1) Cerpen
2) Novel
3) Syair
4) Dongeng
5) Pantun
6) Fabel
7) Gurindam
8) Legenda
Jenis puisi rakyat terdapat pada nomor ….
a. 1 dan 3
b. 2 dan 5
c. 3 dan 7
d. 4 dan 8
Jawaban:
5. Salah satu jenis puisi lama atau puisi rakyat yang berasal dari India adalah ….
a. Gurindam
b. Seloka
c. Pantun
d. syair
Jawaban:
6. Kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek dan satu predikat dinamakan ….
a. kalimat kiasan
b. kalimat ganda
c. kalimat majemuk
d. kalimat tunggal
Jawaban:
a. Rima
b. jumlah suku kata
c. jumlah larik
d. sampiran dan isi
Jawaban:
9. Karmina merupakan salah satu jenis puisi rakyat. Karmina dapat disebut juga sebagai ….
a. pantun mini
b. pantun kilat
c. pantun singkat
d. pantun dua larik
Jawaban:
10. Talibun adalah salah satu jenis puisi rakyat yang isinya menjelaskan tentang ….
a. Nasihat
b. nilai kehidupan
c. permasalahan
d. pengalaman
Jawaban:
12. Perhatikan pantun berikut untuk menjawab soal nomor 12 dan 13!
Jalan-jalan bertemu kenalan
Senangnya diajak makan kerang
Ayo patuhi marka jalan
Tuk keselamatan semua orang
Berdasarkan isinya, pantun tersebut termasuk dalam jenis ….
a. pantun jenaka
b. pantun orang tua
c. pantun nasihat
d. pantun muda-mudi
Jawaban:
13. Perhatikan pantun berikut untuk menjawab soal nomor 12 dan 13!
Jalan-jalan bertemu kenalan
Senangnya diajak makan kerang
Ayo patuhi marka jalan
Tuk keselamatan semua orang
Alasan teks tersebut termasuk dalam puisi rakyat jenis syair adalah ….
a. memiliki larik genap, yaitu empat larik
b. berisi tentang permasalahan hidup
c. berisi tentang nasihat
d. semua larik berupa isi
Jawaban:
16. Perhatikan teks berikut!
Jalan-jalan ke Cianjur
Jangan lupa membeli moci
………
………
Larik yang tepat untuk melengkapi pantun tersebut agar menjadi pantun nasihat yang baik adalah ….
a. Kalau pernah pergi ke Cianjur
Pasti ingin kembali lagi
Bukti bahwa teks tersebut termasuk dalam jenis puisi lama talibun dapat diketahui dari ….
a. jumlah bait
b. jumlah larik
c. bentuk rima
d. bagian isi
Jawaban:
20. Di bawah ini, larik puisi rakyat yang berisi kalimat seru adalah ….
a. Wahai kalian pemuda bangsa
b. Ingatlah selalu jasa pahlawan
c. Yang telah membawa negeri merdeka
d. Dengan menyingkirkan para lawan
Jawaban:
21. Cerita rakyat yang bercerita tentang asal usul sebuah tempat disebut ….
a. Sage
b. Legenda
c. fabel
d. mitos
Jawaban:
24. Ciri bahasa cerita fabel adalah naratif. Maksud dari ciri bahasa naratif adalah ….
a. cerita dijelaskan secara rinci
b. banyak menggunakan kalimat penjelasan
c. diceritakan dalam bentuk narasi dan dialog
d. menggunakan makna kias
Jawaban:
25. Fabel dan legenda memiliki struktur yang sama. Struktur teks fabel dan legenda, yaitu ....p
a. pengenalan—konflik—resolusi—koda
b. orientasi—komplikasi—resolusi—koda
c. pembuka—isi—konflik—koda
d. orientasi—resolusi—reorientasi—koda
Jawaban:
26. Struktur cerita fabel yang berisi tentang penyelesaian masalah yang terjadi adalah ….
a. Orientasi
b. Komplikasi
c. Resolusi
d. Koda
Jawaban:
27. Bacalah kutipan fabel berikut untuk menjawab soal nomor 27 dan 28.
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di taman. Ia sangat bahagia karena bisa
berjalan-jalan melihat taman yang indah. Sang semut berkeliling taman sambil menyapa binatang- binatang yang
berada di taman itu.
