Oleh:
NAMA: JARMIATI
NPM : 2022011031
Dosen pembimbing:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu sektor penting bagi negara, kesehatan sangat berpengaruh
terhadap pembangunan suatu negara. Masyarakat yang sehat akan bisa melakukan
berbagai hal apa saja untuk mencapai harapan hidup, sebaliknya masyarakat yang
tidak sehat akan mengalami keterlambatan dalam segala hal. Pengembangan bidang
kesehatan bagi negara pada hakekatnya adalah investasi. Investasi dalam
pengembangan SDM merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk memperbaiki
kapasitas produktif dari manusia, melalui upaya peningkatan kesehatan. Posisi
kesehatan yang menduduki tangga pertama dari pembangunan manusia, maka
kesehatan diakui secara global sebagai Hak Asasi Manusia yang memiliki kedudukan
setinggi-tingginya.
Dalam Jaminan Kesehatan ini, dimana negara bertindak sebagai penjamin, dan warga
negara sebagai pihak yang dijamin kesehatanya. Untuk mendapatkan jaminan tersebut
maka warga negara berkewajiban memberikan perikatan material dengan cara
membayar iuran atau untuk fakir miskin iuran akan ditanggung oleh negaara. Maka
negara pun menerbitkan berbagai peraturan perundang-undangan untuk menjalankan
kewajiban negara tersebut. Dalam hal ini Negara telah menetapkan langkah-langkah
untuk merealisasikan pemenuhan hak atas kesehatan melalui Jaminan Kesehatan
Nasional yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Namun
demikian Jaminan Kesehatan bagi setiap individu (warga negara) seharusnya menjadi
kewajiban dari negara untuk memenuhinya tanpa membedakan warga negara yang
satu dengan yang lainnya.
1. Virginia A. Leary, The Right to Health in International Human Right Law, Health and Human Right Vol 1 No.1, The
President and Fellows of Harvard College, hlm 32.
Pada pelaksanaan jaminan kesehatan nasional konsep yang digunakan ialah konsep
asuransi kesehatan sosial yang mencakup seluruh masyarakat,dalam hal ini
kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh warga negara Indonesia. Pembiayaan asuransi
ini bersifat gotong royong. Dalam hal ini negara membagi manjadi 2 (dua) bentuk
kepesertaan yaitu Penerima Bantuan Iuaran (PBI) jaminan kesehatan dan Bukan
Penerima Bantuan Iuran (Bukan PBI) Jaminan Kesehatan. Penerima bantuan iuran
jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang iurannya dibayarkan oleh negara, sedangkan Bukan Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan merupakan peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu yang iurannya tidak dibayarkan oleh negara2.
Berdasarkan hal tersebut maka tampak negara memberikan perlakuan yang berbeda
terhadap warga negaranya dalam pemberlakuan jaminan kesehatan yaitu bagi peserta
yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu dan peserta yang tidak tergolong
fakir miskin dan orang tidak mampu, dimana jaminan kesehatan bagi setiap individu
(warga negara) seharusnya menjadi kewajiban dari negara untuk memenuhinya tanpa
membedakan warga negara yang satu dengan yang lainnya.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana peran politik hukum di Indonesia berkenaan dengan pemenuhan hak
asasi warganegara atas Kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Nasional di
Indonesia?
2. Bagaimana pelaksanaan jaminan kesehatan nasional yang berkeadilan dalam
pelayanan kesehatan bagi setiap individu?
C. Metode Penelitian
Makalah ini merupakan hasil penelitian hukum kesehatan dengan pendekatan
undangundang (statute approach) dan pendekatan konseptual (Conceptual approach).
Pendekatan Undang-undang dilakukan terhadap UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pendekatan Konseptual dilakukan pada
pengkajian nilai Pancasila sebagai dasar untuk membangun model konstruksi hukum
jaminan Kesehatan nasional..
PEMBAHASAN
A. Politik Hukum
Menurut Moh. Mahfud MD, politik hukum merupakan sebuah legal policy (kebijakan
hukum) yang akan diberlakukan baik sebagai hukum yang baru ataupun sebagai
penggantian hukum yang lama oleh pemerintah agar dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan pelaksanaan ketentuan hukum yang sudah ada3.
Politik hukum adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu negara untuk
menetapkan peraturan peraturan tertentu dalam mencapai tujuan sosial di masyarakat.
Politik hukum antara negara satu dan negara lain tidaklah sama, karena adanya
perbedaan latar belakang kesejarahan, pandangan dunia, sosio kultural, dan political
will suatu negara. Dengan istilah lain dapat dikatakan bahwa poltik hukum bersifat
lokal dan particular, tidak bersifat universal4.
