# 4 - Show Me Produk
Kecuali Anda punya lebih dari 200 produk total dalam kategori-sub, itu hanya hak untuk
menawarkan pengguna pilihan untuk melihat setiap produk pada satu halaman. Broadband telah
memberikan argumen waktu buka hampir tidak relevan dan saya pribadi (bersama dengan
Misteri Guest) tidak bisa berdiri situs kurang fitur.
2 . Pada prinsipnya, profesional yang mengambil atau terkena program pensiun maupun
pensiun dini, idealnya dipersiapkan terlebih dahulu. Tetapi kenyataan yang ada, umumnya
kebanyakan belum sempat membekali diri / mempersiapkan diri untuk berpindah dari kuadran
karyawan ke kuadran entrepreneur. Kebanyakan terkaget-kaget dn stress jika masuk ke dunia
wirausaha.
Untuk itu, berhubung saya telah mendapatkan banyak ilmu dari para coach saya, untuk itu saya
merasa perlu membagikan tips strategi usaha dan investasi yang cocok untuk para pensiunan.
Karekteristik Usaha
sektor usaha yang resikonya terukur dan secara alamiah tahan terhadap siklus trend naik
turun (artinya bukan komoditas yang harga di pasar bisa diombang ambingkan oleh
bandar, contoh: bukan saham, komoditas CPO, termasuk emas yang dalam trend jangka
pendek bisa naik turun, etc).
bukan bisnis spekulatif
mudah dioperasikan
value meningkat bahkan dalam keadaan didiamkan sekalipun
mengandung leverage/daya ungkit
Kenapa karakter usaha di atas perlu kita define di depan? Karena banyak sekali cerita-cerita
pengalaman para pensiunan yang kecebur bisnis yang salah. Seperti cerita mantan pimpinan
sebuah perusahaan Multi National Company yang pensiun kemudian terjun ke bisnis taxi.
Seluruh pesangon di guyurkan, tetapi bisnis gagal karena bisnis tsb adalah bukan bisnis yang
mudah dioperasikan. Perlu jam terbang dan skill yang spesifik. Sehingga beliau yang seharusnya
menikmati “uang bekerja untuk kita”, jadi terpaksa mencari kerja lagi sbg karyawan.
Juga cerita-cerita Pensiunan yang kehilangan hartanya setelah mengguyurkan pesangonnya pada
bisnis yang spekulasi seperti bursa saham, bursa komoditas dan lain-lain.
Tentu ada yang comment, emangnya ada bisnis yang gampang? Jawabannya: Ada!
Pada artikel ini saya akan lempar satu ide strategi untuk Pensiunan.
Menurut saya, masa pensiun adalah masa yang memerlukan aktifitas yang mengarah pada
kegiatan spiritual. Jadi bisnis yang “mulia” bisa menjadi faktor pendorong yang memotivasi.
Salah satu ide yang sesuai dengan paparan kriteria di atas adalah Bisnis Properti. Bisnis properti
yang cocok untuk Pensiunan salah satunya adalah Bisnis / Kerjasama Bisnis Pengembang
Perumahan (Property Developer). Bisnis ini berisi banyak sekali cabang peluang pembukaan
lapangan kerja, mulai dari jasa tukang, mandor, arsitek, tukang listrik, dst dst, bahkan setelah
perumahan jadi akan muncul usaha-usaha disekitarnya mulai dari warteg, rumah makan, fitness
center, klinik, apotik, dst dst. Jadi setuju khan, jika kita sebut bisnis ini adalah bisnis yang mulia.
Demand Pasar
Juga, secara demand trend, menurut Riset Markplus, Urban Movement di Indonesia akan makin
kuat. Bayangkan, pada akhir tahun 2010, 50% penduduk Indonesia adalah kaum Urban yang
tinggal di perkotaan, bahkan tahun 2025 makin menguat menjadi +/- 68% penduduk Indonesia
yang tinggal di perkotaan. Jelas khan, jika akan makin banyak saja kota satelit di kota-kota besar
di Indonesia.
Tapi… emangnya menjadi Pengembang Properti itu gampang coy? Tenang… tenang, nanti akan
saya jelaskan strateginya.
Mengingat:
Pensiunan memiliki dana pensiun / pesangon yang bisa di manfaatkan untuk Investasi
yang aman
Pensiunan umumnya tidak memiliki skill strategi pemilihan lokasi perumahan
Sehingga menurut saya, sebaiknya Pensiunan bekerja sama dengan Pengembang Property.
Nah, dari ketiga pemain di atas, posisi manakah yang paling aman? Posisi mana yang paling
tidak beresiko? Jawabnya adalah posisi nomor 2. Yaitu Pemilik Lahan. Kenapa? Karena selama
Lahan di develop, maka Lahan TETAP atas nama si Pemilik Lahan. Lahan hanya berpindah
pemilik hanya jika sudah ada akad dengan pembeli rumah (buyer). Selama belum ada penjualan
rumah, maka Lahan TETAP atas nama pemilik lahan.
Setiap ada rumah yang terjual, maka akan ada pemindahan kepemilikan dari pemilik Lahan ke
Pembeli rumah, setelah sertifikat di split.
Sedangkan peran Developer dan Investor yang bisa saja dijalankan oleh satu badan usaha adalah
dalam posisi yang paling beresiko. Kenapa? Karena Developer dan Investor tsb membangun
Lahan dan Rumah di atas tanah milik pihak lain!
Bandingkan pada sisi pemilik Lahan, dalam kondisi apapun, lahan masih milik pemilik lahan dan
tiap tahun harga tanah naik terusss…
Saran saya, mulailah menindaklanjuti Lahan yang hot deal, yang harganya bagus dengan prospek
yang bagus untuk anda akuisisi. Jika Lahan terlalu luas, ajaklah teman-teman anda bersama-sama
mengakuisisi Lahan dan split lah ke atas nama anda masing-masing. Jadi, anda masing-masing
mengantongi Sertifikat Lahannya sendiri-sendiri. Juga secara bersama-sama telah mengakuisisi
Lahan yang relatif luas dan prospektif.
Contoh:
Lahan 1 Hektar (=10.000 meter persegi), dengan harga lahan rp. 500rb/m2,maka harga lahan
keseluruhan = 10.000 * 500 rb = rp. 5 M. Jika per orang hanya bisa invest 250 juta, maka bisa
mengumpulkan sebanyak 20 orang.
