Anda di halaman 1dari 17

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Saepudin

NPM : 08180100248

Kelas : RSUD Bogor

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa II

Dosen : Ns. Aisyah, M.Kep, Sp.KepJ

Soal & Jawaban

1. Jelaskan perkembangan sejarah keperawatan jiwa di dunia &


Indonesia
Perkembangan keperawatan jiwa dimulai sejak jaman peradaban. Pada
masa ini suku bangsa Yunani dan Arab percaya bahwa gangguan jiwa
disebabkan karena tidak berfungsinya organ otak. Pengobatan pada masa ini
telah mengabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti: memberikan
ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersihan
badan yang baik, mendengarkan musik dan melakukan aktivitas
rekreasi.Perkembangan keperawatan jiwa pada abad 21 lebih menekankan
pada upaya preventif melalui pengembangan pusatkesehatan mental, praktek
mandiri, pelayanan di rumah sakit dan pelayanan day care
sertamengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan pada kelompok berisiko
tinggi dan pengembangan sistem management patient care dengan pendekatan
multidisipliner.
 PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA DI DUNIA
Perkembangan keperawatan jiwa di dunia dimulai pada :
1) Masa Peradaban
Masa ini dimulai antara tahun 1770 sampai dengan tahun 1880,
ditandai dengan dimulainya pengobatan terhadap pasien gangguan
mental. Para masa ini, suku bangsa Yunani, Romawi maupun Arab
percaya bahwa gangguan mental (emosional) diakibatkan karena tidak
berfungsinya organ pada otak. Pengobatan yang digunakan pada masa
ini telah mengabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti:
memberikan ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik,
melaksanakan kebersihan badan yang baik, mendengarkan musik dan
melakukan aktivitas rekreasi.
Hippocrates bapak kedokteran abad 7 SM, menerangkan bahwa
perubahan perilaku atauwatak dan gangguan mental disebabkan karena
adanya perubahan 4 cairan tubuh atauhormon, yang dapat
menghasilkan panas, dingin, kering dan kelembaban. Seorang Dokter
Yunani Galen, mengatakan ada hubungan antara kerusakan pada otak
dengan kejadian gangguan mental dan perubahan emosi. Pada masa
itui suku bangsa Yunani telah menggunakan sistem perawatan yang
modern dimana telah digunakannya kuil sebagai rumah sakit dengan
lingkungan yang bersih, udara yang segar, sinar matahari dan
penggunaan air bersih. Untuk menyembuhkan pasien dengan penyakit
jiwa/gangguan mental pasien diajak untuk melakukan berbagai
aktifitas seperti bersepeda, jalan-jalan, dan mendengarkan suara air
terjun, musik yang lembut dll.
2) Masa Pertengahan
Masa ini merupakan periode pengobatan modern pasien
gangguan jiwa. Bapak Psikiatric Perancis Pinel, menghabiskan
sebahagian hidupnya untuk mendampingi pasien gangguan jiwa. Pinel
menganjarkan pentingnya hubungan pasien-dokter dalam “pengobatan
moral". Tindakan yang diperkenalkan nya adalah menerapkan
komunikasi dengan pasien, melakukan observasi perilaku pasien dan
melakukan pengkajian riwayat perkembangan pasien.
3) Abad 18 dan 19
William Ellis seorang praktisi kesehatan mengusulkan perlunya
pendamping yang terlatih dalam merawat pasien dengan gangguan
jiwa. Pada tahun 1836, William Ellismempublikasikan Treatise on
Insanity yaitu pentingnya pendamping terlatih bagi pasien gangguan
jiwa karena pendamping terlatih rterbukti efektif didalam memberikan
ketenangan dan harapan yang lebih baik bagi kesembuhan pasien.
Bejamin Rush bapak Psikiatric Amerika tahun 1783, menulis tentang
pentingnya kerja sama dengan rs jiwa dalam memberikan bantuan
kemanusiaan terhadap pasien gangguan jiwa. Pada tahun Tahun 1843,
Thomas Kirkbridge mengadakan pelatihan bagi dokter di rumah sakit
Pennsylvania mengenai cara merawat pasien gangguan jiwa. Tahun
1872, didirikannya pertama kali sekolah perawat di New England
Hospital Women’sHospital Philadelphia, tetapi tidak untuk pelayan
pskiatrik.
Tahun 1882 didirikannya pendidikan keperawatan jiwa pertama
di McLean Hospital diBelmont, Massachusetts. Dan pada tahun 1890
diterimanya lulusan sekolah perawat bekerja sebagai staff keperawatan
di rumah sakit jiwa. Diakhir abad 19 terjadi perubahan peran perawat
jiwa yang sangat besar, dimana peran tersebut antara lain menjadi
contoh dalam pengobatan pengobatan pskiatrik seperti, menjadi bagian
dari tim kesehatan, mengelola pemberian obat penenang dan
memberikan hidroterapi (terapi air).
4) Keperawatan Jiwa di Abad 20
Keperawatan jiwa pada abad ini ditandai dengan
terintegrasinya materi keperawatan psikiatrik dengan mata kuliah lain.
Pembelajaran dilaksanakan melalui pembelajaran teori, praktek
