Anda di halaman 1dari 22

- Brili Agung -

Inisiator Syirkah Properti - CEO PT Aksara Investama Propertindo

Kita pasti sudah familiar sekali dengan sebuah frase


bernama revolusi industri 4.0. Inilah sebuah revolusi yang
mengubah banyak sekali budaya, terutama pola komunikasi
masyarakat dunia Saat ini, semua informasi terbuka dan bisa
diakses siapa saja dan kapan saja. Sejak ada sosial media,
trennya mengubah segalanya. Kita bisa tahu apa yang ada di
Venezuela. Kita bisa update apa yang sedang menimpa
Palestina. Dan kita bisa tahu informasi berharga atau aib yang
diumbar dan menimpa tokoh-tokoh Indonesia.

Terlepas dari plus minusnya, saya cenderung lebih fokus


mencari cara pemanfaatannya. Dan inilah yang sedang saya
coba kerjakan untuk lebih banyak lagi masyarakat Indonesia.
Sebuah frasa sakti bernama Sharing Economy.
Sudah menjadi rahasia bersama, salah satu faktor kenapa orang
kaya terus bertambah kaya adalah sistem pendukungnya. Faktor
yang ga kalah penting selain mindset kalau menurut saya. Para
orang kaya, memiliki sumberdaya yang cukup untuk terus
menggulung kapitalnya menjadi besar. Orang kaya memiliki
big money yang mereka putar dan ternakkan. Istilah kerennya
adalah compounding. Saya ambil contoh satu hal. Bisnis
properti.

Faktanya, saat ini korporasi besar di seluruh dunia masuk


ke bisnis ini. Walaupun mungkin bukan sebagai induk utama
bisnisnya, minimal sayap pengembangan bisnisnya sudah
menancapkan kukunya di sini.

Apa sebab?

Pertama, penduduk dunia seiring berjalannya waktu terus


bertambah. Sedangkan luas lahan di bumi ini tetap segitu-gitu
aja. Hal ini berarti permintaan akan terus naik, sedangkan
persediaan tidak bertambah. Laju pertambahan (demand) lebih
kencang dibandangkan ketersediaan (supply). Dari sisi
kacamata bisnis, ini hal yang sangat seksi. Sebuah jaminan
bahwa dimanapun harga properti tidak akan turun.
Kedua, bisnis properti adalah bisnis yang dari sisi profit sangat
menguntungkan. Udah harganya tinggi, profit presentase juga
tinggi. Kalau kuliner, rata rata profitnya 100% dari HPP. Misal
HPP 2500, maka harga jualnya 5000. Bisnis retail yang
melibatkan uang kecil. Beda dengan properti bisnis properti
juga kisarannya secara presentase sama dengan kuliner.
Profitnya 100% dari modal. Jadi jika modal kita 250 juta (tanah
dan bangunan) kita bisa pasarkan dengan harga 500 juta Sekali
untung 250 juta. Sama- sama 100%, tapi size nya sangat
berbeda.

Itulah kenapa bisnis didominasi oleh orang orang yang sudah


modalnya. Entry bariernya tinggi. Banyak orang yang takut
dulu sebelum masuk ke bisnis ini. Beda dengan kuliner,
modalnya sangat minim, sehingga semua level masyarakat bisa
masuk dan bermain di bisnis ini. Faktor kedua inilah salah satu
penyebab orang kaya kecenderungannya akan tambah kaya.
Mereka bermain di komoditas yang hanya bisa dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki modal besar.

