Renihati Gulo
01.02.19.05.2013
13 Desember 2019
Pendahuluan
keselamatan masih menjadi perdebatan. Perdebatan ini sering terjadi karena ada kesalahan
dalam menafsir dan menanggapi oleh setiap orang Kristen. Tanpa kita sadari bahwa kita di
benarkan oleh Allah itu melalui kasih karunia yang Ia berikan kepada kita. Kita harus
menyadari bahwa masing-masing orang telah di berikan kasih karuia oleh Allah untuk
percaya kepada Injil. Sebab kasih karunia dari Allah itulah yang menyelamatkan kita.
Diselamatkan oleh anugerah adalah suatu konsep dalam teologi Kristen yang menyatakan
bahwa keselamatan manusia adalah pemberian Allah semata. Dalam konsep ini, keselamatan
anugerah dari Allah yang diterima melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan juruselamat. Keselamatan itu bukan karena pekerjaan atau perbuatan manusia, melainkan
keselamatan itu anugerah Allah. Ini bukan hanya sebagai buah pikiran saja tetapi ini terbukti
dimana ada beberapa bapak-bapak gereja seperti Jerome, John Chrysostom, Clement dan
Cyril of Alexandria dan ayat-ayat Alkitab lain yang mendukung dan menulis bahwa kita di
selamatkan bukan karena usaha kita tetapi karena kasih karunia Allah. Itulah kabar baik itu
yang harus kita percayai dan harus kita beritakan. Jadi melalui paper ini penulis mencoba
membahas lebih dalam lagi tentang kabar baik itu yaitu keselamatan yang diberikan Allah
sebagai hadiah bagi setiap orang yang percaya.Jadi dalam Paper ini penulis akan membahas
tentang Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan dan pembenaran Allah akan
Ayat 17
δικαιοσύνη γὰρ θεοῦ ἐν αὐτῷ ἀποκαλύπτεται ἐκ πίστεως εἰς πίστιν, καθὼς γέγραπται· ὁ δὲ
δίκαιος ἐκ πίστεως ζήσεται. (Rom. 1:17 GNT)
For in it the righteousness of God is revealed from faith to faith; as it is written, "The just
shall live by faith." (Rom. 1:17 NKJ)
Diagram:
ga,r
(X) evpaiscu,nomai
ouv ga,r
(X) evstin du,namij
to. euvagge,lion
eivj swthri,an qeou/
VIoudai,w|
tw/| pisteu,onti
te prw/ton
kai,
panti, {Ellhni
ga,r
dikaiosu,nh avpokalu,ptetai
qeou/ evn auvtw/| kaqw,j
ge,graptai
evk pi,stewj de,
o` di,kaioj zh,setai
eivj pi,stin
evk pi,stewj
Ayat 16
ἐπαισχύνομαι (subjek) δύναμις γὰρ θεοῦ ἐστιν (predikat)
εἰς σωτηρίαν (predikat)
τὸ εὐαγγέλιον (predikat)
παντὶ τῷ πιστεύοντι (predikat)
ζήσεται (predikat)
Parsing:
Terjemahan Literal
Ayat 16 “Karena itu aku tidak malu dengan Injil, karena itu kekuatan Allah yang
menyelamatkan semua orang percaya, pertama bagi orang Yahudi, dan juga bagi orang
Yunani.”
Ayat 17 “ Karena kebenaran Allah dinyatakan didalamnya dari iman kepada iman, sama
seperti ada tertulis : “Tetapi orang benar akan hidup dari iman.”
