Anda di halaman 1dari 14

PARADIGMA, PRINSIP DAN METODE PENAFSIRAN KONTEKTUALITAS

ATAS AL-QURAN : STUDI PEMIKIRAN ABDULLAH SAEED


M KHOIRUL HADI AL ASY ARI

LATAR BELAKANG INTELEKTUAL ABDULLAH SAEED

Abdullah Saeed adalah seorang profesor bidang Studi Arab dan Islam di
Universitas Melbourne, Australia. Sekarang ini ia menjabat sebagai Direktur Pusat
Studi Islam Kontemporer di universitas yang sama. Saeed lahir di Maldives,
keturunan suku bangsa Arab Oman yang bermukim di pulau Maldives. Pada tahun
1997, dia hijrah ke Arab Saudi untuk menuntut beberapa lembaga pendidikan formal
di antaranya Institut Bahasa Arab Dasar (1977-1979) dan Institut Bahasa Arab
Menengah (1979-1982) serta Universitas Islam Saudi Arabia di Madinah (1982-
1986). Tahun berikutnya Saeed meninggalkan Arab Saudi untuk belajar di Australia.
Di negara kanguru ini, Saeed memperoleh beberapa gelar akademik, bahkan sampai
sekarang tetap mengajar pada salah satu universitas terkenal dan terkemuka di dunia.
Abdullah Saeed dikenal sebagai dosen yang ulet. Di Australia, ia mengajar Studi
Arab dan Islam pada program strata satu dan pascasarjana (program S2 dan S3) .Di
antara mata kuliah yang diajarkan adalah Ulum al-Qur'an, Intelektualisme Muslim
dan Modernisasi, Pemerintahan dan Peradaban Islam, Keuangan dan Perbankan
Islam, Hermeneutika al- Qur'an, Metodologi Hadis, Usul al-Figh, Kebebasan
Beragama di Asia, Islam dan Hak Asasi Manusia, dan Islam dan Muslim di Australia.
Pada tahun 1993, dia diangkat sebagai asisten dosen pada Jurusan Bahasa- bahasa
Asia dan Antropologi Universitas Melbourne. Kemudian pada tahun 1996 menjadi
dosen senior pada perguruan tinggi yang sama, dan menjadi anggota asosiasi profesor
pada tahun 2000. Pada tahun 2003, Saeed berhasil meraih gelar professor dalam
bidang Studi Arab dan Islam.1
Saeed dinilai sebagai seorang yang berwawasan luas, profesional serta konsisten
terhadap keilmuan. Di tengah kesibukannya mengajar dan menulis, Saeed banyak
diikutsertakan dalam pertemuan dan seminar-seminar internasional. Saeed juga
terlibat dalam berbagai kelompok dialog antar kepercayaan, antara Kristen dan Islam,
dan antara Yahudi dan Islam. Karena kemahiranya dalam beberapa bahasa: Inggris,
Arab, Maldivia, Urdu, Indonesia dan Jerman, membuatnya sering mengunjungi
beberapa negara: Amerika Utara, Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia
Tenggara. Bahkan dia memiliki banyak relasi pakar dan riset di seluruh dunia. Karena
kemahiran, keseriusan dan sepak terjangnya di dunia keilmuan, nama Saeed menjadi
popular dan diperhitungkan di dunia internasional.2
Berikut ini akan diuraikan secara lebih terperinci biografi intelektual Abdullah
Saeed:
Abdullah Saeed telah menyandang gelar akademik yang
diperolehnya dari Arah Sandi dan Australia. Untuk lehih jelasnya dapar
dilihar rinciannya sebagai berikur'. Tahun 1977-1979, studi bahasa Arab
di Institut Bahasa Arab Universitas Islam di Madinah Saudi Arabia.
Tahun 1979-1982, ljazah Sekolah Menengah, di Institut Menengah Arab
1
Khoirul Hadi, Riba dan Bunga Dalam Pandangan Abdullah Saeed. Jurnal Rasail, Vol.1 No. 2,
2014.hlm.210
2
Khoirul Hadi, Riba dan Bunga Dalam Pandangan Abdullah Saeed. Jurnal Rasail, Vol.1 No. 2,
2014.hlm.211
Saudi di Madinah. Tahun 1982-1986, BA (Bachelor of Arts) dalam Studi
Arab dan Islam, di Universitas Islam Arab Saudi di Madinah. Tahun
1986-1987, Sarjana Strata Satu (Master of Arts Preliminary) dalam
Jurusan studi Timur Tengah di Universitas Melbourne Australia. Tahun
1992-1994, MA (Master of Arts) dalam Jurusan Linguistik Terapan di
Universitas Melbourne Australia. 1988-1992, Ph.D. (Doctor of
Philosophy) dalam Studi Islam di Universitas Melbourne Australia.
Selanjutnya akan diuraikan riwayat pekerjaan yang pernah digeluti oleh Abdullah
Saeed, sebagai berikut:" Tahun 1988-1992 sebagai tutor dan dosen part time dalam
mata kuliah Bahasa dan Sustra Arab dan Seudi Timur Tengah di Universitas
Melbourne. Tahun 1991-1992 sebagai koordinator mata kuliah Bahasa Arab dan Studi
Lilam di Sekolah Tinggi Islam King Khalid Victoria. Tahun 1993- 1995 sebagai
konsultan mata kuliah Bahasa Arab dan Studi Islam di Sekolah Tinggi Islam King
Khalid Victoria. Tahun 1993-1995 sebagai Asisten Dosen dalam mata kuliah Studi
Arab pada Jurusan Bahasa- bahasa Asia dan Antropologi Fakultas Bahasa Universitas
Melbourne. Tahun 1996-1997 sebagai Deputi Ketual Ketua Pelaksana Jurusan Studi
Bahasa Universitas Melbourne. Tahun 1996-1999 sebagai Dosen Senior dalam mata
kuliah Studi Arab dan Islam pada Jurusan Bahasa Universitas Melbourne. Tahun 1999
sebagai Visiting Scholar di Sekolah Studi Orang Timur dan Afrika (SOAS)
Universitas London. Tahun 1998-2003 sebagai Wakil Direktur Asia Institur (Institute
of Asian Language and Secietier) Universitas Melbourne. Tahun 2003- 2004 sebagai
Direkrur Pelaksana Aia Institut (Fnstitute of Arian Language and Societier)
Universitas Melbourne. Sekarang, aktif sebagai Direktur National Centre of
Excellence for Islamie Studies Universitas Melbourne (sejak 2007), sebagai Direktur
Asia Institure Univenitas Melbourne (sejak I Januari 2007), sebaggai Asisten Profesor
Fakultas Hukum Universitas Melbourne (sejak 2007), sebagai Ditektur Pusat Studi
Ialam Kontemporer Universitas Melbourne (sejak 2005), sebagai Sultan Professor
Oman dalam bidang Studi arab dan Islam Univensitas Melbourne (sejak 2003), serta
beragam aktivitas lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.3
Abdullah Saeed memiliki segudang aktivitas ilmiah mulai dari dunia mengajar,
tulis menulis, penelirian maupun pengabdian kepada masyarakat. Di Universitas
Melbourne, Saeed mendapat kepercayaan untuk mengajar sekaligus mendesain mata
luliah yang menjadi bidang keahliannya. Sebelum tahun 2006, Saeed dipercayai untuk
mengajar mata kuliah Bahasa Arab. Studi Islarm pada program strata satu dan pasca
sarjana serta Studi Asia. Pada tahun 2006. Saeed mengajar mata kuliah Dasar-dasar
Hukum Islam (pada program Master of International Law Fakultas Hukum),
Pengantar Al-Qur’an, dan Kerajaan Besar dalam Peradaban Islam. Selanjutnya, pada
tahun 2007 mengajar Hukum Islam (pada program Master Hukum Internasional
Fakultas Hukum), Perbankan dan Keuangan Islam (pada Program yang sama) dan
Islam dan Hak Asasi Manusia. Saeed juga diundang untuk mengajar di Fakultas
bahkan Universitas lain baik taraf nasional maupun internasional.4
Sejak karier mengajarnya di Universitas Melbourne pada tahun 1990-an, Saeed
telah melakukan peletakan pondasi Studi Islam di Universitas tersebut khususnya dan
di Australia pada umumnya. Sejak itu, program Studi Islam berkembang pesat mulai
dari program studi strata satu sampai doktor. Prestasi ini menggiring Saeed menjadi
pakar Studi Islam terkemuka, kalau bukan satu-satunya yang terbaik, di Australia.
3
Khoirul Hadi, Riba dan Bunga Dalam Pandangan Abdullah Saeed. Jurnal Rasail, Vol.1 No. 2,
2014.hlm.212
4
Khoirul Hadi, Riba dan Bunga Dalam Pandangan Abdullah Saeed. Jurnal Rasail, Vol.1 No. 2,
2014.hlm.212
Saeed aktif dalam beberapa organisasi sosial kemasyarakatan yang basis geraknya
memberikan pengabdian kepada masyarakat luas. Saeed aktif sebagai anggota di
sejumlah kelompok dialog antar- kepercayaan (Islam-Kristen dan Islam-Yahudi),
menjadi narasumber bagi media tentang bunga bank, sebagai pemimpin komunitas
Muslim di Australia, dan menjadi pemeran utama dalam sejumlah konferensi, seminar
dan perkuliahan di samping pengabdiannya yang lain.
Selain itu, Saeed tergabung dalam Asosiasi Professor Asia Institut Universitas
Melbourne dan Akademi Agama Amerika. Saeed juga menjadi anggota editorial
jurnal skala internasional seperti Jurnal Srudi al-Qur'an di Inggris, Jurnal Studi Islam
Pakistan, dan Jurnal Studi Arab, Islam, dan Timur lengah Australia.
Saeed adalah seorang penulis yang sangat produktif. Ini terlihat dari begitu
banyak karya tulis ilmiah yang dilahirkannya. Berikut karya-karya Abdullah Saeed
berdasarkan kategorinya: Publikasi dalam bentuk buku: The Qur'an: An Introduction
diterbitkan di London dan New York oleh Routledge tahun 2008. Islamic Thought:
An Introduction diterbirkan di London dan New York oleh Routledge tahun 2006.
Interpreting the Qur'an: Towards a Contemporary Approach diterbitkan di London
dan New York oleh Routledge tahun 2006. Contemporary Approaches to Qur'an in
Indonesia sebagai editor diterbitkan tahun 2005 di Oxford oleh Oxford University
Press. Freedom of Religion, Apostasy and Islam ditulis bersama H. Saeed diterbitkan
tahun 2004 di Hampshire oleh Ashgate Publishing. Muslim Australians: Their Beliefi.
Practices and Institutions diterbitkan tahun 2004 di Canberra oleh Commonwealth
Government. Islam and Political Legitimacy sebagai editor bersama S. Akbarzadeh
diterbitkan London and New York oleh Curzon tahun 2003. Islam in Australia
diterbitkan tahun 2002 di Sydney oleh Allen & Unwin. Muslim Communities in
Australia sebagai editor besama S. Akbarzadeh diterbitkan tahun 2002 di Sydney oleh
University of New South Wales Press. Essential Dictionary of Islamic Thought ditulis
bersama M. Kamal dan C. Mayer diterbirkan tahun 2001 di Adelaide oleh Seaview
Press. Islamic Banking and Interest: A Study of the Prohibition of Riba in Islam and
its Contemporary Interpretation diterbitkan tahun 1996 dan 1999 di Leiden oleh E. j.
Brill. Sacred Place and Sacred Life in Islam ditulis bersama I. Weeks diterbitkan di
Geelong oleh Deakin University Press tahun 1990. Modern Standard Arabic: An
Introduction ditulis bersama C. Mayer dan A.G.A. Raheem diterbitkan di Melbourne
oleh Asia Institute pada tahun 2000 dan 2001. Modern Standard Arabic Beginners
Book 1 ditulis bersama C. Mayer dan A.G.A. Raheem diterbitkan di Melbourne oleh
Asia Institute pada tahun 2000 dan 2001. Modern Standard Arabic: Beginners Book 2
ditulis bersama C. Mayer dan A.G.A. Raheem diterbitkan di Melbourne oleh Asia
Institute pada tahun 2000 dan 2001. Modern Standard Arabic Intermediate Book 1
ditulis bersama C. Mayer dan AG.A. Raheem diterbitkan di Melbourne oleh Asia
Institute pada tahun 2000 dan 2001. Modern Standard Arabic: Intermediate Book 2
ditulis bersama C. Mayer dan A.GA. Raheem diterbitkan di Melbourne oleh Asia
Institute pada tahun 2000 dan 2001.5
Publikasi Artikel dalam Jurnal dan Tulisan dalam Ensiklopedia dan Bab dalam
Buku "Muslims in the West and their Attitudes to Full Participating in Western
Societies: Some Reflections", dalam buku Religion and Multicultural Citizenship oleh
Geoffrey Levey (ed.) diterbitkan di Cambridge oleh Cambridge University Press (saat
ini dalam percetakan). "Trends in Contemporary Islam: A Preliminary Attempt at a
Classification" dalam The Muslim World (vol. 97) July 2007. "Islamic Legitimacy in
a Plural Asia" dalam Proceedings for the Conference on Political Legitimacy in
5
Khoirul Hadi, Riba dan Bunga Dalam Pandangan Abdullah Saeed. Jurnal Rasail, Vol.1 No. 2,
2014.hlm.213
Islamic Asia diterbitkan oleh Routledge tahun 2007. "Guest Éditorial: Australian
Muslims and Secularism" ditulis bersama D. Celemajer dan S. Yasmeen dalam
Australian Journal of Social Issues, 42:1, 2007. "Australia" in Encyclopedia of Islam
(Edisi III bagian 1) diterbitkan oleh Brill Publishing tahun 2006. "Women, Gender
and Islamic Banks" dalam Encyclopedia of Women and Islamic Cultures (Vol. 4)
diterbitkan oleh Brill Publishing tahun 2006. "Muslims in Australia" dalam buku
Australia and the Middle East: A Front Line Relationship oleh dalam Fethi Mansouri
(ed.) diterbitkan di London oleh Tauris Academic Studies tahun 2006. "Muslims in
the West Choose Berween Isolationism and Participation" dalam Sang Seng vol 16
diterbitkan di Seoul oleh Asia-Pacific Centre for Education and International
Understanding /UNESCO tahun 2006. "Contextualizing" dalam The Blackwell
Companion to the Qur'an oleh Fethi Mansouri (ed.) diterbitkan di Oxford oleh Oxford
University Publishing pada tahun 2006. "Creating a Culture of Human Rights from a
Muslim Perspective" dalam Cultivating Wisdom, Harvesting Peace oleh Swee-Hin
Toh and Virginia Cawagas (eds.) diterbitkan di Brisbane oleh Griffith University
tahun 2006. "Introduction: the Qur'an, Interpretation and the Indonesian Context"
dalam Approaches to the Qur'an in Contemporary Indonesia diterbitkan tahun 2005 di
Oxford oleh Oxford University Press (kerjasama dengan Institute of Ismaili Studies,
UK). "Qur'an: Tradition of Scholarship and Interpretation" dalam Encyclopedia of
Religion diterbitkan tahun 2005 di Farmington MI oleh Thomson Gale USA.
"Muslims" dalam Encyclopedia of Melbourne diterbitkan di Clayton oleh Monash
University pada tahun 2005. "Islamic Religious Education and the Debate on its
Reform Post-September 11" dalam Islam and the West: Reflections from Australia
oleh Shahram Akbarzadeh and Samina Yasmeen (eds.) diterbitkan di Sydney oleh
UNSW Press pada tahun 2005. "Islamic Banking and Finance: In Search of an Islamic
but Pragmatic Model" dalam Islamic Perspectives on the New Millenium oleh
Virginia Hooker and Amin Saikal (eds) diterbitkan di Singapura oleh Institute of
Southeast Asian Studies tahun 2004. "Fazlur Rahman: A Framework for Interpreting
the Ethico-Legal Content of the Qur'an" dalam Modern Muslim Intellectuals & the
Qur'an oleh Suha Taji-Farouki (ed.) diterbitkan tahun 204 di Oxford oleh Oxford
University Press. "Nurcholish Madjid and the Interpretation of the Qur'an: Religious
Pluralism and Tolerance" ditulis bersama A.H. John dalam Modern Muslim
Intellectuals & the Qur'an oleh Suha Taji-Farouki (ed.) diterbitkan tahun 2004 di
Oxford oleh Oxford University Press. "Riba" dalam Encyclopedia of Islam diterbitkan
di Leiden oleh EJ Brill pada tahun 2004. "Sarraf" dalam Encyclopaedia of Islam
diterbitkan pada tahun 2004 di Leiden oleh EJ Brill. Coinage dalam Encyclopedia of
Islam and the Muslim World oleh Richard C Martin (ed.) diterbitkan tahun 2003 di
New York oleh Macmillan Reference USA. "Umma" dalam Encyclopedia of Islam
and the Muslim World oleh Richard C Martin (ed.) diterbitkan tahun 2003 di New
York oleh Macmillan Reference USA. "The Official Ulama and the Religious
Legitimacy of the Modern Nation State" dalam Islam and Political Legitimacy oleh
Shahram Akbarzadeh and Abdullah Saeed (eds.) diterbitkan di London and New York
oleh Routledge Curzon pada tahun 2003. "Islam and Politics" ditulis bersama S.
Akbarzadeh dalam Islam and Political Legitimacy oleh Shahram Akbarzadeh and
Abdullah Saeed (eds.) diterbitkan pada tahun 2003 di London and New York oleh
RoutledgeCurzon. "The Charge of Distortion of Jewish and Christian Scriptures:
Tension between the Popular Muslim View and the Qur'anic/Tafsir View" dalam The
Muslim World 92 (3&4), Fall 2002. "Economics" dalam Encyclopedia of the Qur'an
Vol. Il oleh Jane Dammen McAuliffe (ed.) diterbitkan di Leiden oleh E. J. Brill pada
tahun 2002. "The Muslim Communities in Australia: Ihe Building of a Community"
ditulis bersama A.H. Johns dalam Muslim Minorities in the West: Visible and
Invisible oleh Yvonne Yazbeck Haddad and Jane I. Smith (eds.) diterbitkan di
California oleh Altamira Press tahun 2002. "Jihad and Violence: Changing
Understanding of Jihad among Muslims" dalam Terrorism and Violence oleh Tony
Coady and Michael O'Keefe (eds.) diterbitkan di Melbourne oleh Melbourne
University Press pada tahun 2002. "Searching for Identity: Muslims in Australia"
ditulis bersama Akbarzadeh dalam Muslim Communities in Australia oleh Abdullah
Saeed and Shahram Akbarzadeh (eds) diterbitkan di Sydney oleh UNSW Press pada
tahun 2001. "Muslim Community Cooperative Australia as an Islamic Financial
Service Provider” dalam Muslim Communities in Australia oleh Abdullah Saeed and
Shahram Akbarzadeh (eds) diterbitkan pada tahun 2001 di Sydney oleh UNSW Press.
"Indonesian Islamic Banking in a Historical and Legal Context", dalam Law and
Society in Southeast Asia oleh Timothy Lindsey (ed.) di Sydney oleh Federation
Press "Towards Religious Tolerance through Reform in Islamic Education: The case
of the State Institute of Islamic Studies of Indonesia dalam Journal of Indonesia and
the Malay World, 27 (79), 1999. "Rethinking Citizenship Rights of Non-Muslims in
an Islamic State: Rashid al- Ghannushi's Contribution to the Evollving Debate" dalam
Journal of Islam and Christian-Muslim Relations, 10 (5), 1999. "Rethinking
"Revelation" as a Precondition for Reinterpreting the Qur'an: A Qur'anic Perspective"
dalam Journal of Qur'anic Studies, 1 (1), 1999. "Idealism and Pragmatism in Islamic
Banking: The Application of Shari'ah Principles and Adjustments" dalam Journal of
Arabic, Islamic and Middle Eastern Studies, 4 (2), 1998."Islam" dalam The Oxford
Companion to Australian History oleh G. Davidson. J. Hinst and S. Mclntyre (eds.)
diterbitkan pada tahun 1998 di Melbourne oleh Oxford University Press. "ljtihad and
Innovation in Neo- Modernist Islamic Thought in Indonesia" dalam Journal of Islam
and Christian-Muslim Relations, 8 (3), 1997. "The Moral Context of the Prohibition
of Riba in Islam Revisited" dalam American Journal of Islamic Social Sciences, 12
(4), 1995. "Islamic Banking in Practice: The Case of Faisal Islamic Bank of Egypt"
dalam Journal of Arabic, Islamic & Middle Eastern Studies, 1 (3), 1995. "A Fresh
Look at Freedom of Belief in Islam" dalam Difference and Tolerance: Human Rights
Issues in Southeast Asia oleh Damien Kingsbury, and Greg Barton (eds.) diterbitkan
di Geelong oleh Deakin University Press pada tahun 1994. "Islamic Banking in
Practice: A Critical Look at the Murabaha Financing Mechanism" dalam Journal of
Arabic, Islamic & Middle Eastern Studies, 1 (1), 1993. Makalah Seminar Nasional
dan Internasional.6

TElAAH INTODUCTION INTEPRETING THE QUR’AN : TOWORDS A


CONTEMPORERY APPROACH
Abdulah saeed menerangkan bahwa dalam bukunya interpretasi adalah salah satu
jenis tertentu dari teks alq-quran. Teks yang dianggap sumber etika hukum yang
terepresentasi di dalam kepercayaan-kepercayaan, aturan-aturan, hukum-hukum,
perintah-perintah, larangan-larangan, dan intruksi al-qur’an. Misalnya, yang termasuk
dalam etika hukum itu adalah soal kepercayaan kepada Allah, Nabi dan kehidupan
setelah mati. Aturan mengenai pernikahan,cerai, dan warisan. Serta apa yang boleh
dan yang tidak diperbolehkan. Perintah dan larangan Allah. Buku ini adalah argument
untuk membebaskan ayat-ayat etika hukum dari pendekatan yang legalistic-literalistik
yang telah menandai interpretasi ayat-ayat tersebut semenjak periode pasca formatif
hukum islam sampai periode modern dalam hal penafsiran dan hukum. Buku ini
6
Khoirul Hadi, Riba dan Bunga Dalam Pandangan Abdullah Saeed. Jurnal Rasail, Vol.1 No. 2,
2014.hlm.214
merupakan justifikasi untuk memakai pendekatan yang berbeda dalam
menginterpretasikan ayat-ayat etika hukum. Abdullah Saed menyebutnya dengan
“Kontekstualis”. Dengan demikian argument itu mengarah kepada pendekatan yang
lebih fleksibel dan memperhatikan konteks sosio historis al-qur’an masa revelasi abad
ke 1/7 dan juga memperhatikan kebutuhan umat kontemporer.7
Tujuan utama Abdullah Saed adalah bagaimana agar makna al-qur’an bisa
dihubungkan dengan kehidupan umat islam. Teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari
di keadaan, waktu dan tempat yang berbeda khususnya dikaitkan dengan kepentingan
maupun kebutuhan manusia di jaman modern. Dalam buku ini Abdullah Saed
menekankan bahwa konteks social dan historis al-qur’an harus disandingkan dengan
kriteria linguistik agar memberikan makna yang lebih utuh terhadap al-qur’an yang
selaras dengan kebutuhan dan keadaan umat islam yang terus berubah. Pertanyaan
yang muncul kemudian adalah kepentingan dan kebutuhan seperti apa yang
menjustifikasi penggunaan pendekatan al-qur’an yang ditawarkan oleh Abdullah Saed
ini? Dan mungkin juga ada yang berpendapat bahwa kepentingan dan kebutuhan
semacam itu relative dan subjektif, dan ada juga yang berpendapat interpretasi al-
qur’an tidak harus dihubungkan dengan kepentingan dan kebutuhan semacam itu.
