Anda di halaman 1dari 15

POLITIK HUKUM DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Oleh:

NAMA: JARMIATI

NPM : 2022011031

Dosen pembimbing:

Dr. Yusnani H, S.H, M.Hum

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu sektor penting bagi negara, kesehatan sangat berpengaruh
terhadap pembangunan suatu negara. Masyarakat yang sehat akan bisa melakukan
berbagai hal apa saja untuk mencapai harapan hidup, sebaliknya masyarakat yang
tidak sehat akan mengalami keterlambatan dalam segala hal. Pengembangan bidang
kesehatan bagi negara pada hakekatnya adalah investasi. Investasi dalam
pengembangan SDM merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk memperbaiki
kapasitas produktif dari manusia, melalui upaya peningkatan kesehatan. Posisi
kesehatan yang menduduki tangga pertama dari pembangunan manusia, maka
kesehatan diakui secara global sebagai Hak Asasi Manusia yang memiliki kedudukan
setinggi-tingginya.

Dalam beberapa Konvensi Internasional dan dokumen hukum internasional, ketentuan


mengenai hak atas kesehatan ditetapkan sebagai salah satu hak dasar (hak
fundamental) yang dimiliki oleh setiap individu. Ketentuan hak atas kesehatan yang
merupakan hak fundamental yang dimiliki oleh setiap individu diantaranya tercantum
dalam pembukaan World Health Organization (WHO) Constitutionyang berbunyi:
The enjoyment of the highest attainable standard of health is one of the fundamental
rights of every human being without distinction of race, religion, political belief,
economic or social conditions.1Dengan demikian hak atas kesehatan sebagai salah
satu hak yang fundamental yang dimiliki oleh setiap individu, maka hak tersebut
harus dihormati dan dipenuhi oleh negara tanpa membedakan suku, agama, latar
belakang politik, ekonomi maupun kondisi sosial.

Dalam Jaminan Kesehatan ini, dimana negara bertindak sebagai penjamin, dan warga
negara sebagai pihak yang dijamin kesehatanya. Untuk mendapatkan jaminan tersebut
maka warga negara berkewajiban memberikan perikatan material dengan cara
membayar iuran atau untuk fakir miskin iuran akan ditanggung oleh negaara. Maka
negara pun menerbitkan berbagai peraturan perundang-undangan untuk menjalankan
kewajiban negara tersebut. Dalam hal ini Negara telah menetapkan langkah-langkah
untuk merealisasikan pemenuhan hak atas kesehatan melalui Jaminan Kesehatan
Nasional yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Namun
demikian Jaminan Kesehatan bagi setiap individu (warga negara) seharusnya menjadi
kewajiban dari negara untuk memenuhinya tanpa membedakan warga negara yang
satu dengan yang lainnya.

1. Virginia A. Leary, The Right to Health in International Human Right Law, Health and Human Right Vol 1 No.1, The
President and Fellows of Harvard College, hlm 32.
Pada pelaksanaan jaminan kesehatan nasional konsep yang digunakan ialah konsep
asuransi kesehatan sosial yang mencakup seluruh masyarakat,dalam hal ini
kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh warga negara Indonesia. Pembiayaan asuransi
ini bersifat gotong royong. Dalam hal ini negara membagi manjadi 2 (dua) bentuk
kepesertaan yaitu Penerima Bantuan Iuaran (PBI) jaminan kesehatan dan Bukan
Penerima Bantuan Iuran (Bukan PBI) Jaminan Kesehatan. Penerima bantuan iuran
jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang iurannya dibayarkan oleh negara, sedangkan Bukan Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan merupakan peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu yang iurannya tidak dibayarkan oleh negara2.