Ketiga, bisnis properti adalah bisnis yang bangkainya saja


mahal. Saya punya seorang kawan yang hijrah dari bisnis
tambak ikan menjadi bisnis properti. Bukan karena tambaknya
tidak menguntungkan, namun karena tambak ikan resikonya
tinggi karena berhubungan dengan mahluk hidup. Di bisnis
tambak ikan, dia sudah memiliki puluhan kolam. Mencari
pembelinya pun tidak susah. Bahkan dia tidak perlu berjualan,
para pembeli dan pengepullah yang datang merapat kepadanya.
Namun, pada suatu hari ada dua orang tidak dikenal menaiki
sepeda motor dan melempar sesuatu ke dalam kolamnya. Yang
ternyata itu racun yang sangat mematikan. Jadi dalam waktu
singkat, bisa ditebak. Ikan-ikannya mati dan sudah tidak laku
dijual Pada akhirnya teman saya menderita apa yang disebut
sebagai rugi. Menurutnya, bangkai ikan itu tidak ada harganya.
Beda halnya dengan properti, selama surat-surat aman,
bisnis juga aman. Hanya ada dua istilah di bisnis ini. Tinggal
pilih mau untung berapa atau untung kapan. Kalau mau untung
besar dengan harga tinggi, biarkan saja propertimu. Maka waktu
yang yang membuat harga properti terus naik. Kalaupun
misalnya (amit-amit) pembangunannya berhenti dan
mangkrak, jadi bangkai harganya juga tidak lantas turun. Yang
ada, justru harganya naik seiring berjalannya waktu. Sangat
berbeda dengan bisnis mahluk hidup. Bangkainya tidak laku.

Dibanding bisnis lain, bisnis properti juga memiliki satu


keunggulan yang tak dapat dielakkan. Mari kita ambil contoh
bisnis kuliner. Misalnya kuliner. Semua bisnis pasti memiliki
peluang untung dan peluang rugi. Jika kita berbisnis kuliner, di
sana ada peluang rugi, tidak laku, dan sepi. Apa yang kemudian
terjadi? Jika tidak ada pengunjung, sudah banyak kita lihat
restoran atau café yang gulung tikar. Jika itu yang terjadi, aset
yang ada sudah merosot drastis nilainya. Terdepresiasi cukup
tajam. Oke, coba kita bayangkan kamu sewa tempat, beli
peralatan masak, bayar pegawai, renovasi ruangan, dll. Ketika
restoranmu tutup, dijual lagi pun aset yang ada, ga akan
seberapa nilainya. Berapa sih harga kompor, meja, kursi, dan
panci 2nd? Belum kita ngomong pengeluaran gaji pegawai.
Wah, sekali rugi minusnya banyak.

Dibandingkan dengan properti, walaupun misalnya belum


laku aset yang kita miliki tetap bernilai. Di luar sana, properti
second harganya lebih tinggi daripada properti baru. Apalagi
properti produktif. Properti yang menghasilkan. Untungnya
dobel. Yuk, mari kita bahas.
Properti Produktif
Apa itu properti produktif? Memangnya ada properti yang tidak
produktif?

Oke, bayangkan kamu membeli sebuah rumah selain rumah


yang kamu tinggali. Pastinya, rumah itu jarang ditinggali donk,
udah jarang ditinggali, rumah itu akan memberi beban baru
buatmu. Beban apa itu? Beban perawatan dan maintenance.

Bisa jadi bocor, ada kayu yang lapuk, halaman yang rutin
dirapikan, listrik yang harus dibayar tiap bulan. Maka rumah itu
berarti aset yang membawa beban baru dalam hidupmu. seperti
inilah yang disebut properti non produktif.

Investasi seperti ini jelas bukan investasi untuk smart


people (ketauan subscribernya om Deddy nih). Terus investasi
produktif itu yang seperti apa donk?

Jadi, dalam investasi properti ada dua keuntungan yang bisa kita
ambil.
Pertama, adalah capital gain. Makanan apa itu? Capital gain
adalah keuntungan yang didapat investor dari selisih harga jual
diukur harga beli aset. Jadi misalnya kita beli satu properti
dengan har 500 juta, lalu kita jual 1 M, maka capital gain yang
kita dapatkan adalah senilai 500 juta. Dan capital gain dalam
properti itu akan selalu naik seiring bertambahnya waktu. Dan
bisa jadi lonjakannya sampai ke angka yang fantastis. Bisa
sampai ratusan persen. Sebab yang paling banyak adalah
dibangunnya fasilitas publik yang besar di sana. Dibangun
kampus, dibangun perumahan besar, dibangun jalan tol,
dibangun supermarket, otomatis akan meningkatkan harga
properti yang kita miliki. Properti non produktif, hanya
mengandalkan Capital gain untuk bisa mendapatkan
keuntungan.

Kedua, adalah Cashflow Gain. Cashflow atau arus kas adalah


pendapatan rutin yang bisa kita dapatkan dari aset yang kita
miliki (tentu saja dalam hal ini adalah properti). Darimana kita
bisa mendapatkan cashflow gain untuk properti yang kita
miliki?