Dari definisi diatas dapat kita artikan bahwa politik hukum merupakan kebijakan yang
dikeluarkan oleh suatu negara dalam hal ini pemmerintah untuk menetapkan peraturan
peraturan tertentu dalam mencapai tujuan sosial di masyarakat. Peraturan-peratutan
tersebut dibuat oleh penyelenggara negara yakni pemerintah yang termasuk
didalamnya adalah lembaga legislatif, eksekutif dan yudisial.
1. Sebagai suatu alat (tool) atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang
dikehendaki,
2. Dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa indonesia
yang lebih besar.
3. Mahfud, MD. Politik Hukum di Indonesi. Jakarta. Raja Grafindo Persada hal 10
4. Pradinata, M dan Hernadi affandi.. Politik Hukum Dalam Peningkatan Investasi Indonesia. FHUnpad. Hal 32
Hak atas derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu jenis hak asasi manusia
telah diakui dalam aturan hukum nasional Indonesia maupun hukum internasional.
Selain diatur dalam pasal 28 dan pasal 34 UUD NRI seperti yang telah dijelaskan
diatas, pemenuhan ha katas Kesehatan juga terdapat dalam Pasal 4 Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 40,41,42,49 dan 62 Undang-
Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, 7.
Konsep kesehatan akan memiliki muatan normatif sebagai konsep hukum jika konsep
kesehatan menyandang predikat yuridis tertentu, dalam hal ini hak, yaitu sebagai hak
asasi manusia8. Sebagai salah satu hak yang mendasar (fundamental), maka sudah
selayaknya hak tersebut dihormati dan dilaksanakan oleh negara. kewajiban negara
dalam memberikan perlindungan terhadap hak atas kesehatan yang dimiliki oleh
seluruh warga negara sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh WHO yaitu Negara
dalam hal ini Pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan dari warga
negaranya9.
6. Mardiansyah,R. Dinamika Politik Hukum Dalam Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Di Indonesia Kemeterian
Kesehatan Republik Indonesia, VeJ Volume 4 Nomor 1. Hal 247
7. Human Rights Resource Center, Supra no 10, hlm 107
8. Tinton Slamet Kurnia, Supra no 15, hlm 11
9. Ibid hal 15
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah jaminan berupa perlindungan Kesehatan
agar peserta memperoleh manfaar pemeliharaan Kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi keburtuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iuran yang dibayarkan oleh pemerintah10.
Dalam hal ini sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan bagian dari penugasan MPR
kepada Presiden yang termasuk kedalam penugasan dalam bidang sosial dan budaya11.
Singkatnya pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan UU Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan kemudian pada tahun 2011
pemerintah menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara
program jaminan sosial di bidang kesehatan, sehingga PT Askes (Persero) pun
berubah menjadi BPJS Kesehatan12.
10. Kemenkes RI.Buku Pegangan Sosialisasi: Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Hal 10
11. Tap MPR RI Nomor: X/Mpr/2001
12. BPJS Kesehatan , 2018. Sejarah Perjalanan Jaminan Sosial di Indonesia. https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2013/4
13. Putri, Asih.Paham JKN. Seri buku saku 4. Kementrian Koordinator Bidang Kesehjahteraan Rakyat RI. Hal 13-19
1. UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN)
UU SJSN menetapkan program JKN sebagai salah satu program jaminan sosial
dalam sistem jaminan sosial nasional. Di dalam UU ini diatur asas, tujuan,
prinsip, organisasi, dan tata cara penyelenggaraan program jaminan kesehatan
nasional.UU SJSN menetapkan asuransi sosial dan ekuitas sebagai prinsip
penyelenggaraan JKN. Kedua prinsip dilaksanakan dengan menetapkan
kepesertaan wajib dan penahapan implementasinya, iuran sesuai dengan besaran
pendapatan, manfaat JKN sesuai dengan kebutuhan medis, serta tata kelola dana
amanah Peserta oleh badan penyelenggara nirlaba dengan mengedepankan
kehati-hatian, akuntabilitas efisiensi dan efektifitas.UU SJSN membentuk dua
organ yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan program jaminan sosial
nasional, yaitu Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). UU ini mengatur secara umum fungsi,
tugas, dan kewenangan kedua organ tersebut.UU SJSN mengintegrasikan
program bantuan sosial dengan program jaminan sosial. Integrasi kedua program
perlindungan sosial tersebut diwujudkan dengan mewajibkan Pemerintah untuk
menyubsidi iuran JKN dan keempat program jaminan sosial lainnya bagi orang
miskin dan orang tidak mampu. Kewajiban ini dilaksanakan secara bertahap dan
dimulai dari program JKN.UU SJSN menetapkan dasar hukum bagi transformasi
PT Askes (Persero) dan ketiga Persero lainnya menjadi BPJS.
