Anda di halaman 1dari 17

KEKUATAN INJIL YANG MENYELAMATKAN (ROMA 1:16-17)

Renihati Gulo
01.02.19.05.2013
13 Desember 2019
Pendahuluan

Dalam kekristenan Allah membenarkan orang-orang percaya di dalam proses

keselamatan masih menjadi perdebatan. Perdebatan ini sering terjadi karena ada kesalahan

dalam menafsir dan menanggapi oleh setiap orang Kristen. Tanpa kita sadari bahwa kita di

benarkan oleh Allah itu melalui kasih karunia yang Ia berikan kepada kita. Kita harus

menyadari bahwa masing-masing orang telah di berikan kasih karuia oleh Allah untuk

percaya kepada Injil. Sebab kasih karunia dari Allah itulah yang menyelamatkan kita.

Diselamatkan oleh anugerah adalah suatu konsep dalam teologi Kristen yang menyatakan

bahwa keselamatan manusia adalah pemberian Allah semata. Dalam konsep ini, keselamatan

manusia tidak ditentukan oleh perbuatan yang dilakukannya, melainkan berdasarkan

anugerah dari Allah yang diterima melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan

dan juruselamat. Keselamatan itu bukan karena pekerjaan atau perbuatan manusia, melainkan

keselamatan itu anugerah Allah. Ini bukan hanya sebagai buah pikiran saja tetapi ini terbukti

dimana ada beberapa bapak-bapak gereja seperti Jerome, John Chrysostom, Clement dan

Cyril of Alexandria dan ayat-ayat Alkitab lain yang mendukung dan menulis bahwa kita di

selamatkan bukan karena usaha kita tetapi karena kasih karunia Allah. Itulah kabar baik itu

yang harus kita percayai dan harus kita beritakan. Jadi melalui paper ini penulis mencoba

membahas lebih dalam lagi tentang kabar baik itu yaitu keselamatan yang diberikan Allah

sebagai hadiah bagi setiap orang yang percaya.Jadi dalam Paper ini penulis akan membahas

tentang Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan dan pembenaran Allah akan

manusia yang harus di respon dengan iman.


Pembahasan
Exegesis Roma 1:16-17
Teks:
Ayat 16
Οὐ γὰρ ἐπαισχύνομαι τὸ εὐαγγέλιον, δύναμις γὰρ θεοῦ ἐστιν εἰς σωτηρίαν παντὶ τῷ
πιστεύοντι, Ἰουδαίῳ τε πρῶτον καὶ Ἕλληνι. (Rom. 1:16 GNT)
For I am not ashamed of the gospel of Christ, for it is the power of God to salvation for
everyone who believes, for the Jew first and also for the Greek. (Rom. 1:16 NKJ)

Ayat 17
δικαιοσύνη γὰρ θεοῦ ἐν αὐτῷ ἀποκαλύπτεται ἐκ πίστεως εἰς πίστιν, καθὼς γέγραπται· ὁ δὲ
δίκαιος ἐκ πίστεως ζήσεται. (Rom. 1:17 GNT)

For in it the righteousness of God is revealed from faith to faith; as it is written, "The just
shall live by faith." (Rom. 1:17 NKJ)

Diagram:
ga,r

(X) evpaiscu,nomai
ouv ga,r
(X) evstin du,namij
to. euvagge,lion
eivj swthri,an qeou/
VIoudai,w|
tw/| pisteu,onti
te prw/ton
kai,
panti, {Ellhni
ga,r

dikaiosu,nh avpokalu,ptetai
qeou/ evn auvtw/| kaqw,j
ge,graptai
evk pi,stewj de,

o` di,kaioj zh,setai
eivj pi,stin
evk pi,stewj
Ayat 16
ἐπαισχύνομαι (subjek) δύναμις γὰρ θεοῦ ἐστιν (predikat)
εἰς σωτηρίαν (predikat)
τὸ εὐαγγέλιον (predikat)
παντὶ τῷ πιστεύοντι (predikat)

Ἰουδαίῳ τε πρῶτον (predikat)

καὶ Ἕλληνι (predikatt)


Ayat 17
δικαιοσύνη γὰρ θεοῦ (Subjek)

αὐτῷ ἀποκαλύπτεται ἐκ πίστεως εἰς πίστιν (predikat)

ἐκ πίστεως εἰς πίστιν (predikat)