1. Dikontrakan
2. Dibuat Kos Kosan

3. Dijadikan Homestay (Kerja sama dengan Air BnB, Reddors,


Airy Rooms, dll)

Jadi selain capital gain ketika kita jual properti kita, kita
mendapatkan cashflow dari hasil sewa properti kita. Inilah
yang disebut sebagai properti produktif. Selain property kita
dapat “mengurus" dirinya sendiri, properti ini juga bisa
menghasilkan uang yang lumayan rutin.

See? Jadi kalau kita bisa dapat keduanya, kenapa harus memilih
salah satunya? Kalau kita bisa mendapatkan cashflow gain
(selain dari capital gain yang pasti), kenapa tidak kita buat
properti kita menjadi lebih produktif.
Smart Properti Produktif
Bukan saja people saja yang smart, properti produktif juga ada
yang smart. Menjadikan properti properti kita menjadi
produktit, itu banyak pilihannya. Mana yang paling
menguntungkan? Mari kita bedah satu per satu. Contoh
hitungan yang saya tampilkan adalah hitungan real untuk
properti di daerah Purwokerto.

Contoh Kasus 1

Properti ini ada di satu komplek cluster dekat RSUD Margono


Soekarjo. Singkatnya, ada di kota Purwokerto. Luas Tanah
sekitar 100 m2 dan bangunan sekitar 80 m2. Dijual Rp
600.000.000. Di sekitar rumah ini, memang banyak banyak
rumah yang disewakan anunan. Harga pasaran untuk sewa
tahunannya adalah Rp 20.000.000 / tahun. Dengan target
market mahasiswa Kedokteran Unsoed. Kenaikan harga
properti rata-rata adalah 10% - 15% per tahun :
INVESTASI : 600.000.000

HARGA SEWA / TAHUN : 20.000.000

MAINTENANCE / TAHUN : 5.000.000

NETT PROFIT : 15.000.000

CASHFLOW RATIO : 15.000.000 / 600.000.000

100% = 2,5% PER TAHUN

CAPITAL GAIN : 10% - 15% PER TAHUN.

Contoh Kasus 2

Properti ini juga berada di area yang tidak terlalu jauh dari
properti kasus sebelumnya Hanya saja, properti ini memang
sebagai rumah kos kosan. luas bangunan 400 m2. Total kamar
kos ada 13 kamar dan selalu penuh. Dijual dengan harga 3.500.
000.000. Dan untuk kos-kosan disewakan dengan harga Rp
500.000 / bulan.
INVESTASI : 3.500.000.000

HARGA SEWA / TAHUN : 13 kamar X 500.000 X 12 bulan =

: 78.000.000

MAINTENANCE / TAHUN : 13 kamar x 1.000.000 = 13.000.000

NETT PROFIT : Rp 65.000.000 per tahun

CASHFLOW RATIO PER TAHUN : 65 juta / 3,5 M x 100% = 1,86%

CAPITAL GAIN : 10% - 15% PER TAHUN.


INVESTASI PROPERTI = MODAL BESAR ?

Yap betul sekali. Itu adalah paradigma yang sudah sejak lama
sekali melekat pada image bisnis properti. BUTUH MODAL
BESAR!

Tapi itu dulu, dengan revolusi industri 4.0 yang memungkinkan


akses informasi terbuka begitu bebas, dan mulai teredukasinya
masyarakat dengan sistem sharing economy crowdfounding,

Hal yang besar sekalipun bisa menjadi hal yang terjangkau.


Dengan cara gotong royong. Dengan cara patungan, Modal
bareng, kerja bareng, untung bareng.

Di tulisan ini saya ga mau berteori. Apa yang saya tulis adalah
apa sudah saya kerjakan dan sudah saya buktikan.

Melihat potensi ekonomi dengan skema crowdfunding bagi


saya adalah sebuah peluang emas. Apalagi dalam islam praktik
crowdfunding yang disebut sebagai syirkah. Dalam bahasa
Indonesia kita mengenal sebai patungan atau iuran. Bisnis
property yang memerlukan modal besar, jika ditanggung rame-
rame pasti jadi terjangkau. Saya menggagas dan menginisiasi
syirkah properti pertama langsung dengan konsep properti
produktif. Tentu melibatkan tim yang sudah kompeten dan ahli
di bidang Manajer proyek saya yang sudah berpengalaman
puluhan tahun di teknik sipil membangun banyak properti.
Begitu pula dengan tim sales dan marketing saya. Sudah
memiliki pengalaman yang sangat melengkapi saya.