JKN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
ekuitas. Prinsip asuransi sosial meliputi11:
a. Kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang
tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan rendah
b. Kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif
c. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk pekerja yang menerima
upah atau suatu jumlah nominal tertentu untuk pekerja yang tidak menerima
upah
d. Dikelola dengan prisip nirlaba, artinya pengelolaan dana digunakan sebesar-
besarnya untuk kepentingan peserta dan setiap surplus akan disimpan sebagai
dana cadangan dan untuk peningkatan manfaat dan kualitas layanan.
Salah satu prinsip dalam hukum intenasional yang berlaku bagi seluruh negara yang
tertuang dalam berbagai konvensi internasional dan tercantum dalam Konstitusi
WHO menyatakan “The enjoyment of the highest attainable standard of health as a
fundamental right of every human being”. Prinsip tersebut memberikan landasan
bagi setiap negara dalam membuat sebuah kebijakan yang harus dapat mewujudkan
hak atas kesehatan bagi setiap individu, dimana hak atas derajat kesehatan yang
optimal merupakan hak dasar bagi setiap individu. Dalam hal ini negara dituntut
untuk melakukan penghormatan, pemenuhan dan perlindungan terhadap hak atas
kesehatan. Aspek penghormatan sebagaimana dimaksud ialah kebijakan yang
mengharuskan negara untuk tidak mengambil langkah-langkah yang akan
mengakibatkan individu atau kelompok gagal meraih atau memenuhi hak-haknya.
Sementara pemenuhan adalah negara harus mengambil tindakan legislatif,
administratif, anggaran, yudisial atau langkahlangkah lain untuk memastikan
terealisasinya pemenuhan hak-hak. Sedangkan perlindungan adalah bagaimana
negara melakukan kebijakan guna mencegah dan menanggulangi dilakukannya
pelanggaran sengaja atau pembiaran.14
12. ibid hal 38
13. (Hendra Nutjahjo, Ilmu Negara: Pengembangan Teori Bernegara dan Supleman, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm.
71.)
14. (Suparman Marzuki, Politik Hukum HAM Di Indonesia, Makalah disampaikan dalam Pelatihan HAM Dasar Bagi Dosen Hukum
HAM Se-Indonesia, Surabaya, 10 – 13 Oktober 2011, hlm 1.)
Pada awal reformasi tahun 2000, pemerintah telah mencanangkan model jaminan
kesehatan nasional yang terpadu. Pencanangan itu kemudian direalisasikan tahun
2004, DPR mengesahkan jaminan kesehatan yang berlaku nasional berdasarkan UU
SJSN. Substansi undang-undang ini menerapkan mekanisme negara memberikan
bantuan sosial bagi masyarakat miskin, sehingga seluruh rakyat akan menjadi peserta
jaminan kesehatan nasional dengan prinsip asuransi wajib. Prinsip asuransi wajib
tersebut membawa implikasi adanya perubahan kewajiban pemerintah dalam
memenuhi hak atas pelayanan kesehatan rakyat menjadi kewajiban rakyat mengikuti
peserta asuransi kesehatan agar terpenuhi hak atas pelayanan kesehatannya. Pada
mulanya kebijakan pemenuhan hak atas kesehatan terpisah dari sistem jaminan sosial
nasional. Namun dalam perkembangannya, konsep hak atas kesehatan melebur
dalam konsep asuransi kesehatan. Pemenuhan hak atas kesehatan menerapkan
konsep asuransi kesehatan sosial kepada seluruh rakyat mengadopsi konsep asuransi
sosial. Hak atas kesehatan dalam konsep asuransi kesehatan sosial disusun sebagai
sub sistem dalam sistem jaminan sosial nasional. Presiden dan DPR RI dengan
persetujuan bersama telah melebur asuransi kesehatan sosial ke dalam sistem
jaminan sosial nasional.16 Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sistem
perlindungan sosial seharusnya berlandaskan peraturan perundang-perundangan yang
terarah dalam sistem perlindungan sosial tersebut. UUSistem Jaminan Sosial
Nasional telah merumuskan skema model social security yang terkoordinasi dan
terpadu.Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional memiliki ciri yang
menonjol setiap warga negara Indonesia wajib menjadi peserta dan pemberian
bantuan iuran bagi setiap orang yang miskin atau orang kurang mampu. Walaupun
orang miskin yang tidak sanggup bayar iuran tetap akan memperoleh social security
disebabkan pemerintah memberikan subsidi iuran bagi masyarakat miskin.17
15. Mardiansyah. Dinamika Politik Hukum Dalam Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Di Indonesia Kemeterian Kesehatan Republik
Indonesia, VeJ Volume 4 • Nomor 1 • hal 238
16. Ibid hal 241-242
17. Muh Kadarisman, Analisis tentang Pelaksanaan Sistem, Sistem Jaminan Sosial Kesehatan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
No. 07/PUU-III/2005, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, Vol. 22, No. 3, Juli 2015, hlm. 475.