Berdasarkan hal tersebut maka tampak negara memberikan perlakuan yang berbeda
terhadap warga negaranya dalam pemberlakuan jaminan kesehatan yaitu bagi peserta
yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu dan peserta yang tidak tergolong
fakir miskin dan orang tidak mampu, dimana jaminan kesehatan bagi setiap individu
(warga negara) seharusnya menjadi kewajiban dari negara untuk memenuhinya tanpa
membedakan warga negara yang satu dengan yang lainnya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana peran politik hukum di Indonesia berkenaan dengan pemenuhan hak
asasi warganegara atas Kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Nasional di
Indonesia?
2. Bagaimana pelaksanaan jaminan kesehatan nasional yang berkeadilan dalam
pelayanan kesehatan bagi setiap individu?

C. Metode Penelitian
Makalah ini merupakan hasil penelitian hukum kesehatan dengan pendekatan
undangundang (statute approach) dan pendekatan konseptual (Conceptual approach).
Pendekatan Undang-undang dilakukan terhadap UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pendekatan Konseptual dilakukan pada
pengkajian nilai Pancasila sebagai dasar untuk membangun model konstruksi hukum
jaminan Kesehatan nasional..

2. Perpres no 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Politik Hukum

Menurut Moh. Mahfud MD, politik hukum merupakan sebuah legal policy (kebijakan
hukum) yang akan diberlakukan baik sebagai hukum yang baru ataupun sebagai
penggantian hukum yang lama oleh pemerintah agar dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan pelaksanaan ketentuan hukum yang sudah ada3.

Politik hukum adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu negara untuk
menetapkan peraturan peraturan tertentu dalam mencapai tujuan sosial di masyarakat.
Politik hukum antara negara satu dan negara lain tidaklah sama, karena adanya
perbedaan latar belakang kesejarahan, pandangan dunia, sosio kultural, dan political
will suatu negara. Dengan istilah lain dapat dikatakan bahwa poltik hukum bersifat
lokal dan particular, tidak bersifat universal4.

Dari definisi diatas dapat kita artikan bahwa politik hukum merupakan kebijakan yang
dikeluarkan oleh suatu negara dalam hal ini pemmerintah untuk menetapkan peraturan
peraturan tertentu dalam mencapai tujuan sosial di masyarakat. Peraturan-peratutan
tersebut dibuat oleh penyelenggara negara yakni pemerintah yang termasuk
didalamnya adalah lembaga legislatif, eksekutif dan yudisial.

Politik Hukum Nasional adalah kebijakkan dasar penyelenggara negara atau


pemerintah dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang
bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara
yang di cita-citakan. Tujuan negara sebagai arah pembangunan nasional sejalan dan
berkaitan erat dengan politik hukum yang berlaku dan berubah-ubah. Politik hukum
nasional dibentuk dalam rangka mewujudkan tujuan cita-cita ideal Negara Republik
Indonesia. Tujuan politik hukum nasional meliputi5:

1. Sebagai suatu alat (tool) atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang
dikehendaki,

2. Dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa indonesia
yang lebih besar.

3. Mahfud, MD. Politik Hukum di Indonesi. Jakarta. Raja Grafindo Persada hal 10
4. Pradinata, M dan Hernadi affandi.. Politik Hukum Dalam Peningkatan Investasi Indonesia. FHUnpad. Hal 32

5. Serizawa, Ali. Pengertian Politik Hukum Nasional dan Tujuannya


B. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia

Hak atas Kesehatan


Pada saat reformasi, Konstitusi Indonesia dengan tegas mengamanatkan pemenuhan
hak atas kesehatan bagi rakyat Indonesia. Pemenuhan hak atas kesehatan termaktub
dalam Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 34 ayat (2) serta (3) UUD NRI Tahun 1945. Pasal
28H ayat (1) mengatakan, “Setiap orang memiliki hak hidup sejahtera lahir serta
batin, berada tinggal, serta memperoleh lingkungan hidup yang baik serta sehat dan
memiliki hak mendapatkan pelayanan kesehatan”. Seterusnya Pasal 34 ayat (2) UUD
NRI Tahun 1945 mengatakan, “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai martabat kemanusiaan”. Selanjutnya, Pasal 34 ayat (3) UUD NRI
Tahun 1945 mengatakan, “Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan pelayanan umum yang layak”6.