καθὼς γέγραπται (predikat)

ὁ δὲ δίκαιος ἐκ πίστεως (predikat)

ζήσεται (predikat)
Parsing:

1. ἐπαισχύνομαι  verb indicative present middle or passive deponent 1st person


singular from ἐπαισχύνομαι. Ini adalah indicative mood sebab menyatakan kepastian,
fakta bahwa Paulus tidak malu akan memberitakan kabar baik
2. εὐαγγέλιον  noun accusative neuter singular from εὐαγγέλιον. Ini adalah accusative
derect objek (objek tidak langsung) dari kata ἐπαισχύνομαι
3. δύναμις  noun nominative feminine singular from δύναμις. Ini adalah nominative
of predicate
4. θεοῦ  noun genitive masculine singular from θεός. Ini adalah genitive of source
(sumber). Genetive ini menunjukkan Allah adalah sumber dari kekuatan itu sendiri.
5. σωτηρίαν  noun accusative feminine singular from σωτηρία. Ini adalah accusative
of derect objek dari kata ἐπαισχύνομαι
6. δικαιοσύνη  noun nominative feminine singular from δικαιοσύνη. Ini adalah
nominative of subjek
7. θεοῦ  noun genitive masculine singular from θεός . Ini adalah genitive of Source.
Ini menunjukkan bahwa Allah adalah sumber kebenaran itu.
8. πίστεως  noun genitive feminine singular from πίστις. Ini adalah genitive of
means. Ini menunjukkan bahwa dengan iman kepada-Nya kita di selamatkan
9. δίκαιος  adjective pronoun nominative masculine singular from δίκαιος. Ini adalah
nominative of predicate dari kata ἀποκαλύπτεται.

Terjemahan Literal

Ayat 16 “Karena itu aku tidak malu dengan Injil, karena itu kekuatan Allah yang

menyelamatkan semua orang percaya, pertama bagi orang Yahudi, dan juga bagi orang

Yunani.”

Ayat 17 “ Karena kebenaran Allah dinyatakan didalamnya dari iman kepada iman, sama

seperti ada tertulis : “Tetapi orang benar akan hidup dari iman.”

Poin syntaksis:

1. Karena aku tidak malu akan Injil/kabar baik

2. Karena Injil/kabar baik adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan bagi semua orang

percaya pertama bagi orang Yahudi dan juga bagi orang Yunani

3. Karena didalamnya kebenaran Allah dinyatakan dari iman kepada iman, sama seperti

ada tertulis : Orang benar akan hidup oleh iman.

Semantic poin:

1. Paulus tidak malu memberitakan Injil atau kabar baik


2. Paulus mempunyai keyakinan yang kokoh terhadap Injil
3. Injil adalah pribadi Yesus Kristus itu sendiri
4. Didalam Injil terdapat kekuatan Allah yang menyelamatkan
5. Kekuatan Allah tersebut adalah karya keselamatan yaitu penyaliban, kematian, dan
kebangkitan-Nya yang telah mengalahkan dosa, maut dan iblis.
6. Keselamatan itu diberikan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya
7. Diluar orang yang percaya kepada-Nya tidak akan di benarkan atau di selamatkan
8. Hanya Kristuslah satu-satunya yang dapat membenarkan setiap orang yang percaya
percaya
9. Untuk memperoleh keselamatan itu kita harus mempunyai iman kepada-Nya
10. Iman yang di maksud adalah iman yang terus dikerjakan dan terus bertumbuh
11. Ada kerjasama/sinergy antara kita dan Yesus Kristus (iman kita yang merespon
pembenaran dari Allah)

Semantic Content

Dalam ayat 16-17 menceritakan tentang Paulus yang memberi tahu kita mengapa ia

tidak malu akan Injil dan ingin memberitakannya tidak hanya di Roma (Rom 1:5), tetapi

kemana pun ia pergi. Alasan Paulus adalah ia percaya bahwa Injil memiliki kuasa Allah

untuk menyelamatkan semua orang yang percaya termasuk orang Yahudi terlebih dahulu dan

kemudian kepada orang bukan Yahudi (Rom 1:16). Istilah untuk (γὰρ=gar) menyatukan ayat

16 dan 15. Penekanan dalam “untuk” (γὰρ=gar conjunction subordinate from γάρ ). γάρ

adalah kata penghubung (conjuction). Penggunaan istilah untuk (γὰρ=gar) menunjukkan

bahwa Paulus tidak malu akan Injil atau kabar baik itu karena itu adalah kekuatan Allah