Abdullah Saed mengatakan bahwa bagaimanapun zaman membuat perubahan di
dunia lebih dari 150 tahun berpengaruh pada umat Islam dan nonmuslim, dan secara
signifikan mengubah cara kita melihat dunia.8
Adapun salah satu alasan penting interpretasi ayat-ayat etika hukum bisa kita lihat
dan temukan dalam kelemahan “hukum islam” yang terepretasikan dalam fiqh (yang
secara esensial merupakan hasil dari interpretasi ayat-ayat etika hukum dan sumber-
sumber lainnya seperti sunnah), realitanya banyak sekali interpretasi hukum yang di
lakukan di zaman pra modern yang kemudian kurang atau bisa di anggap tidak
relevan kembali pada masa sekarang atau tidak lagi berjalan. Kecuali oleh Sebagian
kecil umat islam, tetapi dalam hal keyakinan esensial-esensial, norma-norma etis dan
moral tertentu saja, yang jelas menyatakan tuntunan halal ( diperbolehkan ) dan haram
( dilarang) serta ada sebagain dalam produk hukum keluarga sajalah praktek dan
tradisi yang konsisten. Jika lita lihat lagi di dalam beberapa negara-negara muslim
yang lebih konservatif seperti arab Saudi, system hukum mereka jauh dari system
hukum pra modern islam yang di dasarkan pada aturan-aturan fiqh. Hukum dan
system hukum mereka menghabungkan banyak bentuk yang mungkin merupakan
sesuatu yang asing bagi system hukum islam pra modern, seperti stuktur intitusional
yang sebelumnya sudah di terapkan di struktur-struktur pengadilan eropa. 9 Dalam
konteks lain lebih luas lagi dengan seperti negara-negara bangsa tanpa merujuk
kepada sumber-sumber dan konsep islam. Sekarang kita banyak temui hukum islam
yang ada di kitab-kitab fiqh standar secara umum sekarang banyak di tolak oleh
kebanyakan masyarakat muslim saat ini. Misalnya dalam hukum hudud, hukum islam
ini tidak sepenuhnya di implemntasikan sepenuhnya di dunia muslim manapun, 10 dan

7
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 1 lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 4
8
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 2 lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 4
9
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 3
10
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 4 lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 5.
orang-rang yang menghendakinya semakin di tentang oleh mayoritas muslim. Bahkan
di ranah hukum kelaurga penekanan kesetaraan gender berarti bahwa landasan hukum
baru tengah di kembangkan oleh hampir seluruh negara yang mayoritas
pendudukanya muslim untuk menjaga hak-hak wanita lebih memadai. Orang-orang
lebih berusaha mempertahankan ketidaksetaraan gender sebagai sebuah system social
dan politis. Mereka mengunakan kajian-kajian interpretasi pra modern menghadapi
perubahan yang tidak bisa di tawar. Hal ini menunjukkan bahwa banyak interprtasi-
interprtasi awal yang kemudian terhadap ayat-ayat etika hukum yang ada di fiqh tidak
lagi melayani kebutuhan-kebutuhan umat islam saat ini. Oleh karena itu seandainya
isu tentang pemfokussan Kembali interpretasi al-quran pad amasa kontemporer itu
tidak di bicarakan lagi, maka resiko yang akan di hadapi yang paling sederhana adalah
ketidak relevan, dan umat islam akan kehilangan hubungan mereka dengan al-quran
secara signifikan.11
Jika kita merujuk pada pandangan umat islam pada umumnya yang berkaitan
dengan kajian interpretasi pada ayat-ayat etika hukum pada periode modern :tektualis,
semi tekstualis, dan kontekstualis, klasifikasi ini di bentuk berdasarkan sejauh mana
penafsir pertama, berpegang pada kriteria linguistic untuk menentukan makna teks,
dan kedua, memperhitungkan konteks sosio historis al Quran dan konteks
kontemporer masa sekarang.12
Kalangan tektualis mengikuti teks dengan seksama dan selalu mengadopsi
pendekatan literalistic terhadap teks. Menurut kalangan ini sebagaimana Abdullah
saeed ungkapkan bahwa al-quran lah yang akan menuntun mereka umat islam bukan
apa apa yang di sebut dengan “kebutuhan-“kebutuhan” modern. Kalangan ini
menyatakan bahwa makna al-quran adalah makna yang sudah tetap dan universal
dalam contoh dan aplikasinya misalnya. Pada konteks seorang laki-laki boleh
menikahi 4 orang perempuan. Itu harus berlaku selamanya, tanpa perlu, perlu
memperhatikan konteks sosio-historis Ketika teks ini “diwahyukan” bagi kalangan
mereka alasan al-quran boleh menikah empat wanita pada abad ke-1 atau ke-7 di hijaz
tidaklah penting. Kalangan yang menggunakan peanfsiran ini adalah kalangan
tradisionalis dan kalangan salafi.13
Sedangkan kedua, semi tektualis pada dasarnya mengikuti tektualis dalam
penekanan dan linguistiknya dan penolakan terhadap konteks sosio-historis yang
terkait dengan ayt-ayat etika hukum tersebut. Akan tetapi mereka mengemas idiom-
idiom modern yang seringkali dalam diskursus yang apologetik. Biasanya mereka
terlibat dalam cabang-cabang kegiatan neo-revivalis modern, seperti ikwanul
muslimin (mesir) dan jamaat Islami (anak benua india ) dan beberapa golongan
lainnya.14 Sedangkan ketiga, kelompok yang menurut Abdullah saeed kontektualis
menekankan konteks sosi-histors ayat-ayat etika-hukum dan interpretasi-interpretasi
11
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 5 lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 5.
12
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 6 lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 6.
13
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 7. lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 6.
14
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 8.lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 7, lihat juga,
Sayyid abu a’la al Maududi, Towords Undertanding the Quran terjemahan Zafar Ishaq Anshari,
Leicester : Islamic faoundation, 1995: Sayyid Qutb, fi zilal al-Quran, Bairut : Dar al syuruq, 1412.
berikutnya, mereka menekankan dan mengusulkan untuk melakukan penafsiran ayat-
ayat etika-hukum dengan mempertimbangkan dan memahami konteks politis, social,
historis, kultural, dan ekonomis Ketika ayat-ayat ini diwahyukan, di interpretasikan,
dan di aplikasikan. Jadi usulan bahwa kebebasan yang lebih tinggi bagi ilmuan
muslim modern untuk menentukan apa yang bisa berubah dan tidak bisa berubah di
wilayah ayat-ayat etika-hukum. Kontektualitas di temukan misalnya pada kajian dan
teori yang di bangun oleh Fazlur Rahman yang kemudian lebih dikenal dengan ne0-
modernis atau ijtihadis, dan di sebut juga muslim progresif. Dan bisanya di jaman ini
di kenal dengan dengan muslim liberal.15
Alasan mendalam fazlur Rahman menggunakan kontektualitas adalah karena
ingin mengapai spirit kenabian, sejalan dengan Gazur Rahman adalah tokoh lainnya
semisal Muhammad arkoon, mempertimbangkan penafsiran atau kontekstualitas ayat-
ayat etika-hukum harus memperhitungkan kaidah social misalnya sosiologis,
aksiologis dan atropologis, dan hal itu menjadi relevan dengan kebutuhan
kontemporer masayarat muslim hari ini.16 Bagaimanapun kajian-kajian modern tidak
harus mengabaikan kajian-kajian tardisi eksegetis islam klasik sepenuhnya.