Hak atas derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu jenis hak asasi manusia
telah diakui dalam aturan hukum nasional Indonesia maupun hukum internasional.
Selain diatur dalam pasal 28 dan pasal 34 UUD NRI seperti yang telah dijelaskan
diatas, pemenuhan ha katas Kesehatan juga terdapat dalam Pasal 4 Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 40,41,42,49 dan 62 Undang-
Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, 7.

Konsep kesehatan akan memiliki muatan normatif sebagai konsep hukum jika konsep
kesehatan menyandang predikat yuridis tertentu, dalam hal ini hak, yaitu sebagai hak
asasi manusia8. Sebagai salah satu hak yang mendasar (fundamental), maka sudah
selayaknya hak tersebut dihormati dan dilaksanakan oleh negara. kewajiban negara
dalam memberikan perlindungan terhadap hak atas kesehatan yang dimiliki oleh
seluruh warga negara sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh WHO yaitu Negara
dalam hal ini Pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan dari warga
negaranya9.

6. Mardiansyah,R. Dinamika Politik Hukum Dalam Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Di Indonesia Kemeterian
Kesehatan Republik Indonesia, VeJ Volume 4 Nomor 1. Hal 247
7. Human Rights Resource Center, Supra no 10, hlm 107
8. Tinton Slamet Kurnia, Supra no 15, hlm 11
9. Ibid hal 15
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah jaminan berupa perlindungan Kesehatan
agar peserta memperoleh manfaar pemeliharaan Kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi keburtuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iuran yang dibayarkan oleh pemerintah10.

Dibentuknya sistem jamina Kesehatan nasional oleh pemerintah adalah merupakan


salahsatu upaya pemenuhan hak atas Kesehatan terutama ha katas pelayanan
Kesehatan. Dasar penyusunan kebijakan Sistem Jaminan Sosial Nasional ini berawal
dari siding MPR 2001. Dalam siding tersebut MPR memberikan penugasan kepada
Presiden dan rekomendasi kepada Lembaga Tinggi Negara melalui Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: X/MPR/2001 Tentang Laporan
Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh
Lembaga Tinggi Negara Pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Tahun 2001. Penugasan tersebut terdiri dari berbagai bidang
pemerintahan yang terdiri dari
1. Politik dan Keamanan
2. Ekonomi dan Keuangan
3. Hukum dan Hak Asasi Manusia
4. Agama
5. Sosial dan Budaya..

Dalam hal ini sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan bagian dari penugasan MPR
kepada Presiden yang termasuk kedalam penugasan dalam bidang sosial dan budaya11.
Singkatnya pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan UU Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan kemudian pada tahun 2011
pemerintah menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara
program jaminan sosial di bidang kesehatan, sehingga PT Askes (Persero) pun
berubah menjadi BPJS Kesehatan12.

Untuk dapat menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan kondisi


yang ditetapkan, maka diterbitkanlah beberapa peraturan yang mendukung
pelaksanaan JKN yakni :13.

10. Kemenkes RI.Buku Pegangan Sosialisasi: Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Hal 10
11. Tap MPR RI Nomor: X/Mpr/2001
12. BPJS Kesehatan , 2018. Sejarah Perjalanan Jaminan Sosial di Indonesia. https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2013/4
13. Putri, Asih.Paham JKN. Seri buku saku 4. Kementrian Koordinator Bidang Kesehjahteraan Rakyat RI. Hal 13-19

1. UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN)
UU SJSN menetapkan program JKN sebagai salah satu program jaminan sosial
dalam sistem jaminan sosial nasional. Di dalam UU ini diatur asas, tujuan,
prinsip, organisasi, dan tata cara penyelenggaraan program jaminan kesehatan
nasional.UU SJSN menetapkan asuransi sosial dan ekuitas sebagai prinsip
penyelenggaraan JKN. Kedua prinsip dilaksanakan dengan menetapkan
kepesertaan wajib dan penahapan implementasinya, iuran sesuai dengan besaran
pendapatan, manfaat JKN sesuai dengan kebutuhan medis, serta tata kelola dana
amanah Peserta oleh badan penyelenggara nirlaba dengan mengedepankan
kehati-hatian, akuntabilitas efisiensi dan efektifitas.UU SJSN membentuk dua
organ yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan program jaminan sosial
nasional, yaitu Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). UU ini mengatur secara umum fungsi,
tugas, dan kewenangan kedua organ tersebut.UU SJSN mengintegrasikan
program bantuan sosial dengan program jaminan sosial. Integrasi kedua program
perlindungan sosial tersebut diwujudkan dengan mewajibkan Pemerintah untuk
menyubsidi iuran JKN dan keempat program jaminan sosial lainnya bagi orang
miskin dan orang tidak mampu. Kewajiban ini dilaksanakan secara bertahap dan
dimulai dari program JKN.UU SJSN menetapkan dasar hukum bagi transformasi
PT Askes (Persero) dan ketiga Persero lainnya menjadi BPJS.

2. UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU


BPJS)
UU BPJS adalah peraturan pelaksanaan UU SJSN. UU BPJS melaksanakan Pasal
5 UU SJSN pasca putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara No. 007/PUU-
III/2005.UU BPJS menetapkan pembentukan BPJS Kesehatan untuk
penyelenggaraan program JKN dan BPJS Ketenagakerjaan untuk
penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun, dan jaminan kematian.UU BPJS mengatur proses transformasi badan
penyelenggara jaminan sosial dari badan usaha milik negara (BUMN) ke badan
hukum publik otonom nirlaba (BPJS). Perubahan-perubahan kelembagaan
tersebut mencakup perubahan dasar hukum, bentuk badan hukum, organ, tata
kerja, lingkungan, tanggung jawab, hubungan kelembagaan, serta mekanisme
pengawasan dan pertanggungjawaban. UU BPJS menetapkan bahwa BPJS
berhubungan langsung dan bertanggung jawab kepada Presiden.

3. Peraturan Pemerintah No. 101 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan


Kesehatan
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PP PBIJK) adalah peraturan
pelaksanaan UU SJSN. PP PBIJK melaksanakan ketentuan pasal 14 ayat (3) dan
Pasal 17 ayat (6) UU SJSN.PP PBIJK mengatur tata cara pengelolaan subsidi
iuran jaminan kesehatan bagi Penerima Bantuan Iuran. PP PBIJK memuat
ketentuan-ketentuan yang mengatur penetapan kriteria dan tata cara pendataan
fakir miskin dan orang tidak mampu, penetapan PBIJK, pendaftaran PBIJK,
pendanaannya, pengelolaan data PBI, serta peran serta masyarakat.

4. Perpres No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan (Perpres Jk)


PerPres JK adalah peraturan pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS. PerPres JK
mengatur peserta dan kepesertaan JKN, pendaftaran, iuran dan tata kelola iuran,
manfaat JKN, koordinasi manfaat, penyelenggaraan pelayanan, fasilitas
kesehatan, kendali mutu dan kendali biaya, penanganan keluhan, dan penanganan
sengketa.