(δύναμις :power) untuk keselamatan orang yang percaya sehingga ia berani untuk

memberitakannya kepada orang-orang yang diam dri Roma (Rom 1:15). Mengapa Paulus

mengungkapkan bahwa dia tidak malu terhadap Injil? Hal ini ada alasan menyiratkan alasan

atau ada situasi tertentu yang bisa membuat seseorang malu terhadap injil. Yesus Kristus

sendiri pernah memperingatkan para pengikut-Nya untuk tidak malu karena Dia atau

perkataan-Nya (Mrk. 8:38). Dalam surat Timotius Paulus menasihati Timotius untuk menjadi

“seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan

kebenaran itu” (2Tim. 1:8; 2:15). Malu di sini tentu saja mencakup perasaan seseorang

(secara psikologis). Ada orang yang merasa malu mengungkapkan keyakinannya di depan

publik atau orang lain. Dia mungkin beranggapan bahwa berita injil terkesan terlalu

sederhana, bahkan aneh untuk di dengar oleh orang-orang yang baru mendengarnya. Seperti
di telinga orang-orang Yahudi berita injil terdengar sebagai batu sandungan, sedangkan di

telinga orang-orang non-Yahudi sebagai kebodohan (1Kor. 1:23). Bagaimana seorang Mesias

yang diharapkan akan datang untuk menyelamatkan bangsa Israel justru tidak mampu

menyelamatkan diri-Nya sendiri (bdk. Mat. 27:40; Luk. 23:37, 39)? Bagaimana mungkin

seorang dewa yang menjadi manusia justru mati secara hina dan mengerikan di atas kayu

salib? Inilah yang sering terjadi dalam kehidupan kekristenan, mereka malu menyatakan

keyakinan mereka sendiri,malu mengakui Yesus Kristus sebagai keselamatan bagi kehidupan

mereka. Tetapi berbeda dengan Paulus yang justru sebaliknya memiliki semangat penuh

dalam mengabarkan kebenaran Allah setelah ia mengalami pertobatan. Ini semua terjadi

karena ia menyadari bahwa Yesus Kristus mati secara hina itu semua atas dosa yang ia

lakukan dan untuk keselamatan dirinya sendiri. Malu dalam kaitannya dengan injil

sebenarnya lebih dari pada sekadar perasaan. Secara khusus hal ini berhubungan dengan

penolakan, penghinaan, dan penganiayaan yang bisa saja diterima oleh orang-orang Kristen

maupun para pemberita injil. Dugaan ini didukung oleh konteks dari nasihat Yesus Kristus

yang mengatakan “Barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah

angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu

apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diringi malaikat-malaikat kudus” (Mrk.

8:38). Bahkan Paulus juga memperingat dalam 2 Tim. 2:15 “Usahakanlah supaya engkau

layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang

memberitakan perkataan kebenaran itu. Keduanya sama-sama memberikan peringatan untuk

tidak malu terhadap injil dalam konteks penganiayaan (lihat Mrk. 8:34-37; 2 Tim. 2:8, 12).

Injil atau kabar baik itu berasal dari bahasa Yunani yaitu εὐαγγελίζω (euaggelizo =

noun accusative neuter singular from εὐαγγέλιον ) yang artinya adalah good news/kabar baik

(Markus 1:1). Mengapa dikatakan bahwa Injil itu adalah kabar baik? Sebab di dalam Injil itu

menceritakan satu priabadi yang menyelamatkan manusia yaitu Yesus Kristus Anak Allah itu
sendiri. Injil itu adalah Yesus Kristus yang menyoroti dari kelahiran, kematian, kebangkitan

dan kenaikan ke sorga sebagai sarana manusia kembali berhubungan dengan Allah. Dapatkah

manusia mengenal Injil jikalau Injil itu tidak datang? Dapatkah manusia mengenal Injil

jikalau Injil itu tidak di perkenalkan? Tidak akan. Siapakah yang pertama kali mendatangkan

Injil kepada manusia? Dia adalah Allah sendiri dalam Perjanjian Lama (PL) dan dalam