dilaboratorium, praktek klinik di RS dan Masyarakat. Tingkat
pendidikan yang ada pada abad ini adalah D.III, Sarjana, Pasca Sarjana
dan Doktoral.
Fokus pemberian asuhan keperawatan jiwa pada abad 21
adalah mengembangkan asuhan keperawatan berbasis komunitas
dengan menekankan upaya preventif melalui pengembangan
pusatkesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah sakit,
pelayanan day care (perawatan harian) yaitu pasien tidak dirawat inap
hanya rawat jalan,kunjungan rumah dan hospice care (ruang rawat
khusus untuk pasien gangguan jiwa yang memungkinkan pasien
berlatih untuk meningkatkan kemampuan diri sebelum kembali ke
masyarakat). Selain itu dilakukan identifikasi dan pemberian asuhan
keperawatan pada kelompok berisiko tinggi berupa penyuluhan
mengenai perubahan gaya hidup yang dapat mengakibatkan masalah
gangguan kesehatan jiwa. Selain itu dikembangkan pula sistem
management pasien care dimana peran seorang manager adalah
mengkoordinasikan pelayanan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan multidisipliner.
 PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA DI INDONESIA
Sejarah dan perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi akibat penjajahan yang dilakukan
oleh kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Perkembangannya dimulai
pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan.
1) Masa Penjajahan Belanda
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat merupakan
penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken
Oppaser sebagai penjaga orang sakit.Tahun 1799 pemerintah kolonial
Belanda mendirikan Rumah Sakit Binen Hospital di Jakarta, Dinas
Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat yang bertujuan untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Jenderal Daendels juga
mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi
tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya
hanya untuk kepentingan tentara Belanda.
2) Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gubernur Jenderal Inggris ketika itu dijabat oleh Raffles sangat
memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu
kesehatan adalah milik setiap manusia,ia melakukan berbagai upaya
untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain
melakukan pencacaran umum, cara perawatan pasien dengan gangguan
jiwa dan kesehatan para tahanan.
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda,
kesehatan penduduk Indonesia menjadi lebih baik. Pada tahun 1819
didirikanlah RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yang sekarang bernama RS. Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Antara tahun 1816 hingga 1942 pemerintah
Hindia Belanda banyak mendiirikan rumah sakit di Indonesia. Di
Jakarta didirikanlah RS. PGI Cikini dan RS. ST Carollus. Di Bandung
didirikan RS. ST. Boromeus dan RS Elizabeth di Semarang.
Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
3) Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa penjajahan Jepang, perkembangan keperawatan di
Indonesia mengalami kemundurandan merupakan zaman
kegelapan,Pada masa itu, tugas keperawatan tidak dilakukan oleh
tenaga terdidik dan pemerintah Jepang mengambil alih pimpinan
rumah sakit. Hal ini mengakibatkan berjangkitnya wabah penyakit
karena ketiadaan persediaan obat.
4) Zaman Kemerdekaan
Empat tahun setelah kemerdekaan barulah dimulai
pembangunan bidang kesehatan yaitu pendirian rumah sakit dan balai
pengobatan. Pendirian sekolah keperawatan dimulai pertama kali tahun
1952 dengan didirikannya Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat
setingkat SMP. Tahun 1962 didirikan Akademi Keperawatan milik
Departemen Kesehatan di Jakarta bertujuan untuk menghasilkan
Sarjana Muda Keperawatan. Tahun 1985 merupakan momentum
kebangkitan keperawatan di Indonesia, karena Universitas Indonesia
mendirikan PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) di Fakultas
Kedokteran. Sepuluh tahun kemudian PSIK FK UI berubah menjadi
Fakultas Ilmu Keperawatan.Setelah itu berdirilah PSIK-PSIK baru
seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
Sumber : Nurhalimah, 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Pusdik
SDM Kesehatan BPPSDM Kemenkes RI
2. Sebutkan & jelaskan peran perawat jiwa khususnya di masa
covid19 seperti sekarang ini
Seperti yang diamanatkan UU No. 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan, telah diatur tugas dan wewenang Perawat :
1) Pemberi asuhan keperawatan
2) Penyuluh dan konselor klien
3) Pengelola pelayanan
4) Peneliti keperawatan
5) Pelaksana tugas berdasar pelimpahan wewenang
6) Pelaksana tugas dalam keterbatasan tertentu

