book
3
Kasih Selembut Awan
Penulis
Willy Yanto Wijaya
Penyunting
Handaka Vijjànanda
Pusat Pelayanan
Ehipassiko Foundation, 085888503388
ehipassikofoundation@gmail.com
www.ehipassiko.net
1
Ember Bocor yang Sedih
2
Ibu Gajah yang Buta
3
Hachiko, Anjing yang Setia
4
Bulan yang Indah
5
Burung Gagak yang Kedinginan
6
Hailibu, Sang Pemburu
7
Kadal di Antara Dinding
8
Katak yang Nakal
9
Gadis Kecil yang Kehilangan Uang
sekelilingku. Aku tidak yakin aku akan melukisnya bila nanti aku
kembali ke rumah. Ke kehidupan kotaku yang penuh hiruk pikuk
dan bising.
Aku segera sadar sinar matahari sudah pudar sejak tadi.
Sekarang langit kebiru-biruan dan menggelap. Bulan masih
belum memperlihatkan dirinya. Dan cahaya bintang tampak
samar di beberapa titik.
Kukeluarkan senterku. Cahay anya yang terbatas
menuntunku turun dari tangga batu. Aku menyinari sekelilingku
dengan rasa ingin tahu. Berharap dapat melihat beberapa kodok
yang berkerok-kerok. Atau beberapa jangkrik yang berderik.
Aku merapatkan jaketku karena udara mulai terasa dingin.
Aku lupa kalau sedang berada di daerah pegunungan. Aku pun
berjalan dengan perlahan karena takut tersandung sesuatu.
Di depanku terlihat seperti ada sesuatu. Bergerak-gerak.
Kuarahkan senterku padanya. Rupanya seorang bocah.
Kuperhatikan caranya yang gelisah. Menatap permukaan
tanah sambil mondar-mandir. Tiba-tiba dia menatap ke arahku.
Aku menjadi tersentuh kare na matanya telah berkaca-kaca.
Tinggal sedikit lagi air mata yang mengambang itu akan turun
mengalir. Membentuk aliran kesedihan di wajah.
“Ada apa adik kecil?”
Dia tidak segera menjawabku. Menatapku dengan perasaan
curiga. Sepertinya anak kecil di hadapanku sedang mengingat
salah satu nasihat ibunya: jangan bicara dengan orang asing.
Tapi sepertinya dia bisa mengenaliku sebagai orang baik.
“Aku kehilangan uangku,” ujarnya dengan malu-malu.
Ujung bibirnya dimonyongkan seolah-olah aku baru saja
memarahinya.
Aku membantu mencari-cari sebentar, tapi aku tidak
menemukan apa-apa. Kabut mulai muncul dan semakin
mengaburkan penglihatan. Aku mendekati anak itu dan jongkok
di sampingnya. Dengan begitu tinggi kami sejajar. Aku bisa
melihat wajahnya dengan jelas sekali. Gadis cilik yang manis. Kelak
32 Gadis Kecil yang Kehilangan Uang
pasti akan tumbuh menjadi gadis yang cantik. Dan entah kenapa
rasa ibaku berubah menjadi rasa sayang. Memang kelemahanku
mudah suka pada anak kecil. Apalagi anak perempuan yang
manis.
Aku mengelus kepalanya. Rambutnya yang sepunggung
terasa begitu lembut. Seperti kain beludru halus yang dicuci
dengan amat bersih dan hati-hati.
Kemudian aku meraba-raba kantong celanaku. Mengeluarkan
segepok uang yang kugulung, kuikat dengan karet. Lalu aku
menyerahkan selembar uang dua puluh ribu kepadanya.
Dia mengambilnya tanpa malu-malu. Lalu menatap
berulang-ulang antara uang yang baru kuberikan dan wajahku.
Seolah-olah ada gambar wajahku di uang itu.
“Ini apa?” ujarnya ragu. Aku tersenyum. Bisa dimengerti,
tentulah uang yang baru kuberikan jarang dilihat anak-anak desa
sepertinya. Di sini apa-apa serba murah. Sebetulnya aku agak
sayang memberikan uang sebesar itu. Tapi dia beruntung, dan
juga karena dia manis, aku sedang kehabisan uang yang lebih
kecil. Aku menebak-nebak uang yang baru dihilangkannya tentu
tidak mungkin lebih dari lima ribu atau sepuluh ribu.