Ia melihat sebuah kepompong di atas pohon. Sang semut mengejek bentuk kepompong yang jelek yang tidak
bisa pergi ke mana-mana.
“Hei, kepompong alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu. Ayo jalan-jalan, lihat
dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu jika ranting itu patah?”
Sang semut selalu membanggakan dirinya yang bisa pergi ke tempat ia suka. Bahkan, sang semut kuat
mengangkat beban yang lebih besar dari tubuhnya. Sang semut merasa bahwa dirinya adalah binatang yang
paling hebat. Si kepompong hanya diam saja mendengar ejekan tersebut.
28. Bacalah kutipan fabel berikut untuk menjawab soal nomor 27 dan 28.
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di taman. Ia sangat bahagia karena bisa
berjalan-jalan melihat taman yang indah. Sang semut berkeliling taman sambil menyapa binatang- binatang yang
berada di taman itu.
Ia melihat sebuah kepompong di atas pohon. Sang semut mengejek bentuk kepompong yang jelek yang tidak
bisa pergi ke mana-mana.
“Hei, kepompong alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu. Ayo jalan-jalan, lihat
dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu jika ranting itu patah?”
Sang semut selalu membanggakan dirinya yang bisa pergi ke tempat ia suka. Bahkan, sang semut kuat
mengangkat beban yang lebih besar dari tubuhnya. Sang semut merasa bahwa dirinya adalah binatang yang
paling hebat. Si kepompong hanya diam saja mendengar ejekan tersebut.
pertama
kedua
keempat
kelima
Perhatikan kutipan legenda berikut untuk menjawab soal nomor 29, 30, dan 31! Legenda Terbentuknya Pulau Bali
1) Menurut legenda cerita rakyat yang beredar, Pulau Bali dan Jawa pada awalnya tergabung. 2) Berawal dari kisah
Siddhi Mantra, seorang Brahmana yang memiliki anak bernama Manik Angkera yang suka menghambur-hamburkan
harta Ayahnya dengan cara berjudi.
3) Siddhi Mantra adalah orang yang kaya raya, namun karena kelakuan anaknya yang mempertaruhkan hartanya dalam
berjudi sampai habis, lalu berhutang pada orang lain. 4) Melihat kesulitan anaknya konon atas petunjuk Sanghyang
Widhi, Sidhimantra menemui Naga Sakti penjaga harta karun di kawah Gunung Agung.
5) Utang Siddhi Mantra akhirnya terbayar atas bantuannya Naga. 6) Sayangnya, Manik Angkera masih tetap suka
berjudi. 7) Demi harta, sang anak menemui sendiri sang Naga dan berhasil menipunya. 8) Karena marah, Naga pun
membakar Manik Angkera hingga meninggal.
9) Siddhi Mantra yang merasa kasihan kepada anaknya, memohon dengan penuh belas kasihan kepada Naga untuk
menghidupkan kembali anaknya. 10) Naga yang masih memiliki rasa kasihan itu pun mengabulkan permintaannya.
Setelah Manik Angkera hidup kembali, Siddhi Mantra mengeluarkan mata air persis tepat di antara mereka berdua
berdiri, dengan maksud agar anaknya bisa terpisah dengannya dan bisa mandiri. 12) Lama-kelamaan tanah tempat
Mereka berdiri dipisahkan oleh air dan membentuk sebuah pulau kecil. 13) Pulau yang terbentuk itu adalah pulau Bali
yang kita kenal sampai sekarang
penyayang
pemberani
pembohong
cerdik
Perhatikan kutipan legenda berikut untuk menjawab soal nomor 29, 30, dan 31! Legenda Terbentuknya Pulau Bali
1) Menurut legenda cerita rakyat yang beredar, Pulau Bali dan Jawa pada awalnya tergabung. 2) Berawal dari kisah
Siddhi Mantra, seorang Brahmana yang memiliki anak bernama Manik Angkera yang suka menghambur-hamburkan
harta Ayahnya dengan cara berjudi.
3) Siddhi Mantra adalah orang yang kaya raya, namun karena kelakuan anaknya yang mempertaruhkan hartanya dalam
berjudi sampai habis, lalu berhutang pada orang lain. 4) Melihat kesulitan anaknya konon atas petunjuk Sanghyang
Widhi, Sidhimantra menemui Naga Sakti penjaga harta karun di kawah Gunung Agung.