Poin syntaksis:
2. Karena Injil/kabar baik adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan bagi semua orang
percaya pertama bagi orang Yahudi dan juga bagi orang Yunani
3. Karena didalamnya kebenaran Allah dinyatakan dari iman kepada iman, sama seperti
Semantic poin:
Semantic Content
Dalam ayat 16-17 menceritakan tentang Paulus yang memberi tahu kita mengapa ia
tidak malu akan Injil dan ingin memberitakannya tidak hanya di Roma (Rom 1:5), tetapi
kemana pun ia pergi. Alasan Paulus adalah ia percaya bahwa Injil memiliki kuasa Allah
untuk menyelamatkan semua orang yang percaya termasuk orang Yahudi terlebih dahulu dan
kemudian kepada orang bukan Yahudi (Rom 1:16). Istilah untuk (γὰρ=gar) menyatukan ayat
16 dan 15. Penekanan dalam “untuk” (γὰρ=gar conjunction subordinate from γάρ ). γάρ
bahwa Paulus tidak malu akan Injil atau kabar baik itu karena itu adalah kekuatan Allah
(δύναμις :power) untuk keselamatan orang yang percaya sehingga ia berani untuk
memberitakannya kepada orang-orang yang diam dri Roma (Rom 1:15). Mengapa Paulus
mengungkapkan bahwa dia tidak malu terhadap Injil? Hal ini ada alasan menyiratkan alasan
atau ada situasi tertentu yang bisa membuat seseorang malu terhadap injil. Yesus Kristus
sendiri pernah memperingatkan para pengikut-Nya untuk tidak malu karena Dia atau
perkataan-Nya (Mrk. 8:38). Dalam surat Timotius Paulus menasihati Timotius untuk menjadi
“seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan
kebenaran itu” (2Tim. 1:8; 2:15). Malu di sini tentu saja mencakup perasaan seseorang
(secara psikologis). Ada orang yang merasa malu mengungkapkan keyakinannya di depan
publik atau orang lain. Dia mungkin beranggapan bahwa berita injil terkesan terlalu
sederhana, bahkan aneh untuk di dengar oleh orang-orang yang baru mendengarnya. Seperti
di telinga orang-orang Yahudi berita injil terdengar sebagai batu sandungan, sedangkan di
telinga orang-orang non-Yahudi sebagai kebodohan (1Kor. 1:23). Bagaimana seorang Mesias
yang diharapkan akan datang untuk menyelamatkan bangsa Israel justru tidak mampu
menyelamatkan diri-Nya sendiri (bdk. Mat. 27:40; Luk. 23:37, 39)? Bagaimana mungkin
seorang dewa yang menjadi manusia justru mati secara hina dan mengerikan di atas kayu
salib? Inilah yang sering terjadi dalam kehidupan kekristenan, mereka malu menyatakan
keyakinan mereka sendiri,malu mengakui Yesus Kristus sebagai keselamatan bagi kehidupan
mereka. Tetapi berbeda dengan Paulus yang justru sebaliknya memiliki semangat penuh
dalam mengabarkan kebenaran Allah setelah ia mengalami pertobatan. Ini semua terjadi
karena ia menyadari bahwa Yesus Kristus mati secara hina itu semua atas dosa yang ia
lakukan dan untuk keselamatan dirinya sendiri. Malu dalam kaitannya dengan injil
sebenarnya lebih dari pada sekadar perasaan. Secara khusus hal ini berhubungan dengan
penolakan, penghinaan, dan penganiayaan yang bisa saja diterima oleh orang-orang Kristen
maupun para pemberita injil. Dugaan ini didukung oleh konteks dari nasihat Yesus Kristus
yang mengatakan “Barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah
angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu
apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diringi malaikat-malaikat kudus” (Mrk.
8:38). Bahkan Paulus juga memperingat dalam 2 Tim. 2:15 “Usahakanlah supaya engkau
layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang
tidak malu terhadap injil dalam konteks penganiayaan (lihat Mrk. 8:34-37; 2 Tim. 2:8, 12).