“Ini uang dua puluh ribu. Jadi sedikit berbeda dengan
uangmu,” jelasku.
Dia masih menatapku. Menerka-nerka apakah aku mencoba
membohonginya. Tapi akhirnya dia menggenggam uang itu
dengan erat. Aku yakin uang itu akan semakin kucel ketika nanti
dilepaskan. Namun aku paham dengan perasaannya. Kehilangan
uang sekali akan membuatmu lebih berhati-hati.
Tiba-tiba dia melihat ke arah di mana sebelumnya aku
muncul. Tangannya melambai dengan riang. Aku menoleh dan
hanya melihat kabut yang tebal. Cahaya senterku tidak mampu
menembus tirai selembut kapas itu.
“Itu ibuku,” ujarnya riang disertai senyum di bibir mungilnya.
Aku terus mengamati tempat yang ditunjuknya. Tapi
sungguh aku tidak dapat melihat apa-apa kecuali kabut yang
33 Gadis Kecil yang Kehilangan Uang
10
Ulama, Pedagang Tua, dan Keledai
11
Anak Domba yang Terluka
12
Ego
:) :( :) :( :) :(
46
13
Pohon, Daun, dan Angin
POHON
3 tahun ini....
Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain dan aku telah
membuatnya menangis selama 3 tahun. Ketika aku menggandeng
tangan pacarku yang ke-2 terlihat olehnya, dia hanya tersenyum
dengan berwajah merah, setelah itu pergi meninggalkan kami.
Esoknya, matanya bengkak dan merah. Aku sengaja tidak
mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis, tapi aku
malah tertawa, bercanda dengannya seharian di ruang itu. Di
sudut ruang itu dia menangis... dia tidak tahu bahwa aku kembali
untuk mengambil sesuatu yang tertinggal. Hampir 1 jam kulihat
dia menangis di sana. Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya.
Pernah sekali mereka berdua perang dingin. Aku tahu bukan
sifatnya untuk memulai perang dingin. Tapi aku masih tetap
bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh
dengan air mata sedih dan kaget.
Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi
meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya ia masih tertawa dan
bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya.
Aku tahu dia sangat sedih dan kecewa, tapi dia tidak tahu bahwa
sakit hatiku sama buruknya dengan dia.
Aku juga sedih... ketika aku putus dengan pacarku yang
ke-5, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu,
aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan
padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali dia juga ingin
mengatakan sesuatu padaku.
Aku cerita tentang putusnya aku dengan pacarku....
Dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan
dengan seseorang....
Aku tahu pria itu... dia sering mengejarnya selama ini. Pria
yang baik, penuh energi dan menarik.
Aku tidak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku, aku
hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika
sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan aku tidak dapat
menahannya. Seperti ada batu yang sangat besar di dadaku....
48 Pohon, Daun, dan Angin
Aku tidak bisa bernapas dan ingin berteriak, namun apa daya....
Air mataku mengalir, tak terasa aku menangis karenanya....
Sudah sering aku melihatnya menangis untuk pria yang
tidak mengacuhkan kehadirannya....
Handphone-ku bergetar... ternyata ada SMS masuk... SMS itu
dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis....
SMS itu berbunyi, “DAUN terbang karena ANGIN bertiup
atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?!”
DAUN
ANGIN
14
Burung Kebahagiaan
*Barley adalah sejenis gandum yang dapat diolah menjadi bir maupun
minuman lainnya.
55
15
Balas Budi Burung Bangau
terkejut! Seorang gadis yang cantik berdiri di tengah salju yang turun.
Kata gadis itu, ia tersesat di tengah perjalanannya.
“Kamu pasti kesulitan, kalau begitu, ayo, silakan menginap di sini
malam ini.”
Kakek dan nenek yang baik hati mempersilakan gadis itu masuk
ke dalam rumahnya.
“Ayo, hangatkan badanmu.”
Nenek membuatkan bubur panas untuk gadis itu.
Menurut kisah gadis itu, ia tidak punya tujuan ke mana pun.
“Nak, kalau begitu, hiduplah bersama kami.”
Nenek juga mengangguk tanda setuju.
