Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan

1. Pengertian Gigi Tiruan Lengkap Lepasan

Gigi tiruan lengkap lepasan merupakan perbaikan dan pemeliharaan


fungsi oral, kenyamanan, penampilan dan kesehatan penderita dengan cara
mengganti gigi-gigi beserta struktur jaringan mulut yang hilang dengan suatu
alat tiruan (Itjiningsih, 1991:1).
Menurut Gunadi, gigi tiruan lengkap yang disebut dengan full denture
prosthetic adalah suatu restorasi bila satu atau kedua lengkung rahang sudah
tidak ada giginya (Gunadi;dkk, 1991:13).

Gambar 2.1
Gigi Tiruan Lengkap Lepasan.
(sumber : https://services/pembuatan-gigi-tiruan-penuh/)

2. Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan


Tujuan dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan adalah untuk
mengembalikan fungsi mastikasi, fonetik, mempertahankan kesehatan
jaringan yang ada, memperbaiki dimensi wajah dan kontur yang terganggu,
serta untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang dan jaringannya. Selain itu
gigi tiruan lengkap lepasan bertujuan untuk mencegah penyusutan tulang
alveolar sehingga berkurangnya dimensi vertikal akibat tidak adanya
penyangga (Itjingningsih, 1996:1).

6
7

3. Macam-macam Gigi Tiruan Lengkap Lepasan

Macam-macam gigi tiruan lengkap lepasan ada dua yaitu pertama full
denture prosthetics adalah suatu restorasi yang dibuat bila kedua lengkung
rahang sudah tidak ada giginya. Kedua single full denture merupakan
kehilangan gigi pada satu lengkung rahang saja atau gigi tiruan pada satu
lengkung rahang yang berantagonis dengan gigi asli atau gigi tiruan yang
sudah diperbaiki (Gunadi;dkk, 1991:13).

B. Single Complete Denture


1. Pengertian Single Complete Denture
Single complete denture adalah bentuk gigi tiruan lengkap lepasan
yang menggantikan seluruh gigi pada rahang atas atau rahang bawah saja
yang berlawanan dengan gigi asli, gigi tiruan cekat atau gigi tiruan sebagian
lepasan (Arnefi;dkk, 2003:368).
Gigi tiruan penuh tunggal merupakan gigi tiruan yang dibuat dengan
berantagonis gigi asli atau gigi tiruan sebagian. Untuk mendapatkan oklusi
seimbang dan gigi tiruan stabil dapat dicapai dengan memperhatikan inklinasi
dari bidang oklusal gigi asli lawannya (Zarb, 2001:481).

Gambar 2.2
Single Complete Denture Rahang Atas
(sumber:https://www.researchgate.net/ complete-denturepartial-denture)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Single Complete


Denture
Ada beberapa hal yang mempengaruhi dalam pembuatan single
complete denture yaitu :
8

a. Oklusi Seimbang
Pada pembuatan single complete denture hal penting yang harus
diperhatikan adalah oklusi seimbang. Oklusi seimbang adalah hubungan
kontak statik antara tonjolan gigi atau permukaan kunyah gigi atas dan bawah
pada posisi yang tepat sehingga tidak terjadi ungkitan yang menyebabkan
ketidakstabilan gigi tiruan (Watt, 1992:111).
b. Artikulasi Seimbang
Artikulasi seimbang adalah kontak geser terus-menerus antara tonjol
gigi atas dan bawah seluruh lengkung rahang pada gerakan mandibula dengan
mulut tertutup (Watt, 1992:112). Adanya oklusi dan artikulasi seimbang,
kestabilan gigi tiruan akan terjaga dan tetap berada pada tempatnya.
c. Retensi
Retensi dapat didefinisikan sebagai ketahanan gigi tiruan untuk melawan
upaya pelepasan dari mulut. Faktor retensi gigi tiruan adalah :
1) Adhesi
Adhesi adalah gaya tarik menarik fisik antara molekul-molekul yang
berlainan. Gaya ini bekerja bila terdapat saliva yang membasahi dengan
molekul pada permukaan basis gigi tiruan dan juga membran mukosa dari
daerah pendukung (Zarb, 2001:146).
2) Kohesi
Kohesi merupakan gaya tarik menarik fisik antara molekul-molekul
yang sama. Kohesi merupakan gaya retentif dalam lapisan saliva diantara
basis gigi tiruan dan mukosa (Zarb, 2001:146).
3) Perluasan Basis
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang
ditutup oleh basis gigi tiruan. Basis dibuat seluas mungkin dengan
memperhatikan bagian mukosa bergerak dan tidak bergerak sehingga tidak
mengganggu perlekatan otot atau frenulum. Tepi sayap membulat serta
mengisi penuh vestibulum (Gunadi;dkk, 1991:221).
4) Peripheral Seal
Faktor terpenting yang mempengaruhi suatu gigi tiruan adalah
peripheral seal. Efektifitas pheriperal seal akan mempengaruhi sifat retentif
9

