Wujud Kebutuhan
Kegiatan Sub Pelaku Wujud Kegiatan Waktu fasilitas
Kegiatan
Tamu Memesan Fasilitas
Hotel Kamar hotel Penerimaan
Receptio Menunggu 24 Jam Tamu pada
nis teman, Hotel
Layanan Bellboy mengunjungi Fasilitas Area
Menginap Doorma tamu yang Menunggu
n/doorgi menginap
rl Menginap Fasilitas Kamar
sendirian Hotel terdiri dari :
Menginap 24 Jam Deluxe room
dengan 2 (10 kamar)
orang atau Superior room
Menginap lebih (30 kamar)
Menginap Standart room
pada kamar (60 kamar)
yang mewah
Tamu Hotel Memesan Fasilitas area
yang makanan dan 24 Jam makan dan minum
menginap minuman
Layanan Pegawai Mempersiapka Fasilitas area
Makanan layanan n makanan 24 Jam persiapan
dan makan dan kebutuhan
Minuman minum pada Mengambil Fasilitas
Hotel bahan 24 Jam penyimpanan
makanan yang makanan basah dan
masuk ke kering
hotel
Layanan Tamu Hotel Meeting
Meeting Kegiatan dengan jumlah
Room Bisnis orang yang Fasilitas Meeting
sedikit room dengan
Bisnis Meeting kapasitas besar,
dengan jumlah sedang dan kecil
orang yang
banyak
Melakukan
seminar
Menghadiri
acara lainnya
Pegawai Mempersiapkan Area pelayanan
Hotel kebutuhan acara penyewaan
Ballroom
a. Zona Penginapan
Penentuan Modul Ruang pada kamar sesuai Material Pelat Lantai Prefabrikasi (Hollow
Core Slab) dengan lebar 1,2 dengan kelipatannya, lalu panjang kamar adalah 4 m sesuai
bahan yang sudah ada di pabrik.
orang
Lemari 1 0,6 x 1,2 m DA
Kulkas 1 0,5 x 0,5 m Asumsi
Mini
Sofa 2 0,7 x 0,85 m DA
Meja 1 0,24 x 0,4 m Asumsi
Sofa
Bath Up 1 0,75 x 1,7 m DA
Wastafel 1 0,6 x 1,2 m DA ukuran 6 x 7,2m sesuai dengan
Ganda
Kloset 1 0,38 x 0,70 m DA
duduk
Pantry 1
Jadi Ukuran Deluxe Room adalah 8,0 x 7,2 = 57,6 m2
Luas Total : 8 460 m2
a. Zona Bisnis
No Nama Ruang Standart Sumber Jumlah Luas
2. Meeting Room 154 m2 TO 1 154 m2
Ukuran Sedang
3. Meeting Room 350 m2 TO 1 350 m2
Ukuran Besar
4. Bussiness center 36 m2 Asumsi 1 36 m2
5. Convention 500 m TO 1 500 m2
Luas Total 1040 m2
a. Zona Pengelolaan
No Nama Ruang Standart (m2) Sumber Kapasitas Jumlah Luas
(orang) (m2)
1. Teras 1,21/org x 30 DMRI dan Asumsi 30 1 36
asumsi orang
5. Ruang GM dan
Staff 24 DA 3 1 24
6. Ruang Rapat 40 DA 6 1 40
7. Ruang Manager
HRD & GA
32 m DA 6 1 32
beserta Staff
8. Ruang Kepala
Keuangan &
32 m DA 6 1 32
Akutansi beserta
Staff
9. F&B Manager
dan staf 4x8 DA 5 1 32
b. Zona Pelayanan
No Nama Ruang Standart (m2) Sumber Jumlah Luas (m2)
1. Dapur Memasak 50 DA 1 50
6. Gudang
penyimpanan
2x4 DA 2 16
Makanan Kering
7. Gudang
penyimpanan
2x4 DA 2 16
Makanan Basah
8. Ruang Pencucian 20 DA 1 20
Barang pecah belah
9. Toilet Pria 1 wc isi Kloset 0,9 x 0,9
=0,81 4 x 0,81 = 3,2
Penunjang