5) Utang Siddhi Mantra akhirnya terbayar atas bantuannya Naga. 6) Sayangnya, Manik Angkera masih tetap suka
berjudi. 7) Demi harta, sang anak menemui sendiri sang Naga dan berhasil menipunya. 8) Karena marah, Naga pun
membakar Manik Angkera hingga meninggal.
9) Siddhi Mantra yang merasa kasihan kepada anaknya, memohon dengan penuh belas kasihan kepada Naga untuk
menghidupkan kembali anaknya. 10) Naga yang masih memiliki rasa kasihan itu pun mengabulkan permintaannya.
Setelah Manik Angkera hidup kembali, Siddhi Mantra mengeluarkan mata air persis tepat di antara mereka berdua
berdiri, dengan maksud agar anaknya bisa terpisah dengannya dan bisa mandiri. 12) Lama-kelamaan tanah tempat
Mereka berdiri dipisahkan oleh air dan membentuk sebuah pulau kecil. 13) Pulau yang terbentuk itu adalah pulau Bali
yang kita kenal sampai sekarang
11
Perhatikan fabel berikut untuk menjawab soal nomor 32, 33, dan 34! Beruang yang Malang
Alkisah pada suatu hari yang cerah di hutan, ada seekor beruang yang kelaparan. Ia menjelajahi hutan untuk mencari
madu, tetapi sayang sekali dia tidak menemukan satu sarang lebah sekalipun. Ia pun akhirnya pergi ke sungai untuk
mencari ikan. Di sana, ia menemukan banyak ikan yang sedang berenang.
Ia akhirnya berhasil menangkap satu ikan yang sangat besar. Di saat sang beruang membuka mulutnya lebar-lebar untuk
melahap sang ikan, tiba-tiba sang ikan membuka mulutnya.
“Tolong, jangan makan aku!” teriak sang ikan.
Sang beruang pun tidak jadi memakan ikan tersebut. “Memangnya kenapa?” tanya sang beruang keheranan.
“Kau boleh memakanku, tapi ada syaratnya. Izinkanlah aku meminta izin terlebih dahulu pada keluargaku di rumah.
Tunggulah sebentar, aku akan kembali” janji sang ikan.
“Baiklah, kau akan kulepaskan.” ucap sang beruang yang percaya pada sang ikan.
Akan tetapi, setelah lama sekali, ternyata sang ikan tidak muncul kembali. Akhirnya sang beruang pun sadar dirinya
telah ditipu sang ikan. Ia pun sangat menyesal karena sifatnya yang terlalu mudah ditipu sehingga ia tidak jadi
mendapatkan apa yang nyaris ia dapatkan.
Akhirnya, sang beruang berjanji bahwa dirinya akan menjadi seekor hewan yang tidak mudah dibodohi atau ditipu
hewan lainnya.
pertama
kedua
ketiga
keempat
Perhatikan fabel berikut untuk menjawab soal nomor 32, 33, dan 34! Beruang yang Malang
Alkisah pada suatu hari yang cerah di hutan, ada seekor beruang yang kelaparan. Ia menjelajahi hutan untuk mencari
madu, tetapi sayang sekali dia tidak menemukan satu sarang lebah sekalipun. Ia pun akhirnya pergi ke sungai untuk
mencari ikan. Di sana, ia menemukan banyak ikan yang sedang berenang.
Ia akhirnya berhasil menangkap satu ikan yang sangat besar. Di saat sang beruang membuka mulutnya lebar-lebar untuk
melahap sang ikan, tiba-tiba sang ikan membuka mulutnya.
“Tolong, jangan makan aku!” teriak sang ikan.
Sang beruang pun tidak jadi memakan ikan tersebut. “Memangnya kenapa?” tanya sang beruang keheranan.
“Kau boleh memakanku, tapi ada syaratnya. Izinkanlah aku meminta izin terlebih dahulu pada keluargaku di rumah.
Tunggulah sebentar, aku akan kembali” janji sang ikan.
“Baiklah, kau akan kulepaskan.” ucap sang beruang yang percaya pada sang ikan.