Pada masa pandemi COVID19 ini, perawat jiwa mempunyai peran


sebagai pemberi asuhan dalam upaya mengatasi masalah keseahtan jiwa dan
psikososial pada berbagai kondisi yang terjadi akibat wabah COVID19.
Aktivitas keperawatan fokus pada penurunan stress dengan memperkuat garis
pertahanan diri (fleksibel, normal, resisten) dengan sasaran pelayanan adalah
masyarakat.

Peran Perawat dalam Pengelolaan Stressor pada Pandemi Covid19


berdasarkan The Neuman System Model yang dikutip dari outline paper
Sudiatmika (2020) yaitu :

1) Peran Perawat dalam Primary Prevention


- Memberikan edukasi tentang prinsip-prinsip menjaga Kesehatan di
masa pandemi COVID 19
- Memberikan Pendidikan Kesehatan cara adaptasi perilaku baru di
masa pandemi COVID 19
- Membantu klien baik yg dirawat di RS atau berada di masyarakat
meningkatkan Kesehatan fisik dan mental
2) Peran Perawat dalam Secondary Prevention
- Melakukan asesmen masalah psikososial secara daring
- Memberikan intervensi keperawatan yang tepat kepada klien yang
mengalami masalah psikososial secara daring
- Melakukan intervensi psikososial klien di RS dengan menerapkan
protocol kesehatan
3) Peran Perawat dalam Tertiary Prevention
- Edukasi perilaku baru setelah sembuh  cegah self stigma
- Edukasi kpd masyarakat mengenai transmisi, sembuh dari COVID
19  cegah public stigma
- Suport keluarga: memberi perhatian, tidak mengucilkan,
menguatkan, menyediakan fasilitas yang dibutuhkan
- Promosi Kesehatan untuk meningkatkan imunitas fisik, Kesehatan
jiwa dan psikososial (physical distancing, cuci tangan,
menggunakan masker, makanan bergizi, olah raga)

Sumber : Sudiatmika, I Ketut. 2020. Outline Paper :


Pelayanan keperawatan di masyarakat dalam tatanan adaptasi kebiasaan baru.
Tidak dipublikasi

3. Tn.N (68 tahun) dalam kondisi fisik yang sehat, klien memiliki 3 orang
anak yang semuanya sudah bekerja dan berkeluarga, klien juga memiliki
4 orang cucu, klien senang menceritakan pengalamannya saat masih
muda kepada cucu cucunya, klien senang mengikuti kegiatan yang ada
dimasyarakatnya dan senang mengikuti kegiatan pengajian yang ada
disekitar rumahnya.
a. Buat analisa data dari kasus diatas

Data :Usia 68 tahun kondisi fisik yang sehat, klien memiliki 3 orang anak
yang semuanya sudah bekerja dan berkeluarga, klien juga memiliki 4
orang cucu, klien senang menceritakan pengalamannya saat masih muda
kepada cucu cucunya, klien senang mengikuti kegiatan yang ada
dimasyarakatnya dan senang mengikuti kegiatan pengajian yang ada
disekitar rumahnya.