13. Kolam Renang 16,66 x 10 DA 1 166,6
15. Toilet 8m - 2 16
16. Fitness center 5/org Asumsi 1 100
Retail Shop
17. Money changer 5x5 SB 1 25
18. ATM 6 x 2,3 SB 1 14
Laundry
19. R. cuci dan jemur 5x5 DA 1 25
20. R. Setrika 2x3 Asumsi 1 6
21. R. simpan 2x3 Asumsi 1 6
Luas Total 917 m2
Luas Keseluruhan
b. Area Parkir Kendaraan Bermotor
Besaran area parkir Jumlah pengunjung dan pengelola dibagi menjadi dua yaitu yang
menggunakan kendaraan umum dan pribadi, parkir dibagi menjadi 2 yaitu besment dan
parkir diluar besment
Asumsi Pengunjung 200 orang
Kendaraan umum 30% = 60 orang
Kendaraan pribadi 70 % = 140 orang
Asumsi Pengelola 70 orang
Kendaraan umum 40 % = 28 orang
Kendaraan pribadi 60 % = 42 orang
Tabel 4.6 Luasan Area Parkir
Area Parkir Pengunjung
1. Mobil = 40 % x Pengunjung
= 40 % x 140 = 56
Asumsi 1 mobil berisi 4 orang = 14 mobil
3. Motor = 20 % x Pengunjung
= 20 % x 140 = 28
Asumsi 1 motor berisi 2 orang = 14 motor
Standar 1 motor = 2 m²
Kebutuhan luasan parkir = 12 x 2 m² = 28 m²
1. Motor = 60 % x Pengunjung
= 60 % x 42 = 25,2 ≈ 25
Asumsi 1 motor berisi 2 orang = 12,5≈ 13 motor
Standar 1 motor = 2 m²
Kebutuhan luasan parkir = 13 x 2 m² = 26 m²
2. Mobil = 40 % x Pengelola
= 40 % x 42 = 16,8 ≈ 17
Asumsi 1 mobil berisi 2 orang = 8,5 ≈ 9 mobil
Standar 1 mobil = 12,5 m²
Kebutuhan luasan parkir = 9 x 12,5 m² = 113 m²
Total 377 m2
Sirkulasi 30% 71 m2
Loading
dock
R. GM & R.
staff Rapat
Dapur
R. Kepala & staff Keuangan
R. Kepala & staff HRD
Restaurant
R. Kepala R. Janitor
Lobby Kebersihan
Ballroom R. Kepala
Teknik R. Genset
Kamar Deluxe
Alternatif 1 Alternatif 1
(Jl. Letkol Iskandar) (Jl. Jenderal Sudirman)
No Kriteria Kondisi Skor Kondisi Skor Nilai
(BxN) (BxN)
1. Lokasi Pusat Di koridor utama, Di koridor utama
terusan pusat pusat perdagangan
Kota 8x5= 8x5= 40 40
perdagangan dan dan jasa Palembang
jasa 40 40
Berdasarkan pemilihan tapak diatas maka lokasi Jl. Jenderal Sudirman, memenuhi
Kriteria lokasi tapak yang dibutuhkan untuk Perencanaan dan Perancangan City Hotel
diPalembang, jadi JL. Jenderal Sudirman adalah Tapak terpilih.
Hotel Horison
Pertokoan
Bank Mandiri
Sintesa :
1. Lokasi bangunan ruas jalan Jenderal Sudirman, dekat dengan simpang menuju Jalan
Atmo, dan pusat perbelanjaan dikota Palembang, memberikan nilai lebih untuk lokasi
hotel bisnis dikota Palembang.
CBD
Hotel
Area Perbelanjaan/Toko
Lokasi tapak terdapat diJalan Jenderal Sudirman, lokasi ini merupakan CBD pada
kota Palembang ini, di CBD ini dikelilingi oleh Retail/Toko penjualan, sudah banyak
dikelilingi oleh hotel-hotel, dan sudah ada beberapa mall, bahkan sudah ada fasilitas
bank-bank pada lokasi ini.