Akan tetapi, setelah lama sekali, ternyata sang ikan tidak muncul kembali. Akhirnya sang beruang pun sadar dirinya
telah ditipu sang ikan. Ia pun sangat menyesal karena sifatnya yang terlalu mudah ditipu sehingga ia tidak jadi
mendapatkan apa yang nyaris ia dapatkan.
Akhirnya, sang beruang berjanji bahwa dirinya akan menjadi seekor hewan yang tidak mudah dibodohi atau ditipu
hewan lainnya.
Perhatikan fabel berikut untuk menjawab soal nomor 32, 33, dan 34! Beruang yang Malang
Alkisah pada suatu hari yang cerah di hutan, ada seekor beruang yang kelaparan. Ia menjelajahi hutan
untuk mencari madu, tetapi sayang sekali dia tidak menemukan satu sarang lebah sekalipun. Ia pun akhirnya pergi ke
sungai untuk mencari ikan. Di sana, ia menemukan banyak ikan yang sedang berenang.
Ia akhirnya berhasil menangkap satu ikan yang sangat besar. Di saat sang beruang membuka mulutnya lebar-lebar untuk
melahap sang ikan, tiba-tiba sang ikan membuka mulutnya.
“Tolong, jangan makan aku!” teriak sang ikan.
Sang beruang pun tidak jadi memakan ikan tersebut. “Memangnya kenapa?” tanya sang beruang keheranan.
“Kau boleh memakanku, tapi ada syaratnya. Izinkanlah aku meminta izin terlebih dahulu pada keluargaku di rumah.
Tunggulah sebentar, aku akan kembali” janji sang ikan.
“Baiklah, kau akan kulepaskan.” ucap sang beruang yang percaya pada sang ikan.
Akan tetapi, setelah lama sekali, ternyata sang ikan tidak muncul kembali. Akhirnya sang beruang pun sadar dirinya
telah ditipu sang ikan. Ia pun sangat menyesal karena sifatnya yang terlalu mudah ditipu sehingga ia tidak jadi
mendapatkan apa yang nyaris ia dapatkan.
Akhirnya, sang beruang berjanji bahwa dirinya akan menjadi seekor hewan yang tidak mudah dibodohi atau ditipu
hewan lainnya.
Perhatikan kutipan cerita rakyat berikut untuk menjawab soal nomor 35 dan 36.
Dahulu kala di Kerajaan Prambanan, tersebutlah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang sangat berkuasa
dan sangat ditakuti, Raja Baka namanya. Ia mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama Dewi Roro Jonggrang.
Raja Baka mempunyai seorang musuh, yaitu Raja Pengging.
Pada suatu hari, Raja Pengging didatangi seorang laki-laki muda, Bandawasa namanya. Ia mengaku masih keturunan
Raja Pengging. Raja tidak begitu saja menerima pengakuan Bandawasa. Baru setelah Bandawasa memperlihatkan
kesaktiannya, ia mau mengakuinya karena raja teringat akan masa yang telah silam. Bandawasa memang masih cucu
Raja Pengging juga. Hanya saja selagi masih bayi, ia dibawa dan dipungut oleh dewa di kayangan.
munculnya permasalahan
Perhatikan kutipan cerita rakyat berikut untuk menjawab soal nomor 35 dan 36.
Dahulu kala di Kerajaan Prambanan, tersebutlah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang sangat berkuasa
dan sangat ditakuti, Raja Baka namanya. Ia mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama Dewi Roro Jonggrang.
Raja Baka mempunyai seorang musuh, yaitu Raja Pengging.
Pada suatu hari, Raja Pengging didatangi seorang laki-laki muda, Bandawasa namanya. Ia mengaku masih keturunan
Raja Pengging. Raja tidak begitu saja menerima pengakuan Bandawasa. Baru setelah Bandawasa memperlihatkan
kesaktiannya, ia mau mengakuinya karena raja teringat akan masa yang telah silam. Bandawasa memang masih cucu
Raja Pengging juga. Hanya saja selagi masih bayi, ia dibawa dan dipungut oleh dewa di kayangan.
Perhatikan cerita fabel berikut untuk menjawab soal nomor 37 sampai dengan 40! Burung Hantu dan Belalang
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Ia akan bangun setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar dari
langit. Dia menggeliat dan berkedip dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru, “Hoo hoo hoo” bergema melalui kayu
yang rimbun dan ia mulai berburu serangga.