Injil atau kabar baik itu berasal dari bahasa Yunani yaitu εὐαγγελίζω (euaggelizo =
noun accusative neuter singular from εὐαγγέλιον ) yang artinya adalah good news/kabar baik
(Markus 1:1). Mengapa dikatakan bahwa Injil itu adalah kabar baik? Sebab di dalam Injil itu
menceritakan satu priabadi yang menyelamatkan manusia yaitu Yesus Kristus Anak Allah itu
sendiri. Injil itu adalah Yesus Kristus yang menyoroti dari kelahiran, kematian, kebangkitan
dan kenaikan ke sorga sebagai sarana manusia kembali berhubungan dengan Allah. Dapatkah
manusia mengenal Injil jikalau Injil itu tidak datang? Dapatkah manusia mengenal Injil
jikalau Injil itu tidak di perkenalkan? Tidak akan. Siapakah yang pertama kali mendatangkan
Injil kepada manusia? Dia adalah Allah sendiri dalam Perjanjian Lama (PL) dan dalam
Inkarnasi Kristus Yesus dalam Perjanjian Baru (PB). Jika Injil itu berguna, lalu apa makna
kegunaannya? Makna Injil adalah untuk membawa manusia berdamai kembali dengan Allah
dan kembali dengan Tuhan Allah dengan hati yang jujur dan motivasi yang benar. Mengapa
manusia harus perlu Injil? Karena manusia perlu diselamatkan. Mengapa manusia perlu
diselamatkan? Karena manusia dari awal penciptaan manusia adalah gambar dan rupa Allah,
gambar dan rupa yang pada manusia itu mengalami kerusakan akibat dari ketidaktaatan atas
perintah Allah (dosa), maka dengan Injil Allah mau mengkembalikan gambaran-Nya didalam
pribadi manusia dengan inkarnasi-Nya dari Firman menjadi manusia. Mengapa Ia harus
menjadi manusia? Karena gambar yang telah rusak akibat dosa adalah manusia. Apa isi dari
Injil atau kabar baik itu? Kabar baik itu adalah kabar keselamatan bagi semua orang percaya
yang sudah di sediakan oleh Allah (Rom ayat 1-7). Kabar baik atau Injil itu menjadi sarana
Allah menyelamatkan mereka yang percaya bukan hanya bangsa Yahudi tetapi juga bangsa
Yunani. Itulah kabar baik yang diberitakan oleh Rasul Paulus dan dia tidak merasa malu
memberitakannya. Kabar baik itu menjelaskan relasi yang kembali pulih. Kabar baik adalah
kabar keselamatan. Rasul Paulus menjelaskan lebih dalam lagi tentang keselamatan ini.
Keselamatan bukan hanya sekedar orang selamat dari hukuman kekal sehingga masuk ke
sorga. Keselamatan berbicara tentang pulihnya relasi manusia dengan Allah seperti dulu kala.
Relasi yang rusak karena dosa manusia dipulihkan oleh Allah dengan jalan Allah
membenarkan sendiri manusia berdosa. Manusia tidak dapat membenarkan dirinya hanya
Allah saja yang sanggup melakukannya. Allah membenarkan manusia itulah yang menjadi
Didalam kabar baik itu terdapat kekuatan Allah (Roma 1:16). Kekuatan Allah dalam
bahasa Yunani yaitu δύναμις (dunamis= noun nominative feminine singular from δύναμις)
yang berasal dari bahasa yunani yang artinya kekuatan, daya yang berkekuatan tinggi,
ledakan berkekuatan, energi yang besar, sesuatu yang menakjubkan. Inilah sifat dari Injil
yang berasal dari Allah, kekuatan Allah yaitu Injil. Kekuatan Allah di sini berbicara tentang
keselamatan manusia (1 Kor 1:18). “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah
kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu
adalah kekuatan Allah” (1 Kor 1:18). Mengapa pemberitaan salib itu adalah kekuatan Allah?
Sebab dibalik pemberitaan salib itu ada sosok pribadi yaitu Kristus (1 Kor 1:24). Salib tanpa
Kristus memang suatu kebodohan dan pemberitaan salib yang demikian adalah kesia-siaan.
Namun salib yang oleh para Rasul dan Gereja beritakan menjadi suatu kekuatan dan hikmat
Allah karena Kristus. Sehingga pemberitaan salib adalah pemberitaan Kristus yaitu
menyalurkan kekuatan Allah kepada setiap orang sehingga dia bisa diselamatkan. Kristus
yang menyelamatkan ini diberitakan baik secara lisan dan tulisan menjadi Injil yang
menyelamatkan.2 Manusia berdosa, manusia berontak, manusia tidak sadar bahwa ia harus
ditebus dari segala kesalahannya. Kepada Allah manusia telah berdosa, dan manusia tidak
ada yang kudus dan tak seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari murka Allah
yang menyala-nyala. Keselamatan tidak berada dalam kekuatan kita sendiri; kita tidak
memiliki apa yang diperlukan untuk menyelamatkan diri kita sendiri. Kita membutuhkan
kuasa Allah, yaitu Injil untuk menyelamatkan kita. Kita tidak dan tidak bisa menyelamatkan
diri kita dari dosa, kematian, dan penghakiman. Kita juga tidak bisa menyelamatkan diri dari
1
https://hendisttrii.wordpress.com/2013/11/29/renungan-roma-1-16-17/
2
Hendi Wijaya, Formasi Rohani:Fondasi, Purification dan Deifikasi (Jogjakarta, 6 Nopember 2018)
59.
kegelapan ketidaktahuan kita akan Tuhan. Maka oleh belas kasihan-Nya pula, Allah mau
datang kepada manusia dengan mengungkapkan diri serta menyatakan diri melalui daging
(inkarnasi). Apa sebabnya? hanya karena Allah mencari manusia berdosa. Allah yang datang
itu ialah Yesus Kristus, Ia adalah pribadi kedua Allah Trinitas. Yesus yang datang dalam rupa
manusia Ia mau taat sampai mati kepada hukum yang Ia buat sendiri, maka disinilah karya-
Nya yang besar kepada umat manusia yang sampai saat ini masih kita rayakan. Yesus Kristus
adalah pusat sejarah dan Bapa adalah pencipta dari sejarah itu sendiri. Injil kekuatan
Allah itu berada dimana? Yaitu didalam Kristus. Mengapa harus didalam Kristus Kristus?
Jika tanpa Kristus siapa yang mau taat sampai mati dan dapat menjadi suci kudus seperti
Kristus. Tidak ada ! Allah berkata “tidak ada, seorang pun tidak ada yang benar (Rom 3:10),
maka Ia harus turun memberi diri sebagai pengganti dari korban sembelihan. Apa gunanya?
Agar manusia dapat berdamai dengan Allah dan Allah memadamkan api murkanya yang
sedemikian ganas. Yesus tadinya Allah, Ia mau rela disiksa dan dianiaya, dicambuk, Yesus
harus disalib karena suara rakyat-Nya sendiri yang menghendaki Ia disalib (Matius 17:22).
Jerome mengatakan “ Kita di selamatkan oleh kasih karunia dari pada perbuatan, karena kita
tidak dapat memberikan apapun kepada Allah sebagai imbalan atas apa yang telah Dia
berikan kepada kita.” 3 Inilah bukti kasih Allah kepada kita manusia. Ia menyelambatkan kita
tanpa ada imbalan yang kita berikan kepada-Nya. Ini semua Ia lakukan karena Ia adalah
kasih. Karya penebusan yang Ia perbuat dan dikorbankan menjadikan berita tentang anugerah
keselamatan itu semakin kokoh. Maka yang memperkuat kembali berita itu ketika dunia tahu
Ia telah bangkit, maka disinilah letak kekuatan Injil Kristus yang sejati (Kis 26:23; 1 Kor
15:20). Kebangkitan-Nya telah mengalahkan dosa, iblis dan maut sehingga tidak berkuasa
lagi atas Dia dan manusia (Rom 6:9). Inilah tugas kita sebagai orang yang telah percaya. Kita
harus memberitakan kekuatan Injil itu yaitu kemenangan-Nya atas dosa, maut dan iblis.
3
Jerome, Epistle to the Ephesians, 1.2.1
Inilah kabar baik yang harus di beritakan dan kita tidak perlu malu sebab kita telah
Pemberitaan Injil adalah pemberitaan salib. Pemberitaan Injil adalah pemberitaan Kristus
yang menyelamatkan setiap orang. Pemberitaan Injil yang demikian adalah hikmat bagi kita
yang diselamatkan sebab melalui Injil yang diberitakan ini kekuatan Allah disalurkan
sehingga Roh Kudus bisa berkarya mencurahkan karya Kristus yang mati, dikubur, dan
bangkit ke dalam hati setiap orang melalui imannya dan dia diselamatkan (Rom 5:5; Efe 2:8).
Jadi, Kristus adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan dan ini telah menjadi Injil yang
terus diberitakan baik secara lisan dan tulisan supaya setiap orang percaya pada Kristus dan
memperoleh hidup dalam Kristus yaitu keselamatan (1 Yoh 1:1-4; Yoh 20:30).
Dalam ayat 16 Paulus mengatakan bahwa Injil “adalah kekuatan Allah untuk
keselamatan bagi setiap orang yang percaya, pertama-tama bagi orang Yahudi dan juga bagi
orang Yunani.” Ia dapat mengatakan, “untuk orang-orang Yahudi (jamak) pertama dan juga
untuk orang-orang Yunani (jamak),” Tapi dia memasukkannya ke dalam bentuk tunggal.
Keselamatan adalah masalah individu dan pribadi. Menjadi anggota ras Yahudi tidak akan
membuat kita selamat, meskipun orang-orang Yahudi adalah umat pilihan Tuhan. Menjadi
orang Amerika atau anggota keluarga Kristen tidak akan membuat kita selamat. Tetapi apa
yang membuat kita dapat selamat? Kita harus secara pribadi percaya kepada Kristus. Dengan
“orang Yahudi yang pertama,” berarti bahwa Injil datang pertama kali dalam sejarah kepada
orang Yahudi. Allah memilih Abraham dan keturunannya melalui Ishak dan Yakub sebagai
Karena itu, seperti yang Yesus katakan, "Keselamatan berasal dari orang-orang Yahudi"
(Yohanes 4:22). Tetapi di sini penekanan Paulus adalah pada penawaran universal. Injil Ini
untuk semua orang yang akan percaya. Itu untuk orang Yahudi religius yang akan percaya
dan itu untuk orang Yunani kafir yang akan percaya. Tidak ada yang perlu dikecualikan.
Kabar baik-Nya adalah untuk kita, apa pun latar belakang kita! Pertanyaan buat kita Apakah
kita orang yang benar, religius, dan bermoral? Kita tidak harus percaya pada hal-hal ini,
tetapi sebagai orang berdosa menerima kebenaran Kristus dengan iman. Apakah kita seorang
ateis atau orang yang tidak bermoral atau pengusaha yang serakah dan selingkuh? Kita harus
berbalik dari dosa-dosa ini dan berseru kepada Allah untuk berbelas kasih kepada kita, orang
berdosa, dan kita akan pulang hari ini dibenarkan oleh Dia(Lukas 18: 9-14). Jadi Injil adalah
Pada ayat 17, Paulus mengungkapkan, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah,
yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan
hidup oleh iman”. Kuasa Injil tidak berhenti hanya untuk menyelamatkan tetapi memimpin
iman. Paulus mengungkapkan bahwa di dalam Injil itu sendiri adalah kebenaran Allah. Kata
merekatkan hubungan manusia dengan-Nya melalui Kristus yang di dalamnya kita harus
percayai dan taati secara mutlak dari awal sampai akhir. Itulah yang Injil kerjakan yaitu
membenarkan manusia berdosa melalui karya Allah Anak dan juga memimpin iman. Di sini
Paulus mengaitkan konsep kebenaran/pembenaran Allah dengan konsep iman. Iman sejati
tidak bisa dilepaskan dari kebenaran/pembenaran Allah. Dengan kata lain, iman harus terus-
menerus berpaut kepada dan berada di dalam kebenaran Allah (Kristus) sebagai obyek
sekaligus subyek iman. Ini menunjukkan ada synergy antara manusia dengan Allah. Allah
memberikan kita anugerah itu dan kita harus meresponnnya dengan iman yang kita miliki
supaya anugerah itu dapat kita miliki dan menyelamatkan kita. Tetapi Allah telah
memberikan kita kehendak bebas (Free Well) tergantung kita mau menerima atau menolak
anugerah Adari Allah sebab Allah tidak memaksa kita. Tetapi Thomas Aquinas (1227-1274)
mengatakan “Akibat penebusan bergantung penuh pada orang yang bersangkutan, apakah ia
menerima atau menolak. Menolak penebusan Kristus berarti tidak menerima penebusan
Kristus, tetapi menerima penebusan Kristus akan menerima juga akibat penebusan-Nya. 4
penyelamatan-Nya di kayu salib.” Jadi bukanlah karena kita berbuat yang baik, melakukan
Manusia di benarkan oleh darah Kristus (Rom 5:9) yaitu atas kematian-Nya di atas
kayu salib. kita semua berada di bawah kutuk karena melanggar hukum Allah tetapi dengan
mati di atas kayu salib untuk menggantikan kita (Gal 3:13). Dalam 1 Petrus 2:24 Petrus
berkata “ Ia (Kristus) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib.
Dalam 2 Korintus 5:21 Paulus mengatakan “ Dia (Kristus) yang tidak mengenal dosa teah di
buat-Nya (Allah) menjadi berdosa karena kita, supaya dalam Dia kita di benarkan oleh
Allah.” Jadi yang di maksud dengan pembenaran adalah pembenaran yang bukan diperoleh
karena perbuatan baik, melakukan hukum taurat, puasa, askesis, tetapi Allah sendiri yang
memberikan pembenaran itu melalui karya keselamatan oleh anak-Nya Yesus Kristus yang
telah mati di kayu salib, sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya di benarkan. Jadi,
kebenaran itu bukan miliki kita tetapi milik Allah sebab kita tidak mencapainya dengan jeri
payah dan kerja keras tetapi kita menerimanya seagai hadiah Allah kepada kita.
orang berdosa dapat dibenarkan dihadapan Allah dengan iman (πίστεως). Menurut Yohanes,
tujuan Injil di tulis adalah supaya kita percaya bahwa Yesuslah Mesias Anak Allah dan
supaya kita oleh iman memperoleh hidup dalam nama-Nya. Jadi iman adalah sarana yang
4
Dr. Peter Wongso, Soteriologi/Doktrin Keselamatan (Malang, 1990), 23
5
Waren Wiersbe, Benar Di Dalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 1989), 442.
dengannya kita diselamatkan (Rom 10:9) dan jalan menuju pengharapan yang pasti (Ibr 1:1). 6
Klemens dari Roma mengatakan “Dan kita juga, dipanggil oleh kehendak-Nya dalam Kristus
Yesus, tidak di benarkan oleh diri kita sendiri,atau oleh kebijaksanaan kita sendiri, atau
pemahan, atau kesalehan atau pekerjaan yang telah kita lakukan dalam kekudusan hati, tetapi
dengan iman yang melaluinya, sejak awal Allah yang Mahakuasa telah membenarkan semua
manusia.”7 Karena itu orang berdosa tidak dibenarkan karena kebenarannya sendiri dengan
menaati hukum Taurat (Gal. 3:11), tetapi oleh Allah yang menanamkan kebenaran Kristus
kepada mereka dengan iman. Cyrill dari Alexandria mengatakan “ Karena kita dibenarkan
karena iman, bukan karena perbuatan hukum taurat, seperti yang di katakan Kitab Suci.
Bukankah didalam Dia yang menderita kematian menurut daging demi kita yaitu Yesus
Kristus.” 8 John juga mengatakan “ Tetapi apakah hukum iman? Yaitu diselamatkan oleh
anugerah.” 9 Ini menunjukkan kuasa Allah, karena Ia tidak hanya menyelamatkan, tetapi
bahkan membenarkan, dan menuntun mereka untuk bermegah dengan mencari iman.