Sintesa :
1. KDB : 70%
Luas lahan yang tersedia 0,6 Ha. KDB tapak sebesar 70 %, sehingga:
Total luas tapak = luasan dasar bangunan : 70 %
= 6000 m2 x 70 %
Luas maksimal lantai dasar = 4200 m2
2. KLB tinggi bangunan yaitu 3,2 x 6000/4200 = 5 lantai
3. GSB jalan pada tapak optimal menggunakan lahan.
Sehingga bangunan Hotel Bisnis ini akan vertikal ke atas dikarenakan keterbatasan lahan
sempit yang padat.
c. GSB Muka
Bangunan menghadap ke Jalan Jenderal Sudirman, Jalan R. Muhammad dan Jalan. R
Nangling
Jalan Jenderal Sudirman merupakan jalan utama dengan lebar 18-20m
sehingga Garis Sempadan Bangunan (GSB) yaitu 10m
Jalan R. Muhammad merupakan jalan arteri dengan lebar 6-8m sehingga
Garis Sempadan Bangunan (GSB) yaitu 5m
Jalan R. Nangling merupakan jalan arteri dengan lebar 5m sehingga Garis
Sempadan Bangunan (GSB) yaitu 3,5m
Sintesa :
1. GSB di manfaatkan sebagai jalan sirkulasi, area parkir dan area hijau
2. Dengan memperhatikan peraturan maka ketinggian lantai bangunan adalah 12 lantai.
Matahari Pagi
Matahari Sore
Sintesa :
Tetap memanfaatkan
vegetasi yang sudah
ada di ruas jalan utama
U
Diberi vegetasi pohon
agar menyerap panas
matahari di tapak
1. Pada lokasi eksisting telah terdapat vegetasi seperti pepohonan besar sehingga pepohonan
akan ditambahi saja di bagian yang terlalu pekat sinar mataharinya.
2. Plaza letaknya berada di timur bangunan karena matahari pagi bagus buat pepohonan
disekitar.
3. Bukaan optimal di arah utara dan selatan untuk memaximalkan cahaya matahari masuk
secara alami.
4. Arah orientasi bangunan mengarah ke jalan utama yaitu arah timur.
Persimpangan menuju
Jalan Dempo dan menuju
Jalan R. Nangling, 1 jembatan ampera
arah dilalui kendaraan
pribadi (motor) dan Jalan Jenderal
pejalan kaki Sudirman, 2 arah
dilalui kendaraan
umum dan pribadi
Sumber : : Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996
2. Tersamar
- Pencapaian yang samar-samar mempertinggi efek perspektif pada fasade depan
dan bentuk suatu bangunan.
- Jalur dapat diubah arahnya satu atau beberapa kali untuk menghambat atau
memperpanjang urutan pencapaian.
- Jika sebuah bangunan didekati pada sudut yang ekstrim, jalan masuknya dapat
memproyeksi apayang ada di belakang fasade depan sehingga dapat terlihat
lebih jelas.
Sumber : : Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996
3. Berputar
- Sebuah jalan berputar memperpanjang urutan pencapaian dan mempertegas
bentuk tiga dimensi suatu bangunan sewaktu bergerak mengelilingi tepi
bangunan.
- Jalan masuk bangunan mungkin dapat dilihat dengan terputus-putus selama
waktu pendekatan untuk memperjelas posisinya atau dapat disembunyikan
sampai di tempat kedatangan
Sumber : : Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996
Pintu masuk utama pada Jl. Raden Jenderal Sudirman yang memiliki kelebaran
jalan 18 m dengan jalur 2 arah.
Pintu masuk service berada di Jl R Muhammad dengan lebar jalan 8 m
Pada Jl. Jenderal Sudirman sudah tersedia pedestrian yang dapat menjadi lanjutan
pedestrian ke atau dari tapak
Sintesa :
- ++
+
A ++ - A
View kurang baik View baik, karena merupakan
Jalan arteri R. Muhammad
View out
Gambar 4.13 AnalisaView
View in
Sumber : Analisa Pribadi, 2016
View in :
Sintesa :
1. Memaksimalkan view dari lokasi kearah jalan Jend. Sudirman dan Jl. R Muhammad
2. Orientasi masa, menghadap ke Jalan Jend. Sudirman
Memberikan
Vegetasi pembatas
antara Jl. arteri dan
lokasi, menutupi
view buruk untuk
Massa lokasi
Bangunan
Masa Banguna
Berorientasi ke
timur, karena
merupakan orientasi
yang baik dan
mempunyai view
yang cukup baik
Gambar 4.15 Analisa View tapak
Tingkat kebisingan
cukup tinggi karena
sumber dari jalan
dan kendaraan
Tingkat kebisingan
rendah karena Kebisingan tinggi
merupakan Kebisingan cukup tinggi
perumahan penduduk Kebisingan rendah
Pada hotel bisnis privasi merupakan hal terpenting. Pengunjung memerlukan ketenangan
dalam beristirahat, meeting, negosiasi bisnis dan konverensi. Lokasi yang berada di sisi jalan
utama sudirman dan jalan arteri menyebabkan lingkungan menjadi bising sehingga perlu adanya
antisipasi agar tidak mengganggu aktifitas di dalam hotel bisnis.
Sintesa :
Pemberian tembok
sebagai batas Jl. Penggunaan
Arteri di sisi selatan Vegetasi
menambah untuk
keamanan menghalangi
pengunjung hotel kebisingan
dan mengurangi
kebisingan
Batas Tapak :
Sedangkan luasan untuk lantai dasar, parkir dan penghijuan yang dibutuhkan adalah
10.375,5 m2, maka bangunan City Hotel di Pusat Kota ini akan vertikal ke atas karena
keterbatasan lahan yang sempit.
Dalam menentukan zonasi tapak terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan.
Adapun pertimbangan dalam penentuan zonasi tapak pada Perancangan City Hotel di
Palembang antara lain sebagai berikut:
Entrance
utama
Zonasi Bangunan
untuk hotel dan bisnis
Area servis yaitu
parkir pengunjung
hotel
Area servis yaitu
parkir pengunjung
hotel
Sintesa :
Dari analisa kekurangan dan kelebihan bentuk-bentuk dasar bangunan maka bentuk
persegi dipilih karena cocok dengan fungsi hotel yang membuntuhkan perancangan layout ruang
dalam yang efisien sehingga sanggup menampung banyak kamar. Bentuk persegi juga efisien
ruang dalam penempatannya didalam tapak.
Dalam massa bangunan ini dibagi menjadi 3 zona yaitu zona publik dan zona privat, zona
hunian. Zona publik berada di lantai bawah seperti lobby, fasilitas olahraga, café, ruang
pertemuan,dll. Sedangkan zona privat dan hunian berada dilantai atas seperti kamar tidur hotel.
Oleh karena itu dibuat massa bangunan yang berfungsi untuk kamar hotel tersebut. Massa
bangunan tersebut memanjang keatas dan berorientasi ke arah jalan utama.
Pemilihan massa tunggal bagi bangunan hotel, karena tapak bangunan yang sempit
maka dibangun vertikal ke atas 8 lantai, mengikuti perhitungan kebutuhan ruangselain itu agar
dapat mempermudah dalam pencapaian, pengawasan dan pemeliharaan bangunan hotel karena
dikelola secara terpusat dalam satu bangunan.
Zona
Penginapan
Area Parkir
Podium pada
City Hotel ini,
Merupakan area banyak ruang
bisnis seperti area pelayanan,
meeting room, dan seperti
acara di area restaurant, fitnes
exhibition center.
Area Bisnis
Podium
Organisasi Massa.
Dasar Pertimbangan :
1. Sifat/ hubungan antar kelompok kegiatan
2. Kemudahan pengelompokkan kegiatan dan sirkulasi.
Analisa :
Tabel 4.12 Tabel Analisa Organisasi Massa
Bentuk Pola
Diskripsi Karakter Kelebihan
Massa
Satu pusat ruang, dimana Bentuk ini berpengaruh Bersifat stabil
sejumlah sekunder pada kegiatan atau Ruang pusat sebagai
Terpusat dikelompokkan. Bentuk aktivitas yang terjadi di inti dari ruang
secara geometris dapat dalamnya, yaitu semua sekunder
digunakan untuk aktivitas dominan
Terdapat ruang-ruang yang memiliki beragam kegiatan dengan tingkat privasi yang
berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan penataan massa yang mampu menggabungkan serta
mempermudah hubungan antar kelompok.
Sintesa
Dengan adanya dasar pertimbangan diatas maka peletakkan tata massa menggunakan
pola grid.
