b. Eugenol
Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam
minyak cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan kandungan dapat mencapai
70- 96%. Dalam senyawa eugenol terkandung beberapa gugus fungsional,
yaitu alil (-CH2-CH=CH2), fenol (OH) dan metoksi (-OCH3). Senyawa
eugenol mempunyai aktivitas farmakologi sebagai analgesik, antiinflamasi,
antimikroba, antiviral, antifungal, antiseptik, antispamosdik, antiemetik,
stimulan, anastetik lokal sehingga senyawa ini banyak dimanfaatkan dalam
industri farmasi. Aktivitas eugenol sebagai antimikroba dan antiseptik banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat kumur (mouthwash), pasta gigi, toilet
water, cairan antiseptik, tisue antiseptik dan spray antiseptik. Sedangkan,
dalam efek antiinflamasi, senyawa ini banyak digunakan dalam pembuatan
balsam dan juga obat sakit gigi untuk mengurangi rasa sakit (Towaha 2014).
Referensi
Yuan Shan, Chu, and Yoppi Iskandar. 2018. “Studi Kandungan Kimia Dan Aktivitas
Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma Longa L.).” Farmaka 16(2):547–55.
2. Ringkasan Jurnal:
Vitasari, Rista A., Fajar R. Wibowo, Soerya D. Marliyana, and M. Widyo
Wartono. 2016. “Isolation and Identification of Curcumin and Bisacurone from
Rhizome Extract of Temu Glenyeh (Curcuma Soloensis. Val).” IOP Conference
Series: Materials Science and Engineering 107(1). doi: 10.1088/1757-
899X/107/1/012063.
Prosedur:
Rimpang temu glenyeh diserbukkan, kemudian diekstraksi dengan soxhlet
menggunakan pelarut aseton. Isolasi senyawa dari ekstrak aseton menggunakan
metode kromatografi VLC dan kromatografi flash. Fase diam menggunakan
silika
gel G (VLC) dan silika gel 60 (0,04 hingga 0,063 mm) 230-400 mesh ASTM
(kromatografi flash). Semua proses dipandu oleh kromatografi lapis tipis (Si-gel
f 254 ) dan dideteksi dengan UV 254 nm dan cerium (IV) sulfat 2% sebagai
reagen semprot. Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR)
menggunakan Shimadzu Prestige-21, spektroskopi NMR oleh Agilent VNMR
400 MHz (CDCl 3 dan TMS sebagai standar), spektrum massa oleh GC-MS QP-
2010S SHIMADZU dengan kolom AGILENT DB-1.
Serbuk kering rimpang temulawak (1,16 kg) diekstraksi menggunakan
aseton (2,2 L) dengan soxhlet. Filtrat tersebut kemudian diuapkan hingga
menghasilkan ekstrak aseton (220 g) dan difraksinasi menggunakan VLC dan
dielusi dengan n -heksana: rasio etil asetat (9: 1); (8: 2) (2x); (7: 3) (4x); (6: 4)
(4x); (5: 5) (2x) dan (4: 6) (2x), (@ 150 mL) sehingga diperoleh 17 fraksi
(gambar 1) yaitu fraksi A (0,533 g), B (0,976 g), C (0,501 g), D (0,522 g), E
(0,822 g), F (0,276 g), G (0,212 g), H (0,183 g), I (0,131 g), J (0,202 g), K (0,385
g), L (0,403 g), M (0,85 g), N (0,937 g), O (0,695 g), P (0,397 g), dan Q (0,752
g). Fraksi M adalah bubuk oranye terang, dan analisis senyawa menghasilkan
kurkumin (1). Fraksi P dan Q kemudian dimurnikan dengan kromatografi flash
menggunakan perbandingan n -heksana: etil asetat (7: 3) (50 mL); (6: 4) (150
mL); dan (1: 1) (100 mL), dan menghasilkan 37 fraksi dan dari fraksi 29 – 37
memberikan senyawa 2 (108 mg). Senyawa 2 (bisacurone): minyak kental, IR
(KBr) v maks cm -1 : 3385, 2960, 2930, 1678, 1600; EI-MS (70 ev): 216 (M + -
2H 2 O), 201, 173, 159, 145, 132, 119, 105, 91, 83 (100), 65, 55, 39; 1 H
dan 13 C NMR.