Ia adalah seekor Burung Hantu Tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore di musim
panas yang hangat, saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua. Belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu
gembira namun sangat menyesakkan telinga. Burung Hantu Tua itu menengok dari lubang pohon yang digunakan
sebagai pintu dan jendela.
“Pergi dari sini, Tuan,” katanya kepada Belalang tersebut. “Apakah Anda tidak memiliki sopan santun?” lanjutnya.
“Anda setidaknya harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur dengan tenang!” lanjut Sang Burung Hantu
Tua itu.
Akan tetapi, Belalang menjawab dengan kasar bahwa ia juga berhak berada di tempat ini. Lalu ia meneriakkan suara
lebih keras dan lagu yang lebih berisik. Burung Hantu yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan
Belalang keras kepala ini. Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan dirinya menghukum Belalang.
Akhirnya, dia melupakan semua kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah kepada Belalang.
“Tuang Belalang yang baik hati, jika saya harus tetap terjaga, saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda.
Namun, saat ini saya memiliki anggur lezat disini, kiriman dari Olympus. Silakan datang dan rasakan minuman lezat ini
bersama saya.” sanjung Burung Hantu Tua.
Belalang terhanyut oleh kata-kata sanjungan Burung Hantu Tua. Akhirnya, dia melompat ke sarang Burung Hantu Tua.
Ketika Belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, Burung Hantu Tua itu menerkam dan memakannya.
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Ia akan bangun setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar dari
langit.
Ia adalah seekor Burung Hantu Tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore di musim
panas yang hangat, saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua.
Burung Hantu yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan Belalang keras kepala ini.
Ketika Belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, Burung Hantu Tua itu menerkam dan memakannya.
Perhatikan cerita fabel berikut untuk menjawab soal nomor 37 sampai dengan 40! Burung Hantu dan Belalang
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Ia akan bangun setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar dari
langit. Dia menggeliat dan berkedip dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru, “Hoo hoo hoo” bergema melalui kayu
yang rimbun dan ia mulai berburu serangga.
Ia adalah seekor Burung Hantu Tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore di musim
panas yang hangat, saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua. Belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu
gembira namun sangat menyesakkan telinga. Burung Hantu Tua itu menengok dari lubang pohon yang digunakan
sebagai pintu dan jendela.
“Pergi dari sini, Tuan,” katanya kepada Belalang tersebut. “Apakah Anda tidak memiliki sopan santun?” lanjutnya.
“Anda setidaknya harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur dengan tenang!” lanjut Sang Burung Hantu
Tua itu.
Akan tetapi, Belalang menjawab dengan kasar bahwa ia juga berhak berada di tempat ini. Lalu ia meneriakkan suara
lebih keras dan lagu yang lebih berisik. Burung Hantu yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan
Belalang keras kepala ini. Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan dirinya menghukum Belalang.
Akhirnya, dia melupakan semua kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah kepada Belalang.
“Tuang Belalang yang baik hati, jika saya harus tetap terjaga, saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda.
Namun, saat ini saya memiliki anggur lezat disini, kiriman dari Olympus. Silakan datang dan rasakan minuman lezat ini
bersama saya.” sanjung Burung Hantu Tua.
Belalang terhanyut oleh kata-kata sanjungan Burung Hantu Tua. Akhirnya, dia melompat ke sarang Burung Hantu Tua.
Ketika Belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, Burung Hantu Tua itu menerkam dan memakannya.
Perhatikan cerita fabel berikut untuk menjawab soal nomor 37 sampai dengan 40! Burung Hantu dan Belalang
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Ia akan bangun setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar dari
langit. Dia menggeliat dan berkedip dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru, “Hoo hoo hoo” bergema melalui kayu
yang rimbun dan ia mulai berburu serangga.
Ia adalah seekor Burung Hantu Tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore di musim
panas yang hangat, saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua. Belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu
gembira namun sangat menyesakkan telinga. Burung Hantu Tua itu menengok dari lubang pohon yang digunakan
sebagai pintu dan jendela.