Sintesa :
Spesifikasi Produk :
Lebar : 1.200 mm dan 1.500 mm
Panjang : Sesuai Pesanan
Tebal : 120 mm
Berat : 227 kg/m2 dan 240 kg/m2
Mutu Beton : K-450
Permukaan : Beton Expose
Tulangan : Ø 5 mm
Sumber : grcartikon.co.id
Sirkulasi Horizontal
Tabel 4.13 Perbandingan pola sirkulasi bangunan
Jenis Sirkulasi Kekurangan Kelebihan
Kurang efisien dalam Dapat
penggunaan lahan memaksimalkan
Bangunan mudah pencahayaan dan
dimasuki kotoran dan penghawaan alami
debu
Single loaded
Koridor membutuhkan Efisien dalam
pencahayaan dan penggunaan lahan
penghawaan buatan karena memuat
yang lebih banyak banyak kamar
hunian hotel
Double loaded Mudah dalam
pencapaian antar
ruang
Sintesa :
Pada perancangan hotel bisnis ini yang di perhatikan adalah pola ruang dan
koridornya. Dari pola sirkulasi kamar hotel, pola yang di pakai adalah pola linier. Yang
diterapkan pada pola single loaded atau double loaded pada sirkulasi hotel. Dalam perancangan
hotel bisnis ini, sistem sirkulasi singel loaded terasa lebih efektif untuk mengurangi jumlah
pemakaian listrik karena penghawaan dan pencahayaan alami dapat dimanfaatkan. Namun,
singel loaded memilikikekurangan yaitu mudah masuk debu. Hal ini menjadi pertimbangan
karena koridor kamar hotel harus bersih dan rapi. Oleh sebab itu, sirkulasi double loaded terasa
lebih cocok untuk koridor kamar hotel. Pencahayaan dan penghawaan dapat diatasi dengan
sistem alami sehingga penggunaan energi listrik dapat dikurangi.
Melihat dari tabel perbandingan diatas dan sifat ruang-ruang yang ada di dalam bangunan
City Hotel di Palembang, struktur yang digunakan adalah struktur kaku. Sistem struktur rangka
kaku terbagi menjadi 3 jenis, antara lain :
1. One way ribs, menggunakan satu balok. Biasanya digunakan pada bangunan yang
memiliki bentang lebar.
2. Two way ribs, menggunakan 2 balok yaitu balok anak dan balok induk. Biasanya
digunakan pada bangunan yang tidak terlalu lebar bentangnya.
3. Grid / Waffle, dibuat dengan ukuran grid tertentu untuk seluruh lantai bangunan dan
biasanya di ekspos.
Pada bangunan ini, struktur kaku yang digunakan adalah struktur Grid, karena bangunan
dengan metoda prefabrikasi menggunakan sistem Grid
4.5.2 (Pondasi)
Berdasarkan dengan kedalamannya, struktur pondasi dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Pondasi Dangkal
a. Pondasi Menerus
Dipasang dibawah seluruh panjang dinding bangunan dengan lebar dasar
sama besar. Pondasi ini dipakai jika kedalaman tanah baik antara 0,8-1,2
m dari permukaan tanah asli.
Bahannya berupa batu kali, beton bertulang atau gabungan.
b. Pondasi Setempat
Dipasang dibawah kolom utama pendukung bangunan. Pondasi ini dipakai
jika kondisi tanah baik, lebih dari 1,2 m dari permukaan tanah asli.
Bahannya berupa batu kali, beton bertulang atau gabungan.
c. Pondasi Gabungan
Pondasi plat yang mendukung kolom lebih dari satu, dipakai jika luas
tanah untuk bangunan sangat terbatas.
d. Pondasi Plat
Berupa plat tebal dengan perkuatan balok dari beton bertulang kedap air.
Dapat dimanfaatkan untuk ruang basement, gudang, ruang mesin.
2. Pondasi Dalam
a. Pondasi Tiang Pancang
Berbagai ukuran tiang pancang yang ada pada intinya dapat dibagi dua, yaitu
minipile dan maxipile.
- Minipile (Ukuran Kecil)
Tiang pancang berukuran kecil ini digunakan untuk bangunan-bangunan
bertingkat rendah dan tanah relative baik. Ukuran dan kekuatan yang
ditawarkan adalah:
o Berbentuk penampang segitiga dengan ukuran 28 dan 32.
o Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20x20 dan 25x25.