Sebaliknya tradisi dan penafsiran zaman pra islam di gunakan sebagai batu loncatan
untuk memahami spirit islam dan melakukan interpretasi baru yang sesua dengan
sosi-historis di zaman sekarang.
Yang perlu di pahami lebih lanjut menurut Abdullah saeed bahwa interpretasi
bukan -tidak seperti revelasi- sebuah iktiar manusia. Dalam sebuah kajian orang bisa
berpendapat bahwa tidak ada yang sacral tentang interprtasi personal, yang diberikan
pada sebuah ayat, bahkan oleh seorang sahabat Nabi sekalipun, tabi’in bahkan oleh
para imam awal. Pemahaman dan kajian mereka sama dengan pemahaman kita dan
kajian kita dibatasi oleh sosio-historis dan konteks kebudayaan boleh jadi relevan atau
tidak di dalam kebudayaan mereka dan konteks mereka, dalam pandangan lebih jauh
ilmuan muslim harus lebih mengexplorasi tradisi untuk memecahkan permasalahan
kontemporer, termasuk pengetahuan modern, dan metode-metode penelitian, hal
tersebut harus memanfaatkan metode-metode rasional. Penelitian historis,
pengetahuan kritis sebagaimana yang berkembang di ranah penelitian ilmiah,.maka
dari itu metodologi dan terminology ulama tafsir al-quran tidak selamanya relevan
dan selalu diaplikasikan sebagai satu-satunya sumber pemahaman terhadap al-quran.17
Alasan lain Abdullah saeed mengenalkan metode kontektualitas ayat-ayat etika-
hukum adalah bahwa al-quran yang kita miliki adalah secara historis adalah
merupakan teks yang otentik berisi wahyu-wahyu yang di terima oleh Nabi
Muhammad selama lebih dari 22 tahun. Dan Abdullah saeed juga menekankan bahwa
pendapat-pendapat baru yang di lontarkan dalam pendekatan kontektualitas Abdullah
saeed, tidak harus di maknai sebagai penolakan-penolakan terhadap warisan tafsir
atau fiqh, bahwa menghargai warisan tersebut adalah keniscayaan belajar darinya, dan
menggunakan apa-apa yang relevan dari kajian warisan terdahulu dan

15
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 9.lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 7.
16
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 9 lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 8.
17
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 9 lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 9.
menyempurnakan dengan kajian-kajian kiniaan sehingga dapat relevan terhadap
perkembangan zaman.18
Alasan kedua, kenapa proyek metode penafsiran kontektualitas untuk membuat
pengajaran-pengajaran al-Quran, khususnya konten etik ahukumnya, yang relevan
dengan kebutuhan umat islam saat ini, selain itu guna menghubungkan ayat-ayat
etika-hukum dengan keadaaan-keadaan dan kebutuhan-kebutuhan zaman modern,
para ilmuwan dan pemikir muslim, dan meyakini bahwa proyek semacam ini
diperlukan dan penting telah mengadopsi beberapa pendekatan, berkaitan dengan
etika hukum, pendekatan tersebut terlihat melampui kecenderungan literalistik dan
legalistik dari tradisi tafsir klasik. Para tokoh yang yang menganut aliran ini adalah
adah Ghulam ahmad parvez, dan interpretasi-interprtasi rasionalis dari para ilmuwan
modern, dan spirit al-Quran” berdasarkan pendekatan-pendekatan yang dikemukakan
oleh fazlur Rahman. Masih banyak ide-ide lain yang diajukan oleh Muhammad
arkoon, farid esack, dan Khaled abou el-fadl semua itu adalah adalah satu trend kajian
yang menjajikan bagi ini, merupakan bagian dari suatu trend, yang menjanjikan bagi
interprtasi ayat-ayat etika hukum di era modern, yang bisa disebut juga dengan
kontekstualitas, meskipun mereka mungkin tidak menggunakan lebel ini, tetapi corak
pendekatan ini bisa di lihat dari penerapannya,19
Abdullah saeed menyatakan buku ini terdiri dari 12 bab, dalam bab pertama,
merupakan pendahuluan dari bab kedua, menjelaskan konsep rethinking interpretasi
ayat-ayat etika-hukum saat ini, terdapat juga penjelasan tentang perkembangan
interpretasi al-Quran dari zaman modern, kemudian, juga menyoroti isu-isu persoalan
yang membantu untuk memahami konteks perdebatan ayat-ayat etika-hukum era ini.
Bab ketiga, menjelaskan tentang pemahaman tradisional terhadap pewahyuan dan
penekanan bahwa penerimaan terhadap pemahaman ini tidak perlu menghalangi
pembacaan kontektualitas terhadap pewahyuan. Sealin itu juga dihadirkan model
pewahyuan.20 Sedangkan di bab empat, bicara tentang interpretasi berbasis tradisi dan
menyoroti interpretasi al-Quran dengan al-Qur’an, begitu juga dengan interpretasi
alquran oleh nabi, sahabat, dan tabi’in kemduian juga akan mealkukan pengujian atas
apa yang saya sebut sebagai interpretasi “tektualitas” yang menagdopsi suatu
pendekatan yang sangat literalistic dan legalistic. Sedangkan bab lima,menjelaskan
tentang interpretasi berbasis nalar, pandangan-pandangan dari para penentang
pendekatan ini. Beserta argument-argumen mereka, dan pandangan-pandangan
mereka yang mendukungnya beserta penalaran mereka, bab ini memberikan
pandangan bahwa kontekstualitas bahwa interpretasi berbasis nalar merupakan
sesuatu yang esensial. Sedangkan bab keenam, menunjukan fleksibiltas dalam
membaca teks al-Quran, yang di pertahankan tradisi zaman Nabi, hal ini memberikan
kesan bahwa, jika fleksibilitas ini dipakai di dalam pembacaan yeks actual, ayat-ayat
Tuhan yang sesungguhnya, orang juga bisa berpendapat bahwa fleksibilitas yang
sama juga dengan kasus pemahaman dan interpretasi terhadap kalam Allah.21
18
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 10, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 10.