dari tekanan atmosfir dengan penutupan tepi yang kedap udara disekeliling
gigi tiruan (Watt, 1992:59).
5) Pembuatan Postdam
Postdam dibuat sebelum penyusunan gigi posterior selesai dan tidak
melibatkan pasien. Caranya adalah dengan menarik garis dari hamular notch
kiri dan kanan sehingga bertemu di daerah fovea palatina 2mm di sebelah
anterior dari AH line. Kemudian dikerok dengan kedalaman 1-1,5mm kearah
AH line sedangkan pada fovea palatina biasanya lebih dangkal (Zarb,
2001:371-372).
6) Stabilisasi
Stabilisasi merupakan gaya untuk melawan pergerakan gigi tiruan
dalam arah horizontal dan tidak berubah posisinya akibat tekanan kunyah saat
berfungsi. Kestabilan berkaitan dengan penyusunan gigi tiruan serta oklusi
dan artikulasi (Gunadi;dkk, 1991:157). Dalam pembuatan gigi tiruan lengkap
lepasan ada beberapa hal-hal penting untuk mencapai kestabilan, antara lain:
1) Permukaan oklusal
Permukaan oklusal merupakan bagian permukaan gigi tiruan yang
berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan gigi tiruan lawan.
2) Permukaan poles
Permukaan poles merupakan bagian permukaan gigi tiruan yang
terbentang dari tepi ke permukaan oklusal, bukal, palatal atau lingual yang
berkontak dengan bibir, pipi dan lidah.
3) Besar lengkung rahang
Lengkung rahang manusia ada yang besar, sedang dan kecil. Semakin
besar lengkung rahang maka semakin baik kestabilannya. Besar lengkung
rahang atas dan rahang bawah yang tidak sama akan menjadi masalah dalam
penyusunan gigi.
4) Bentuk linggir
Semakin tinggi linggir dari rahang tak bergigi, maka semakin kokoh
gigi tiruan yang ditempatkan. Ada 3 macam bentuk linggir yaitu bentuk U, V,
dan jamur. Bentuk linggir U adalah yang paling menguntungkan karena
10

puncak linggir yang lebar sehingga dapat menahan daya ungkit dan daya
horizontal pada gigi tiruan.
Bentuk linggir lain seperti V kurang menguntungkan dan dapat
menimbulkan rasa sakit karena terasa sempit dan tajam. Bentuk linggir
seperti jamur mempunyai daerah gerong yang cukup dalam dan sering
menyulitkan pada waktu insersi gigi tiruan sehingga memerlukan koreksi
bedah terlebih dahulu (Itjingningsih, 1991:7-9).

3. Teknik Penyusunan Gigi Single Complete Denture dengan Antagonis


Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Pada kasus gigi tiruan tunggal baik rahang atas maupun rahang bawah
yang berantagonis dengan gigi tiruan sebagian lepasan, pada saat penyusunan
gigi ada beberapa tahap yang harus diperhatikan yaitu:
a. Gigi disusun dengan inklinasi dan tumpang gigit yang tepat.
b. Gigi molar 2 atas sebaiknya tidak disusun dalam keadaan berkontak
dengan gigi yang posisinya tidak benar.
c. Gigi posterior disusun berkontak dengan galangan gigit yang keras.
d. Pengasahan gigi bawah yang menghambat dilakukan pada model dengan
menggerakan gigi atas terhadap model rahang bawah.
e. Gigi tiruan dipasang dalam mulut dan diperiksa retensi dan tingginya.
f. Kertas artikulasi diletakkan di atas gigi bawah dan dilakukan gerakan
membuka dan menutup mulut (Zarb, 2001:483-485).

C. Relasi Rahang
1. Pengertian relasi rahang
Relasi rahang adalah hubungan lengkung rahang atas dengan rahang
bawah, agar didapat stabilisasi yang optimum (Soebekti;dkk, 1995:27). Pada
pembuatan gigi tiruan penuh relasi rahang sangat penting untuk melihat posisi
rahang. Pada saat relasi rahang dipindahkan ke artikulator, relasi ini harus
diregistrasi pada sumbu retrusi (Thomson, 2007:248).
11

2. Macam-macam relasi rahang


Ada 3 macam relasi rahang yaitu:
a. Kelas I
Lengkung rahang atas dan rahang bawah mempunyai hubungan
normal dimana alveolar ridge rahang atas sejajar dengan alveolar ridge
rahang bawah (Itjingningsih, 1991:10).

Gambar 2.3
Relasi rahang kelas I
(Sumber:Itjingningsih, 1991:10)

b. Kelas II
Pada rahang tak bergigi, lengkung rahang bawah lebih ke belakang
dari rahang atas karena alveolar ridge rahang bawah lebih pendek dan sempit
dibandingkan rahang atas.
Pada relasi rahang kelas II ini terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu
relasi rahang kelas II divisi 1 yang memiliki karakteristik overbite dan
overjet yang besar dan pada umumnya pasien mempunyai bibir atas yang
pendek. Relasi rahang kelas II divisi 2 adalah pasien dengan kelainan oklusi
yang cenderung menggerakkan rahang bawah seperti gerakan engsel, maka
dalam penyusunan gigi posterior digunakan elemen gigi yang mempunyai
tonjolan cukup tinggi karena pada relasi rahang kelas II divisi 2 ini terdapat
overbite yang besar dan gerakan protusif kecil, sehingga kurve kompensasi
anteroposterior dari gigi posterior tidak dapat digunakan (Itjingningsih,
1991:10).
12

National Health And Nutrition Estimates Survey III yang dilakukan di


Amerika Serikat tahun 1989-1994 membagi gigitan menjadi 3 tingkat
keparahan yaitu gigitan dalam sedang overbite 3-4mm, gigitan dalam berat
overbite 5-7mm dan gigitan sangat berat overbite >7mm (Leepel;dkk,
2009:251).

Gambar 2.4
Relasi rahang kelas II
(Sumber:Itjingningsih, 1991:10)

c. Kelas III
Pada rahang tak bergigi, lengkung rahang bawah lebih ke depan dari
rahang atas karena alveolar ridge rahang bawah lebih panjang dan lebih
lebar dari rahang atas (Itjingningsih, 1991:10).

Gambar 2.5
Relasi rahang kelas III
(Sumber:Itjingningsih, 1991:10)
13

3. Protrusif
Protrusif merupakan salah satu maloklusi yang mempengaruhi
penampilan seseorang dengan karakteristik gigi pada rahang atas lebih keluar.
Maloklusi protrusif mempunyai hubungan molar normal, kelainan yang
paling banyak menyertainya adalah gigi berdesakan akibat ketidaksesuaian
antara ukuran gigi dengan lengkung rahang (Rahmawati, 2013:224).
Protrusif gigi anterior merupakan anomali yang menimbulkan
gangguan estetik karena posisi gigi anterior lebih kedepan sehingga penderita
sulit menutup mulut. Bibir atas terangkat disertai celah interlabial yang
membuat estetik wajah kurang menyenangkan (Zenab, 2010:3).

D. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


1. Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan
satu atau lebih gigi yang hilang tetapi tidak semua serta jaringan sekitarnya
dan dapat dilepas pasang oleh pemakainya (Gunadi;dkk, 1991:14).
Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik adalah sebuah protesa yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang, pada rahang atas maupun
rahang bawah yang menggunakan bahan akrilik dan dapat dilepas pasang
oleh pasien sendiri tanpa pengawasan dokter (Wahjuni;dkk, 2017:76-77).

Gambar 2.6
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
(sumber:https://3.blogspot.com/gigitiruansebagianlepasan.jpg)

2. Fungsi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik


Ada beberapa fungsi dari gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yaitu;
(Gunadi;dkk, 1991:33-39).
14

a. Pemulihan fungsi estetik


Alasan utama seorang pasien melakukan perawatan prostodonti biasanya
karena masalah estetik. Seseorang yang kehilangan gigi depan (anterior)
biasanya memperlihatkan wajah dengan bibir masuk ke dalam sehingga wajah
menjadi depresi pada dasar hidung dan dagu tampak lebih ke depan.
b. Peningkatan fungsi bicara
Gigi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara dengan
mengucapkan kata-kata lebih jelas, karena terjadinya suara berasal dari laring,
lidah, palatum dan dibantu gigi geligi.
c. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan
Salah satu fungsi gigi tiruan adalah membantu dalam proses pengunyahan.
Apabila proses pengunyahan terganggu, akan menimbulkan masalah
pencernaan sehingga mengakibatkan kemunduran kesehatan secara
keseluruhan.
d. Pencegahan migrasi gigi
Apabila sebuah gigi dicabut atau hilang, maka gigi tetangganya dapat bergerak
memasuki ruang kosong yang menyebabkan renggangnya gigi-gigi lain.
e. Peningkatan distribusi beban kunyah
Kehilangan sejumlah gigi dapat mengakibatkan bertambah beratnya beban
kunyah pada gigi yang masih tinggal sehingga memperburuk kondisi jaringan
pendukung gigi. Akibatnya gigi menjadi goyang dan miring ke labial untuk
gigi depan atas.

3. Komponen-komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik


Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik terdiri dari beberapa komponen
sebagai berikut:
a. Penahan (retainer)
Retainer adalah bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
memberikan retensi dan mampu menahan protesa tetap pada tempatnya.
Penahan dapat berupa direct retainer yang berkontak langsung dengan
permukaan gigi penyangga seperti cengkeram, dan ada penahan tak langsung
15

(indirect retainer) yang bekerja pada basis. Retensi tak langsung dapat
diperoleh dengan cara memberi retensi pada sisi yang berlawanan.
Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk menahan gaya
pemindah yang cenderung mengubah hubungan antara permukaan gigi tiruan
dengan jaringan mulut pada saat istirahat maupun berfungsi. Gaya-gaya ini
antara lain adalah gaya gravitasi, otot kunyah, proses pengunyahan, berbicara,
makanan lengket dan sebagainya. Kemampuan menahan gaya ini diperoleh
dari cengkeram, adhesi, dan kohesi (Gunadi;dkk, 1991:152).
Cengkeram dibagi menjadi dua yaitu cengkeram kawat dan cengkeram
tuang. Cengkeram kawat merupakan jenis cengkeram yang lengan-lengannya
terbuat dari kawat jadi (wrought wire). Ukuran dan jenis yang sering dipakai
untuk keperluan pembuatan gigi tiruan sebagian adalah yang bulat dengan
diameter 0,7mm untuk gigi anterior atau premolar dan 0,8mm untuk gigi
molar (Gunadi;dkk, 1991:161).
Cengkeram kawat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cengkeram
kawat oklusal dan cengkeram kawat gingival. Adapun bentuk cengkeram
kawat oklusal antara lain cengkeram tiga jari, cengkeram dua jari, cengkeram
jackson, cengkeram setengah jackson, cengkeram S, cengkeram panah,
cengkeram adam dan cengkeram anker crib (Gunadi;dkk, 1991:163-165).
Cengkeram kawat gingival berupa bar type clasp antara lain seperti
cengkeram meacock, cengkeram panah anker, cengkeram penahan bola serta
cengkeram C.
Adapun syarat-syarat cengkeram kawat adalah harus berkontak dengan
permukaan gigi penyangga, lereng cengkeram harus melewati garis survai
biasanya 1-2mm diatas tepi gingiva, badan cengkeram sirkumferensial harus
terletak diatas titik kontak gigi penyangga, bagian sandaran dan badan tidak
boleh mengganggu oklusi maupun artikulasi. Ujung lengan cengkeram harus
dibulatkan dan pada permukaan cengkeram tidak boleh ada bekas tang yang
akan mempengaruhi daya tahan cengkeram (Gunadi;dkk, 1991:166-167).
16

Tabel 2.1
Cengkeram Kawat Oklusal/Circumferensial Type Clasp

Jenis-jenis Cengkeram Kawat Oklusal


Cengkeram tiga jari Berbentuk seperti akers clasp dengan
cara menyolder lengan-lengan kawat
pada sandaran atau menanamnya ke
dalam basis.

Cengkeram dua jari Berbentuk seperti akers clasp tetapi


tanpa sandaran.

Cengkeram jackson Indikasi cengkeram ini pada gigi


posterior yang mempunyai kontak
yang baik dibagian mesial dan
distalnya.

Cengkeram half jackson Cangkolan ini dibuat cengkeram satu


jari atau cengkeram C.

Cengkeram S Berbentuk seperti S, biasa dipakai


untuk kaninus bawah dan kaninus atas.

Cengkeram panah Berbentuk anak panah yang


ditempatkan pada interdental gigi,
diperuntukkan bagi anak-anak dengan
retensi kurang.

(Sumber: Gunadi;dkk, 1991:163-167)


17

Tabel 2.2
Cengkeram Kawat Gingival/Bar Type Clasp

Jenis Cengkeram Kawat Gingival


Cengkeram meacock Indikasinya untuk anak pada masa
pertumbuhan, dan menambah retensi
untuk spoon denture.

Cengkeram panah anker Cengkeram interdental atau


proksimal, yang dikenal sebagai
Arrow Anchorn Clasp.

Cengkeram C Lengan retentif cengkeram ini seperti


setengah jackson dengan pangkal
ditanam pada basis.

(Sumber: Gunadi;dkk, 1991:163-167)

b. Elemen Gigi Tiruan


Elemen merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi ukuran dan bentuk
sering menjadi sulit karena ruangan yang tersedia sudah tidak sesuai lagi
akibat migrasi atau rotasi gigi tetangga. Pada seleksi elemen ada faktor-faktor
yang harus diperhatikan seperti ukuran, bentuk, tekstur permukaan dan warna
(Gunadi;dkk, 1991:206-211).
1) Ukuran gigi
Ukuran gigi harus disesuaikan dengan gigi pada sisi sebelahnya. Bila
ruang yang tersisa sudah tidak sesuai lagi biasanya disusun dengan diastema
atau berjejal. Bila ruangan yang tersedia sempit dapat dilakukan pengasahan
dibagian tertentu untuk penyesuaian ruangan.
18

2) Bentuk gigi
Pemilihan bentuk gigi disesuaikan dengan gigi asli yang masih ada dan dapat
dilihat dari bentuk muka, jenis kelamin, umur penderita, dan tekstur
permukaan.
3) Warna gigi
Pemilihan warna gigi berkisar antara kuning sampai kecoklatan, abu-abu dan
putih. Warna gigi yang lebih muda akan membuat gigi terlihat lebih besar.
4) Basis gigi tiruan
Basis pada gigi tiruan merupakan bagian yang menggantikan tulang
alveolar yang sudah hilang dan mendukung elemen gigi tiruan. Fungsi dari
basis gigi tiruan yaitu sebagai pendukung elemen gigi tiruan yang dapat
menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung gigi penyangga atau
linggir sisa. Basis juga dapat memberikan stimulasi pada jaringan di bawah
gigi tiruan dan mampu memberikan retensi/stabilisasi (Gunadi;dkk, 1991:215-
216).
Syarat bahan basis protesa yang ideal yaitu memiliki adaptasi dengan
jaringan yang tinggi bila ada perubahan volume, permukaannya keras, mampu
menghantarkan thermis, mudah dibersihkan, warna sesuai dengan warna
jaringan sekitarnya, bisa dilapis atau dicekatkan kembali serta harganya
ekonomis (Gunadi;dkk, 1991:218).
Bahan basis biasanya terbuat dari metal, resin, atau kombinasi metal-
resin, valplast dan thermosen.
1) Bahan basis akrilik
Kelebihan dari basis akrilik yaitu relatif murah, lebih ringan
dibandingkan kerangka logam, mudah dilakukan relining dan rebasing,
prosedur pembuatan tidak rumit dan waktu pembuatan lebih singkat.
Adapun kekurangan basis akrilik yaitu lebih tebal, mudah abrasi, sifat
penghantar panasnya tidak sebaik kerangka logam, dapat menyerap cairan
mulut sehingga mempengaruhi stabilitas warna dan berbau serta sisa makanan
mudah melekat.
19

Indikasi pemakaian basis akrilik yaitu untuk menyelesaikan masalah


estetik dan fonetik dan sebagai alat sementara sebelum perbaikan ortodontik
(Gunadi;dkk, 1991:219).
2) Bahan basis metal
Bahan basis metal merupakan penghantar panas yang baik, dapat dibuat lebih
tipis sehingga ruang gerak lidah relatif lebih luas (Gunadi;dkk, 1991:218).
3) Bahan basis metal-resin
Bahan basis metal-resin merupakan rangka dari metal yang dilapisi resin
untuk tempat perlekatan elemen gigi tiruan dan bagian yang berkontak dengan
mukosa mulut (Gunadi;dkk, 1991:220).
4) Valplast
Valplast merupakan gigi tiruan fleksibel menggunakan bahan nilon
thermoplastik yang lebih tipis dan translusen. Valplast sangat baik dalam
estetika karena tidak menggunakan kawat retensi dengan perlekatan dalam
rongga mulut sangat baik (Steven, 2014:6).
5) Thermosen
Thermosen adalah bahan penemuan terbaru yang terkenal dengan
bentuk fleksible dan bebas akrilik. Kualitas warnanya yang sama dengan
akrilik dan tidak retak jika jatuh sehingga sangat populer untuk perawatan
bruxism. Thermosen tersedia dalam warna gigi dan gingiva, memilik daya
tembus cahaya dan memberikan estetika yang baik (Nandal S, 2013:141).

4. Klasifikasi Kennedy

Klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan pertama kali dikenalkan oleh


Dr. Edward Kennedy pada tahun 1925. Kennedy mengklasifikasi lengkung
tak bergigi supaya dapat membantu pembuatan desain gigi tiruan sebagian
lepasan. Klasifikasi ini membagi semua keadaan tak bergigi menjadi empat
macam keadaan. Daerah tak bergigi lain dari pada yang sudah ditetapkan
dalam empat kelompok tadi disebut sebagai modifikasi (Gunadi;dkk,
1991:23).
20

Berikut ini adalah rincian klasifikasi kennedy:


a. Kelas I
Daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada
dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).

Gambar 2.7
Kelas I
(Sumber: Gunadi;dkk, 1991:25)

b. Kelas II
Daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada
tetapi hanya pada salah satu sisi (unilateral).

Gambar 2.8
Kelas II
(Sumber: Gunadi;dkk, 1991:25)

c. Kelas III
Daerah tak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada dibagian posterior
maupun anteriornya.
21

Gambar 2.9
Kelas III
(Sumber: Gunadi;dkk, 1991:25)

d. Kelas IV
Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada
dan melewati garis tengah rahang.

Gambar 2.10
Kelas IV
(Sumber: Gunadi;dkk, 1991:25)

E. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan dan Gigi Tiruan


Sebagian Lepasan Akrilik
Tahap-tahap dalam pembuatan gigi tiruan lepasan akrilik di
laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Merapikan model
Syarat model kerja yang baik adalah bersih dari nodul dan batas
anatomi jelas.
22

2. Survey
Prosedur ini menggunakan alat surveyor untuk menentukan kesejajaran
relatif antara dua atau lebih permukaan gigi dan bagian lain pada model
rahang dengan menandai garis kontur terbesar dan daerah gerong atau
undercut. Hal ini diperlukan untuk menetapkan gigi yang akan menjadi
penahan, dimana cengkeram akan diletakkan (Gunadi;dkk, 1991:83).
3. Block out
Block out merupakan proses menutup daerah undercut dengan gips agar
undercut yang tidak menguntungkan tidak menghalangi keluar masuknya
protesa (Gunadi;dkk, 1991:101).
4. Pembuatan bite rim
Fungsi bite rim adalah menggantikan kedudukan gigi untuk
mendapatkan hubungan maxilla dan mandibula. Lebar galangan gigit anterior
5mm dan posterior 8-10mm, tinggi galangan gigit rahang atas anterior 10-
12mm dan posterior 6-8mm. Tinggi galangan gigit rahang bawah anterior 6-
8mm dan posterior 3-6mm, dan ratio lebar galangan gigit rahang atas 2:1
(bukal:palatal) dan rahang bawah 1:1 (bukal:lingual) (Itjingningsih, 1991:57-
59).
5. Pemasangan model dalam artikulator
Artikulator adalah alat mekanik tempat meletakkan model rahang atas
dan rahang bawah untuk memproduksi relasi rahang. Artikulator digunakan
untuk membantu kajian mengenai oklusi dalam pembuatan protesa. Sebelum
memasang model kerja dengan galangan gigit dalam artikulator, harus
dipersiapkan ketinggian model atas dan bawah dengan ruang artikulator.
Prosedur pemasangan model dalam artikulator adalah sebagai berikut:
a. Pasang model kerja berikut galangan gigit atas pada meja artikulator
dengan pedoman:
1) Garis tengah model kerja dan galangan gigit atas berhimpit dengan
garis tengah meja artikulator dan garis tengah artikulator.
2) Bidang orientasi galangan gigit atas berhimpit (tidak boleh ada celah)
dengan meja artikulator.
23

3) Garis median anterior galangan gigit menyentuh titik perpotongan


garis median dan garis incisal meja artikulator.
4) Petunjuk jarum incisal horizontal harus menyentuh titik perpotongan
garis tengah dan garis incisal meja artikulator.
5) Petunjuk incisal vertikal harus menyentuh meja insisivus untuk
mempertahankan dimensi vertikal yang telah didapat.
b. Setelah ke lima pedoman terpenuhi maka model kerja berikut galangan
gigit atas dicekatkan dengan malam pada meja artikulator.
c. Bagian atas model kerja difiksir pada bagian atas artikulator menggunakan
gips.
d. Setelah gips mengeras meja artikulator dilepas.
e. Model kerja berikut galangan gigit rahang bawah disatukan dengan rahang
atas.
f. Artikulator dibalik, lalu bagian bawah model kerja rahang bawah difiksir
bagian bawah artikulator menggunakan gips (Itjingningsih, 1991:73-75).
6. Pembuatan cengkeram
Cengkeram dibuat mengelilingi gigi menyentuh sebagian besar kontur
gigi untuk memberikan retensi, stabilisasi dan suport. Cengkeram harus
memeluk permukaan gigi lebih dari 180° tetapi kurang dari 360° dengan
memperhatikan pengimbangan (reciprocation) untuk melawan gaya yang
ditimbulkan oleh bagian-bagian yang lain.
Pada retensi diberikan lengan retentif karena ujung lengan ditempatkan
pada daerah gerong. Cengkeram harus mampu melawan gaya oklusal atau
vertikal pada waktu berfungsi dengan semua bagian cengkeram berperan
sebagai stabilisasi kecuali ujung lengan retentif yang bersifat pasif
(Gunadi;dkk, 1991:155).
7. Penyusunan gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi anterior
atas, gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi molar satu bawah dan gigi
posterior bawah lainnya (Itjingningsih, 1991:85:122).
24

a. Gigi incisivus 1 atas


Inklinasi gigi incisivus 1 atas membuat sudut 85˚, tepi incisal sedikit masuk
ke palatal, dan dilihat dari bidang oklusal tepi incisal terletak diatas linggir.
b. Gigi incisivus 2 atas
Inklinasi gigi incisivus 2 atas membuat sudut 80°, tepi incisalnya 2mm
diatas bidang oklusal, bagian servikal lebih condong ke palatal, dan dilihat
dari bidang oklusal tepi incisal terletak diatas linggir rahang.
c. Gigi caninus atas
Inklinasi gigi caninus atas tegak lurus bidang oklusi, bagian servikal
tampak lebih menonjol dan ujung cusp lebih ke palatal dan menyentuh
bidang oklusi. Dilihat dari bidang oklusal ujung cusp terletak diatas linggir
rahang.
d. Gigi incisivus 1 bawah
Inklinasi gigi incisivus 1 bawah membuat sudut 85°, tepi incisal 1-2mm
diatas bidang oklusal, dan bagian servikalnya lebih kearah lingual. Dilihat
dari bidang oklusal tepi incisal terletak diatas linggir rahang.
e. Gigi incisivus 2 bawah
Inklinasi mesio-distal gigi incisivus 2 bawah membuat sudut 80°, inklinasi
antero-posteriornya tegak lurus bidang oklusal, dan tepi incisal 1-2mm
diatas bidang oklusal. Dilihat dari bidang oklusal tepi incisal terletak diatas
linggir rahang.
f. Gigi caninus bawah
Bagian distalnya tegak lurus bidang oklusal, bagian servikal menonjol, dan
ujung cusp terletak diatas linggir rahang serta bagian kontak distal
berhimpit dengan garis posterior.
g. Gigi premolar 1 atas
Inklinasi gigi premolar 1 atas tegak lurus bidang oklusal, cusp bukal
menyentuh bidang oklusi dan cusp palatal kira-kira 1mm diatas bidang
oklusi, serta groove developmental sentral terletak diatas linggir rahang.
25

h. Gigi premolar 2 atas


Inklinasi gigi premolar 2 atas tegak lurus bidang oklusal, cusp bukal dan
cusp palatal terletak pada bidang oklusal, serta developmental groove
sentralnya terletak diatas linggir rahang.
i. Gigi molar 1 atas
Inklinasi gigi molar 1 atas condong kedistal, cusp mesio-palatal terletak
pada bidang oklusi, cusp mesio-bukal dan disto-palatal sama tinggi 1mm
diatas bidang oklusal sedangkan cusp disto-bukal 2mm diatas bidang
oklusal.
j. Gigi molar 2 atas
Inklinasi gigi molar 2 atas condong kedistal, cusp-cuspnya terletak pada
bidang oblique dari kurva antero-posterior. Permukaan bukal gigi molar 2
atas terletak pada kurva lateral (development groove sentral gigi molar 1,
molar 2 atas sejajar garis median).
k. Gigi molar 1 bawah
Pada gigi molar 1 bawah, cusp mesio bukal gigi molar 1 atas berada di
groove mesio bukal gigi molar 1 bawah, cusp bukal molar 1 bawah berada
di fosa sentral gigi molar 1 atas, dan cusp bukal gigi molar 1 bawah berada
diatas linggir rahang.
l. Gigi premolar 2 bawah
Inklinasi gigi premolar 2 bawah tegak lurus bidang oklusi, cusp bukalnya
berada di fosa sentral gigi premolar 1 dan premolar 2 atas, dan cusp
bukalnya berada diatas linggir rahang.
m. Gigi molar 2 bawah
Sisa tanggul gigitan malam bawah dipotong, lalu gigi molar 2 bawah
ditempatkan. Dilihat dari bidang oklusal, cusp bukalnya berada diatas
linggir rahang.
n. Gigi premolar 1 bawah
Inklinasi gigi premolar 1 bawah tegak lurus bidang oklusal, cusp bukalnya
di fosa sentral antara premolar 1 dan caninus atas, dan berada diatas linggir
rahang.
26