“Pergi dari sini, Tuan,” katanya kepada Belalang tersebut. “Apakah Anda tidak memiliki sopan santun?” lanjutnya.
“Anda setidaknya harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur dengan tenang!” lanjut Sang Burung Hantu
Tua itu.
Akan tetapi, Belalang menjawab dengan kasar bahwa ia juga berhak berada di tempat ini. Lalu ia meneriakkan suara
lebih keras dan lagu yang lebih berisik. Burung Hantu yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan
Belalang keras kepala ini. Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan dirinya menghukum Belalang.
Akhirnya, dia melupakan semua kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah kepada Belalang.
“Tuang Belalang yang baik hati, jika saya harus tetap terjaga, saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda.
Namun, saat ini saya memiliki anggur lezat disini, kiriman dari Olympus. Silakan datang dan rasakan minuman lezat ini
bersama saya.” sanjung Burung Hantu Tua.
Belalang terhanyut oleh kata-kata sanjungan Burung Hantu Tua. Akhirnya, dia melompat ke sarang Burung Hantu Tua.
Ketika Belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, Burung Hantu Tua itu menerkam dan memakannya.
Perhatikan cerita fabel berikut untuk menjawab soal nomor 37 sampai dengan 40! Burung Hantu dan Belalang
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Ia akan bangun setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar dari
langit. Dia menggeliat dan berkedip dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru, “Hoo hoo hoo” bergema melalui kayu
yang rimbun dan ia mulai berburu serangga.
Ia adalah seekor Burung Hantu Tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore di musim
panas yang hangat, saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua. Belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu
gembira namun sangat menyesakkan telinga. Burung Hantu Tua itu menengok dari lubang pohon yang digunakan
sebagai pintu dan jendela.
“Pergi dari sini, Tuan,” katanya kepada Belalang tersebut. “Apakah Anda tidak memiliki sopan santun?” lanjutnya.
“Anda setidaknya harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur dengan tenang!” lanjut Sang Burung Hantu
Tua itu.
Akan tetapi, Belalang menjawab dengan kasar bahwa ia juga berhak berada di tempat ini. Lalu ia meneriakkan suara
lebih keras dan lagu yang lebih berisik. Burung Hantu yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan
Belalang keras kepala ini. Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan dirinya menghukum Belalang.
Akhirnya, dia melupakan semua kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah kepada Belalang.
“Tuang Belalang yang baik hati, jika saya harus tetap terjaga, saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda.
Namun, saat ini saya memiliki anggur lezat disini, kiriman dari Olympus. Silakan datang dan
rasakan minuman lezat ini bersama saya.” sanjung Burung Hantu Tua.
Belalang terhanyut oleh kata-kata sanjungan Burung Hantu Tua. Akhirnya, dia melompat ke sarang Burung Hantu Tua.
Ketika Belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, Burung Hantu Tua itu menerkam dan memakannya.
Kalimat bercetak tebal dapat menjadi kalimat yang baku apabila diperbaiki dengan cara ….
menghilangkan tanda koma setelah kata namun
menuliskan kata saya dengan huruf awal kapital
menuliskan kata disini menjadi di sini
menuliskan kata Olympus dengan awalan huruf tidak kapital
Petunjuk pengerjaan :
1. Pilih satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf (A/B/C/D) pada lembar jawaban.
2. Masukkan lembar jawaban ke aplikasi Ruangguru dengan klik icon (scan) pada halaman Bank Soal atau Latihan Topik untuk
melihat hasil dan pembahasan dari soal yang telah kamu kerjakan.
1. A B C D 16. 31.
A B C D A B C D
A B C D
A B C D A B C D
2. 17. 32.
A B C D
A B C D A B C D
3. A B C D 18. A B C D
33. A B C D
A B C D
A B C D A B C D
4. 19. 34.
5. 20. 35.
6. A B C D 21. A B C D 36. A B C D
A B C D A B C D A B C D
7. 22. 37.
A B C D A B C D A B C D
8. A B C D 23. A B C D 38. A B C D
A B C D A B C D A B C D
9. 24. 39.
A B C D
11. A B C D 26.
A B C D
A B C D
12. 27. A B C D
A B C D
A B C D
13. A B C D 28.
A B C D
A B C D
14. 29.
15. 30.