- Kerugian :
Karena diameter lebih besar maka daya dukung juga lebih besar
Pemekrisaan ualitas tiang hanya dapat dilakukan secara tidak
langsung karena beton terletak dibawah muka air tanah
adukan beton dapat bercampur tanah atau lumpur, untuk itu harus
dtangani secara seksama.
Akibat tanah lumpur diangkat ke tanah maka lapangan bekerja jadi
becek dan kotor
Sintesa :
Pada Bangunan City Hotel ini Menggunakan pondasi Tiang Pancang Maxipile (ukuran
besar) dengan ukuran 50x50 berbentuk square (persegi), karena merupakan pondasi prefabrikasi,
maka dari itu bangunan City Hotel ini menggunakan Pondasi Tiang Pancang.
Half Slab
Sumber : BEP Precast
Sintesa :
Pada atap bangunan menggunakan Hollow Core Slab, karena lebih ringan dari pada
half slab.
Lebar 1.200 mm
Panjang Sesuai Pesanan
Berat 209 kg/m², 247 kg/m², 260 kg/m², 297 km/m²
Tebal pelat 120; 150; 200; mm
Mutu Beton k-450
Permukaan Atas Siap Pasang Keramik
Permukaan Bawah Beton expose
Tulangan PC Wire ф 5 mm dan ф 7 mm
Sumber : BEP Precast Catalouge
Maka dapat ditentukan modul yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan city
hotel di Palembang ini :
Keterangan gambar :
Ukuran lebar 4m merupakan ukuran bentang yang sudah ditentukan di pabrik untuk
material Hollow Core Slab, dan panjang 6m merupakan kelipatan dari 1200mm yang
merupakan ukuran bahan Hollow Core Slab.
gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan dan isinya
dengan menggunakan saluran udara / ducting ac. Secara garis besar,
Sistem AC Central terbagi atas beberapa komponen yaitu :
Chiller / Condensing Unit / Outdoor AC
AHU (Air Handling Unit)
Ducting AC / saluran ac
Cooling Tower
Pompa Sirkulasi
AC Split adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu
ruangan sesuai yang kita inginkan, terutama mengkondisikan suhu ruangan
menjadi lebih rendah suhunya dibanding suhu lingkungan sekitarnya
Sintesa :
Ac yang digunakan untuk pengawaan City Hotel ini adalah Ac Central untuk di podium
dan penggunaan AC split pada zona penginapan dan ruang kantor pengelola serta ruang meeting.
Sintesa :
Pencahayan untuk bangunan City Hotel ini adalah Pencahayaan Alami dan Buatan.
Hydrant
Upper Tank
Lantai dst
Lantai 2
Lantai 1
pompa pompa
b. Air Kotor
Terdapat tiga sistem pembuangan untuk air kotor yaitu fully vented one pipe
system, fully vented two pipe system, dan single stack system. Berikut adalah
keuntungan dan kerugiannya :
Sintesa :
Berdasarkan penjabaran diatas, pada perancangan City Hotel ini lebih cocok untuk
menggunakan system Fully vented two pipe system, Untuk memudahkan pengontrolan,
perbaikan dan pengolahan limbah, pada hotel ini.
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
Berdasarkan bentukan bangunan prefabrikasi diatas, bangunan city Hotel di Palembang ini
menggunakan bentukan bangunan yang ke 2, yaitu bangunan yang grid dengan tambahan massa
grid yang lainnya berdasarkan Fungsi City Hotel yang ada, yaitu Kamar hotel, convention, dan
Fasilitas penunjang lainnya.
b. Struktur
Jadi, pada Struktur bangunan yaitu, Kolom, balok, pelat lantai, penutup atap dan
finishing dinding menggunakan Material Prefabrikasi yaitu Beton pracetak yang di
aplikasikan pada bangunan City Hotel ini.
c. Tapak
Pada tapak bangunan city hotel ini menggunakan material prefabrikasi seperti U
Dich untuk drainase pada bangunan ini, dan kansten untuk pedestrian jalan, lalu
material prefabrikasi lainnya.
- Zona publik diletakkan paling dekat dengan dengan main entrance, terdiri dari
lobby, reseptionist, masa pengelola dan masa pelayanan.
- Zona Semi Publik berisi massa bangunan penunjang seperti convention hall
dan meeting room
- Zona Privat berisi kamar-kamar hotel
- Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terdapat massa servis yang
ditempatkan pada bagian zona servis, dengan akses khusus melalui side
entrance
Privat Publik
Semi Publik
Servis
U
Kamar Hotel
Keterangan Gambar :
- Dalam area private merupakan tower hotel yang terdapat kamar hotel, karena
kamar hotel membutuhkan ketenangan untuk pengunjung beristirahat dan jauh
dari kebisingan yang berasal dari bawah
- Area privat juga diletakkan pada lantai 3-9 karena memungkinkan faktor
keamanan dapat terjaga dengan baik karena tidak semua orang dapat masuk ke
area ini tanpa melalui area semi publik
b. Area Publik
Publik
Semi Publik
Keterangan Gambar :
- Pada area penunjang terdapat ruang convention hall, meeting room, fitnes
center dan kolam renang.
- Vegetasi yang digunakan dalam area semi publik ini adalah pohon rimbun
untuk menyaring kebisingan dan penghalang angin, Pohon palm sebagai
pengarah jalan dan tumbuhan perdu sebagai pembatas.
- Area ini diletakan dengan view tidak langsung menghadap ke jalan utama
karena pemisahan pada drop off dan sirkulasi agar tidak terjadi kepadatan di
dalam tapak
d. Area Service
Area Servis
- Di area servis diterapkan sistem keamanan yang terdapat pada tiap lantai
untuk menjaga agar pelayanan hotel dapat dengan cepat diberikan pada tamu.
Juga mengelilingi bangunan. Hal ini dikarenakan pada semua bangunan
membutuhkan keamanan yang tinggi
- Sistem keamanan yang digunakan dalam hal ini adalah pagar dan pohon yang
rapat dan tinggi.
- Vegetasi yang digunakan yaitu pohon rimbun yang berakar serabut berfungsi
sebagai penghalang angin, kebisingan dan penahan erosi serta pohon palm
yang difungsikan untuk pengarah jalan.
Entrance kendaraan berupa gardu. Jenis sirkulasi terbagi menjadi empat yaitu :
1. sirkulasi kendaraan (mobil) yang berhubungan dengan area parkir dan drop off
lobby
2. sirkulasi kendaraan (Servis) menuju ke parkir servis dan ke area servis
3. sirkulasi motor yang langsung menuju ke area parkir motor
4. sirkulasi pejalan kaki berupa pedestrian dan jalan setapak.
Sirkulasi
Kendaraan
Publik
Sirkulasi
Pejalan Kaki
Sirkulasi Servis
d. Vegetasi penyerap polusi udara biasanya terdiri dari pohon perdu atau semak,
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap polusi udara, jarak tanam rapat, dan
bermassa daun padat. Menggunakan pohon akkasia daun lebar.
e. Vegetasi Penghias digunakan sebagai hiasan taman pada lansekap dan taman.
Dari segi perawatan yang mudah dan tidak menggangu pandangan bagi
pengguna bangunan. Pada umumnya tanaman ini menggunakan tanaman
berbunga
f. Vegetasi Peredam Kebisingan dapat dilakukan dengan menanam tanaman
berupa rumput, semak dan pepohonan. Jenis tumbuhan yang efektif untuk
meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang
rindang. Contoh tanaman yaitu pohon perdu.
Konsep vegetasi ini memberikan kenyamanan bagi penguna bangunan, dimana penguna
bangunan bias memanfaatkan ruang sesuai dengan fungsi aktifitas dalam ruang secara maksimal.
Peletakan vegetasi juga memberikan karakter tiap ruang dan sirkulasi.
Tanaman
Pengarah dan Tanaman
Tanaman Penghias
Peneduh
Tanaman
Peredam
Kebisingan
Tanaman
Peneduh
Gubahan Massa pada city hotel di Palembang ini mengambil konsep massa yang
merespon terhadap potensi tapak dan dari kondisi alam sekitar, dengan
mempertimbangkan metoda prefabrikasi yang berbentuk grid dan disusun sesuai fungsi
bangunan tersebut.
Gambar 5.15 View menuju pintu masuk dan kolam area rekreasi
Sumber : Konsep Penulis
Fasade dipilih simpel dan modern sehingga tidak terkesan kaku walaupun
penggunaan material finishing dinding mengikuti ukuran material precast yang
digunakan. Material kaca juga akan mengisi gagasan desain fasade, karena kesan
keterbukaan yang dihadirkan untuk penghuni kamar hotel dapat menikmati
pemandangan luar.
1. Detail Fasade
Konsep tatanan
massa dengan
koridor guest
room
menggunakan
sistem (demi)
double loaded.
Ukuran Modul bangunan 4 x 6 Dimana jarak
sesuai kelipatan dari lebar HCS koridor
yang digunakan merupakan 6 m
yang merupakan
ukuran modul
bangunan
Sekat antar guest
room menggunakan
HCW ukuran 1200
mm dengan panjang
4 m sesuai tinggi
bangunan hotel.
Keterangan gambar :
Dalam suatu pemasangan HCS biasanya terdiri dari beberapa jenis alat yang
digunakan separti Tower Cran, Mobile Cran, ataupun juga Hoist. Adapun beberapa alat-alat
yang digunakan untuk pemasangan HCS ini seperti terlihat pada gambar berikut ini:
- Kolom Precast
o Simple prismatic columns
Kolom ini biasanya hanya digunakan pada bangunan satu tingkat
dimana balok diletakkan diatas kolom
o Bearing columns
Kolom ini memiliki penompang untuk meletakkan balok
o T columns
Biasanya digunakan untuk menyokong langsung lantai dounle T tanpa
balok perantara
Sumber : dosen.narotama.ac.id
Bearing Columns
50cm x 50cm
Balok Rectangular
Beam 20cm x 30cm
Sumber : umpalangkaraya.ac.id
Bearing Columns
50cm x 50cm
Balok Rectangular
Beam 20cm x 30cm
Struktur atap merupakan struktur paling atas dalam bangunan, fungsi struktur atap
sebagai penopong atap. Pada atap bangunan menggunakan Hollow Core Slab, karena
lebih ringan dari pada half slab. HCS memiliki beberapa keuntungan yaitu :
1. Rongga ditengah HCS membuat berat HCS ini lebi ringan
2. Dapat mereduksi dimensi balok dan kolom bahkan mengurangi balok dan kolom
sehingga menghasilkan ruang yang luas
3. Permukaan bawah expose sehingga dapat langsung dijadikan plafond
o Faksimile
dengan beberapa nomor ekstensi untuk menghindari jaringan sibuk,
sehingga pelayanan lebih lancer
o LAN (Local Area Network) sebagai jaringan komunikasi antar
computer staff.
o Jaringan internet yang dilengkapi dengan server untuk mengatur
bandwith pemakaianan setiap computer dan router untuk penentuan
area hot-spot pada area hotel.
Konsep sistem penyediaan air bersih pada City Hotel di Palembang dipisah
Antara kebutuhan primer dan sekunder. Kebutuhan primer sebagai air minum, kamar
mandi dan pemadam kebakaran, sedangkan kebutuhan sekunder yaitu kolam air pada
taman dan interior. Sistem tersebut dipisahkan supaya tidak menggangu kebutuhan
air sehari-hari pada fasilitas lainnya. Untuk mencukupinya maka digunakan sistem
tangki air bawah dan penyediaan air bersih bersumbur dari PDAM dan sumur.
e. Sistem Keamanan
1. Terhadap bahaya kebakaran
Sistem pencegah kebakaran pada bangunan pusat rehabilitasi narkoba ini
adalah fire alarm protection, pencegahan (portable estinguiser, fire hydrant,
sprinkler), dan usaha evakuasi berupa penempaan fire escaping berupa tangga
darurat, Galon gas, Fire damper, Smoke dan Heating Ventilating.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palembang (2012). Data Jumlah Pengunjung Hotel dan Jumlah
Hotel Palembang : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palembang
Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 3/HK 001/MKP 02 tentang
penggolongan kelas hotel
Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM.10/PW. 301/Pdb – 77 tentang usaha dan
klasifikasi hotel
Smith, Ryan E, 2010. Prefab architecture : a guide to modular design and construction
Indri, wulfarm, 2008 potensi penggunaan sistem modular pada proyek konstruksi, jurnal teknik
sipil Volume 8 No. 2, 170 – 183
http://dokumen.tips/documents/prefabrikasi-full.html
LAMPIRAN