8. Wax counturing
Wax counturing adalah membentuk dasar dari gigi tiruan malam sehingga
harmonis dengan otot-otot dan semirip mungkin dengan gusi serta jaringan
lunak mulut (Itjingningsih, 1991:135).
9. Flasking
Flasking adalah proses penanaman model malam dalam kuvet untuk
mendapatkan mould space. Metode flasking dibagi menjadi dua, yaitu pertama
pulling the casting dimana elemen gigi tiruan terbuka tidak tertutup plaster,
sedangkan setelah boiling out elemen gigi tiruan ikut ke cuvet atas dan model
kerja tetap berada pada cuvet bagian bawah. Metode kedua adalah holding the
casting dimana model gigi tiruan berada di cuvet bagian bawah dan seluruh
elemen gigi tiruan ditutup dengan plaster sehingga setelah boiling out akan
terlihat seperti ruang kecil (Itjingningsih, 1991:147).
10. Boiling out
Boiling out adalah proses pembuangan malam gigi tiruan dari model yang
telah ditanam dalam cuvet dengan air panas atau dengan cara merebus cuvet
untuk mendapatkan mould space (Itjingningsih, 1991:151).
11. Packing
Packing adalah proses pencampuran monomer dan polimer resin akrilik
kemudian dimasukkan kedalam ruangan yang terdapat pada cuvet. Ada dua
metode packing, yang pertama yaitu dry method dimana monomer dan
polimer dicampur langsung dalam mold. Kedua adalah wet method dimana
monomer dan polimer dicampur diluar mold dan bila sudah mencapai tahap
dough stage baru dimasukkan kedalam mold (Itjingningsih, 1991:155).
12. Curing
Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan
polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya (Itjingningsih,
1991:163).
13. Deflasking
Deflasking adalah melepaskan gigi tiruan akrilik dari cuvet dan bahan
tanamnya, tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya supaya gigi tiruan
dapat diremounting di artikulator (Itjingningsih, 1991:166).
27

14. Remounting dan selectiv grinding


Remounting bertujuan untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak
harmonis dari gigi tiruan yang baru selesai diproses. Hubungan oklusi yang
tidak harmonis disebabkan oleh penyusutan kesalahan waktu packing dan
curing.
Perubahan oklusi diperbaiki dengan cara mengembalikan tinggi
vertikal sesuai dengan sebelum gigi tiruan diproses, memperbaiki oklusi
eksentrik (working and balancing oclusion). Oklusi diperbaiki dengan spot
grinding selektif sampai incisal guide pin berkontak dengan meja incisal
dalam hubungan sentris. Permukaan gigi yang akan dikurangi dipilih sesuai
dengan dua hukum atau peraturan dasar yaitu jika cuspnya ketinggian dalam
oklusi sentris dan eksentris maka bagian fosanya diperdalam (Itjingningsih,
1991:169).
15. Penyelesaian gigi tiruan
Penyelesaian gigi tiruan adalah menyempurnakan bentuk akhir gigi
tiruan dengan membuang sisa-sisa akrilik dan gips pada batas gigi tiruan dan
sekitar gigi serta tonjolan akrilik pada permukaan landasan akibat
pemprosesan (Itjingningsih, 1991:183).
16. Pemolesan gigi tiruan
Pemolesan gigi tiruan adalah menghaluskan dan mengkilapkan gigi tiruan
tanpa mengubah konturnya. Gunakan brush wheel (hitam) dengan bahan
pumice basah untuk menghaluskan dan rag wheel (putih) dengan bahan
CaCo3 untuk mengkilapkan (Itjingningsih, 1991:186).

