Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK 6

MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA 2 ( WAHAM )

DI SUSUN OLEH :

1. M ALWAN NUGROHO ( 08180100244 )


2. BADRU SALAM ( 08180100236 )
3. WIDI TRESNA N ( 08180100254 )
4. SISWANTO ( 08180100251 )
5. EEM EMMY FATIMAH ( 08180100263 )
6. INAYAH PUSPITASARI ( 08180100265 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-
negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan
karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)

Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan beberapa


literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap dilaporkan
sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. Sementara,
pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30 kasus dari 100.000
orang (Ariawan dkk, 2014).. Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia
paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan,
murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari
skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (medical
record, 2010).

Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa
tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak
kunjung sampai, merupakan sumber dari waham
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna yang
berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu
atau lebih fungsi kehidupan manusia.
Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seseorang individu dapat terlihat dari
penampilan, komunikasi, proses berpikir, interaksi dan aktifitasnya sehari-hari.

2.1.1 Psikotik
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya, terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau
aneh. Dibagi menjadi dua:
1) Gangguan Psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dengan awitan yang akut
(dalam masa 2 minggu atau kurang) dengan gejala-gejala psikotik yang menjadi nyata
dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, ada
sindrom yang khas, ada stress akut yang berkaitan, dan tidak diketahui berapa lama
gangguan akan berlangsung.
2) Gangguan Psikotik kronik adalah merupakan suatu gangguan dengan gejala negatif
dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang
jelas dimasa lampau, sedikitnya sudah melampaui kurung waktu satu tahun dengan
intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi.

2.1.2 Depresi
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang berkepanjangan, proses
pikir melambat disertai penurunan motivasi dan prilaku lamban yang terkesan malas
(trias depresi).
2.1.3 Panik
Diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan pasien
merasakan “rasa yang tak dapat dijelaskan”, seringkali disertai dengan keluhan fisik atau
aktifitas motorik tertentu. Ini adalah gangguan yang lazim dan dapat diobati.

2.1.4 Ganngguan Penyesuaian


Adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah mengalami trauma.

2.2 Konsep Masalah Waham


2.2.1 Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).

2.2.2 Proses Terjadinya Waham

Fase Lack of Huma need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun
psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial
dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang.

Fase Lack of Self Esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dan
self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
Fase Control Internal Eksternal

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya
untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas
dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.

Fase Environment Support

Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan klien


merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak
ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai
halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

Fase Improving

Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara
konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG WAHAM

2.3.1 Pengkajian

Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan
untuk menentukan masalah keperawatan. Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:

1. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.

2. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.

3. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan
terjadinya gangguan:
 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
 Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
 SosialBudaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4. Aspekfisikbiologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.

5. Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri

 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang


disukai dan tidak disukai.
 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat
dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
 Status mental
 Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.

 Kebutuhan persiapan pulang


 Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
 Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
 Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
 Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien
mengenai masalah yang dimiliki klien.
 Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

6. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi
lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.

Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:

1. Waham kebesaran.
Meyakini bahwa ia meimiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali
tetapi tidak seusuai kenyataan. Contoh : “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho.”
Atau “Saya punya tambang emas”.
2. Waham curiga.
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Saya tahu. Anda
ingin menghancurkan hidup saya karena iri dengan kesuksesan saya.”
3. Waham agama.
Memiliki keyakinan terhadap suatu agam secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan
pakaian putih, setiap hari.”
4. Waham somatik.
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu terserang penyakit, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuati kenyataan. Contoh: “Saya sakit kanker”. Setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus
mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik.
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meinggal, diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-
roh.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengkaji
pasien dengan waham:

1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?

2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak nyata?

4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?

5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau
yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien
tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina
jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

2.3.2 Diagnosis Keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil
pengkajian adalah:

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

2.3.3 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

1. Perencanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien

Tujuan tindakan :

1. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.

2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.

3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

4. Pasien menggunakan obat dengan teratur.


Tindakan Keperawatan:

1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, bina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.

2. Bantu orientasi realita.

a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.

b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.

c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

d. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan


dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya.

e. Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil nama pasien, menjelaskan hal
yang sesuai realita).

f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realita.

3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan


kecemasan, rasa takut, dan marah. Misalnya yang menyangkut masalah-masalah masa
kecil, dirumah, dikantor, hubungan dengan keluarga, ditempat pekerjaan atau harapan-
harapan yang selama ini tidak tercapai.

4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien.

5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu dan saat ini.
6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.

7. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktifitas yang dapat
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya menggambar, bernanyi,
membuat puisi, religious terapi, dsb.

8. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita seperti cara-cara
mengisi waktu, cara meningkatkan ketrampilan yang mendatangkan uang, cara belajar
menjahit, menjaga kebersihan, dsb.

9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek samping obat
yang diminum serta cara meminum obat yang benar).

10. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien, cara
merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan keteraturan pengobatan serta
lingkungan yang tepat untuk klien.

2. Intervensi dan Rasional

1.    Diagnosa 1:
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham.
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan


interaksinya.
Tindakan :
    Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu,
tempat).
    Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan
perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi
waham klien.
    Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
    Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan
perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya
memikirkannya.

Tindakan :
         Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
         Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini
yang realistis.
         Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
         Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak
ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut
sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
         Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
         Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di
rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
         Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
         Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu
dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
         Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

d. Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar
dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang
ada.
Tindakan :
         Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
         Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
         Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan :
         Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
         Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara
dan waktu).
         Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
         Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f. Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses
penyembuhan klien.
Tindakan:
         Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
         Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

3. Diagnosa 2:
Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran
Tujuan khusus :

 Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria evaluasi,
klien dapat mengetahui penyebabnya.
 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang
lain.
a.     Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri sehingga dapat mengenali tanda-
tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga memudahkan
perawat memberikan intervensi selanjutnya.
b.     Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab prilaku
menarik diri.
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.
c.       Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan orang
lain.
2.3.4 Evaluasi

1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini
3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5. Klien menggunakan obat sesuai program
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna yang
berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu gangguan jiwa yang sering terjadi pada masyarakat,
yaitu waham. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien dimana sudah kehilangan control.

4.2 Saran

Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dan
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara intensif serta
mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila mendapati klien dengan
penyakit gangguan kejiwaan.

Anda mungkin juga menyukai