19
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 12, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 12.
20
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 13, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 13.
21
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 13.lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
Bab ketujuh, membicarakan tema penghapusan (naskh) dan berpendapat bahwa
naks memberikan justifikasi untuk menginterpretasikan beberapa teks etika-hukum
sesuai dengan perubahan kebutuhan-kebutuhan umat islam. Dengan mengubah
aturan-aturan etika-hukum sesuai dengan perubahan kebutuhan-kebutuhan umat islam
dengan mengubah aturan-aturan etika legal al-Quran untuk menghadapi situasi-situasi
yang berbeda dari umat islam Ketika zaman Nabi, yang di usulkan teori naskh, Allah
tampaknya membekali umat dengan sebuah sarana penting yang dengan saarana
tersebut al-Quran menjadi relevan dengan kebutuhan-kebutuhan dan keadaan-keadaan
manusia.sedangkan bab kedelapan memberikan contoh-contoh dari tipe teks dalam al-
Quran, bab ini mengemukakan bahw, jika bisa ditunjukkan bahwa bagian subtansial
dari teks al-Quran diinterpretasikan dan dijelaskan dalam suatu bentuk yang tepat,
maka pengaplikasian konsep ini pada ayat-ayat etika hukum sama sekali bukan
merupakan argument yang aneh. Bab kesembilan, adalah pembahasan seputar makna
bab ini focus pada sejumblah persoalan penting bagi interpretasi ayat-ayat etik
ahumum yang bermakna dan relevan dari zaman moderenm bab ini juga menyoroto
bahwa objektifitas yang sempurna dalam memahami dan menginterpretasikan teks
adalah sesuatu yang mustahil, dan bahwa makna sangatlah kompleks.22
Sedangkan bab kesepuluh, menjelasksan tentang konsep konteks sosio historis al-
Quran yang mengemukakan bahwa konteks ini harus diperhitungkan guna
memperoleh suatu interpretasi yang bermakna atas ayat-ayat etika-hukum. Sedangkan
bab kesebalas, meberikan suatu kerangka berpikir tentang ayat-ayt etika-hukum-
khususnya bagaimana sesorag bisa mengklasifikasikan tingkatan wajib bagi umat
islam, bab ini mengidentifikasikan lima level nilai-nilai al-Quran obligatory,
fundamental proteksional, implemntasional, dan intruksional. Dan itruksional masing-
masing level ak diuraikan dengan focus khusus pada nilai-nilai intruksional yang
tampaknya paling problematika seiring dengan adanya mutabilitas dan imutabilitas.23
NASKH DAN REINTERPRETASI : DALAM PANDANGAN ABDULLAH SAEED.
Pada kajian ini Abdullah saeed focus pada konsep naskh dan reinterpretasi dan
relevasninya terhadap fleksibilitas interpretasi dan aplikasi al-Quran di waktu dan
kodisi yang berbeda-beda. Naskh adalah sebuah gagasan yang paling relevan seputar
aturan-aturan yang di tetapkan dalam al-Quran karena menghubungkan kalam Allah
dengan kehidupan kaum beriman, relevansi ini Nampak misalnya pad afakta dimana
dalam cakupan waktu yang sangat singkat 22 tahun, ada beberpa aturan awal dalam
al-Quran yang berubah beberpa kali seabagi upaya untuk memenuhi perkembangan
kebutuhan masyarakat saat itu, namun demikian naskh juga hanya mendapatkan
sedikit perhatian dari para fukoha dan ulama sebagai sebuah metode untuk mengubah
hukum dalam cara yang subtansial, kebanyakan fakta ini di pelajari seabgai obyke
dari keingintahuan sejarah-sejarah, meskipun demikian bahwa keyakinan kita adalah
Ketika membicarakan konsep naskh gagasan tentang teori perubahan hukum dan
aturan harus menjadi prioritas.24

terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 13.
22
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 14. lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 14.
23
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 15, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 15
24
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 150, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 150.
Banyak ulama tradisionalis mengangap bahwa perkembangan social dan hukum
tidaklah saling melengkapi, sikap ini menghantarkan ketidaksebandingan antara
hukum dan kebutuhan social dimana hukum sebagai alat untuk mengabdi dan
melayani. Secara umum ulama tradisional mengangangap bahwa kita harus mengikuti
Syariah bukan sebaliknya Syariah mengikuti kita, dalam kajian naskh secara
etimologis berarti merekam dan mengantikan, menghilangkan menghapuskan atau
membatalkan, secara teknis naskh adalah dimaknai pembatalan sebuah hukum oleh
hukum yang datang belakangan.25 Dasar naskh dapat ditemukan dalam al-Quran
misalnya pada ayat al Baqarah (surat 2 ayat 106 ).
Jumhur ulama menyatakan bahwa dan mengangap ayat tersebut sebagai ayat-ayat
atau aturan tertentu dalam al-quran mungkin, dan faktanya mengalami pembatalan
mereka di ganti oleh ayat-ayat atau aturan-aturan yang sama atau lebih baik,
meskipun ayat yang menasakh jauh berbeda denga ayat yang dinasakh. Dalam
mekanisme ada beberapa cara terjadi naskh, pertama, naskh ayat al-quran dengan ayat
al-quran lainya, tidak ada perdebatan dikalangan fuqoha, paling tidak bagi mereka
yang menerima konsep naskh kedua, konsep naskh ayat al-Quran dengan hadist
dalam hal ini ada dua jalan pertama oleh hadist ahad, mayoritas ulama menyikapi
bahwa naskh ayat al-Quran dengan hadis ahad tidaklah di ijinkan karena hadist ini
tidak dianggap secara otensitasnya sebagai sebuah hadist yang mutawatir. Kedua
dengan jalan hadist mutawattir, hal ini didasari dengan adanya pemahaman bahwa
hadis merupakan salah satu bentuk wahyu.sebagaimana di jelaskan dalam ayat 3-4
surat 53.26 Salah satu tokoh yang menolak naskh yang model begini adalah Imam
Syafii yang menayatkan yang menasakh harus sepadan dengan yang dinaskh dan
sedangkan hadis tidak bisa di katakana demikian.