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen31 halaman
    Bab Ii
    citta.sasikirana.krishardi-2023
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen30 halaman
    Bab 2
    Crazy Boy
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii - Novika PDF
    Bab Ii - Novika PDF
    Dokumen30 halaman
    Bab Ii - Novika PDF
    Akmal Hafizh
    Belum ada peringkat
  • GTL
    GTL
    Dokumen22 halaman
    GTL
    Lin Herlina Rachmi Palupi
    Belum ada peringkat
  • GTL Asih
    GTL Asih
    Dokumen28 halaman
    GTL Asih
    panduforest
    Belum ada peringkat
  • Gigi Tiruan Lengkap
    Gigi Tiruan Lengkap
    Dokumen5 halaman
    Gigi Tiruan Lengkap
    Ayi'x UniQue N Juthest
    Belum ada peringkat
  • Prosto
    Prosto
    Dokumen13 halaman
    Prosto
    Ade Ayu
    Belum ada peringkat
  • Gigi Tiruan Lengkap
    Gigi Tiruan Lengkap
    Dokumen20 halaman
    Gigi Tiruan Lengkap
    Mimit Ariwibowo
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen21 halaman
    Bab Ii
    shiddiq abdillah
    Belum ada peringkat
  • Gigi Tiruan Lengkap: Laporan Kepaniteraan Prostodonsia
    Gigi Tiruan Lengkap: Laporan Kepaniteraan Prostodonsia
    Dokumen23 halaman
    Gigi Tiruan Lengkap: Laporan Kepaniteraan Prostodonsia
    ZwistaYuliaDewi
    Belum ada peringkat
  • GTL Dania 1
    GTL Dania 1
    Dokumen25 halaman
    GTL Dania 1
    Dannia Rahmaa Alifiantii
    Belum ada peringkat
  • Makalah Prosto
    Makalah Prosto
    Dokumen43 halaman
    Makalah Prosto
    Khairul Arham
    Belum ada peringkat
  • Laporan GTL Kusnul Kotimah
    Laporan GTL Kusnul Kotimah
    Dokumen22 halaman
    Laporan GTL Kusnul Kotimah
    Della Chan
    Belum ada peringkat
  • Gigi Tiruan Penuh
    Gigi Tiruan Penuh
    Dokumen23 halaman
    Gigi Tiruan Penuh
    fiani lafaju
    Belum ada peringkat
  • Gigi Tiruan Penuh
    Gigi Tiruan Penuh
    Dokumen23 halaman
    Gigi Tiruan Penuh
    fiani lafaju
    Belum ada peringkat
  • BAB II Refisi Bu Wiwid EDITAN2
    BAB II Refisi Bu Wiwid EDITAN2
    Dokumen31 halaman
    BAB II Refisi Bu Wiwid EDITAN2
    Adhyn Suryadin
    100% (1)
  • GTP
    GTP
    Dokumen5 halaman
    GTP
    Vixi Makael Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • GTL - Swandiva & Tinarbuka
    GTL - Swandiva & Tinarbuka
    Dokumen34 halaman
    GTL - Swandiva & Tinarbuka
    SWANDIVA PUTRI WENDRADI
    Belum ada peringkat
  • GTL
    GTL
    Dokumen25 halaman
    GTL
    Fitrania Guna Utami
    Belum ada peringkat
  • Full Denture
    Full Denture
    Dokumen33 halaman
    Full Denture
    hanapfadhilah
    Belum ada peringkat
  • PROSTO Pembahasan
    PROSTO Pembahasan
    Dokumen26 halaman
    PROSTO Pembahasan
    Nila Khurin'in
    Belum ada peringkat
  • Gigi Tiruan Penuh
    Gigi Tiruan Penuh
    Dokumen15 halaman
    Gigi Tiruan Penuh
    Marhamah Nur Azizah
    Belum ada peringkat
  • GTL Tirani
    GTL Tirani
    Dokumen25 halaman
    GTL Tirani
    Malida Magista
    Belum ada peringkat
  • GTL
    GTL
    Dokumen22 halaman
    GTL
    Nurlina Puspita
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen24 halaman
    Laporan Kasus
    nidaulfa
    Belum ada peringkat
  • Laporan GTL - Sheilla
    Laporan GTL - Sheilla
    Dokumen42 halaman
    Laporan GTL - Sheilla
    Sheilla Difa
    Belum ada peringkat
  • Laporan GTL Aan
    Laporan GTL Aan
    Dokumen24 halaman
    Laporan GTL Aan
    ardhiansyach
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen19 halaman
    Bab 2
    Abd Hafid
    Belum ada peringkat
  • Case Report GTL Umik
    Case Report GTL Umik
    Dokumen29 halaman
    Case Report GTL Umik
    Umi Kulsum
    Belum ada peringkat
  • Makalah Prostetik Orthopedi
    Makalah Prostetik Orthopedi
    Dokumen24 halaman
    Makalah Prostetik Orthopedi
    Edmond Apriza Drg
    Belum ada peringkat
  • Laporan GTL
    Laporan GTL
    Dokumen24 halaman
    Laporan GTL
    Nindy Revita Laurentia
    Belum ada peringkat
  • Tugas Diskusi Prosto
    Tugas Diskusi Prosto
    Dokumen9 halaman
    Tugas Diskusi Prosto
    Roy Gooner
    100% (1)
  • Lo Puan Modul 1
    Lo Puan Modul 1
    Dokumen22 halaman
    Lo Puan Modul 1
    Puan Maharani
    Belum ada peringkat
  • GTL Nindy
    GTL Nindy
    Dokumen26 halaman
    GTL Nindy
    Aubrey Jennifer Brown
    Belum ada peringkat
  • BAB I Dan II, III
    BAB I Dan II, III
    Dokumen75 halaman
    BAB I Dan II, III
    WANDA SATOPA
    Belum ada peringkat
  • Tugas GTL
    Tugas GTL
    Dokumen8 halaman
    Tugas GTL
    AprilKurosaki
    Belum ada peringkat
  • Dinar Ali Blok 19 SK 2
    Dinar Ali Blok 19 SK 2
    Dokumen36 halaman
    Dinar Ali Blok 19 SK 2
    Dinar Ali
    Belum ada peringkat
  • 15.BAB II Nice
    15.BAB II Nice
    Dokumen25 halaman
    15.BAB II Nice
    Reza Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bedah Preprostetik
    Bedah Preprostetik
    Dokumen20 halaman
    Bedah Preprostetik
    moyoooooooo
    Belum ada peringkat
  • GTL
    GTL
    Dokumen25 halaman
    GTL
    AchmadArifin
    Belum ada peringkat
  • GTC Last
    GTC Last
    Dokumen22 halaman
    GTC Last
    Rakhmalita Arlini
    Belum ada peringkat
  • Bedah Preprostetik
    Bedah Preprostetik
    Dokumen56 halaman
    Bedah Preprostetik
    olivier maron
    Belum ada peringkat
  • GTSL Abas
    GTSL Abas
    Dokumen20 halaman
    GTSL Abas
    Rakhmalita Arlini
    Belum ada peringkat
  • Makalah Prostetik Orthopedi
    Makalah Prostetik Orthopedi
    Dokumen24 halaman
    Makalah Prostetik Orthopedi
    Irsa Sevenfoldism
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen39 halaman
    Bab Ii
    queenelsa0226
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pleno
    Makalah Pleno
    Dokumen26 halaman
    Makalah Pleno
    Rindi Gurci
    100% (1)
  • Desain Protesa Sebagian
    Desain Protesa Sebagian
    Dokumen8 halaman
    Desain Protesa Sebagian
    Fergy Christin Maitimu
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus GTL Flat N Flabby
    Laporan Kasus GTL Flat N Flabby
    Dokumen23 halaman
    Laporan Kasus GTL Flat N Flabby
    Rosa
    Belum ada peringkat
  • OKLUSI
    OKLUSI
    Dokumen9 halaman
    OKLUSI
    HargoWu
    Belum ada peringkat