5. PerpresNO. 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan Peraturan Presiden No. 12


Tahun 2013 (Perpres Perubahan Perpres Jk)
Menjelang penyelenggaraan JKN pada 1 Januari 2014, ditemukan beberapa
ketentuan dalam PerPres JK yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan
penyelenggaraan JKN. Materi muatan Perpres Perubahan PerPres Jaminan
Kesehatan adalah untuk:(1) mengubah ketentuan tentang peserta JKN dan
penerima manfaat JKN; (2) mengatur lebih rinci penahapan kepesertaan wajib
JKN; 3) menambahkan ketentuan tentang iuran JKN. Besaran iuran diatur rinci
untuk masing-masing kelompok peserta dan diatur pula tata cara pengelolaan
iuran JKN;(4) mengubah batasan hak ruang perawatan inap di rumah sakit.(5)
menambahkan dua manfaat yang tidak dijamin oleh JKN, yaitu pelayanan
kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang
bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan
lalu lintas dan biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang
dapat dicegah;(6) menambahkan ketentuan tentang koordinasi manfaat antara
JKN dan program jaminan kecelakaan kerja dan program jaminan kecelakaan
lalu lintas wajib;(7) mengubah ketentuan pelayanan obat, alat medis habis pakai
dan alat kesehatan;(8) mengubah ketentuan tentang pemberian kompensasi;(9)
mengubah prosedur pembayaran fasilitas kesehatan;(10) mengubah ketentuan
kendali mutu dan kendali biaya.

JKN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
ekuitas. Prinsip asuransi sosial meliputi11:

a. Kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang
tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan rendah
b. Kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif
c. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk pekerja yang menerima
upah atau suatu jumlah nominal tertentu untuk pekerja yang tidak menerima
upah
d. Dikelola dengan prisip nirlaba, artinya pengelolaan dana digunakan sebesar-
besarnya untuk kepentingan peserta dan setiap surplus akan disimpan sebagai
dana cadangan dan untuk peningkatan manfaat dan kualitas layanan.

11. ibid hal 36-37

Prinsip ekuitas, yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan


kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang telah dibayarkan.
Prinsip ini diwujudkan dengan pembayaran iuran sebesar persentase tertentu dari
upah bagi yang memiliki penghasilan dan pemerintah membayarkan iuran bagi
mereka yang tidak mampu. Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan
menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan12

Tugas Negara Dalam Mewujudkan Hak Atas Kesehatan

Dalam paham modern saat ini, negara bertugas menyelenggarakan kepentingan


umum untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan yang sebesar-besarnya
berdasarkan keadilan dalam suatu Negara Hukum. Dalam hal ini tujuan negara
menunjukkan apa yang ideal hendak dicapai oleh negara itu, sedangkan fungsi
negara adalah pelaksanaan tujuan ideal itu dalam kenyataan konkret.13

Salah satu prinsip dalam hukum intenasional yang berlaku bagi seluruh negara yang
tertuang dalam berbagai konvensi internasional dan tercantum dalam Konstitusi
WHO menyatakan “The enjoyment of the highest attainable standard of health as a
fundamental right of every human being”. Prinsip tersebut memberikan landasan
bagi setiap negara dalam membuat sebuah kebijakan yang harus dapat mewujudkan
hak atas kesehatan bagi setiap individu, dimana hak atas derajat kesehatan yang
optimal merupakan hak dasar bagi setiap individu. Dalam hal ini negara dituntut
untuk melakukan penghormatan, pemenuhan dan perlindungan terhadap hak atas
kesehatan. Aspek penghormatan sebagaimana dimaksud ialah kebijakan yang
mengharuskan negara untuk tidak mengambil langkah-langkah yang akan
mengakibatkan individu atau kelompok gagal meraih atau memenuhi hak-haknya.
Sementara pemenuhan adalah negara harus mengambil tindakan legislatif,
administratif, anggaran, yudisial atau langkahlangkah lain untuk memastikan
terealisasinya pemenuhan hak-hak. Sedangkan perlindungan adalah bagaimana
negara melakukan kebijakan guna mencegah dan menanggulangi dilakukannya
pelanggaran sengaja atau pembiaran.14
12. ibid hal 38
13. (Hendra Nutjahjo, Ilmu Negara: Pengembangan Teori Bernegara dan Supleman, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm.
71.)
14. (Suparman Marzuki, Politik Hukum HAM Di Indonesia, Makalah disampaikan dalam Pelatihan HAM Dasar Bagi Dosen Hukum
HAM Se-Indonesia, Surabaya, 10 – 13 Oktober 2011, hlm 1.)