Kami merencanakan untuk membuat properti dengan konsep


backpacker homestay. Yang bisa disewakan harian dan bulanan
Dan ada satu hal fundamental yang membuat properti ini
berbeda. Saat di luar sana orang jualan kos atau homestay pasti
dengan jumlah investasi yang fantastis. Di angka rata-rata 2
Milyar sampai puluhan Milyar. Kami akan menyediakan sebuah
solusi kepemilikan properti produktif dengan nilai investasi
terjangkau. Mulai dari 2,5 juta. Dengan proyeksi keuntungan
gain antara 15%-25% dalam setahun. Jauh lebih besar dari 2
contoh kasus sebelumnya yang memakai modal
600 juta dan 3,5 Milyar.
Ngapain Syirkah? Pinjaman Bank Bunganya
lebih kecil
Pernyataan di atas, betul sekali! 100% betul! Berapa si
pinjaman bank? Kurang lebih 12% per tahun. Sedangkan
syirkah, 50% dari keuntungan bersih harus kita bagi untuk
investor. Jauh donk pastinya. Namun ada beberapa fakta yang
tak terbantahkan, dan itu membuat saya yakin kalau sistem
syirkah ini lebih baik dibandingkan pinjaman Bank.

Pertama, metode syirkah adalah metode syar'i yang insyaallah


ada ridho Allah di sini. Akadnya adalah mudharabah. Berbeda
dengan pinjaman Bank yang pasti ada unsur riba. Saya pribadi,
percaya bahwa segala sesuatu yang sesuai dengan tuntunanNya,
pasti memiliki kelebihan. Pasti dimudahkan jalannya. Saya
membuktikannya di Aksara Homestay. Dari 1
Oktober kami mula pembangunan, sampai saat ini (April)
sudah ada 8 unit yang out. Selalu ada jalan dan bantuan tak
terduga dari arah yang tidak diduga-duga.
Kedua, masalah mental dan mindset. Ketika kita meminjam
modal dari Bank, mindset kita adalah bagaimana caranya biar
bisa segera menutup hutang ke Bank agar tidak terkena penalty.
Prioritas utama kita dalam bisnis berubah. Menjadi agar bisa
nutup hutang. Dengan metode syirkah, secara mental yang
diprioritaskan adalah bagaimana cara kita mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya untuk investor dan kita sendiri.
Prioritasnya menjadi profit taking. Beda sekali dengan yang
pertama. Menurut kamu mana yang lebih positif untuk bisnis?
Mental untuk menutup hutang atau mental untuk fokus
mendapatkan profit bisnis?

Ketiga, semakin banyak orang terlibat itu artinya semakin


banyak energi yang terlibat. Saat kita meminjam modal dari
Bank, jika projectnya untung maka yang untung hanya dua
pihak. Kita dan bank, yang mendoakan agar proyek kita sukses
juga paling hanya kita dan bank. Berbeda halnya dengan
Syirkah. Di project Aksara homestay ini ada 61 Sohibul Maal.
Yang artinya ada 61 orang yang mendoakan akan kesuksesan
project ini. Energinya menjadi berlipat ganda.

Oke, saya ambil kesimpulannya;


1. Investasi properti tidak harus dengan modal besar, modal
kecil pun bisa kita investasi disektor riil yang aman (properti).
2. Investasi properti haruslah yang smart dan produktif. Jangan
sampai kita investasi, namun yang terjadi adalah kita keluar
biaya untuk maintenance aset kita. Kalau kita sendiri bisa
membiayai pengeluarannya, bahkan menghasilkan keuntungan
buat kita, kenapa tidak? Pilihlah investasi properti di sektor
produktif. Selain capital gain. kamu juga bisa dapatkan
cashflow.

3. Kalau bisa mendapatkan cashflow yang lebih besar dari


investasi di properti produktif, kenapa harus berinvestasi yang
cashflow nya kecil?

So, your investment, your choice! Happy Investing Smart.