Inkarnasi Kristus Yesus dalam Perjanjian Baru (PB). Jika Injil itu berguna, lalu apa makna

kegunaannya? Makna Injil adalah untuk membawa manusia berdamai kembali dengan Allah

dan kembali dengan Tuhan Allah dengan hati yang jujur dan motivasi yang benar. Mengapa

manusia harus perlu Injil? Karena manusia perlu diselamatkan. Mengapa manusia perlu

diselamatkan? Karena manusia dari awal penciptaan manusia adalah gambar dan rupa Allah,

gambar dan rupa yang pada manusia itu mengalami kerusakan akibat dari ketidaktaatan atas

perintah Allah (dosa), maka dengan Injil Allah mau mengkembalikan gambaran-Nya didalam

pribadi manusia dengan inkarnasi-Nya dari Firman menjadi manusia. Mengapa Ia harus

menjadi manusia? Karena gambar yang telah rusak akibat dosa adalah manusia. Apa isi dari

Injil atau kabar baik itu? Kabar baik itu adalah kabar keselamatan bagi semua orang percaya

yang sudah di sediakan oleh Allah (Rom ayat 1-7). Kabar baik atau Injil itu menjadi sarana

Allah menyelamatkan mereka yang percaya bukan hanya bangsa Yahudi tetapi juga bangsa

Yunani. Itulah kabar baik yang diberitakan oleh Rasul Paulus dan dia tidak merasa malu

memberitakannya. Kabar baik itu menjelaskan relasi yang kembali pulih. Kabar baik adalah

kabar keselamatan. Rasul Paulus menjelaskan lebih dalam lagi tentang keselamatan ini.

Keselamatan bukan hanya sekedar orang selamat dari hukuman kekal sehingga masuk ke

sorga. Keselamatan berbicara tentang pulihnya relasi manusia dengan Allah seperti dulu kala.

Relasi yang rusak karena dosa manusia dipulihkan oleh Allah dengan jalan Allah

membenarkan sendiri manusia berdosa. Manusia tidak dapat membenarkan dirinya hanya
Allah saja yang sanggup melakukannya. Allah membenarkan manusia itulah yang menjadi

kabar baik untuk kita semua.1

Didalam kabar baik itu terdapat kekuatan Allah (Roma 1:16). Kekuatan Allah dalam

bahasa Yunani yaitu δύναμις (dunamis= noun nominative feminine singular from δύναμις)

yang berasal dari bahasa yunani yang artinya kekuatan, daya yang berkekuatan tinggi,

ledakan berkekuatan, energi yang besar, sesuatu yang menakjubkan. Inilah sifat dari Injil

yang berasal dari Allah, kekuatan Allah yaitu Injil. Kekuatan Allah di sini berbicara tentang

keselamatan manusia (1 Kor 1:18). “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah

kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu

adalah kekuatan Allah” (1 Kor 1:18). Mengapa pemberitaan salib itu adalah kekuatan Allah?

Sebab dibalik pemberitaan salib itu ada sosok pribadi yaitu Kristus (1 Kor 1:24). Salib tanpa

Kristus memang suatu kebodohan dan pemberitaan salib yang demikian adalah kesia-siaan.

Namun salib yang oleh para Rasul dan Gereja beritakan menjadi suatu kekuatan dan hikmat

Allah karena Kristus. Sehingga pemberitaan salib adalah pemberitaan Kristus yaitu

menyalurkan kekuatan Allah kepada setiap orang sehingga dia bisa diselamatkan. Kristus

yang menyelamatkan ini diberitakan baik secara lisan dan tulisan menjadi Injil yang

menyelamatkan.2 Manusia berdosa, manusia berontak, manusia tidak sadar bahwa ia harus

ditebus dari segala kesalahannya. Kepada Allah manusia telah berdosa, dan manusia tidak

ada yang kudus dan tak seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari murka Allah

yang menyala-nyala. Keselamatan tidak berada dalam kekuatan kita sendiri; kita tidak

memiliki apa yang diperlukan untuk menyelamatkan diri kita sendiri. Kita membutuhkan

kuasa Allah, yaitu Injil untuk menyelamatkan kita. Kita tidak dan tidak bisa menyelamatkan

diri kita dari dosa, kematian, dan penghakiman. Kita juga tidak bisa menyelamatkan diri dari

1
https://hendisttrii.wordpress.com/2013/11/29/renungan-roma-1-16-17/
2
Hendi Wijaya, Formasi Rohani:Fondasi, Purification dan Deifikasi (Jogjakarta, 6 Nopember 2018)
59.
kegelapan ketidaktahuan kita akan Tuhan. Maka oleh belas kasihan-Nya pula, Allah mau

datang kepada manusia dengan mengungkapkan diri serta menyatakan diri melalui daging

(inkarnasi). Apa sebabnya? hanya karena Allah mencari manusia berdosa. Allah yang datang

itu ialah Yesus Kristus, Ia adalah pribadi kedua Allah Trinitas. Yesus yang datang dalam rupa

manusia Ia mau taat sampai mati kepada hukum yang Ia buat sendiri, maka disinilah karya-

Nya yang besar kepada umat manusia yang sampai saat ini masih kita rayakan. Yesus Kristus

adalah pusat sejarah dan Bapa adalah pencipta dari sejarah itu sendiri. Injil kekuatan

Allah itu berada dimana? Yaitu didalam Kristus. Mengapa harus didalam Kristus Kristus?

Jika tanpa Kristus siapa yang mau taat sampai mati dan dapat menjadi suci kudus seperti

Kristus. Tidak ada ! Allah berkata “tidak ada, seorang pun tidak ada yang benar (Rom 3:10),

maka Ia harus turun memberi diri sebagai pengganti dari korban sembelihan. Apa gunanya?

Agar manusia dapat berdamai dengan Allah dan Allah memadamkan api murkanya yang

sedemikian ganas. Yesus tadinya Allah, Ia mau rela disiksa dan dianiaya, dicambuk, Yesus

harus disalib karena suara rakyat-Nya sendiri yang menghendaki Ia disalib (Matius 17:22).

Jerome mengatakan “ Kita di selamatkan oleh kasih karunia dari pada perbuatan, karena kita

tidak dapat memberikan apapun kepada Allah sebagai imbalan atas apa yang telah Dia

berikan kepada kita.” 3 Inilah bukti kasih Allah kepada kita manusia. Ia menyelambatkan kita

tanpa ada imbalan yang kita berikan kepada-Nya. Ini semua Ia lakukan karena Ia adalah

kasih. Karya penebusan yang Ia perbuat dan dikorbankan menjadikan berita tentang anugerah

keselamatan itu semakin kokoh. Maka yang memperkuat kembali berita itu ketika dunia tahu

Ia telah bangkit, maka disinilah letak kekuatan Injil Kristus yang sejati (Kis 26:23; 1 Kor

15:20). Kebangkitan-Nya telah mengalahkan dosa, iblis dan maut sehingga tidak berkuasa

lagi atas Dia dan manusia (Rom 6:9). Inilah tugas kita sebagai orang yang telah percaya. Kita

harus memberitakan kekuatan Injil itu yaitu kemenangan-Nya atas dosa, maut dan iblis.

3
Jerome, Epistle to the Ephesians, 1.2.1
Inilah kabar baik yang harus di beritakan dan kita tidak perlu malu sebab kita telah

memperoleh kemenangan itu. Pemberitaan Injil adalah pemberitaan kekuatan Allah.

Pemberitaan Injil adalah pemberitaan salib. Pemberitaan Injil adalah pemberitaan Kristus

yang menyelamatkan setiap orang. Pemberitaan Injil yang demikian adalah hikmat bagi kita

yang diselamatkan sebab melalui Injil yang diberitakan ini kekuatan Allah disalurkan

sehingga Roh Kudus bisa berkarya mencurahkan karya Kristus yang mati, dikubur, dan

bangkit ke dalam hati setiap orang melalui imannya dan dia diselamatkan (Rom 5:5; Efe 2:8).

Jadi, Kristus adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan dan ini telah menjadi Injil yang

terus diberitakan baik secara lisan dan tulisan supaya setiap orang percaya pada Kristus dan

memperoleh hidup dalam Kristus yaitu keselamatan (1 Yoh 1:1-4; Yoh 20:30).

Dalam ayat 16 Paulus mengatakan bahwa Injil “adalah kekuatan Allah untuk

keselamatan bagi setiap orang yang percaya, pertama-tama bagi orang Yahudi dan juga bagi

orang Yunani.” Ia dapat mengatakan, “untuk orang-orang Yahudi (jamak) pertama dan juga

untuk orang-orang Yunani (jamak),” Tapi dia memasukkannya ke dalam bentuk tunggal.

Keselamatan adalah masalah individu dan pribadi. Menjadi anggota ras Yahudi tidak akan

membuat kita selamat, meskipun orang-orang Yahudi adalah umat pilihan Tuhan. Menjadi

orang Amerika atau anggota keluarga Kristen tidak akan membuat kita selamat. Tetapi apa

yang membuat kita dapat selamat? Kita harus secara pribadi percaya kepada Kristus. Dengan

“orang Yahudi yang pertama,” berarti bahwa Injil datang pertama kali dalam sejarah kepada

orang Yahudi. Allah memilih Abraham dan keturunannya melalui Ishak dan Yakub sebagai

ras yang Ia nyatakan keselamatannya. Melalui orang-orang Yahudi Juruselamat datang.

Karena itu, seperti yang Yesus katakan, "Keselamatan berasal dari orang-orang Yahudi"

(Yohanes 4:22). Tetapi di sini penekanan Paulus adalah pada penawaran universal. Injil Ini

untuk semua orang yang akan percaya. Itu untuk orang Yahudi religius yang akan percaya

dan itu untuk orang Yunani kafir yang akan percaya. Tidak ada yang perlu dikecualikan.
Kabar baik-Nya adalah untuk kita, apa pun latar belakang kita! Pertanyaan buat kita Apakah

kita orang yang benar, religius, dan bermoral? Kita tidak harus percaya pada hal-hal ini,

tetapi sebagai orang berdosa menerima kebenaran Kristus dengan iman. Apakah kita seorang

ateis atau orang yang tidak bermoral atau pengusaha yang serakah dan selingkuh? Kita harus

berbalik dari dosa-dosa ini dan berseru kepada Allah untuk berbelas kasih kepada kita, orang

berdosa, dan kita akan pulang hari ini dibenarkan oleh Dia(Lukas 18: 9-14). Jadi Injil adalah

kuasa Allah untuk keselamatan bagi setiap orang yang percaya.

Pada ayat 17, Paulus mengungkapkan, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah,

yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan

hidup oleh iman”. Kuasa Injil tidak berhenti hanya untuk menyelamatkan tetapi memimpin

iman. Paulus mengungkapkan bahwa di dalam Injil itu sendiri adalah kebenaran Allah. Kata

“kebenaran” diterjemakan ke dalam bahasa Yunani  (dikaiosune) yang berarti

pembenaran/justification. Pembenaran Allah yang dimaksud adalah bagaimana cara Allah

merekatkan hubungan manusia dengan-Nya melalui Kristus yang di dalamnya kita harus

percayai dan taati secara mutlak dari awal sampai akhir. Itulah yang Injil kerjakan yaitu

membenarkan manusia berdosa melalui karya Allah Anak dan juga memimpin iman. Di sini

Paulus mengaitkan konsep kebenaran/pembenaran Allah dengan konsep iman. Iman sejati

tidak bisa dilepaskan dari kebenaran/pembenaran Allah. Dengan kata lain, iman harus terus-

menerus berpaut kepada dan berada di dalam kebenaran Allah (Kristus) sebagai obyek

sekaligus subyek iman. Ini menunjukkan ada synergy antara manusia dengan Allah. Allah

memberikan kita anugerah itu dan kita harus meresponnnya dengan iman yang kita miliki

supaya anugerah itu dapat kita miliki dan menyelamatkan kita. Tetapi Allah telah

memberikan kita kehendak bebas (Free Well) tergantung kita mau menerima atau menolak

anugerah Adari Allah sebab Allah tidak memaksa kita. Tetapi Thomas Aquinas (1227-1274)

mengatakan “Akibat penebusan bergantung penuh pada orang yang bersangkutan, apakah ia
menerima atau menolak. Menolak penebusan Kristus berarti tidak menerima penebusan

Kristus, tetapi menerima penebusan Kristus akan menerima juga akibat penebusan-Nya. 4

Werren W. Wiersbe mengatakan bahwa “ Pembenaran adalah tindakan Allah untuk

membenarkan orang-orang berdosa di dalam Yesus Kristus berdasarkan karya

penyelamatan-Nya di kayu salib.” Jadi bukanlah karena kita berbuat yang baik, melakukan

amal supaya memperoleh pembenaran tetapi karena kasih Kristus saja. 5

Manusia di benarkan oleh darah Kristus (Rom 5:9) yaitu atas kematian-Nya di atas

kayu salib. kita semua berada di bawah kutuk karena melanggar hukum Allah tetapi dengan

mati di atas kayu salib untuk menggantikan kita (Gal 3:13). Dalam 1 Petrus 2:24 Petrus

berkata “ Ia (Kristus) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib.

Dalam 2 Korintus 5:21 Paulus mengatakan “ Dia (Kristus) yang tidak mengenal dosa teah di

buat-Nya (Allah) menjadi berdosa karena kita, supaya dalam Dia kita di benarkan oleh

Allah.” Jadi yang di maksud dengan pembenaran adalah pembenaran yang bukan diperoleh

karena perbuatan baik, melakukan hukum taurat, puasa, askesis, tetapi Allah sendiri yang

memberikan pembenaran itu melalui karya keselamatan oleh anak-Nya Yesus Kristus yang

telah mati di kayu salib, sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya di benarkan. Jadi,

kebenaran itu bukan miliki kita tetapi milik Allah sebab kita tidak mencapainya dengan jeri

payah dan kerja keras tetapi kita menerimanya seagai hadiah Allah kepada kita.

Dalam ayat 17 menegaskan kepada kita dimana Injil mengungkapkan bagaimana

orang berdosa dapat dibenarkan dihadapan Allah dengan iman (πίστεως). Menurut Yohanes,

tujuan Injil di tulis adalah supaya kita percaya bahwa Yesuslah Mesias Anak Allah dan

supaya kita oleh iman memperoleh hidup dalam nama-Nya. Jadi iman adalah sarana yang

4
Dr. Peter Wongso, Soteriologi/Doktrin Keselamatan (Malang, 1990), 23
5
Waren Wiersbe, Benar Di Dalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 1989), 442.
dengannya kita diselamatkan (Rom 10:9) dan jalan menuju pengharapan yang pasti (Ibr 1:1). 6

Klemens dari Roma mengatakan “Dan kita juga, dipanggil oleh kehendak-Nya dalam Kristus

Yesus, tidak di benarkan oleh diri kita sendiri,atau oleh kebijaksanaan kita sendiri, atau

pemahan, atau kesalehan atau pekerjaan yang telah kita lakukan dalam kekudusan hati, tetapi

dengan iman yang melaluinya, sejak awal Allah yang Mahakuasa telah membenarkan semua

manusia.”7 Karena itu orang berdosa tidak dibenarkan karena kebenarannya sendiri dengan

menaati hukum Taurat (Gal. 3:11), tetapi oleh Allah yang menanamkan kebenaran Kristus

kepada mereka dengan iman. Cyrill dari Alexandria mengatakan “ Karena kita dibenarkan

karena iman, bukan karena perbuatan hukum taurat, seperti yang di katakan Kitab Suci.

Bukankah didalam Dia yang menderita kematian menurut daging demi kita yaitu Yesus

Kristus.” 8 John juga mengatakan “ Tetapi apakah hukum iman? Yaitu diselamatkan oleh

anugerah.” 9 Ini menunjukkan kuasa Allah, karena Ia tidak hanya menyelamatkan, tetapi

bahkan membenarkan, dan menuntun mereka untuk bermegah dengan mencari iman.

Apa yang di maksudkan oleh Paulus yang mengatakan “dari iman ke iman.” NIV

menerjemahkan,” Dengan iman dari awal sampai akhir” artinya kita menerima Injil dengan

iman dan kita terus hidup dengan iman. Ini didukung oleh fakta bahwa "percaya" (1:16)

adalah sebuah present participle, membawa fakta bahwa iman yang menyelamatkan bukanlah

peristiwa tunggal, melainkan sebuah proses seumur hidup yang berkelanjutan. Kita

dibenarkan pada saat kita percaya, tetapi ketika kita terus percaya kepada Injil, Allah terus

mengungkapkan kepada kita fakta bahwa kita memiliki hak untuk berdiri di hadapan-Nya

atas dasar kematian Kristus di kayu salib. Iman menerapkan kebenaran Kristus yang

diperhitungkan kepada kita sehingga kita semakin bersukacita di dalam Kristus saja sebagai

6
Anthonya A. Hoekema, Diselamatkan Oleh Anugerah (Surabaya, 2001), 188
7
Clement, Surat Pertama untuk Korintus, 32,4.
8
Cyril dari Alexandria, Against Nestorius, 3.62
9
John Chrysostom, Homilies on Ephesians, 4.2.9.
satu-satunya harapan kita akan kehidupan kekal. Jadi manusia di selamatkan oleh iman bukan

hasil usaha kita tetapi pemebrian Allah (Ef 2:8). Tetapi pertanyaan buat kita apakah gunanya

jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai

perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Bukankah iman tanpa perbuatan adalah

mati (Yak 2:18-20). Dengan demikian, iman harus disertai perbuatan baik sehingga iman itu

menjadi iman yang hidup. Iman yang hidup inilah, yang kita peroleh karena kasih karunia

Allah, yang dapat menyelamatkan kita (lih. Ef 2:8-10; Tit 3:5-8; Yak 2:14-26). Dengan

demikian jika kita ingin di selamatkan kita harus mempunyai iman yang hidup, yaitu iman

yang dinyatakan dengan perbuatan baik/ kasih baik kepada sesama kita terlebih-lebih kepada

Allah yang terus menerus kita kerjakan sampau gambar dan rupa Allah itu nyata didalam diri

kita. Iman yang kita miliki hanya dapat di lihat oleh orang yang ada di sekitar kita melalui

perbuatan kita, sikap kita, tindakan kita kepada orang lain. Jadi bukti kita mempunyai iman

kepada Allah adalah mengasihi tetangga yang ada di sekitar kita dan Allah sama seperti Allah

yang memberikan kasih-Nya kepada semua orang tanpa ada perbedaan.

Outline konsep

Ide utama: Kekuatan Injil yang menyelamatkan

Ide pendukung:

1. Aku tidak malu akan Injil/kabar baik karena:

a. Injil atau kabar baik adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan bagi semua

orang percaya pertama orang Yahudi dan juga bagi orang Yunani

b. Karena di dalamnya kebenaran Allah dinyatakan dari iman kepada iman

Ringkasan

Mengapa kita tidak perlu malu kepada Injil atau kabar baik itu? Sebab Injil itu adalah

kekuatan Allah itu sendiri yang dapat menyelamatkan setiap orang yang percaya. Apa yang di
maksud dengan kekuatan Allah itu? Kekuatan Allah itu terdapat ketika Ia membenarkan

semua orang dengan penyaliban—Nya, kematian dan kebangkitan-Nya yang telah

mengalahkan kuasa dosa, maut dan iblis. Inilah kekuatan Allah tersebut yaitu kasih karunia

yang Ia berikan kepada setiap orang yang mau menerima-Nya yang terdapat di dalam satu

pribadi yaitu Pribadi Yesus Kristus itu sendiri. Kasih karunia itu harus kita respon dengan

iman kita. Jadi ini menunjukkan ada synergy antara kita dan Allah. Kita bukan hanya sekedar

mempunyai iman tetapi kita harus mempunyai iman yang disertai dengan perbuatan (kasih)

sehingga iman kita terus menjadi iman yang hidupyang kita kerjakan setiap hari dan terus

menerus sampai kita menjadi segambar dan serupa dengan Kristus.

Oidience :

1. Kita harus terlebih dahulu mengenal siapa itu Injil

2. Setelah itu kita harus meyakini dan percaya kepada-Nya

3. Bukti kita meyakini dan percaya kepada Injil yaitu kita memiliki iman yang disertai

dengan kasih yang terus menerus dikerjakan

4. Kita harus menjadi Injil di tengah-tengah orang banyak yang dapat di baca dari sikap,

perbuatan, perkataan, penampilan kita yang sesuai dengan kehendak Allah.


Daftar Pustaka

https://hendisttrii.wordpress.com/2013/11/29/renungan-roma-1-16-17/

Wijaya Hendi, Formasi Rohani:Fondasi, Purification dan Deifikasi (Jogjakarta, 6 Nopember


2018), 59.

Jerome, Epistle to the Ephesians, 1.2.1

Dr. Wongso. Peter, Soteriologi/Doktrin Keselamatan (Malang, 1990), 23

Wiersbe Waren, Benar Di Dalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 1989), 442

Hoekema A. Anthonya, Diselamatkan Oleh Anugerah (Surabaya, 2001), 188

Clement, Surat Pertama untuk Korintus, 32,4.

Cyril dari Alexandria, Against Nestorius, 3.62

John Chrysostom, Homilies on Ephesians, 4.2.9.

Anda mungkin juga menyukai