Negara memegang tanggung jawab utama dalam pelaksanaan kebijakan yang


berdasarkan hukum internasional atau perjanjian internasional dimana hak atas
kesehatan dilindungi. Dalam melakukan upaya tersebut negara harus mengambil
langkah-langkah yang strategis dalam pemenuhan hak atas kesehatan, dengan
melibatkan seluruh stakeholder dalam bidang kesehatan baik dari unsur pemerintah
maupun dari unsur swasta. Dalam hal ini hak atas kesehatan sebagai sebuah hak asasi
manusia secara hukum melahirkan hubungan antara individu dengan negara, dimana
kewajiban negara berkaitan dengan hak asasi manusia harus mengacu kepada tiga
prinsip yaitu menghormati, melindungi, dan memenuhihak atas kesehatan yang
merupakan bagian dari hak asasi manusia.15

Pada awal reformasi tahun 2000, pemerintah telah mencanangkan model jaminan
kesehatan nasional yang terpadu. Pencanangan itu kemudian direalisasikan tahun
2004, DPR mengesahkan jaminan kesehatan yang berlaku nasional berdasarkan UU
SJSN. Substansi undang-undang ini menerapkan mekanisme negara memberikan
bantuan sosial bagi masyarakat miskin, sehingga seluruh rakyat akan menjadi peserta
jaminan kesehatan nasional dengan prinsip asuransi wajib. Prinsip asuransi wajib
tersebut membawa implikasi adanya perubahan kewajiban pemerintah dalam
memenuhi hak atas pelayanan kesehatan rakyat menjadi kewajiban rakyat mengikuti
peserta asuransi kesehatan agar terpenuhi hak atas pelayanan kesehatannya. Pada
mulanya kebijakan pemenuhan hak atas kesehatan terpisah dari sistem jaminan sosial
nasional. Namun dalam perkembangannya, konsep hak atas kesehatan melebur
dalam konsep asuransi kesehatan. Pemenuhan hak atas kesehatan menerapkan
konsep asuransi kesehatan sosial kepada seluruh rakyat mengadopsi konsep asuransi
sosial. Hak atas kesehatan dalam konsep asuransi kesehatan sosial disusun sebagai
sub sistem dalam sistem jaminan sosial nasional. Presiden dan DPR RI dengan
persetujuan bersama telah melebur asuransi kesehatan sosial ke dalam sistem
jaminan sosial nasional.16 Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sistem
perlindungan sosial seharusnya berlandaskan peraturan perundang-perundangan yang
terarah dalam sistem perlindungan sosial tersebut. UUSistem Jaminan Sosial
Nasional telah merumuskan skema model social security yang terkoordinasi dan
terpadu.Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional memiliki ciri yang
menonjol setiap warga negara Indonesia wajib menjadi peserta dan pemberian
bantuan iuran bagi setiap orang yang miskin atau orang kurang mampu. Walaupun
orang miskin yang tidak sanggup bayar iuran tetap akan memperoleh social security
disebabkan pemerintah memberikan subsidi iuran bagi masyarakat miskin.17

15. Mardiansyah. Dinamika Politik Hukum Dalam Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Di Indonesia Kemeterian Kesehatan Republik
Indonesia, VeJ Volume 4 • Nomor 1 • hal 238
16. Ibid hal 241-242
17. Muh Kadarisman, Analisis tentang Pelaksanaan Sistem, Sistem Jaminan Sosial Kesehatan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
No. 07/PUU-III/2005, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, Vol. 22, No. 3, Juli 2015, hlm. 475.

Dalam UU SJSN terdapat konsep penarikan iuran wajib setiap bulan kepada semua
warga negara. Pasal 17 ayat (1) UU SJSN menyatakan, “Tiap peserta wajib
membayar iuran yang besarnya berdasarkan persentase upah atas suatu jumlah
nominal tertentu”. Penarikan tersebut merupakan bentuk pengalihan tanggung jawab
negara kepada rakyat perihal jaminan kesehatan nasional.18 Penarikan iuran wajib
tersebut merupakan konsep yang kurang tepat, karena penarikan iuran wajib telah
melepas peran dan tanggung jawab negara dalam bidang Kesehatan, dan penarikan
iuran wajib juga telah memaksa rakyat untuk menjadi peserta asuransi kesehatan.
Pada bagian lain, UU BPJS berperan layaknya perusahaan asuransi. .Pasal 19 ayat
(1) UU BPJS, “Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta
dari Pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS”. Pasal 19 ayat (2) menjelaskan,
“Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor iuran yang menjadi tanggung
jawabnya kepada BPJS”.Pasal 19 ayat (3) menyatakan, “Peserta yang bukan Pekerja
dan bukan penerima Bantuan Iuran wajib membayar dan menyetor Iuran yang
menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS”. Pasal 19 ayat (4) menyatakan,
“Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk penerima Bantuan Iuran kepada
BPJS”.Model social security yang dilaksanakan seluruh Indonesia berlandaskan asas
ekuitas dan social insurance(asuransi social). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
berhak memungut, mengelola dana, dan menjatuhkan sanksi kepada peserta yang
tidak membayar premi. Tidak hanya itu, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
berwenang mengelola danasocial security untuk tujuan menanamkan modal. Konsep
ini jelas memperlihatkan kuatnya pengaruh neo-liberalisme dalam pembentukan
hukum di Indonesia.19

Model sistem jaminan sosial nasional mestinya mengedepankan konsep keadilan


sosial. Konsep yang dilandasi perlakuan yang adil kepada segenap warga negara
tanpa ada pengecualian. Keadilan sosial merupakan kebaikan utama dalam
masyarakat. Adanya kewajiban rakyat membayar iuran agar mendapat kemudahan
akses kesehatan telah melanggar prinsip keadilan bagi rakyat miskin. Rakyat berhak
meminta pertanggungjawaban pemerintah dalam hal pemenuhan hak atas kesehatan.
Oleh karena itu, wajar rakyat beranggapan bahwa program badan penyelenggara
jaminan sosial hanyalah teori belaka, sementara praktiknya gagal memenuhi harapan
rakyat.20
18. Endang Sutiah Pane,SJSN dan BPJS, Memalak Rakyat Atas Nama Jaminan Sosial, 1 Januari 2014,
https:lintasgayo.co/2014/01/01/sjsn-dan-bpjs-memalak-rakyat-atas-nama-jaminan-sosial, diakses pada tanggal 13 September
2019.
19. Ibid
20. Yuwinda Ardila, Keadilan Sosial bagi Pasien Pengguna BPJS dalam Memperoleh Layanan Kesehatan (Perspektif Konseling
Multikultural), Jurnal Kajian Konseling dan Pendidikan, Vol. 1, No. 3, November 2018, hlm. 75-76

Pemerintah mempuyai tanggung jawab untuk menunaikan hak atas kesehatan yang
bersifat mendasar. Negara sebagai pemangku kewajiban harus memberi penegasan.
Pertama, negara harus memenuhi kewajibannya dalam negeri dan luar negeri,
sedangkan individu dan kumpulan masyarakat merupakan pihak yang memegang
hak. Kedua, negara tidak mempunyai kewenangan, akan tetapi negara bertanggung
jawab untuk menunaikan hak rakyatnya baik bersifat pribadi maupun masyarakat
yang merupakan garansi hak asasi manusia internasional. Ketiga, bila suatu negara
tidak melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya, maka negara telah
melanggar human rightsatau international law. Jikaperbuatan yang melanggar
sebagaimana dimaksud tidak dijalankan oleh pemerintah suatu negara, maka beban
menanggung perbuatan akan diambil alih oleh dunia internasional.21

Bagaimanapun, hak atas kesehatan menjadi hak mendasar yang terdapat dalam
konstitusi Indonesia. Implementasi hak atas kesehatan merupakan legal rightsyang
harus mendapat perlindungan. Pemerintah mesti menunaikan hak atas kesehatan
rakyatnya secara nyata. Pengingkaran untuk merealisasikan hak atas kesehatan
rakyat merupakan perbuatan yang melanggar UUD NRI Tahun 1945. Sebab, hak atas
kesehatan sebagai hak bersifat dasar bagi seluruh rakyat yang termaktub dalam UUD
NRI Tahun 1945. Komitmen perlunya jaminan hak atas kesehatan merupakan dasar
pemikiran hukum kemartabatan manusia.22

21. Firdaus, Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Bagi Penyandang Skizofrenia di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Ilmiah Kebijakan
Hukum, Vol. 10, No. 1, Maret 2016, hlm. 94
22. Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM: Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hlm. 152.
BAB III
PENUTUP

Demi memenuhi hak fundamental masyarakat Indonesia yakni hak atas Kesehatan ,
pemerintah menciptakan sebuah konsep asuransi Kesehatan yang wajib diikuti oleh
seluruh warga negara Indonesia yakni berupa Jaminan Kesehatan Nasional yang
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan atau yang kita
kenal dengan BPJS Kesehatan. Konsep asuransi ini bertujuan untuk mengurangi risiko
masyarakat menanggung biaya kesehatanya senditi dalam jumlah yang sulit diprediksi
dan umumnya memerlukan biaya yang sangat besar. Pemenuhan hak atas kesehatan
dilaksanakan melalui program jaminan kesehatan nasional berlandaskan pada keadilan
sosial guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat. Guna
mewujudkan keadilan sosial, maka dalam pelaksanaannya jaminan kesehatan nasional
memberikan perlakuan yang berbeda bagi setiap individu guna mewujudkan kesetaraan
dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. BPJS Kesehatan, 2018. Sejarah Perjalanan Jaminan Sosial di Indonesia. https://bpjs-


kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2013/4 diakses taanggal 10 november
2020
2. Firdaus. 2016. Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Bagi Penyandang Skizofrenia di
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 10, No. 1
3. Hendra Nutjahjo. 2005. Ilmu Negara: Pengembangan Teori Bernegara dan Supleman.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
4. Kemenkes RI. 2013. Buku Pegangan Sosialisasi: Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
5. Mahfud, MD.,2009. Politik Hukum di Indonesi. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
6. Mardiansyah, R. Dinamika Politik Hukum Dalam Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Di
Indonesia. 2018.Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia, VeJ Volume 4 Nomor 1
7. Marzuki,S. 2011. Politik Hukum HAM Di Indonesia. Makalah disampaikan dalam
Pelatihan HAM Dasar Bagi Dosen Hukum HAM Se-Indonesia, Surabaya, 10 – 13
Oktober 2011
8. Muh Kadarisman, Analisis tentang Pelaksanaan Sistem, Sistem Jaminan Sosial
Kesehatan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 07/PUU-III/2005, Jurnal Hukum
Ius Quia Iustum, Vol. 22, No. 3, Juli 2015
9. Perpres no 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
10. Pradinata, M dan Hernadi affandi. 2020. Politik Hukum Dalam Peningkatan
Investasi Indonesia. Bandung. FHUNPAD
11. Putri, Asih. 2014. Paham JKN. Seri buku saku 4. Kementrian Koordinator Bidang
Kesehjahteraan Rakyat RI.

12. Serizawa, Ali. 2014. Pengertian Politik Hukum Nasional dan


Tujuannya,http://www.hukumsumberhukum.com/2014/09/pengertian-politik-hukum-
nasional-dan.html
13. Tap MPR RI Nomor: X/Mpr/2001 Tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Oleh Lembaga Tinggi Negara Pada
Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 200
14. Tinton,S.K. Hak Atas Derajat Kesehatan Optimal Sebagai HAM di Indonesia.
Bandung: PT. Alumni
15. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
16. Virginia A. Leary. 1994. The Right to Health in International Human Right Law,
Health asnd Human Right Vol 1 No.1, The President and Fellows of Harvard College

Anda mungkin juga menyukai