Profile Penulis

FORMAL EDUCATION
2013 – 2016 : Magister Management (S-2) for Human Resources, Universitas Mercubuana

2007 – 2011 : Diploma IV (S-1 equal) Hotel Administration at The Bali Tourism Institute
(Sekolah Tinggi Pariwisata Bali) Certified by TED_Qual UNWTO.

HR Experience
2011 – 2013 : HR and Learning Manager The Ritz Carlton Jakarta Mega Kuningan

2014 : HR Consultant Larissa Aesthetic Centre

2015 : HR Director Infinity SmartCourse

2016 : HR Consultant PT Media Bernas Jogja

2017 : HR Director Outstanding Smartcourse


ORGANIZATION EXPERIENCE

Ketua Bidang UKM dan Start Up Himpunan Pengusaha Muda Jakarta Selatan.

EXPERIENCE

Premysis Consulting as Trainer and Consultant, Inpro Training as Training Director, Associate
Danamon Corporate University Trainer Present, CEO of Inspirator Academy (PT Inspirator
Juara Indonesia, CEO Valua Training and Consulting (PT Valua Lidi Impressario), Komisaris
PT Wahana Manuskrip Semesta, Ketua Umum Yayasan Penaa Peradaban Semesta, Direktur
Business Development PT Optima Semesta Cendekia, Direktur PT Panca Mandiri Langit –
Aksara Homestay.

WRITING MENTOR

1. Bikin Buku Club, 491 Alumni yang sudah menerbitkan buku.

2. Mentoring Menulis Online, 895 Alumni dari 5 Benua yang sudah menerbitkan buku.

3. Kelas Cerpen, 98 Alumni yang sudah menerbitkan antologi.

4. Kelas Artikel, 103 Alumni yang sudah menerbitkan antologi


TRAINING EXPERTISE and CLIENTS

1. UMKM Naik Kelas

Client : 500 UMKM

Binaan Pemprov Bangka Belitung, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pemprov
Bangka Belitung, PLN, PT PP, Pelindo IV, RSPP, ITB, IPB, UI, UGM, Unesa, Bank Danamon,
The Ritz Carlton Hotel, Rumah Sakit AW Syahranie Samarinda, PT KSB Indonesia, Badan
Pertanahan RI, Human Capital (Human Resources) and Leadership Client : Bank Danamon,
PT Indonesia Asahan Aluminium, Danone Aqua, PT Bursa Efek Indonesia, Asuransi Bintang,
PT Sepatu Mas Sejahtera, PT Cipta Saksama Indonesia, CS Finance

2. Communication, Presentation Skill, and Train The Trainer

Bank Danamon,Vuteq Indonesia, Itochu, Indolakto, Asuransi ASEI, Satrindo Mitra Utama.

3. Creative Problem Solving and Decision Making

Bank Danamon, Kementrian Kesehatan RI, Panin Life, Panin Bank, Honda Prospect Motor,
Universitas Indonesia.

4. Motivation

Bank Danamon, Badan Pemeriksa Obat dan Makanan, Asuransi Ekspor Impor Indonesia,
Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Akademi Meteorologi dan Geofisika, Sekolah
Tinggi Perpajakan Nasional, Festival Sukses Mulia, PPD ToliToli, Ternate Islamic Book
Community, Komunitas Sukses Mulia Jakarta, SIT Al Lauzah, Yayasan Islam Al Azhar, UIN
Sunan Ampel, Universitas Negeri Surabaya, etc.
BOOKS PUBLICATION :

1. Jangan Bodoh Mencari Jodoh - Published by Elexmedia Komputindo

2. Reborn : JBMJ - Published by Elexmedia Komputindo

3. Mencintai Tak Bisa Menunggu - Published by Elexmedia Komputindo

4. Seni Memantaskan Diri - Published by Elexmedia Komputindo

5. Dolphin Dreams – Published by Diva Press – Fiction

6. ME – Published by Qultummedia

7. PETAKA – Sebuah novel – Published by By Pass

8. Ini Gue Banget – Published by Elex Media Komputindo

9. Kitab Penyihir Aksara – Published by Inspirator Academy

10. Jodoh Untuk Langit - Published by Inspirator Academy

11. Subuh Dari Langit - Published by Inspirator Academy

More Info : www.BriliAgung.com

Twitter : @BriliAgung

Instagram : @BriliAgung

FB Fanpage : www.facebook.com/BriliAgung

LinkedIn : BriliAgung

Anda mungkin juga menyukai