Apa yang di maksudkan oleh Paulus yang mengatakan “dari iman ke iman.” NIV
menerjemahkan,” Dengan iman dari awal sampai akhir” artinya kita menerima Injil dengan
iman dan kita terus hidup dengan iman. Ini didukung oleh fakta bahwa "percaya" (1:16)
adalah sebuah present participle, membawa fakta bahwa iman yang menyelamatkan bukanlah
peristiwa tunggal, melainkan sebuah proses seumur hidup yang berkelanjutan. Kita
dibenarkan pada saat kita percaya, tetapi ketika kita terus percaya kepada Injil, Allah terus
mengungkapkan kepada kita fakta bahwa kita memiliki hak untuk berdiri di hadapan-Nya
atas dasar kematian Kristus di kayu salib. Iman menerapkan kebenaran Kristus yang
diperhitungkan kepada kita sehingga kita semakin bersukacita di dalam Kristus saja sebagai
6
Anthonya A. Hoekema, Diselamatkan Oleh Anugerah (Surabaya, 2001), 188
7
Clement, Surat Pertama untuk Korintus, 32,4.
8
Cyril dari Alexandria, Against Nestorius, 3.62
9
John Chrysostom, Homilies on Ephesians, 4.2.9.
satu-satunya harapan kita akan kehidupan kekal. Jadi manusia di selamatkan oleh iman bukan
hasil usaha kita tetapi pemebrian Allah (Ef 2:8). Tetapi pertanyaan buat kita apakah gunanya
perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Bukankah iman tanpa perbuatan adalah
mati (Yak 2:18-20). Dengan demikian, iman harus disertai perbuatan baik sehingga iman itu
menjadi iman yang hidup. Iman yang hidup inilah, yang kita peroleh karena kasih karunia
Allah, yang dapat menyelamatkan kita (lih. Ef 2:8-10; Tit 3:5-8; Yak 2:14-26). Dengan
demikian jika kita ingin di selamatkan kita harus mempunyai iman yang hidup, yaitu iman
yang dinyatakan dengan perbuatan baik/ kasih baik kepada sesama kita terlebih-lebih kepada
Allah yang terus menerus kita kerjakan sampau gambar dan rupa Allah itu nyata didalam diri
kita. Iman yang kita miliki hanya dapat di lihat oleh orang yang ada di sekitar kita melalui
perbuatan kita, sikap kita, tindakan kita kepada orang lain. Jadi bukti kita mempunyai iman
kepada Allah adalah mengasihi tetangga yang ada di sekitar kita dan Allah sama seperti Allah
Outline konsep
Ide pendukung:
a. Injil atau kabar baik adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan bagi semua
orang percaya pertama orang Yahudi dan juga bagi orang Yunani
Ringkasan
Mengapa kita tidak perlu malu kepada Injil atau kabar baik itu? Sebab Injil itu adalah
kekuatan Allah itu sendiri yang dapat menyelamatkan setiap orang yang percaya. Apa yang di
maksud dengan kekuatan Allah itu? Kekuatan Allah itu terdapat ketika Ia membenarkan
mengalahkan kuasa dosa, maut dan iblis. Inilah kekuatan Allah tersebut yaitu kasih karunia
yang Ia berikan kepada setiap orang yang mau menerima-Nya yang terdapat di dalam satu
pribadi yaitu Pribadi Yesus Kristus itu sendiri. Kasih karunia itu harus kita respon dengan
iman kita. Jadi ini menunjukkan ada synergy antara kita dan Allah. Kita bukan hanya sekedar
mempunyai iman tetapi kita harus mempunyai iman yang disertai dengan perbuatan (kasih)
sehingga iman kita terus menjadi iman yang hidupyang kita kerjakan setiap hari dan terus
Oidience :
3. Bukti kita meyakini dan percaya kepada Injil yaitu kita memiliki iman yang disertai
4. Kita harus menjadi Injil di tengah-tengah orang banyak yang dapat di baca dari sikap,
https://hendisttrii.wordpress.com/2013/11/29/renungan-roma-1-16-17/
Wiersbe Waren, Benar Di Dalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 1989), 442