Dapat disimpulkan dari data tersebut bahwa tugas perkembangan


Tn.N berada pada keadaan potensial (normal).
b. Apakah diagnosa keperawatan klien diatas
Diagnosa keperawatan : Potensial (normal) : Kesiapan
peningkatan perkembangan lansia

c. Buat rencana keperawatan yang akan dilakukan untuk klien diatas

PADA LANSIA
Tujuan
1) Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal (merasa
disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan social dan keagamaan
di lingkungannya.
2) Lansia dapat menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal dan merasa
hidupnya bermakna.
3) Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal.
Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan bagi Perkembangan Psikososial Lansia
1) Jelaskan ciri perilaku perkembangan lansia yang normal dan menyimpang (lihat tabel
sebelumnya
2) Mendiskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencapai integritas diri yang
utuh :
 Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini
 Melakukan life review (menceritakan kembali masa lalunya, terutama keberhasilannya)
 Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia
 Mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya
 Melakukan kegiatan kelompok
 Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritas diri yang
utuh.
 Memotivasi lansia untuk menjalankan rencana yang telah dibuatnya
PADA KELUARGA
Tujuan
1) Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan perkembangan psikososial
yang normal dan menyimpang
2) Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan lansia
3) Keluarga melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan lansia
4) Keluarga merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan psikososial lansia
Tindakan Keperawatan
 Menjelaskan perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang pada keluarga
 Mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan lansia yang normal dengan keluarga
 Bersama lansia mendiskusikan makna hidupnya selama ini
 Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia
 Mendorong lansia untuk mengikuti kegiatan sosial (arisan, menengok yang sakit, dll) di
lingkungannya
 Mendorong lansia untuk melakukan kegiatan ....
 Mendorong lansia untuk melakukan life review (menceritakan kembali masa lalunya
terutama keberhasilannya)
 Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia
 Membuat stimulasi perkembangan psikososial lansia
d. Buat SP dari satu intervensi kasus diatas

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien
2.
4. Nn.R (23 tahun) dirawat di rumh sakit karena harus menjalani operasi
pengangkatan satu payudara akibat kanker payudara yang dialaminya.
Setelah menjalani operasi tersebut kondisi fisik klien stabil namun klien
sering terlihat murung dan jarang berbicara sesekali tampak menangis
sendiri. Saat dikaji klien mengatakan merasa malu kondisi fisiknya
sekarang, klien juga khawatir tidak ada laki laki yang akan mau
menikahinya dan khawatir tidak bisa memiliki keturunan lagi.

a. Buat analisa data dari kasus diatas

Data : Usia 23 tahun, klien sering terlihat murung, jarang bicara, sesekali

tampak menangis, klien mengatakan malu atas kondisi fisiknya, ada

kekhawatiran tidak ada laki – laki yang mau dengannya dan tidak bisa

memiliki keturunan.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Nn.R tugas

perkembangannya berada pada keadaan risiko (penyimpangan)

b. Apakah diagnosa keperawatan klien diatas (fokuskan pada diagnosa


psikososial saja)

Risiko (penyimpangan) : Resiko keterlambatan perkembangan

dewasa muda
c. Buat rencana keperawatan yang akan dilakukan untuk klien diatas

Tujuan :

 Individu dewasa muda mampu memahami karakteristik


perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang
 Individu dewasa muda mampu memahami cara mencapai
perkembangan psikososial yang normal :
 Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis
 Mempunyai pekerjaan
 Individu dewasa muda mampu melakukan tindakan untuk
mencapai perkembangan psikososial yang normal

Tindakan Keperawatan

Pada Dewasa Muda

 Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan


menyimpang
 Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal :
- Menetapkan tujuan hidup
- Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis
- Berperan serta/ melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat
- Memilih calon pasangan hidup
- Menetapkan karier/pekerjaan
- Mempunyai pekerjaan
- motivasi dan berikan dukungan pada individu untuk melakukan
tindakan yang dapat memenuhi perkembangan psikososialnya
Lanjutan...............