Setelah masing2 telah memegang sertifikat lahan seluas 500 m2, secara bersama bisa memulai
bekerja sama dengan Property Developer.
Sebagai gambaran, jika Lahan 1 Hektar, perkiraan Laba adalah sebesar rp. 2 M. Jika para
pensiunan sbg pemilik Lahan menerima Share Laba sebesar 30%, maka Laba yang diterima
adalah sebesar rp. 0.6 M secara bersama sama.
1. Menerima pencairan penjualan tanah, jika di jual setahun kemudian, asumsi harga tanah
naik 20%, maka masing-masing Pensiunan akan menerima: 1.2* 500rb* 500 meter= rp.
300 juta
2. Menerima Laba Pengembangan properti= rp. 0.6M/20 = rp. 30juta (penambahan
penerimaan laba senilai 12% dari nilai tanah)
Case diatas hanyalah contoh, dalam contoh ini modal rp.250 juta -> menerima rp.330 juta, RoI
32% dalam satu tahun. Cukup duduk manis dan biarkan uang yang bekerja untuk anda!
Dalam dunia nyata, profit bisa saja lebih dari rp. 2 M per Hektar Lahan. Umumnya, proyek
dengan lahan 1 – 2 hektar bisa selesai mulai di develop s/d terjual habis hanya perlu waktu 1 –
1.5 tahun.
Setelah anda menerima penjualan tanah + laba pengembangan rumah, silakan anda ulangi proses
ini ke proyek proyek yang lain
Sementara saya rasa cukup, silakan comment jika ada yang perlu didiskusikan
Notes:
Artikel ini saya dedikasikan umumnya untuk semua pensiunan, khususnya untuk rekan-rekan
Indosat yang saat ini menjalani Program Pensiun Dini. Semoga sukses, kawan.
Ingin informasi lebih? Jangan khawatir, silakan berlangganan Gratis untuk mendapatkan
informasi terkini berbagai strategi membangun kemakmuran melalui Property. Juga info terkini
rekan-rekan yang telah berhasil menerapkannya.
3 . Abstrak
Pertumbuhan bisnis dibidang jasa perposan sangatlah dinamis dan penuh dengan kompetisi. Peran
teknologi dalam mendukung bisnis perposan terutama dalam bisnis jasa keuangan (financial services)
mempunyai peran yang sangat penting dan besar. Dari hasil kajian singkat tampak bahwa peran
teknologi dalam bisnis ini mempunyai peranan lebih dari 70% didalam keseluruhan bisnis pos. Jika
dilihat dari tingkat ketergantungan peran teknologi dalam bisnis jasa keuangan mempunyai tingkatan
100% bergantung pada teknologi.
Oleh karena itu dalam peningkatan kapasitas terpasang dari teknologi perlu analisis seberapa besar
pertumbuhan dan pendapatan dari bisnis jasa keuangan. Penulis mencoba untuk memahami hal
tersebut dengan membandingkan pendapatan jasa keuangan dengan biaya yang dikeluarkan dalam hal
kapasitas jaringan virtual yang digunakan untuk mendukung bisnis ini.
1.Pendahuluan
Dalam pengambilan kebijakan mengenai peningkatan jariangan infrastruktur virtual perlu adanya kajian
yang mendalam berkaitan dengan produk-produk yang terkait langsung dengan jaringan tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dibandingkan antara pertumbuhan produk jasa keuangan,
dimana produk tersebut yang paling besar dalam penggunaan jaringan virtual, dengan biaya jaringan
virtual eksisting saat ini.
Produk Jasa Keuangan menggunakan seluruh transaksi nya berbasiskan teknologi dengan demikian
dapat dikatakan bahwa produk jasa keuangan mempunyai ketergantungan 100% pada jaringan virtual.
Maka dapat diasumsikan produk jasa keuangan menggunakan 70% dari jaringan virtual yang ada di PT
Pos Indonesia.
Analisis ini diharapkan dapat sebagai dasar dalam menentukan kebijakan dalam penambahan atau
peningkatan infrastruktur jaringan, serta sebagai acuan lokasi-lokasi mana yang perlu ditingkatkan. Oleh
karena itu dalam analisis ini juga dilakukan kajian pertumbuhan dari produk Jasa Keuangan.
2.1.Data
Ada beberapa data yang dipergunakan dalam melaksanakan analisis ini, dimana untuk analisis yang
bersifat keuangan diperoleh dari data Buku Besar UPT (BBUPT) tahun 2008 dan 2009 dari 207 kprk dan
11 Divre. Data dari BBUPT ini digunakan untuk menganalisis pertumbuhan pendapatan jasa keuangan.
Produk Jasa Keuangan dikategorikan dalam 2 jenis yaitu Remittance (weselpos) dan Sentral Online
Payment Point (SOPP)
Untuk data jaringan infrastruktur berdasarkan jenis jaringan (network) yang ada dimasing-masing UPT.
Oleh karena itu dari jenis jaringan yang ada di Kantor pos untuk biayanya dikategorikan menjadi 4
macam yaitu:
a.MPLS
b.VMS Lintas Artha
c.VSAT IP Telkom
d.GPRS
Selanjutnya data transaksi Sentral Online Point Payment (SOPP) diperoleh dari web reporting layanan
SOPP tahun 2008 dan 2009.
2.2.Asumsi
Khusus untuk data jaringan didasarkan pada posisi akhir tahun 2009, yang artinya tidak terlihat adanya
suatu pergantian jenis jaringan selama kurun waktu 2 tahun. Hal ini berkorelasi juga pada biaya jaringan
dimana untuk tahun 2008 maupun 2009 didasarkan pada posisi biaya jaringan pada akhir tahun 2009.
4.2.Rekomendasi untuk produk jasa keuanganBerdasarkan hasil analisis pendapatan tahun 2008 dan
2009, maka ada beberapa kantor pos yang mencapai peningkatan lebih dari 100%.
a.Divre 1 : Gunungsitoli, Kisaran, Rantauprapat, Sibolga, Tarutung,Tebingtinggideli, Kutacane, Langsa,
Meulaboh, Tapaktuan.
b.Divre 2 : Padang, Sawahlunto, Solok, Batam, Tanjungpinang.
c.Divre 3 : Tanjungpandan, Sungaipenuh, Bengkulu, Curup, Metro, Muarabungo.
d.Divre 4 : Jakarta pusat, Tangerang, Cilegon, Rangkasbitung, Serang, Pandeglang.
e.Divre 5 : Garut, Purwakarta, Subang, Sukabumi, Sumedang, Tasikmalaya, Ujungberung.
f.Divre 6 : Banjarnegara, Kendal, Semarang
g.Divre 7 : Lamongan, Lumajang, Sumenep, Surabaya.
h.Divre 8 : Singaraja, Bima, Mataram, Selong, Sumbawabesar, Ende, Kupang, Maumere, Soe, Waingapu.
i.Divre 9 : Kotabarupulaulaut, Palangkaraya, Tarakan, Ketapang, Sangau
j.Divre 10 : Baubau, Luwuk, Palu, Mamuju
k.Divre 11 : Ambon, Ternate, Tual, Jayapura, Manokwari, Merauke, Nabire, Sorong.
4.3.Rekomendasi untuk peningkatan jaringan virtual
Berdasarkan hasil perbandingan antara pendapatan produk jasa keuangan dan biaya jaringan maka
terdapat beberapa kantor yang dirasakan perlu untuk ditingkatkan kapasitas jaringan virtualnya, yaitu:
a.Divre 1 : Gunungsitoli, Sibolga, Tarutung.
b.Divre 2 : Batam, Tanjungpinang
c.Divre 3 : Tanjungpandan, Suungai penuh
d.Divre 4 : Tangerang, Serang
e.Divre 5 : Purwakarta, Sukabumi
f.Divre 6 : Kendal, Semarang
g.Divre 7 : Lamongan, Surabaya
h.Divre 8 : Mataram, Selong, Sumbawabesar, Atambua, Soe
i.Divre 9 : Kotabarupulaulaut, Ketapang, Sanggau
j.Divre 10 : Baubau
k.Divre 11 : Ternate, Tual, Jayapura, Manokwari, Sorong.
5.Kesimpulan
a.Analisis ini sebagai alat ukur dalam melihat performance dari pertumbuhan bisnis jasa keuangan
dengan peran teknologi sebagai pendukungnya.
b.Secara umum peran teknologi memberikan dampak yang cukup signifikan, namun perlu kehati-hatian
dalam penerapannya. Hal ini dikarenakan peningkatan teknologi juga akan berimplikasi pada biaya.
Abstrak
Teknologi Informasi mempunyai 3 peran penting yaitu dalam pertumbuhan ekonomi, pembangunan
sosial dan kesejahteraan social suatu negara. Beberapa penelitian dinegara maju memperlihatkan suatu
korelasi positif, namun tidak demikian di negara berkembang. Hal yang sangat mendasar dikarenakan
biaya teknologi informasi dinegara berkembang masih sangat tinggi serta asesbilitas lebih difokuskan di
kota-kota besar.
Di Indonesia open content model kurang mendapat perhatian serius dikarenakan beberapa kendala
seperti akses internet yang masih terbilang mahal juga kurangnya peranan Pemerintah untuk
memberdayakan open content sebagai sarana untuk mengakses informasi.
Penulis mencoba memaparkan perkembangan open content model yang ada di beberapa negara
dengan membandingkan antara negara berkembang dan negara maju.
4.Kesimpulan
Selanjutnya apa yang menjadi hambatan dinegara2 berkembang adalah:
a.Perlu dibangun Public Private Partnership sehingga masing2 pihak merasa berkontribusi dan turut
mengembangkan open content.
b.Pemerintah perlu meyakinkan masyarakat bahwa open content adalah suatu sarana untuk
meningkatkan daya guna dan kapabilitas baik untuk individu maupun komunitas.
5.Referensi
a.Cendergren, Magnus, Open Content and Value Creation,
http://www.firstmonday.org/issues/issue8_8/cedergren/
b.Creative Commons License, http://creativecommons.org
c.Open Content License (OPL), http://opencontent.org
d.Santoso, Hertadi Iman, Open Content in Developing Countries, Jakarta 2008 nan oppen content dalam
pembangunan indonesia
c.Transportasi / Logistik
Telepon selular dapat juga dipergunakan untuk mengoptimalkan layanan transportasi atau
logistic. Beberapa manfaat yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
•Route planning- Rencana mengenai keberangkatan dan tujuan dapat diberitahukan via SMS
•Vehicle tracking- kombinasi SMS system dan GPS dapat digunakan untuk mengetahui lokasi
dari kendaraan
•Flight alerts- rencana perjalanan dengan pesawat dapat di update melalui SMS
•Parcel delivery- Status dari pengiriman paket dapat diketahui melalui SMS
d.Retail
Dalam bisnis retail penggunaan SMS pada telepon selular sangat bermanfaat dan murah sebagai
sarana komunikasi dengan pelanggannya. Bentuk komunikasi dapat berupa informasi penawaran
harga special, keberadaan dari toko, promosi atau newsletter. Pelanggan pun dapat memesan atau
mengecek keberadaan barang yang diinginkan melalui SMS.
PT. Pos Indonesia telah menggunakan layanan via SMS baru sebatas tracking untuk kiriman
surat dan paket. Sedangkan dalam rangka penggunaan untuk tujuan customer loyalty atau
sekedar notifikasi belum termanfaatkan secara maksimal, contohnya ucapan terimakasih atas
penggunaan layanan pos atau pemberitahuan mengenai keberadaan kiriman dll.
Masih begitu banyak fitur dari SMS yang belum begitu dimanfaatkan oleh PT Pos Indonesia.
Untuk periode mendatang maka perlu disikapi dan dipertimbangkan penggunaan telepon selular
baik untuk sekedar alat promosi maupun kesempatan bisnis masa depan. Lalu bentuk apa yang
dapat dipakai maka pada sub bab berikut akan dijelaskan lebih dalam bagaimana model bisnis
dan arsitektur IT nya.
5.Kesimpulan
Pada prinsipnya m-transaksi adalah salah satu delivery channel yang perlu dipertimbangkan
untuk dilaksanakan oleh PT. Pos Indonesia. Hal ini dikarenakan tidak perlu investasi cukup besar
dan potensi pasar yang cukup besar juga merupakan tantangan di masa depan.
Diposkan oleh Hertadi Iman Santoso di 18:40 0 komentar
Label: White Paper
Abstract
Pada awal 1960an Indonesia dan Korea memiliki kondisi negara yang relatif sama dan keduanya
pada awal 1970an mulai membangun perekonomian negara. Sektor ekspor menjadi tujuan utama
bagi kedua negara. Namun ada beberapa hal yang membedakan keduanya yaitu kebudayaan,
jumlah penduduk dan sumber alam yang dimiliki.
Kondisi perekonomian pada awal 1970an dapat dikatakan hampir sama, sebagai negara yang
dikategorikan dalam underdeveloped country dimana tingkat kemiskinan sangat tinggi dan
ketergantungan pada pinjaman negara maju.
Dengan kondisi perekonomian kedua negara yang hampir sama, namun mengapa Korea dapat
mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dalam periode waktu yang relatif lebih singkat. Dalam
paper ini penulis mencoba melihat dari perspektif perdagangan ekspor, karena pertumbuhan
sektor ekspor berdampak langsung pada penciptaan tenaga kerja dan juga pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Apakah model perekonomian Korea dapat diperbandingkan dan diimplementasikan
di Indonesia?
Sampai dengan awal tahun 1960’an, Korea Selatan (selanjutnya disebut dengan Korea) adalah
salah satu negara yang dikategorikan sebagai negara underdeveloped dimana tingginya tingkat
kemiskinan dan tingkat ketergantungan pada bantuan luar negeri. Pemulihan setelah berakhirnya
perang Korea belum sepenuhnya pulih sehingga tingkat tabungan domestik sangatlah kecil.
Perekonomian negara bergantung pada sektor pertanian dengan nilai total ekspor US $ 41 juta
dan pendapatan per kapita $ 82 saat itu.
Yang menjadi momentum terlepasnya Korea dari lingkaran kemiskinan serta tingkat
pertumbuhan ekonomi yang sustainable adalah penerapan pembangunan ekonomi lima tahunan
yang dimulai dari pemerintahan Presiden Park Chung Hee. Perencanaan ekonomi dimulai
dengan strategi pembangunan yang komprehensif dan didukung oleh kebijakan ekonomi yang
senantiasa didasarkan pada pandangan keluar (outward looking)
Strategi perencanaan ekonomi 5 tahunan ini memberikan dampak pada pencapaian lebih dari 8%
pertumbuhan GNP mulai tahun 1970an. Struktur industri dikembangkan lebih modern sehingga
tabungan domestik meningkat dan pendapatan perkapita menjadi $ 2,000 pada tahun 1985.
Pada tahun 1965, Indonesia mengalami inflasi ekonomi hampir mencapai 1000% dan diikuti
dengan perubahan regim dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto. Pemerintahan baru
dengan cepat merubah arah kebijakan ekonomi menjadi ekonomi liberal. Dimulai dengan
mengimplementasikan Pembangunan Lima Tahun atau dikenal dengan Pelita. Kebijakan ini
dapat menurunkan tingkat inflasi pada tingkat 15% dan pertumbuhan ekonomi 5%. Selama tahun
1970 an tingkat pertumbuhan 8% pertahun.
Pemerintahan Korea menghadapi banyak prioritas dalam kebijakannya seperti apakah pertanian
atau industri, export atau import, industry ringan atau industry berat, bergantung pada sumber
alam atau bergantung pada pihak luar dan seterusnya. Akhirnya strategi yang diambil adalah
kombinasi dari pembangunan pertanian dengan industry padat karya yang bertujuan pada pasar
luar negeri (ekspor komoditi). Untuk sementara bantuan modal dari luar negeri, teknologi dan
kemampuan manajerial.
Kombinasi ini berhasil dengan baik dimana sektor ekspor Korea menjadi sebuah mesin
pertumbuhan (engine growth). Sektor ekspor menciptakan lapangan pekerjaan dan berdampak
pada peningkatan pendapatan (income). Dengan menekankan pada industry yang effisien
menjadikan Korea menang di persaingan industri international.
Selama tahun 1960 an, pemerintah mempromosikan ekspor yang berlandaskan pada manufaktur
barang pada industri padat karya, dimana ini memberikan keuntungan komparatif atas kelebihan
tenaga kerja. Dan ini berjalan sukses, namun pada tahun 1973 mulai dirasakan bahwa
peningkatan upah memberikan kesulitan pada industri padat karya untuk bersaing di pasar luar
negeri. Sebagai jalan keluar pemerintah merestrukturisasi komposisi ekspor komoditi menjadi
ekspor yang bersifat memberikan nilai tambah (value added), sebagai contohnya adalah industri
berat dan industri kimia.
Pada tahun 1980 an, strategi ekspor Korea sekali lagi berubah disebabkan terdapat kelebihan
kapasitas yang dihasilkan dari industri berat dan industry kimia, oleh karena itu inovasi teknologi
pada industry ringan menjadi alternatif berikutnya.
Lebih dari 3 dekade instrumen kebijakan ekspor Korea senantiasa berubah secara dramatis. Pada
awal tahun 1960 an instrumen insentif digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong ekspor.
Hasil devisa ekspor yang masuk digunakan sebagai pinjaman ekspor dengan nilai dibawah
tingkat bunga pasar.
Beberapa tipe insentif diberikan kepada eksportir seperti pengurangan bea, fasilitas listrik, jasa
transportasi kereta api dan kendaraan darat, pengurangan pajak penghasilan dan subsidi kredit
ekspor. Pemerintah Korea juga intervensi dalam kebijakan pengurangan resiko dalam kaitan
dengan ketidakpastian ekspor, jaminan diberikan berupa pembayaran kembali atas pinjaman luar
negeri.
Dari tahun 1980 sampai dengan 90 an, GDP Indonesia meningkat sekitar 6.5% pertahun.
Pertumbuhan ini memberikan dampak kepada pengurangan persentase tingkat kemiskinan dari
42.3 juta orang atau setara dengan 28.56% dari total populasi penduduk pada tahun 1980 menjadi
27.2 juta orang atau setara dengan 15.08% dari total populasi penduduk pada tahun 1990 dan
turun kembali menjadi 22.6 juta orang atau setara 11.2% dari total populasi pada tahun 1996.
Sektor ekspor bagi Indonesia memegang peranan penting dalam proses pembangunan. Selama
tahun 1980an lebih kurang 25% produksi dalam negeri adalah komoditi ekspor. Sedangkan pada
saat itu 70% ekspor adalah merupakan produk minyak mentah dan gas.
Pendapatan ekspor memberikan kontribusi kepada Indonesia berupa kemampuan menjadi
jaminan untuk meminjam dana dari negara-negara maju. Rata-rata $ 3 juta per tahun pinjaman
Indonesia kepada negara-negara maju, dan umumnya digunakan untuk proyek-proyek
pembangunan pemerintah.
Pertumbuhan ekspor non migas membantu Indonesia dalam mempertahankan neraca
perdagangan yang positif, meskipun pada tahun 1980an terjadi penurunan harga minyak mentah.
Namun demikian nilai impor Indonesia yang terus meningkat sejalan dengan kebutuhan dalam
negeri serta peningkatan bunga pinjaman atas hutang luar negeri memberikan dampak pada
memburuknya neraca perdangan berupa peningkatan nilai deficit neraca perdagangan. Angka
defisit meningkat drastis dari $ 1,1 juta pada tahun 1989 menjadi $ 2,4 juta pada 1990 dan
diprediksikan pada tahun 1991 menjadi $ 6 juta.
Dari penjelasan diatas, pada bagian ini penulis menganalisis Pembangunan Ekonomi antara
Korea dan Indonesia
Industri besar :
1.Elektronik, Mobil, Kimia, Kapal laut, Baja, Tekstil, Pakaian, Sepatu.
2.Expor : $ 288.2 milyar (2005)
3.Import : $ 256 milyar (2005)
4.Pertumbuhan GDP : 5.1% (2005)
5.GDP Per sector : Pertanian (3.3%), industri (40.3%), jasa (56.3%) (2005)
Industri besar :
1.Minyak mentah, Gas, Tekstil, Sepatu, Pertambangan, Semen, Kimia, Plywood, Karet.
2.Export : $ 63.89 milyar (2005)
3.Impor: $ 40.22 milyar (2005)
4.Pertumbuhan GDP : 5.6% (2005)
5.GDP per sector : Pertanian (16.6%), industri (43.6), jasa (39.9%) (2004)
4.Kesimpulan
Pemerintahan memegang peranan yang sangat tinggi dalam pembangunan ekonomi suatu negara.
Dalam kasus Korea dan Indonesia, kedua negara mempunyai kekuatan sangat besar dalam
memimpin perekonomian. Pemerintahan Korea dibawah Presiden Park menetapkan perlunya
aktivitas ekonomi dalam mempromosikan dan memobilisasi sumber daya yang dimiliki. Dalam
hal untuk mempromosikan peran industry, pemerintah memberikan insentif dan subsidi kepada
para eksportir. Intervensi langsung dalam berbagai macam instrument pasar. Tampak bahwa ada
semangat nationalisme pada setiap kebijakan ekonomi pemerintah. Model pembangunan Korea
merupakan karakteristik sebuah pembangunan negara kapitalis.
Pemerintahan dibawah Presiden Soeharto juga menetapkan sektor ekspor sebagai model
ekonomi yang utama dalam memecahkan persoalan stagnannya perekonomian saat itu di
Indonesia. Bila Indonesia ingin meniru model perekonomian Korea maka kita harus melakukan
beberapa penyesuaian yang disesuaikan dengan kebudayaan dan sumber daya yang ada di
Indonesia.
Secara umum tidaklah mudah untuk mengadop strategi pembangunan suatu negara, terlalu
banyak perbedaan antara dua negara. Namun ada beberapa pelajaran yang harus diambil
terutama bagaimana mereka menyikapi suatu kondisi terbatasnya sumber alam dan cara pandang
mereka terhadap kondisi perekonomian global.
Referensi
Perkembangan kemajuan teknologi informasi saat ini menjadikan suatu perusahaan harus
mengadopsi dirinya agar tidak ketinggalan di dalam percaturan bisnis. Saat ini kemajuan bidang
IT telah merambah sampai kepada tingkat produksi manufaktur.
Dalam sebuah industri manufaktur kita mengenal yang disebut dengan supply chain dimana
salah satu peran supply chain adalah meningkatkan effisiensi dalam hal pengadaan barang.
Dengan penerapan supply chain diharapkan suatu perusahaan tidak harus mempunyai stok
barang yang besar namun yang terpenting adalah ketersediaan di saat barang atau stok tersebut
dibutuhkan.
E-business mempunyai peran untuk mempersiapkan system yang memadai dalam rangkaian
supply chain sehingga perananannya dapat disebut menjadi e-supply chain.
Kemajuan teknologi informasi memberikan peluang bagi dunia bisnis dengan penciptaan bisnis
yang bersifat elektronik. Kebutuhan akan IT di masyarakat dapat diakomodir dengan adanya
community access. Community Access Point adalah sebuah pusat ataupun titik dimana
masyarakat yang berada di suatu wilayah dapat melakukan komunikasi serta mengakses
informasi dan memanfaatkan sarana telekomunikasi dan informasi yang berada di satu tempat.
Salah satu konten dan service yang di CAP adalah kegunaan nya bagi logistic. Yang dimaksud
disini adalah pemesanan dan penjualan barang dan jasa melalui CAP dan dapat dikembangkan
lebih dalam kearah penyaluran dan pengelolaan pergudangan bagi barang serta pengangkutan
hasil produksi daerah,
Keberadaan CAP merupakan trigger atau pemicu kearah terbentuknya e-business dalam suatu
entitas perusahaan, pengembangan e-business diharapkan dapat memberikan value added dari
entitas bisnis suatu perusahaan. Secara umum e-business didefinisikan sebagai kegiatan berbisnis
di Internet yang tidak saja meliputi pembelian, penjualan dan jasa, tetapi juga meliputi pelayanan
pelanggan dan kerjasama dengan rekan bisnis baik individual maupun instansi.
Keberhasilan e-business banyak ditentukan oleh kemudahan masyarakat untuk dapat mengakses
informasi pada CAP. Pengembangan supply chain ke dalam system berbasis elektronik
membantu industry manufacture untuk dapat meningkatkan value bisnisnya dengan membangun
e-business sebagai bagian dari entitas bisnis.
Bila industry mengembangkan supply chain nya menjadi e-supply chain maka seluruh transaksi
menjadi real time dan ini berarti meningkatkan effisiensi berupa pengurangan biaya serta dapat
meningkatkan efektivitas bisnis dimana industry dapat focus pada bisnis intinya.
Pemanfaatan e-supply chain juga memudahkan masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa
lebih mudah dan ini juga berdampak pada kemudahan transaksi yang dilakukan oleh masyarakat.
3.Model dari e-supply chain dan CAP
Industri terhubung secara virtual dengan CAP dan Industri terhubung ke customer secara
phisical. Dilain hal customer berhubungan dengan CAP secara virtual.
Teknologi Informasi membuat hubungan antara user (masyarakat) dengan dunia industri
terhubung dengan CAP, demikian pula antara industry dan third party (supplier) dapat
dihubungkan melalui e-business yang dikelola secara in house atau outsourcing.
4.Kesimpulan
Kemajuan teknologi dibidang informasi dan kemudahan akses oleh masyarakat akan mendorong
e-supply chain berkembang melebihi dari perkiraan yang ada saat ini.
Seiring dengan trend dari supply chain menjadi suatu basis bagi industry manufacture untuk
mempercepat proses produksi dan penyerahan barang kepada end user mendorong
perkembangan supply chain kepada basis elektronik prosedur.
Beberapa hal yang mendorong kearah perlunya e-supply chain yaitu dikarenakan terjadi
peningkatan effisiensi dan juga kecepatan dalam transaksi perdagangan atau transaksi arus
perpindahan barang.
Keterkaitan antar user (supplier, produsen, people) dapat terkoneksi melalui CAP atau e-business
dalam suatu institusi. Peran Teknologi Informasi membuat semua hal ini dapat tercapai.
Kemudahan dalam bertransaksi serta terciptanya effisiensi dan efektivitas.
Paper ini sebagai gambaran model bagaimana dari CAP menjadi bagian dari e-business.
5.Referensi
1.Pendahuluan
Sejak 21 Juni 2006 Depkominfo telah melakukan MOU dengan PT Pos Indonesia dan
selanjutnya dilengkapi dengan beberapa Pemerintah Daerah dalam rangka membangun
kerjasama untuk mendirikan dan mengelola Warung Masyarakat Informasi yang disingkat
dengan WARMASIF.
Disamping kerjasama dengan PT Pos Indonesia Depkominfo juga bekerjasama dengan PEMDA.
Pemda berkewajiban melakukan sosialisasi tentang peran dan manfaat Warung MASIF bagi
masyarakat termasuk dukungan untuk program pelatihan bagi UKM, menstimulasi peningkatan
aktivitas masyarakat dan UKM melalui Website Warmasif dan memberikan bantuan pencarian
data untuk melengkapi konten aplikasi e-UKM, Layanan Informasi Kesehatan dan Perpustakaan
Digital.
Sampai saat ini jumlah Warmasif yang telah berhasil dibangun sudah mencapai 78 buah. Dimana
dari 78 warmasif yang perangkatnya disediakan Dekominfo tersebut, 76 buah Warmasif berada
di Kantor Pos yang tersebar di Indonesia , dan ada 2 buah Warmasif yang dikelola oleh PEMDA
dan masyarakat. Sesuai dengan peraturan yang berlaku perangkat Warmasif yang ada di Kantor
Pos yang disediakan oleh Depkominfo tersebut direncanakan akan dihibahkan kepada Yayasan
Pendidikan Bhakti Pos Indonesia. Jumlah ini sangat sedikit dibanding kebutuhan untuk
membangun Masyarakat Informasi Indonesia.
Upaya mengentaskan kesenjangan informasi khususnya informasi digital merupakan upaya
strategis dan bernilai sosial untuk mencerdaskan bangsa. Di beberapa negara termasuk negara
maju program pengentasan digital divice ini merupakan program pemerintah untuk membangun
infrastruktur telekomunikasi dan membangun aplikasi informasi dengan akses internet
broardband secara gratis. Di Indonesia program ini telah dimulai oleh Depkominfo melalui
pembangunan sarana warmasif.
Berdasarkan data-data hasil evaluasi sementara terhadap 76 Warmasif yang sudah operasional di
76 Kantor Pos diseluruh Indonesia diperoleh informasi sebagai berikut :
•Partisipasi Pemda relatif sangat kecil, hanya sebagian kecil Pemda yang aktif berpartisipasi
membantu sosialisasi Warmasif.
•Partisipasi komunitas UKM juga sangat kecil dan hanya sedikit UKM yang mencatatkan UKM
nya di Web e-UKM.
•Aplikasi e-Library dan e-Health hampir tidak pernah dikunjungi oleh pemakai Warmasif.
•Utilitas pemakaian PC di Warnet/ Warmasif per harinya oleh publik sangat rendah. Demikian
pula untuk utilitas perangkat lainnya seperti printer, scanning dan kamera digital hampir nol atau
hampir tidak pernah digunakan.
Dari uraian di atas untuk sementara dapat disimpulkan bahwa Warmasif yang ada saat ini belum
optimal, baik dari segi pencapaian misi Depkominfo maupun aspek bisnis.
3.Kajian Manajemen Pengelolan dan Bisnis Warmasif
Dalam hal pengembangan Warmasif sejak tahun 2006 dari perspektif pendapatan dan biaya
belum terlihat maksimal memberikan kontribusi secara bisnis. Dari data pada tahun 2009 tampak
kondisi seperti berikut ini:
•Pendapatan Warmasif seluruhnya berasal dari Warnet yaitu di 76 warmasif pada tahun 2009
sampai dengan bulan Okotober lebih kurang adalah sebesar Rp. 180.000.000.
•Biaya warmasif yaitu biaya operastor dan biaya jaringan IT di 76 Warmasif setiap bulan lebih
kurang adalah Rp. 50 juta, atau lebih kurang Rp. 600 juta/ tahun.
•Biaya tersebut belum termasuk biaya untuk SDM, Sewa tempat (property), Listrik dan
Maintenance Hardware dan software.
Dari gambaran angka pendapatan dan biaya maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan
warmasif belumlah optimal baik dari sisi manajemen pengelolaannya maupun dari sisi bisnisnya.
4.Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat diajukan dalam hal merevitalisasi peran Warmasif adalah
dengan menjadikannya sebagai sarana untuk akses internet secara gratis dengan melibatkan
peran mitra usaha PT Pos Indonesia, seperti PT Telekomunikasi Indonesia yang dapat
memberikan jaringan internet via “Speedy” secara gratis untuk menggantikan jaringan dedicated
saat ini. Dan agar keikutsertaan ini bersifat “win-win solution” maka mitra diperbolehkan untuk
mengisi konten pada warmasif.
Peran serta mitra lainnya dapat berupa sumbangan/ penyertaan konten/aplikasi pada Warmasif.
Dengan penyertaan mitra maka diharapkan sedikitnya dapat menutup biaya operasional yang
timbul.
Tujuan untuk memberikan akses internet secara gratis kepada masyarakat dengan pertimbangan
agar mitra merasa bahwa ini dapat diakses oleh semua orang dan dapat dijadikan sebagai peran
PT Pos Indonesia dalam Customer Social Responsibility. Selain daripada itu hal ini menjadikan
PT Pos Indonesia salah satu perusahaan yang memberikan layanan internet secara gratis di
Indonesia.
Dengan akses internet gratis, maka keberadaan Warmasif tidak perlu ditempatkan pada ruangan
tersendiri, namun dapat ditempatkan di Vestibule Kantor Pos dengan posisi “standing PC”.
Sebagai contoh PC informasi yang terdapat di Bandara atau pusat pembelanjaan (mall).
5.Kesimpulan
Warmasif sebagai salah satu upaya untuk mencerdaskan masyarakat Indonesia dan telah menjadi
salah satu program kerja di PT Pos Indonesia, maka keberadaannya perlu dipertahankan dan
terus dikembangkan. Warmasif juga suatu bentuk keikutsertaan PT Pos Indonesia untuk
memperkecil jurang “Digital Divide” di Indonesia. Ini berarti suatu bukti komitment PT Pos
Indonesia dalam membantu pemerintah dan masyarakat Indonesia seperti yang dituangkan dalam
World Summit of Information Society (WSIS).
Untuk mempertahankan keberadaan Warmasif maka perlu pengembangannya perlu direvitalisasi
dan menjadi perhatian dari seluruh jajaran PT Pos Indonesia.
6.Reference
Bab 1. Pendahuluan
Seiring dengan kompetisi bisnis yang semakin ketat maka dituntut adanya pelayanan yang
terbaik kepada para pelanggan, sehingga pelanggan akan merasa puas atas layanan yang
diberikan dengan demikian tidak akan berpindah ke perusahaan jasa yang lain. Dilain hal dengan
semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komputerisasi, diharapkan
mampu untuk memberikan kontribusi atau kemudahan terhadap bisnis yang dijalankan. Salah
satunya dengan menciptakan peralatan bantu yang canggih, handal, sanggup beroperasi secara
efektif dan efisien serta memberikan kemudahan bagi pemakainya, sehingga hal tersebut dapat
atau akan mendorong kearah kepuasan terhadap pelanggan.
Pada perusahaan-perusahaan jasa dimana setiap saat harus selalu berhubungan dengan banyak
pelanggan. Maka dibutuhkan suatu system antrian yang baik dan efektif serta memberikan
kemudahan dan kenyamanan kepada pelanggannya. Akan tetapi pada kenyataannya masih
banyak pelanggan yang merasa belum mendapatkan pelayanan yang baik karena berkaitan
dengan sistem antrian yang masih tradisional atau konvensional.
Agar sistem antrian ini dapat memberikan manfaat baik dari sisi operasional maupun bisnis maka
perlu didesain dengan mempergunakan TV Plasma, atau layar monitor biasa. Pada TV Plasma
atau monitor akan tampak nomor antrian pelanggan, sedangkan khusus untuk penggunaan TV
Plasma terdapat suatu kelebihan yaitu selain tampil nomor antrian tetapi juga dapat ditampilkan
tayangan siaran televisi atau tayangan video yang isinya dapat disesuaikan dengan keperluan
pengisi content/perusahaan pengguna jasa. Kelebihan lainnya yaitu dapat menampilkan running
text yang berisi text berita atau informasi umum yang bisa disesuaikan isi beritanya.
Penggunaan TV Plasma pada system antrian yang menampilkan running text maupun layanan
iklan akan terlihat memberikan sebuah tampilan yang lebih bagus dan lebih jelas bagi para
pengantri. Hal ini dikarenakan layar yang lebih lebar dan resolusi yang lebih tajam. Serta
kemampuan untuk menampilkan video, nomor antrian dan running text secara simultan.
Paper ini akan mengulas suatu inovasi yang mungkin belum disadari oleh Pos Indonesia, dalam
meningkat layanan sekaligus tanpa biaya yang cukup mahal. Inovasi ini juga akan menjadikan
tampilan kantor-kantor pos yang ada saat ini akan terlihat semakin modern dan nyaman untuk
dikunjungi.
Dalam kehidupan sehari-hari definisi antri (dalam bahasa Inggris disebut queuea atau umun
disebut queuing) adalah suatu kejadian dimana kita harus menunggu di depan loket untuk
mendapatkan tiket kereta api, menunggu membeli bensin di SPBU, antri masuk pintu jalan tol,
dan situasi lainnya.
Dalam hal teori mengenai antrian pertama kali dikemukan oleh A.K. Erlang, seorang ahli
matematika bangsa Denmark pada tahun 1913 dalam bukunya Solution of Some Problem in the
Theory of Probability of Significance in Automatic Telephone Exchange. Dalam bukunya
tersebut tujuan penggunaan teori antrian adalah untuk merancang fasilitas pelayanan, untuk
mengatasi permintaan pelayanan yang berfluktuasi secara random dan menjaga keseimbangan
antara biaya (waktu nganggur) pelayanan dan biaya (waktu) yang diperlukan selama antri.
Dengan menganalisis pengertian dan tujuan dari teori antrian, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam teori antrian terdapat beberapa step/ langkah yang merupakan suatu proses. Adapun proses
yang ada di dalam antrian adalah sebagai berikut:
Kedatangan
Dalam setiap antrian akan melibatkan kedatangan, misalnya orang, mobil, atau panggilan telepon
untuk dilayani. Proses ini sering dinamakan proses input. Proses input meliputi sumber
kedatangan atau biasa dinamakan calling population. Pada umumnya proses kedatangan
merupakan proses yang bersifat random.
Pelayanan
Pelayanan atau mekanisme pelayanan yang dapat terdiri dari satu atau lebih pelayan, atau
pelayanan. Sebagai contoh dimana jalan tol dapat memiliki beberapa pintu tol. Sedangkan untuk
mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu pelayan dalam satu fasilitas pelayanan contohnya
ditemui pada loket seperti pada penjualan tiket di gedung bioskop. Hal lain yang perlu diketahui
adalah cara pelayanan diselesaikan dan kadangmerupakan proses random.