“Saya juga sangat senang. Terima kasih banyak atas kebaikan
hati kakek dan nenek.”
Gadis itu membungkuk di hadapan kakek dan nenek.
Bagi kakek dan nenek yang tidak punya anak, tidak ada hal yang
lebih menyenangkan selain kehadiran anak gadis itu.
Malamnya ketiga orang itu tidur dengan tenang.
Keesokan hari, gadis itu bangun ketika hari masih gelap.
Ia pergi ke dapur diam-diam agar kakek dan nenek tidak
bangun. Lalu, ia mengintip kotak penyimpanan beras karena ia akan
menyiapkan makan pagi untuk mereka. Namun, kotak penyimpanan
beras itu kosong. Bukan hanya beras yang tidak ada, bahan untuk
membuat sup miso* pun tidak ada.
Saat itu si gadis menemukan bundelan benang. Entah apa yang
dipikirkan olehnya, gadis itu lantas membawa bundelan benang itu
masuk ke dalam ruang tenun.
Tak lama kemudian, mulai terdengar suara orang menenun dari
ruang yang tertutup rapat.
Jrek-jrek-jrek, serrrr....
Jrek-jrek-jrek, serrrr....
Sinar pagi mulai menyusup ke dalam rumah.
Kakek dan nenek bangun dan melihat tempat tidur sang gadis di
sebelahnya, tetapi sosoknya sudah tidak ada.
Lantas si gadis muncul membawa kain tenun.
57 Balas Budi Burung Bangau
“Saya akan menenun paling tidak satu tan kain lagi untuk
mereka,” pikir gadis itu.
Pada waktu makan di malam harinya, gadis itu tidak memakan
sedikit pun hidangan yang dibeli oleh kakek di kota.
“Ayo, makan lagi.”
“Tidak, sudah cukup. Saya akan bekerja sedikit lagi.”
Kakek sangat terkejut mendengar kata-kata gadis ini.
“Jangan! Kalau malam ini tidak tidur juga, badanmu akan rusak.
Jangan memaksakan diri!”
Si gadis tidak menuruti kakek yang hendak mencegahnya, lalu ia
berdiri terhuyung-huyung.
“Lihat, kamu telah menjadi selemah itu….”
Gadis itu berkata tegas kepada kakek yang mencoba
menghentikannya.
“Satu tan kain lagi saja!”
Mendengar perkataannya, kakek dan nenek yang tidak bisa
menghentikan si gadis hanya bisa mengkhawatirkannya. Mereka
tidak bisa berbuat apa pun.
Si gadis masuk ke dalam ruang kerja dan menutup pintu.
Kakek dan nenek berbaring di tempat tidur namun mereka tidak
bisa tidur karena terus merasa khawatir.
“Kakek, tampaknya bunyi alat tenun menjadi lemah dan tidak
teratur.”
“Baiklah, aku akan pergi untuk melihat.”
Kakek segera bangun dari tempat tidurnya.
“Tapi bagaimana janji dengan anak gadis kita?”
Nenek mencegah kakek, namun kakek tidak bisa menahan diri
karena ia mengkhawatirkan anak gadis mereka.
Kakek membuka pintu ruang kerja pelan-pelan dan mengintip
ke dalamnya.
“Oh, ternyata....”
Alangkah mengejutkan, ternyata yang menenun kain bukan
anak gadis mereka, melainkan seekor burung bangau!
Burung bangau itu mencabuti bulu dari badannya sendiri, lalu
59 Balas Budi Burung Bangau
*Sup miso sangat terkenal di Jepang. Bahan dasarnya adalah miso, yang
merupakan hasil fermentasi kedelai. Miso sering digunakan sebagai bumbu
masakan Jepang. Sarapan orang Jepang biasanya mencakup sup miso, dengan
bahan pelengkap tofu (tahu), rumput laut, maupun tambahan bahan-bahan
lainnya yang digemari.
**Tan adalah satuan ukuran kain. Panjangnya bisa untuk membuat baju seorang
dewasa, kira-kira 12 meter.
60
16
Kaki Seribu dan Beban Pikiran
17
Kamu Bukan Ayahku
sendiri. “Aku tidak butuh kamu.” Itu yang ingin Anda katakan. Itulah
masalahnya; karena Anda terluka begitu mendalam. Sehingga
Anda tidak dapat menemui dan meminta bantuannya. Harga diri
Anda terluka begitu mendalam. Itulah sebabnya mantra keempat
sangatlah penting.