Dalam UU SJSN terdapat konsep penarikan iuran wajib setiap bulan kepada semua
warga negara. Pasal 17 ayat (1) UU SJSN menyatakan, “Tiap peserta wajib
membayar iuran yang besarnya berdasarkan persentase upah atas suatu jumlah
nominal tertentu”. Penarikan tersebut merupakan bentuk pengalihan tanggung jawab
negara kepada rakyat perihal jaminan kesehatan nasional.18 Penarikan iuran wajib
tersebut merupakan konsep yang kurang tepat, karena penarikan iuran wajib telah
melepas peran dan tanggung jawab negara dalam bidang Kesehatan, dan penarikan
iuran wajib juga telah memaksa rakyat untuk menjadi peserta asuransi kesehatan.
Pada bagian lain, UU BPJS berperan layaknya perusahaan asuransi. .Pasal 19 ayat
(1) UU BPJS, “Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta
dari Pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS”. Pasal 19 ayat (2) menjelaskan,
“Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor iuran yang menjadi tanggung
jawabnya kepada BPJS”.Pasal 19 ayat (3) menyatakan, “Peserta yang bukan Pekerja
dan bukan penerima Bantuan Iuran wajib membayar dan menyetor Iuran yang
menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS”. Pasal 19 ayat (4) menyatakan,
“Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk penerima Bantuan Iuran kepada
BPJS”.Model social security yang dilaksanakan seluruh Indonesia berlandaskan asas
ekuitas dan social insurance(asuransi social). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
berhak memungut, mengelola dana, dan menjatuhkan sanksi kepada peserta yang
tidak membayar premi. Tidak hanya itu, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
berwenang mengelola danasocial security untuk tujuan menanamkan modal. Konsep
ini jelas memperlihatkan kuatnya pengaruh neo-liberalisme dalam pembentukan
hukum di Indonesia.19
Pemerintah mempuyai tanggung jawab untuk menunaikan hak atas kesehatan yang
bersifat mendasar. Negara sebagai pemangku kewajiban harus memberi penegasan.
Pertama, negara harus memenuhi kewajibannya dalam negeri dan luar negeri,
sedangkan individu dan kumpulan masyarakat merupakan pihak yang memegang
hak. Kedua, negara tidak mempunyai kewenangan, akan tetapi negara bertanggung
jawab untuk menunaikan hak rakyatnya baik bersifat pribadi maupun masyarakat
yang merupakan garansi hak asasi manusia internasional. Ketiga, bila suatu negara
tidak melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya, maka negara telah
melanggar human rightsatau international law. Jikaperbuatan yang melanggar
sebagaimana dimaksud tidak dijalankan oleh pemerintah suatu negara, maka beban
menanggung perbuatan akan diambil alih oleh dunia internasional.21
Bagaimanapun, hak atas kesehatan menjadi hak mendasar yang terdapat dalam
konstitusi Indonesia. Implementasi hak atas kesehatan merupakan legal rightsyang
harus mendapat perlindungan. Pemerintah mesti menunaikan hak atas kesehatan
rakyatnya secara nyata. Pengingkaran untuk merealisasikan hak atas kesehatan
rakyat merupakan perbuatan yang melanggar UUD NRI Tahun 1945. Sebab, hak atas
kesehatan sebagai hak bersifat dasar bagi seluruh rakyat yang termaktub dalam UUD
NRI Tahun 1945. Komitmen perlunya jaminan hak atas kesehatan merupakan dasar
pemikiran hukum kemartabatan manusia.22
21. Firdaus, Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Bagi Penyandang Skizofrenia di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Ilmiah Kebijakan
Hukum, Vol. 10, No. 1, Maret 2016, hlm. 94
22. Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM: Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hlm. 152.
BAB III
PENUTUP
Demi memenuhi hak fundamental masyarakat Indonesia yakni hak atas Kesehatan ,
pemerintah menciptakan sebuah konsep asuransi Kesehatan yang wajib diikuti oleh
seluruh warga negara Indonesia yakni berupa Jaminan Kesehatan Nasional yang
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan atau yang kita
kenal dengan BPJS Kesehatan. Konsep asuransi ini bertujuan untuk mengurangi risiko
masyarakat menanggung biaya kesehatanya senditi dalam jumlah yang sulit diprediksi
dan umumnya memerlukan biaya yang sangat besar. Pemenuhan hak atas kesehatan
dilaksanakan melalui program jaminan kesehatan nasional berlandaskan pada keadilan
sosial guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat. Guna
mewujudkan keadilan sosial, maka dalam pelaksanaannya jaminan kesehatan nasional
memberikan perlakuan yang berbeda bagi setiap individu guna mewujudkan kesetaraan
dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA