Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat rahmat dan tuntunan-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
dan merupakan salah satu bentuk usaha penulis untuk
menambah wawasan mengenai “Asuhan Keperawatan Pada
Bayi Atau Anak Dengan Gangguan Sistem Hematologi :
Thalasemia”. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna.
Mengingat banyaknya kekurangan yang penulis miliki, baik
dari segi isi, penyajian maupun penulisan itu sendiri. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan pendapat, saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat menjadi inspirasi dan memberikan
manfaat bagi kita semua.

Kupang, 03 Desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................i
Daftar Isi ................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Thalasemia.....................................................3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Thalasemia..... 10
2.3 Contoh Asuhan Keperawatan Pada Pasien Thalasemia..... 25

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................ 36
3.2 Saran ................................................................................... 36

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit talasemia masih kurang dikenal oleh masyarakat. Padahal,
di Indonesia terdapat banyak penderita penyakit kelainan darah yang
bersifat diturunkan secara genetik dan banyak terdistribusi di Asia ini.
Pencegahan talasemia pun sulit dilakukan karena minimnya perhatian
masyarakat dan sarana yang dimiliki oleh tempat pelayanan kesehatan
di Indonesia. Beberapa data menunjukkan bahwa ada sekitar ratusan
ribu orang pembawa sifat talasemia yang beresiko diturunkan pada anak
mereka serta data lain yang menemukan bahwa 6 – 10% penduduk
Indonesia merupakan pembawa gennya. Penderita talasemia mayor di
Indonesia sudah tercatat sekitar 5.000 orang, selain yang belum terdata
atau kesulitan mengakses layanan kesehatan. Angka penderita di dunia
lebih besar, yaitu setiap tahunnya ada sekitar 100.000 penderita baru
yang lahir dari pasangan pembawa gen. Begitu banyak penderita
talasemia di Indonesia, akan tetapi layanan kesehatan di Indonesia
masih sulit diakses oleh penderita talasemia. Biaya pengobatannya pun
mahal, karena pasien biasanya membutuhkan transfusi darah terus
menerus untuk memperpanjang hidupnya. Sedangkan tidak ditemukan
adanya kesembuhan yang sempurna pada penyakit
thalasemia. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit ini
dan tidak sempurnanya kesembuhan yang dicapai oleh penderita
talasemia membuat penulis merasa perlu memberikan perhatian lebih
pada penyakit ini. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk membuat

3
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Thalasemia”.
B. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah konsep dasar penyakit thalasemia?
1.2.2 Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada pasien
thalasemia?
1.2.3 Bagaimanakah contoh asuhan keperawatan pada pasien
thalasemia?

C. Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar penyakit
thalasemia.
1.3.2 Mahasiswa mampu memahami tentang konsep asuhan
keperawatan pada pasien thalasemia.
1.3.3 Mahasiswa mampu memahami tentang contoh asuhan
keperawatan pada pasien thalasemia.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

I. KONSEP DASAR THALASEMIA


A. Definisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana
terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah
sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari )
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter
yang diturunkan secara resesif, secara melokuler dibedakan
menjadi thalasemia alfa dan beta, sedangkan secra klinis
dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor. (Padila, 2002)

B. Etiologi
a. Penyebab primer
 Berkurangnya sintesis Hb A
 Eritropoesis yang tidak efektif
 Penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler
b. Penyebab sekunder
 Defisiensi asam folat
 Bertambahnya volume plasma intravaskuler yang
mengakibatkan hemodilusi
 Destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial
dalam limfa dan hati

5
C. Klasifikasi
Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler
menjadi dua yaitu thalasemia alfa dan thalasemia beta.
1. Thalasemia Alfa
Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau
seluruh globin rantai alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri
dari :
a. Silent Carrier State
Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini
tidak timbul gejala sama sekali atau sedikit kelainan
berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat.
b. Alfa Thalasemia Trait
Gangguan pada 2 rantai globin alpha. Penderita
mengalami anemia ringan dengan sel darah merah
hipokrom dan mikrositer, dapat menjadi carrier.
c. Hb H Disease
Gangguan pada 3 rantai globin alfa. Penderita
dapat bervariasi mulai tidak ada gejala sama
sekali, hingga anemia yang berat yang disertai
dengan perbesaran limpa.
d. Alfa Thalassemia Mayor
Gangguan pada 4 rantai globin alpha. Thalasemia tipe
ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada
thalassemia tipe alfa. Kondisi ini tidak terdapat rantai
globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA
atau HbF yang diproduksi. Janin yang menderita

6
alpha thalassemia mayor pada awal kehamilan
akan mengalami anemia, membengkak karena
kelebihan cairan, perbesaran hati dan limpa. Janin
ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal
tidak lama setelah dilahirkan.
2. Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu
atau dua rantai globin beta yang ada. Thalasemia beta terdiri
dari :
a. Beta Thalasemia Trait.
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan
satu gen yang bermutasi. Penderita mengalami
anemia ringan yang ditandai dengan sel darah
merah yang mengecil (mikrositer).
b. Thalasemia Intermedia.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih
bisa produksi sedikit rantai beta globin. Penderita
mengalami anemia yang derajatnya tergantung dari
derajat mutasi gen yang terjadi.

7
c. Thalasemia Mayor.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga
tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Gejala
muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa
anemia yang berat. Penderita thalasemia mayor
tidak dapat membentuk hemoglobin yang cukup
sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat
disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama kelamaan
akan menyebabkan kekurangan O2, gagal jantung
kongestif, maupun kematian. Penderita thalasemia
mayor memerlukan transfusi darah yang rutin dan
perawatan medis demi kelangsungan hidupnya (Dewi.S
2009 dan Yuki 2008).

8
D. Pahtways

9
E. Patofisiologi

Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan


sekunder. Talasemia primer adalah berkurangnya sintesis HbA
dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel–sel
eritrosit intramedular. Sedangkan talasemia sekunder ialah
karena defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma
intravascular yang mengakibatkan hemodilusi dan destruksi
eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam limpa dan hati.
Terjadinya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai
alfa atau beta dari hemoglobin berkurang.

10
Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara
tranfusi berulang, peningkatan absorbsi besi dalam usus karena
eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis, serta proses
hemolisis.
 Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dua polipeptida
rantai alfa dan dua rantai beta
 Pada Beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya
rantai beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada
gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen
 Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpa,
tetapi rantai beta memproduksi secara terus menerus sehingga
menghasilkan Hb defective. Ketidakseimbangan polipeptida
ini memudahkan ketidakstabilan dan disentebrasi. Hal ini
meyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis
 Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia beta
dan kelebihan rantai beta dan gama ditemukan pada talasemia
alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presipitasi
dalam sel eritrosit. Globin intraeritrositik yang mengalami
presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan
beta, atau terdiri dari Hb tak stbil-badan Heinz, merusak
sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis
 Reduksi dalam Hb menstimulasi bone marrow memproduksi
RBC yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone
marrow, produksi RBC di luar menjadi eritropoitik aktif.
Kompensator produksi RBC secara terus-menerus pada suatu

11
dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC,
menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin.
Kelebihan produksi dan destruksi RBC menyebabkan bone
marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.
F. Manifestasi Klinis
 Letargi
 Pucat
 Kelemahan
 Anoreksia
 Diare
 Sesak napas
 Pembesaran limfa dan hepar
 Ikterik ringan
 Penipisan kortek tulang panjang tangan dan kaki
 Penebalan tulang kranial

G. Pemeriksaan Penunjang
 Pemerikasaan Laboratorium Darah
 Hb : kadar Hb 3-9 gr %
 Pewarnaan SDM : Anisositosis, Poikilositosis,
Hipokromia berat, target sel tear drop cel
 Gambaran Sumsum tulang (Eritripoesis Hiperaktif)
 Elektroforesis Hb
 Thalasemia alfa : ditemukan hb Bart's dan Hb H

12
 Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi 10-90% (N :
> 1%)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Tranfusi PRC (packed red cell) bila Hb < 9 gr%
2. Untuk menurunkan besi dari jaringan tubuh diberikan
kalori besi : disferal IM/IV
3. Splenektomi : hipersplenisme
4. Transplantasi sum sum tulang pada talasemia maya
5. Berikan asam folat 2 – 5 mg/hari, pada yang jarang
mendapatkan tranfusi
6. Pantau fungsi organ: jantung, paru, hati, endokrin, gigi,
telinga, mata, tulang.

I. Komplikasi
1. Akibat anemia yang berat dan lama sering terjadi gagal
jantung
2. Tranfusi darah yang berulang-ulang dan proses hemolisis
mengalibatkan kadar besi dalam darah sangat tinggi,
sehingga ditimbun dalam jaringan seperti hepar, limfa, kulit
dan jantung.
3. Hepatosplenomegaly
4. Gangguan tumbuh kembang
5. Disfungsi organ

13
A. Identitas Klien
Nama  :  An.B
TTL  :  10 Juni  1995
Usia  :  10 tahun
Nama Ayah  :  Tn. S
Pekerjaan  :  Guru
Pendidikan  :  Sarjana
Nama Ibu  :  Ny. R
Pekerjaan  :  Ibu rumah tangga
Pendidikan  :  SMA
Agama  :  Islam
Suku Bangsa :  Jawa
Alamat  :  Perumahan Miranti 53 Purworejo Jateng
Tanggal Masuk  :  5 Juni 2005
Tanggal Pengkajian : 7 Juni 2005

B. Keluhan Utama
Muka pucat dan badan terasa lemah, tidak bisa beraktifitas dengan
normal

14
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke poliklinik anak  RS. Dr Sardjito  dengan
keluhan muka pucat dan badan terasa lemah. Klien adalah
penderita Talasemia B Mayor, terdiagnosis 2 tahun yang lalu. Hasil
pemeriksaan laboratorium Hb 5,2 gr/dl, leuko 9200/mmk,
trombosit 284.000, segmen 49 %, limfosit 49%, batang 1%. Atas
keputusan dokter akhirnya klien dianjurkan rawat inap di ruang B4
untuk mendapatkan tranfusi.
D. Riwayat Penyakit Masa Lampau
1. Penyakit waktu kecil : pada waktu kecil klien jarang sakit dan
setelah berumur 2  tahun ketahuan anak menderita talasemia.
2. Pernah dirawat dirumah sakit : anak sering dirawat di rs karena
talasemia terakhir bulan oktober 2004
3. Obat-obatan yang digunakan : anak belum  pernah diberikan obat
sendiri selain dari petugas kesehatan
4. Tindakan (operasi) : belum pernah pernah dilakukan operasi pada
an. B
5. Alergi : tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan
6. Kecelakaan :  anak belum pernah mengalami kecelakaan
7. Imunisasi : lengkap
1) Hepatitis B I,II,III umur 12 bulan,14 bulan dan 20 bulan
2) BCG  1 kali umur 1 bulan
3) DPT I,II,III umur 2,3,4 bulan
4) Polio I,II,III,IV umur 2,3,4,5 bulan
5) Campak 1 kali umur 9 bulan

15
E. Kesehatan Fungsional
1) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan :
Orang tua klien bila anaknya sakit selalu memeriksakan kesehatan
anaknya pada petugas kesehatan  di rumah sakit.
2) Nutrisi
Makanan yang disukai     : anak suka makan nasi dengan daging
ayam
Alat makan yang dipakai : sendok dan piring
Pola makan/jam : selama di rs anak makan 3 kali sehari
3) Aktivitas
Aktivitas klien di rs terbatas di tempat tidur, berbaring, duduk dan
membaca buku di tempat tidur.
4) Tidur dan istirahat
Pola tidur : anak tidur cukup 8-9 jam
Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada kebiasaan khusus
5) Eleminasi
BAB : anak bab 1 kali sehari konsistensi lembek warna kecoklatan
BAK : anak bak 6-8 kali sehari warna kuning.
6) Pola hubungan
Yang mengasuh : anak diasuh sendiri oleh orang tuanya

16
Hubungan dengan anggota keluarga : baik
Hubungan anak dengan orang tua : baik
Pembawaan secara umum : anak berpenampilan rapi
Lingkungan rumah : lingkungan rumah bersih,rumah permanen milik
sendiri ventilasi cukup sinar matahari cukup,lantai keramik atap
genteng.
7) Koping keluarga
Stressor pada anak/keluarga : anak dan keluarga cukup familiar
dengan petugas dan rumah sakit karena sudah sering dirawat di RS.
8) Kongnitif dan persepsi
Pendengaran : anak tidak mengalami gangguan pendengaran
Penglihatan : penglihatan anak normal
Penciuman : penciuman anak baik
Taktil dan pengecapan : anak dapat membedakan halus dan kasar.
9) Konsep diri
Selama ini anak merasa tidak ada masalah dengan penampilan dan
pergaulannya dengan teman-temannya. Klien termasuk anak yang
mudah bergaul dan disukai oleh teman-temannya.
10) Seksual
Anak berjenis kelamin laki-laki tidak ada kelainan genetalia.
11) Nilai dan kepercayaan
Anak dilahirkan pada lingkungan keluarga beragama islam,rajin dan
sudah mulai belajar untuk beribadah secara aktif. Keluarga
memberikan kesempatan pada anak untuk aktif dalam kegiatan tpa di
tempat tinggalnya.

17
F. Pemeriksaan  Fisik
1. Keadaan umum  : ku lemah,kesadaran cm.
2. TB/ BB  : 125  cm/23 kg
3. Tanda vital  : suhu 36,4°c, nadi 94x/mnt, respirasi 24 x/mnt
4. Mata : conjuctiva anemis,sklera ikterus
5. Hidung  : tidak ada kelainan,discharge (-)
6. Mulut   : mukosa mulut pucat ,mulut bersih.gigi
caries (+)
7. Telinga  : tidak ada kelainan,discharge (-)
8. Tengkuk : tidak ada kaku kuduk dan tidak ada
pembesaran kel.limfe
9. Dada  : bentuk simetris, ictus cordis tak tampak
10.Jantung  : bunyi jantung i s1 tunggal, s2 split tak
11.Paru-paru  : suara nafas vesikuler,wheezing tidak ada
12.Perut  : pembesaran hepar tak teraba, pembesaran
lien
13.Genetalia  :  genetalia tak ada kelainan
14.Ekstremitas  : tangan kanan terpasang infus, gerakan
ekstemitas bebas,  tonus otot  normal, tidak ada edema,akral agak
dingin

18
15.Kulit  : kulit bersih,turgor kulit
normal,hiperpigmentasi.

G. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
1. Data subyektif Tidakseimba Fatigue/kelemaha
a. Anak ngan n
mengeluh badannya kebutuhan
terasa lemah pemakaian
Data obyektif dan suplai
a. Aktivitas kebutuhan oksigen/penu
sehari-hari runan intake
dibantu/adl dibantu nutrisi
b. skala adl : 2
2. Data subyektif Intake Ketidakseimbang
a. Ibu mengatakan inadequat an nutrisi kurang
nafsu makan dari kebutuhan
anaknya menurun
Data obyektif
a. Porsi makanan yang
disediakan hanya
habis ½ porsi

H. Diagnosa Keperawatan

19
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake
inadequate
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur/tindakan
invasive/penurunan status imunitas klien.

I. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi (NIC)
NO Keperawata Kriteria Hasil
n (NOC)
1. Ketidakseim Keseimbangan Nutrient
bangan nutrisi dapat management
nutrisi : tercapai setelah a. Kaji adanya
kurang dari dilakukan tindakan alergi
kebutuhan keperawatan selama terhadap
3x24 jam ditandai makanan
dengan: b. Kolaborasi
a. Tidak terjadi dengan ahli
penurunan atau gizi jumlah
peningkatan bb kalori dan
dengan cepat tipe  nutrisi
b. Turgor kulit yang
normal tanpa dibutuhkan.
udema c. Anjurkan
c. Kadar albumin meningkatkan  
plasma 3,5-5,0 intake kalori,

20
gr/dl fe, dan vit c
d. Melaporkan k/p
peningkatan d. Monitor
selera makan jumlah kalori
dan intake
nutrisi
e. Bantu klien
menerima
program
nutrisi yang
dibuat
dirumah sakit
Nutrient
konseling
a. Komunikasi
terapeutik
b. Bina
hubungan
saling percaya
c. Kaji pola
kebiasaan
makan
sebelum sakit
d. Diskusikan
makanan
kesukaan dan

21
tidak disukai
e. Evaluasi
kemajuan
program
modifikasi
diet (tujuan)
2. Risiko Pasien Infection control
infeksi menunjukkan a. Terapkan
kontrol terhadap pencegahan
resiko setelah universal
dilakukan b. Berikan
perawatan 3x24 hiegine yang
jam dengan baik
indikator : lingkungan
a. Bebas dari atau personal
tanda dan c. Batasi jumlah
gejala infeksi. pengunjung
b. Mampu dan anjurkan
menjelaskan cuci tangan
tanda dan ketika kontak
gejala infeksi dengan klien
c. Leukosit dalam d. Lakukan
batas normal dresing pada
d. Tanda vital iv line dan
dalam batas kateter
normal e. Tingkatkan

22
intake nutrisi
dan istirahat
yang cukup
Infection
protection
a. Monitor tanda
dan gejala
infeksi
lokal/sistemik
b. Pantau hasil
pemeriksaan
laboratorium
yang
mengindikasik
an infeksi
(wbc)
c. Amati faktor2
yang dapat
meningkatkan
infeksi
d. Observasi area
invasive
e. Pertahankan
tekhnik
aseptic dalam
perawatan

23
klien
Monitor vital
sign
a. Pantau suhu
tubuh setiap 8
jam
Enviroment
management
a. Batasi
pengunjung
yang sedang
demam/influe
nsa/sakit
infeksi
Health
education
a. Jelaskan
mengapa sakit
dan
pengobatan
meningkatkan
resiko infeksi
b. Anjurkan
untuk menjaga
kesehatan
personal untuk

24
melindungi
dari infeksi
c. Ajarkan
metode aman
untuk
pengamanan/p
enyiapan
makanan
d. Pengendalian
infeksi :
ajarkan
tekhnik cuci
tangan
e. Ajarkan
tanda2 infeksi
f. Anjurkan
untuk lapor
perawat/dokte
r bila
dirasakan
muncul tanda2
infeksi
Medication
administration
a. Kelola therapi
sesuai advis

25
b. Pantau
efektifitas,
keluhan yang
muncul pasca
pemberian
antibiotik

J. Catatan Perkembangan (Implementasi dan Evaluasi)


No.Dx Hari, Tgl, Jam Implementas Evaluasi
i
Selasa. S: klienmengatakan  makan
1. 8 juni 2005  Mengobserv terasa kurang enak
07.40 asi ku
penderita O. oporsi makanan yang
 Mengkaji disediakan habis ½ porsi,
status gizi susu habis 100 cc (1/2
08.05 klien gelas)
 Membantu A : masalah belum teratasi
menyiapkan P : intervensi lanjutkan
makanan
pagi
 Memotivasi
klien untuk
menghabiska
09.30 n porsi
makanan

26
yang
10.00 disediakan
 Mengobserv
asi asupan
nutrisi klien
 Memberi
obat oral
asam folat 5
mg
2 Rabu,  Memberi
9 juni 2005 minum susu S: ibu klien mengatakan
fcm 1 gelas nafsu makan
08.00 anaknya  meningkat

 Mengobserv O: porsi makann yang

asi ku disediakan habis ¾ porsi,

penderita minum susu 1 gelas (200cc)


10.30  Membantu
menyiapkan A: masalah belum teratasi

diet klien
 Memotivasi P: lanjutkan intervensi

klien untuk
11.00 menghabisk
an porsi
makanan
yang

27
disediakan
3. Kamis  Menilai
10juni 2005 nafsu makan
pk.08.00 anak
 Mencatat S: ibu klien mengatakan
asupan nafsu makan
nutrisi klien anaknya  meningkat

O. porsi makann yang


disediakan habis ¾ porsi,
 Membantu minum susu 1 gelas (200cc)
menyiapkan bb : 23,5 kg
11.00 diet/makana A : masalah teratasi
n pagi sebagian

 Memotivasi
klien untuk P: Beri he
12.00 menghabisk pada   klien/keluarga untuk

an makanan meningkatkan asupan

yg nutrisi.

disediakan
12.05  Menilai
nafsu makan
klien
 Mencatat
asupan
nutrisi klien

28
 Memberi
obat oral
asam folat 5
mg
 Menimbang
berat badan
 Memberi he
pada
klien/keluar
ga untuk
meningkatka
n porsi
makan
Selasa. S:-
4. 8 juni 2005 O : tanda-tanda plebitis :
07.40  Membersihka nyeri (-), kemerahan (-),
n lingkungan panas (-), suhu : 36,80c, rr:
dan tempat 30 x/mnt
tidur klien. A: masalah teratasi tapi
 Mengganti klien msh
sprei tempat berisiko  terhadap infeksi
08.05 tidur. P: lanjutkan intervensi
 Dressing
infus/mengga
nti balutan
 Mengukur