Supaya dapat melatihnya, kita harus melatih diri kita sekian
waktu lamanya. Anda biasanya cenderung secara alamiah
mengatakan kepadanya bahwa Anda dapat hidup tanpa dirinya.
Anda dapat hidup mandiri. Anda tidak akan mati karena tidak
memiliki cintanya. Itulah yang kita lakukan pada umumnya.
Tapi, jika Anda tahu bagaimana cara melihat situasi tersebut
dengan kearifan, Anda akan memandang bahwa, mengatakan
hal itu sangat tidak bijaksana. Hal yang bodoh; karena, bila kita
mencintai satu sama lain, kita saling membutuhkan, apalagi saat
kita menderita. Sangatlah tidak bijaksana jika kita melakukan hal
yang sebaliknya. Anda sangat yakin bahwa penderitaan Anda
datang dari dia, Anda sangat yakin; tapi, mungkin saja Anda salah.
Dia belum melakukannya sama sekali, dia belum mengatakannya,
dengan maksud melukai Anda, tetapi Anda salah paham. Anda
memiliki persepsi yang keliru. Persepsi yang keliru adalah kuncinya.
Saya akan menceritakan sebuah kisah tentang Tuan Truong.
Ini adalah sebuah kisah nyata. Kisah ini terjadi di negara saya
(Vietnam), ratusan tahun yang lalu. Semua orang di negara saya
mengetahui kisah ini. Ada seorang pria yang masih muda belia, ia
harus mengikuti wajib militer, sehingga dia menjadi tentara dan
pergi berperang. Dia harus meninggalkan istrinya sendirian di
rumah dalam keadaan hamil. Mereka menangis cukup lama saat
berpisah. Mereka tidak tahu apakah sang pria ini akan kembali
dengan selamat, karena tidak ada yang tahu. Pergi berperang
sangatlah berisiko. Anda bisa saja mati dalam waktu beberapa
minggu, beberapa bulan, atau mungkin Anda terluka parah, atau
jika Anda sangat beruntung, Anda akan selamat, pulang ke rumah,
bertemu orangtua, istri, dan anak- anak Anda.
Pria muda tersebut beruntung, dia selamat. Beberapa
65 Kamu Bukan Ayahku
sangat mudah untuk dilakukan. Temui dia dan katakan. Jika pria
tersebut melakukannya, wanita muda itu akan punya kesempatan
untuk menjelaskan, dan tragedi tersebut dapat dihindari. Mereka
dapat memulihkan kebahagiaan dengan mudah, secara langsung.
Tetapi ia tidak melakukannya karena ia terluka sangat mendalam,
dan harga diri telah mencegahnya untuk menemui istrinya dan
meminta bantuan. Dia belum belajar mantra keempat.
Tidak hanya pria tersebut yang melakukan kesalahan, wanita
itu juga melakukan kesalahan yang serupa. Dia juga sangat
menderita, tetapi ia terlalu sombong untuk meminta bantuan.
Dia seharusnya menemui suaminya dan mengatakan: “Sayang,
aku tidak mengerti. Aku sangat menderita. Aku tidak mengerti
mengapa kamu tidak mau menatapku, kamu tidak mau berbicara
denganku, kamu sepertinya merendahkan aku. Tampaknya kamu
merasa bahwa aku ini tidak ada sama sekali. Apakah aku telah
melakukan kesalahan sehingga aku pantas diperlakukan seperti
ini?” Itulah yang seharusnya ia lakukan. “Sayang, aku menderita,
tolong aku!” itulah mantranya. Jika dia mengatakan hal itu, pria
muda tersebut, suami muda tersebut mungkin akan menjawab
seperti ini: “Kenapa? Apakah kamu tidak tahu jawabannya? Siapa
orang yang selalu datang setiap malam, orang yang selalu kamu
ajak bicara?” Maka wanita itu seharusnya berkesempatan untuk
menjelaskannya.
Setelah pria muda tersebut sadar akan kesalahannya, dia
menangis dan terus menangis. Dia menjambaki rambutnya,
memukuli dadanya. Tapi semuanya sudah terlambat! Akhirnya
semua penduduk di desa tersebut belajar dari tragedi itu, mereka
datang dan mengadakan upacara besar untuk mendoakan wanita
yang malang itu. Sebuah upacara pembersihan ketidakadilan yang
dilakukan orang seperti kita, yang berasal dari ketidaktahuan dan
persepsi keliru kita. Bersama-sama, mereka membangun stupa
untuk wanita malang itu. Hingga saat ini, stupa itu masih berdiri
tegak di sana. Jika Anda mengunjungi Vietnam Utara, dan melewati
sungai itu, Anda akan melihat stupa tersebut.
70
18
Burung Pipit
“ Apakah kamu merasa lebih baik hari ini?” Fan tahu istrinya
menderita penyakit TBC yang tidak mudah untuk disembuhkan,
tetapi dia menjaganya dengan lembut dan sepenuh hati.
“Terima kasih… atas… perhatianmu...,” istrinya berkata
sambil terengah-engah kesakitan. Fan meminta dokter terbaik di
Chingkou, Chen Shihying untuk mengobati istrinya. Dokter Chen
memeriksa istrinya dengan hati-hati dan menyuruh Fan untuk
menunggu.
“Ada satu cara untuk mengobatinya, sebab dia cukup parah,”
kata dokter tersebut. “Ambil seratus kepala burung pipit, dan
buat mereka menjadi obat sesuai resep ini. Kemudian, hari ketiga
dan ketujuh makan otak burung pipit tersebut. Ini adalah rahasia
turun-temurun dari nenek moyangku, dan tidak pernah gagal.
Tetapi ingat, kamu harus punya seratus burung pipit. Tidak boleh
kurang satu pun.”
Fan ingin sekali menolong istrinya, sehingga ia langsung
pergi membeli seratus burung pipit. Burung-burung itu
berdesakan dalam satu sangkar yang besar. Mereka menciap-
ciap dan berlompatan sangat memilukan karena tempatnya
terlalu sempit. Bahkan, mungkin mereka tahu kalau mereka akan
dibunuh.
71 Burung Pipit
19
Kau dan Aku
20
Pohon Apel
yang Mengorbankan Segalanya
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat
senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,”
kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan
rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” “Duh,
maaf aku pun tak punya rumah. Tapi kau boleh menebang semua
dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel.
Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting
pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga
merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki
itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan
sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon
apel merasa sangat bersukacita menyambutnya. “Ayo bermain-
main lagi denganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak
lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang.” Aku ingin
berlibur dan berlayar. Maukah kau memberiku sebuah kapal
untuk pesiar?” “Duh, maaf aku tak punya kapal , tapi kau boleh
memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk
membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-
senanglah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon
apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu berlayar
dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun
kemudian. “Maaf, anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tidak
punya buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak
punya gigi untuk menggigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak punya batang dan dahan yang bisa kau panjat,” ujar
pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab
lelaki itu. “Aku benar-benar tak punya apa-apa lagi yang bisa
kuberikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah
tua dan sekarat ini,” kata pohon apel sambil menitikkan air mata.
“Aku tidak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki,
“aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat
77 Pohon Apel yang Mengorbankan Segalanya
21
Kesabaran, Kemurahan Hati,
dan Kerelaan Memaafkan
22
Dua Pilihan
dengan tujuan yang sama melempar bola itu tinggi ke atas jauh
melewati jangkauan penjaga base ketiga. Shay berlari menuju
base ketiga.
Semua yang hadir berteriak, “Shay, Shay, Shay, teruskan
perjuanganmu Shay!” Shay mencapai base ketiga saat seorang
pemain lawan berlari ke arahnya dan memberitahu Shay arah
selanjutnya yang mesti ditempuh. Pada saat Shay menyelesaikan
base ketiga, para pemain dari kedua tim dan para penonton yang
berdiri mulai berteriak, “Shay, lari ke home, lari ke home!”
Shay berlari ke home, menginjak balok yg ada, dan dielu-
elukan bak seorang pahlawan yang memenangkan grand slam.
Dia telah memenangkan game untuk timnya.
Hari itu, kenang sang ayah dengan air mata berlinangan
di wajahnya, para pemain dari kedua tim telah menghadirkan
sebuah cinta yang tulus dan nilai kemanusiaan ke dalam dunia.
Shay tidak dapat bertahan hingga musim panas berikut dan
meninggal musim dingin itu. Sepanjang sisa hidupnya dia tidak
pernah melupakan momen di mana dia telah menjadi seorang
pahlawan, bagaimana dia telah membuat ayahnya bahagia,
dan bagaimana dia telah membuat ibunya menitikkan air mata
bahagia akan sang pahlawan kecilnya.
Seorang bijak pernah berkata, sebuah masyarakat akan
dinilai dari cara mereka memperlakukan seorang yang paling
tidak beruntung di antara mereka.
86
23
Kupu-kupu Putih
24
Angpao dan Nyamuk
25
Momen ke Momen
D alam hidup ini banyak sekali hal yang kita kejar. Apa saja
yang bisa dikejar, pasti kita kejar.
Mungkin sewaktu kecil, ketika terpesona melihat bianglala,
kita mencoba mengejarnya, dari satu ujung ke ujung yang lain,
penasaran di manakah ujung dari bianglala tersebut. Akan
tetapi, ketika kita semakin mendekati tempat asal munculnya
si bianglala, eh tiba-tiba saja untaian 7 warna tangga bidadari
tersebut semakin memudar, dan akhirnya hilang....
Tapi, ada kala, kita merasa bangga dan hebat, kala berhasil
mengejar layangan yang terputus talinya, setelah mengerahkan
segenap tenaga kita yang tersisa sembari berharap embusan
angin agar mereda dan menjatuhkan layangan tersebut.
Mungkin pernah juga kita mengamati balon yang melayang
di udara, semakin lama semakin tinggi, sambil penasaran di mana
balon tersebut akan kempes dan jatuh?
Demikian juga tiada bedanya ketika manusia beranjak
dewasa. Mengejar asmara, kekayaan, kekuasaan, dan ketenaran.
Manusia menciptakan banyak sistem untuk memenuhi kepuasan
mereka: sistem pacaran, sistem kerja, sistem pendidikan, sistem
agama, sistem kepercayaan, sistem upacara, sistem jejaring
sosial, sistem penghargaan, sistem organisasi sosial, dan sistem-
92 Momen ke Momen
26
Burung Kecil yang Memadamkan Api
27
Segelas Susu
28
Gadis Kecil Bersepatu Merah
Dear Alice,
Bersama surat ini, saya kirimkan
foto dari sebuah patung kecil di
Azabu Juban di Tokyo. Menurut
keterangan yang ada, yang
sebagian ditulis dalam bahasa
Inggris, itu adalah patung dari
seorang gadis yatim piatu yang
menjadi inspirasi sebuah lagu
Jepang yang sangat terkenal
yaitu “Gadis Kecil Bersepatu
Merah”. Akan tetapi, pacar
saya yakin bahwa keterangan
tersebut salah. Ia bersikeras
bahwa patung “Gadis Kecil
Bersepatu Merah” yang asli ada di Yokohama, dan ia juga berkata
bahwa lagu Jepang tersebut sebenarnya adalah mengenai wanita
muda yang dirayu oleh pria asing yang tidak baik supaya ikut pergi
ke luar negeri. Tambahan pula, ia bersikukuh bahwa lagu tersebut
adalah sebuah peringatan tersirat bagi wanita Jepang agar menjauhi
99 Gadis Kecil Bersepatu Merah
Dear Maryanne,
Saya tahu lagu tersebut. Judulnya “Akai Kutsu no Onna no Ko”.
Pertama-tama, saya akan tuliskan syair lagunya untukmu, dan
tuliskan terjemahannya belakangan, supaya kamu dapat membaca
bahasa Jepangnya langsung dan menarik kesimpulan sendiri.
Alice
29
Gajah yang Welas Asih
30
Tenzing Norgay
31
Penguburan Oleh Burung
32
Sebelum Menceraiku, Gendonglah Aku
33
Welas Asih
Seandainya di dunia ini masih ada sehelai daun pun yang menderita,
aku tidak akan merealisasi Nirvana, sekalipun pintu telah terbuka
bagiku.
Kuan She Im Pu Sa, Bodhisattwa Avalokitesvara
Welas asih adalah kemuliaan yang paling indah. Welas asih sejati
adalah ketulusan dan tanpa pamrih. Ia tidak mengharapkan apa-
apa dari pengorbanannya.
Welas asih sejati adalah kemurnian. Ia tidak mengandung
ego dan diskriminasi. Welas asih adalah bagaikan berkas cahaya
yang menghangati celah dan relung dinginnya gunung es. Welas
asih adalah bagaikan alunan sepoi sejuk di tengah kegerahan
dan terik.
Welas asih sejati ini... ada di dalam hati kecil kita semua.
Pejamkan mata Anda dan rasakanlah geloranya. Biarkan keluhuran
polos ini menggetarkan hati dan pikiran Anda; memberikan rasa
tenteram dan damai dalam diri Anda.
Hmm, dan seperti yang telah Anda duga, saya ingin
mengajak Anda semua melebur dalam sepenggal kisah kecil
berikut.
118 Welas Asih
34
Raja Kera
35
Bib dan Bob
A lkisah ada dua orang anak laki-laki, Bib dan Bob, yang
sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah
lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah
Bib dan Bob berjalan kaki bersama. Uniknya, di kiri-kanan jalan
lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-
warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti
berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bib dan Bob
untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.
Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen
lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan
permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa
mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak
di depannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop
yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan
permen-permen tersebut, tapi sepertinya permen-permen
tersebut tidak pernah habis. Maka ia memacu langkahnya supaya
bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.
Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.
Dia melihat gerbang bertuliskan “Selamat Jalan”. Itulah batas akhir
lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki
penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, “Bagaimana
124 Bib dan Bob
36
Bangunlah Pikiran Positif
Redakanlah kemarahan
Lupakanlah rasa benci
Hilangkanlah iri hati
Musnahkanlah kebodohan
Peluklah orang-orang yang Anda kasihi
130 Bangunlah Pikiran Positif
37
Ayah Pilih Kasih
A
kanak.
yah mengutamakan pria meremehkan wanita, kesan ini
sudah berurat akar dalam sanubariku sejak masa kanak-
38
Mengapa Cincin di Jari Manis?
39
Kerlip Lentera
40
Aku Menangis Enam Kali untuk Adikku
41
Dandelion
kami semua. Ada yang hanya terbang sedikit dan jatuh masih di
padang rumput, ada yang terbang jauh melewati gunung dan
tiba di rimba raya, ada yang menyusuri sungai dan sampai di
petak sawah, ada yang hinggap di sayap burung dan terbawa
hingga ke negeri nun jauh di sana....” Terhenti sejenak, sambil
tersenyum ibu dandelion menambahkan, “Ibu sendiri terbang
jauh sekali dan jatuh di pekarangan rumah ini.”
Anak dandelion agak terkesima mendengar penuturan
ibunya. “Ibu terbang tinggi sekali, melewati hamparan padang
rumput luas yang seakan menyatu dengan cakrawala. Atap-atap
rumah tampak kecil di kejauhan. Malam hari, bintang-bintang
berkelip menemani perjalanan ibu,” sambil menarik napas
dalam dan memandang angkasa, ibu dandelion bergumam lagi,
“perjalanan panjang itu akhirnya berakhir di pekarangan ini. Tapi,
ibu tidak pernah menyesali apa pun. Ibu bahagia dapat tumbuh
di tempat baru ini, pernah terbang melewati bentang alam
nan luas, hingga sekarang memiliki anak-anak yang kemudian
terbang jauh, masing-masing akan memiliki kisahnya tersendiri.”
“Terbanglah Nak. Ibu tidak apa-apa di sini. Lihatlah dunia
yang luas ini.”
“Ibu......!!!”
Angin menerbangkan si anak dandelion, jauh... jauh
sekali....
“Pergilah Nak... engkau akan tumbuh dewasa, engkau akan
punya banyak kisah untuk diceritakan kelak,” bisik ibu dandelion
dalam hati.
Kredit
4: Christina Feldman, Jack Kornfield, Menghidupkan Kebenaran Kita,
Penerbit Karaniya.
6: Diterjemahkan dan diadaptasi dari “Favourite Folktales of China”,
Penerbit Graham Brash, Singapore, 1990.
8: Diterjemahkan dan diadaptasi dari “Korean Folk & Fairy Tales”,
Penerbit Hollym Int, 1991.
9: Ditulis oleh sahabatku, Hart Ye.
10: Diterjemahkan dan diadaptasi dari “Oral Tradition from the Indus”,
Penerbit Brighton R. Gosden, 1908.
13: Ditulis ulang dan disunting dari e-mail, penulis awal kisah ini tidak
diketahui.
14: Diterjemahkan dan diadaptasi dari “Favourite Folktales of China”,
Penerbit Graham Brash, Singapura, 1990.
15: Shito Naoko, Tokyo University of Foreign Studies, 2005.
17: Thich Nhat Hanh, “Menyembuhkan Diri, Mengatasi Derita”,
Penerbitan PVVD, 2008.
18: Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh GB Talovich, ”The Love
of Life”, Mencintai Kehidupan, Penerbit Dian Dharma, 1997.
19: Ditulis oleh sahabatku, Hart Ye.
20: Penulis kisah ini tidak diketahui.
22: Didapat dari e-mail
23: Cerita rakyat dari Jepang, diterjemahkan dan diadaptasi dari “Myths
and Legends of Japan”, Penerbit GG Harrap, London, 1913.
25: Barnard, Musim Gugur ’97.
27: Didapat dari e-mail.
28: Diterjemahkan dari rubrik “So, What the Heck is That?”, Alice
Gordenker, The Japan Times, 19 Juni 2007.
29: Jataka–Cerita untuk Anak-anak, Penerbit Dhammadipa Arama.
30: Disunting dari e-mail yang dikirimkan oleh seorang teman; penulis
awal artikel ini tidak diketahui.
31: Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh GB Talovich, ”The Love
of Life”, Mencintai Kehidupan, Penerbit Dian Dharma, 1997.
32: Penulis artikel ini tidak diketahui.
34: Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Tzu Chi.
35: Disunting dari e-mail yang dikirimkan oleh seorang teman, penulis
awal artikel ini tidak diketahui.
37: Didapat dari e-mail.
40: Diterjemahkan dari artikel “I Cried for My Brother Six Times”, penulis
awal artikel ini tidak diketahui.
Profil Penulis
Willy Yanto Wijaya lahir pada tahun 1985 di Tebingtinggi, sebuah
kota kecil di pesisir timur laut Sumatera Utara. Tahun 2000, ia hijrah
ke kota Serang, Banten dan meneruskan pendidikan menengah
atasnya di sana.
Ia kemudian melanjutkan studinya
di Jurusan Fisika, Institut Teknologi
Bandung (2003-2008), lulus
dengan predikat cum laude. Selama
studi di ITB, ia pernah terpilih
menjadi peserta YSEP (Young
Scientist Exchange Program) untuk
melakukan riset di Tokyo Institute
of Technology, Jepang selama
setahun (2006-2007). Di sela-
sela kesibukan studinya, ia masih
menyempatkan diri menulis artikel
untuk beberapa majalah dan surat kabar. Ia adalah kontributor
tetap di majalah BVD dan penulis lepas di rubrik Cakrawala,
Pikiran Rakyat, salah satu harian terbesar di Jawa Barat.
Ia juga mengisi keluangan waktu dengan menulis,
menerjemahkan, dan menyunting berbagai artikel dan buku.
Ia adalah co-author buku “Rahasia Melanjutkan Studi dan
Mendapatkan Beasiswa ke Jepang” yang diterbitkan oleh ACI
Publishing (2009). Selain itu, ia pernah menjadi editor buku
“Jangan Ada Dukkha di Antara Kita” yang diterbitkan oleh
Penerbitan PVVD (2006).
Selama di Jepang, beberapa foto hasil jepretannya juga
pernah dimuat di The Japan Times, koran berbahasa Inggris
terbesar di Jepang. Selain fotografi dan menulis, ia juga
penggemar cerita rakyat, kisah inspiratif, sains, pazika (puzzle
logika/matematika), fila-numismatik (koleksi perangko dan koin),
berkebun, serta aneka hal unik lainnya.
Ia bisa dihubungi melalui e-mail willy_yanto_wijaya@
yahoo.com atau URL http://willyyanto.wordpress.com/