Pada Keluarga

Tujuan

 Keluarga mampu memahami perilaku yang menggambarkan


perkembangan dewasa muda yang normal dan menyimpang
 Keluarga mampu memahami cara menstimulasi perkembangan
dewasa muda
 Keluarga mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan dewasa muda
 Keluarga mampu merencanakan cara menstimulasi perkembangan
dewasa muda

Tindakan Keperawatan

 Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan dewasa muda


yang normal dan menyimpang
 Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi
perkembangan psikososial dewasa muda yang normal
 Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial
dewasa muda yang normal
d. Buat SP dari satu intervensi kasus diatasAnalisa data
5. Ny.S (23 tahun), dirawat di RSJ sudah 1 minggu menurut informasi
keluarga pasien setelah diberhentikan dari pekerjaannya selalu
mengatakan gagal dalam hidupnya, pada saat dilakukan pengkajian
selalu tampak sedih, tampak tak bergairah, pasien mengatakan dirinya
tidak berguna, tidak mampu, dirinya tidak berharga lagi, klien juga jadi
mudah tersinggung dan gampang marah.
a. Buat analisa data dari kasus diatas

Data : Usia 23 tahun, klien selalu mengatakan kegagalan dalam hidupnya


setelah diberhentikan dari pekerjaannya, klien tampak sedih, tidak
bergairah, klien merasa tidak berguna, tidak mampu, tidak berharga,
mudah tersinggung dan gampang marah

Dari data di atas bisa didapatkan masalah keperawatan :

1. Inefektif koping individu


2. Harga diri rendah
3. Risiko perilaku kekerasan (verbal)

b. Buat pohon masalah dari kasus diatas

Risiko Perilaku Kekerasan (verbal)

Core Harga Diri Rendah

Inefektif koping individu

c. Sebutkan diagnosa keperawatan klien diatas (urutkan berdasarkan


prioritas)

Diagnosa keperawatan berdasarkan priorotas :


1. Harga Diri Rendah
2. Risiko perilaku kekerasan
3. Inefektif koping individu
d. Buat rencana keperawatan yang akan dilakukan untuk klien diatas
(untuk core problem)
e. Buat SP dari satu intervensi kasus diatas (untuk core problem)

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


Fase Prainteraksi
- Kondisi: klien tampak sedih, tidak bergairah, klien merasa tidak berguna, tidak mampu,
tidak berharga,malu bertemu dengan orang.
- Diagnosa Kep: Gangguan konsep diri; Harga diri rendah
- Tujuan Khusus: TUK 1, 2, 3, 4, 5
Intervensi: SP1 Pasien
Fase Orientasi:
“Selamat pagi, perkenalkan saya .., kalau boleh tau mbak namanya siapa ..bagaimana keadaan S
hari ini? S terlihat segar“.
”Bagaimana kita bercakap-cakap tentang hobi atau kegiatan yang mbak sukai dirumah. Setelah
itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T dilakukna di rumah sakit. Setelah kita nilai,
kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk? bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
Fase Kerja:
” S, kegiatan apa yg mbak sukai dirumah.. keinginan apa yg mbak ingin lakukan.. apa saja
kemampuan yang S dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah
tangga yang biasa S lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu? Mencuci
piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang S miliki “.
” S, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit?
Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa
dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba S pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang
nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan
merapihkan tempat tidur S”. Mari kita lihat tempat tidur S. Coba lihat, sudah rapihkah tempat
tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.
Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi
spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan
sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba S lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau S lakukan tanpa disuruh,
tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.
Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak S setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat
tidur? Yach, S ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah S praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. S. Mau berapa kali sehari merapihkan tempat
tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. S masih ingat kegiatan apa lagi yang
mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu
begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan
pagi Sampai jumpa ya”

Anda mungkin juga menyukai