29
09.30 tanda-tanda
vital
 Motivasi
klien untuk
10.00 meningkatka
n intake
nutrisi

Rabu,
5. 9 juni 2005  Mengobserva
si tanda- S:-
07.30 tanda adanya O: lingkungan klien bersih
infeksi tanda vital :suhu : 36,50c
 Membersih nadi : 88 x/mnt,r : 24
kan x/mnt
lingkungan tanda-tanda phlebitis (-)
dan tempat A:
08.00 tidur klien. masalah teratasi tapi klien

 Mengganti msh beriko untuk terjadi

sprei tempat infeksi

tidur. P:
10.30  Dressing lanjutkan intervensi

infus/meng
ganti
balutan
 Mengganti

30
11.00 infus set
darah pasca
transfusi
 Mengukur
tanda-tanda
vital
 Motivasi
klien untuk
meningkatk
an intake
Kamis nutrisi
6. 10 Juni 2005  Mengobser
pk.08.00 vasi tanda-
tanda
infeksi S: klien mengatakan
badanya tidak panas.

O: luka insersi infus

 Membersih bersih, tidak tampak

kan kemerahan.

lingkungan lingkungan klien bersih.


11.00 dan tempat tanda vital: s : 36,2oc nadi

tidur klien. : 84x/mnt r : 22 x/mnt.

 Mengganti
sprei tempat A : masalah teratasi

tidur. P : lanjutkan monitor

31
12.00  Dressing lingkungan dan
infus/meng perawatan insersi infus
ganti
balutan
 Mengganti
infus set
darah pasca
transfusi
 Mengukur
tanda-tanda
vital
 Motivasi
klien untuk
meningkatk
an intake
nutrisi
 Mengobser
vasi tanda-
tanda
adanya
infeksi

32
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi
kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur
eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari )
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif, secara melokuler dibedakan menjadi
thalasemia alfa dan beta, sedangkan secra klinis dibedakan menjadi
thalasemia mayor dan minor. (Padila, 2002)
Asuhan keperawatan pada pasien thalasemia yaitu meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi. Pada pengkajian meliputi identitas klien, riwayat penyakit
klien, dan pemeriksaan fisik. Ada 8 diagnosa keperawatan pada pasien
thalasemia yaitu nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas, ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer, kerusakan integritas kulit, resiko infeksi, keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan, resiko cedera. Dan yang terakhir yaitu
evaluasi, evaluasi dibuat menggunakan rumus SOAP (subjektif,
objektif, analisis, dan planning).
B. SARAN

33
Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan pemahaman
perawat mengenai penyakit thalasemia pada bayi atau anak dan
bagaimana pendokumentasian asuhan keperawatan pada bayi atau
anak yang mengalami penyakit thalasemia.
DAFTAR PUSTAKA

Dapus : Padila.2002. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.


Yogyakarta : Nuha Medika Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif.
2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta : MediAction Armela, Helviza. 2010. Askep Anak
Dengan Thalasemia. Available :
https://www.scribd.com/doc/43069429/AsKep-Anak-Dengan-
Thalasemia Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 16.55 WITA
Anonim. Askep Thalasemia. Available :
https://www.scribd.com/doc/49146677/ASKEP-thalasemia
Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 17.08 WITA
Atjil, Safira. 2013. Pathway Thalasemia. Available :
https://www.scribd.com/doc/132227145/Pathway-Thalasemia
Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 17.22 WITA
Anonim. Thalasemia. Available : jtptunimus-gdl-ekowidyast-7282-
3-babii.pdf
Diakses tanggal 01 Oktober 2015 pukul 17.35 WITA

34
ASUHAN KEPERAWATAN
TALESEMIA

KELOMPOK 2
NAMA:1.ARFIDEN LAASA
2.ARYANI C LALAY
3.ESTI KIKHAU
4.JOHANES MANBAIT
5.APRIANTI ATOLLO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MARANATHA

35
KUPANG
2019

36

Anda mungkin juga menyukai