Antri
Inti dari sistem antrian adalah antri itu sendiri. Timbulnya antrian sangat tergantung dari sifat
kedatangan dan proses pelayanan. Selain itu yang terpenting adalah disiplin antri. Disiplin antri
adalah suatu aturan atau keputusan yang menjelaskan bagaimana cara melayani pengantri. Ada
beberapa macam sistem antrian dimana pelanggan yang datang lebih awal dilayani dulu,
pelanggan yang datang terakhir dilayani terlebih dahulu, atau berdasar prioritas, bahkan dapat
secara random. Bilamana tidak ada antrian berarti ada pelayan yang menganggur atau
disebabkan karena lebihnya fasilitas pelayanan.
Bab 3. Pembahasan
3.1. Kajian Dalam Konteks Operasi
Permasalahan dalam sistem antrian lebih banyak ditekankan untuk menjawab pertanyaan pada
level mana jasa yang dapat dilakukan oleh perusahaan dapat dikategorikan ideal atau optimum.
Bagi perusahaan yang menyediakan sedikit karyawan untuk melayani konsumennya akan
menyebabkan pelanggannya menunggu untuk dilayani, hal ini akan menyebabkan ketidakpuasan
pada pelanggan. Sedangkan perusahaan yang bisa menyediakan banyak tenaga kerja untuk
melayani pelanggannya, akan membuat pelanggan tidak perlu menunggu lama untuk
mendapatkan pelayanan, artinya ini akan memberikan kepuasan pada pelanggan. Akan tetapi hal
ini akan menyebabkan kenaikan biaya yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Oleh karenanya
manajemen harus bisa menentukan posisi diantara kedua ekstrim tersebut diatas, dan menyadari
adanya hubungan yang erat antara biaya dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada
pelanggan.
Tujuan untuk mengevaluasi fasilitas jasa adalah mencari total biaya jasa yang diharapkan yang
merupakan penjumlahan dari biaya pelayanan yang diharapkan ditambah dengan biaya
menunggu yang diharapkan.
Dengan penggambaran diatas jelas sudah bahwa dalam proses operasional pelayanan kepada
pelanggan, perusahaan harus memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dengan
memperhitungkan cost atas layanan tersebut.
Dalam hal pemasangan iklan pada TV di Vestibule, dapat disesuaikan dengan kondisi pasar iklan
setempat. Potensi dari kantor pos di tiap daerah berbeda-beda besaran market atau pelanggannya,
demikian pula potensi pasar dari pemasang iklan. Sebagai contoh tarif iklan radio dibawah ini,
membagi pasar pelanggannya untuk layanan iklan bersifat “loose spot” terbagi dalam dua macam
durasi dan dua macam waktu penayangan.
Bila kita asumsikan pemasangan iklan di TV booth pada vestibule dengan cara pembayaran
perbulan Rp. 1.000.000 per iklan dan dalam satu bulan ada 5 pemasang iklan artinya setiap bulan
diperoleh pendapatan Rp. 5.000.000/ bulan = Rp. 60.000.000 / tahun
Dengan asumsi biaya pembelian perangkant TV Plasma dan Server Komputer total Rp.
25.000.000 plus mesin ticketing Rp. 15.000.000 berarti total Rp. 40.000.000 . Maka kurang dari
1 tahun telah tercapai Break Even Point. Dan demikian pada tahun berikutnya akan terdapat
profit.
Guna pemenuhan layanan sistem antrian ada beberapa spesifikasi hardware yang harus dipenuhi,
agar terciptanya suatu system yang prima dan handal dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan. Namun untuk layanan di kantor pos yang tidak terlalu besar maka spesifikasi dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Secara garis besar kebutuhan akan hardware adalah sebagai
berikut:
- PC Pentium 4/sekelasnya.
- RAM Memory 512mb.
- 20Gb Harddisk Drive.
- Multi Port SoundCard dan Speaker sesuai kebutuhan.
- VGA Multi Port.
- VGA Splitter.
- RS 232 Push Button.
- 10/100mbps LAN Card.
- TV PLASMA / Monitor.
- Ticket Printer.
Pada saat ini system antrian telah diterapkan di beberapa kantor pos, yang mana
pengembangannya masih focus hanya pada tampilan nomor antrian. System Antrian yang telah
menggunakan video dan running text telah dikembangkan di Kantor Pos Jakarta Barat oleh tim
dari Proyek Bisnis e-business.
Meskipun system yang dipasang telah siap untuk dipromosikan kepada calon penyewa, namun
karena keterbatasan resource di bagian marketing. Maka sampai dengan saat ini system yang ada
hanya untuk antrian dan video yang ditampilkan adalah video dari produk pos seperti pos ekspres
dan admail.
Bab 4. Penutup
Berdasarkan hasil kajian singkat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Sistem Antrian sudah
menjadi suatu keharusan di PT Pos Indonesia, namun perlu diingat bahwa tidak semua software
yang generic berada dipasaran dapat diimplementasikan di PT Pos. Hal ini dikarenakan sifat dari
layanan dan produk pos dapat dikategorikan bersifat unik. Demikian pula kondisi di tiap kantor
pos juga berbeda dalam melaksanakan antrian bagi pelanggannya.
Dari kajian ini pula, system antrian merupakan suatu inovasi yang tidak hanya dapat
meningkatkan value kepada pelanggan tetapi diharapkan juga mengenerate suatu pendapatan lain
dan ini juga dapat mengurangi biaya yang timbul karena adanya penggunaan system antrian
tersebut.
Berdasarkan kajian ini pula, meskipun tampak bahwa system antrian tidak hanya memberikan
manfaat dalam proses antrian tapi dengan system yang dapat menjadi tempat iklan. Dengan
kemampuan untuk dapat menjadi media iklan, setidak-tidaknya dapat mengurangi biaya operasi
atau investasi berkaitan dengan pengadaan system antrian tersebut. Ini merupakan solusi dalam
pengambilan keputusan berkenaan dengan pengadaan system antrian.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih kepada saudara Deni Sutarya dan
Budi Hendrawan, yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya dalam pengembangan sistem
antrian.
Daftar Pustaka