Ketiga, naskh hadis dengan al-Quran, jumhur ulama menyatakan kemungkinan
hal ini terjadi, karena kedudukan kedua sebagai sumber hukum. Dan al-Quran
menempati kedudukan tertinggi.keempat, naskh hadis dengan hadis, para ulama
memperbolehkan terjadi naskh hadis dengan hadis yang setara atau lebih tinggi,
naskh tidak diperbolehkan apabila jika hadis yang menaskh memiliki status yang
lebih rendah, dalam perkembangan jenis ayat-ayat yang di nasakh ada tiga macam,
pertama, naskh hukum dengan bacaan, maksudnya adalah bacaan ayat tertentu
dihapus dari al-Quran demikian juga hukum yang terkadung dalam ayat tersebut,
misalnya ayat tentang rada.27 Kedua, naskh hukum tetapi bacaan masih bisa di
temukan dalam al-Quran ini berrti ayat yang di nasakh masih menjadi bagian dari al-
Quran dan masih di baca namun aturan hukum yang di cakupnya tidak berlaku
Kembali. Hal ini ada dalam contoh QS 33:50. Ketiga, naskh bacaan tetapi hukumnya
masih berlaku, artinya meskipun ayat yang dinaskh sudah tidak ada lagi menajdi
bagian al-Quran hukumnya masih tetap berlaku, misalnya terkait dengan soal ayat
rajam.28

25
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 150,lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 150.
26
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 153, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 153.
27
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 154.lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 154.
28
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman156, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 156.
Abdullah saeed juga menayatakan adanya pandangan extrem terkait dengan
naskh, ada beberap ulam seperti Hibatullah bin Salamah dan Abu Ubaid yang
menayatakan bahwa dan melebih-lebihkan keberadaan terkait dengan naskh dalam
beberap contoh ada dalam al-Quran, selain itu Abdullah saeed juga menyatakan
bahwa naskh dan immutability ( keabadian ) ada pada ayat-ayat yang bermuatan
etika-hukum. Bagian ini adalah bagian yang berkaitan dengan muatan hukum dalam
al-Quran. Tektualis dan semi tektualis menyatakan dan meyakini bahwa sekali sebuah
hukum di tetapkan dalam al-Quran atau as-sunnah, maka dia berlaku abadi dan harus
diamalkan tanpa memperhatikan perubahan waktu,tempat dan kondisi, di awal
perkembangan teologi islam.misalnya adalah tentang perdebatan hakekat al-Quran.
Dipandang dari sudut apapun perdebatan nasikh posisi teologis ini penuh dengan
masalah, keberadaan naskh yang esensinya ada dalam al-Quran dan pada gagasan al-
Quran sendiri telah mengubah hukum-hukum yang dia tetapkan tampaknya harus di
paparkan. Pewahyuan al-Quran berlangsung selama 22 tahun, dimana mas itu Nabi
menejlaskan tugas kenabiannya, selama periode itu meskipun sebagaian besar
komuniast muslim tinggal satu wilayah, dalam lingkup Batasan hijaz dan Madinah,
ada beberapa perintah yang bermuatan etika-hukum, yang mengalami perubahan satu,
dua ataupun tiga kali. Contoh adalah pertama, al-Quran menetapkan minum khmar
sebagai dosa besar, kedua, al-quran menyatakan mukmin dilarang melakukan sholat
Ketika masih dalam pengaruh khmar, ketiga, bahwa al-Quran menyatakan bahwa
mukmin secara total menjauhi khmar,29 dalam pandangan kontektualitas adanya fakta
pengubahan hukum Ketika situasi dan kondisi berubah, menunjukkan bahwa Allah
sesungguhnya telah melengkapi umat islam dengan sebuah alat penting untuk
mengubah hukum seiiring dengan perubahan kondisi dan sistuasi kebutuhan. 30 Selain
itu banyak ayat naskh yang turun di masa Madinah karena kalau di turunkan dalam
masa mekkah karean umat islam minoritas yang sangat kecil.sedangkan umat islam
waktu masa Madinah melakukan perubahan besar-besaran dengan hijrah, dan menjadi
mayoritas penduduk Madinah, secara tidak langsung nabi menjadi pemimpin secara
de facto sebagai pemimpin agama dan politik. 31 Sebagai catatan misalnya adalah pada
periode mekkah tidak atau jarang ayat turun terkait dengan kajian mengatur sebuah
komunitas dan menjaga hubungan yang harmonis, antar berbagai kelompok, klan
suku dan lain-lian, karena yang demikian tidak relevan dengan waktu itu. Perubahan
tersebut dalam keadaan tertentu terekam dalam konteks naskh walupun demikian
dalam hal tertentu beberapa ulam sekelas imam as-zarkasyi Ibnu Hazm dan as-
syuyuthi tidak menggunakan ini sebagai kesimpulan logis bahwa Ketika masyarakat
telah ada petunjuk dalam al-Quran, dan sunnah untuk mengubah aturan-aturan atau
teori untuk menafsirkan ulang hukum agar bermanfaat.32
Dari perpektif kontektualitas implikasi logis dari konsep naskh ini adalah tidak
disadari secara serius oleh ulama dan pemikir muslim, baik pada periode formasi atau

29
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 162, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 162.
30
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 163, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 163.
31
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 164, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 164.
32
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 165, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 165.
post-formasi hukum islam, ada beberap alasn hal ini terjadi pertama, adanya
pandangan bahwa al-Quran merupakan “kalam” dan sifat Allah, maka al-Quran
bersifat abadi. Kedua, perkembangan ushul fiqh, yang terjadi pada permualaan seajrah
islam, terutama berkaitan dengan kontribusi seorang figure imam syafii bahwa semua
aturan dalam al-Quran dan sunnah harus ditati, akibatnya naskh dikesampingkan.33
Ayat-ayat yang bermuatan etika-hukum : bentuk, tujuan moral dan naskh, dalam
kenyataaan adalah bahwa problem utama umat islam sangat kesulitan dalam
membedakan lahiriyah hukum dan tujuan-tujuan moral di baliknya, namun
sebenarnya konsep naskh menyediakan metode yang cukup mudah untuk
menyelesaikan kesulitan ini, dengan cara memeriksa ayat-ayat yang terlibat dalam
kasus naskh tersebut. Kseimpulan yang bisa di garis bahwahi adalah bahwa huku-
hukum yang ada dalam al-Quran seharusnya di pahami [ertama kali dalam rangka
mengetahu dan memastikan tujuan-tujuan hukum di baliknya, setelah tujuan itu di
pahami, tangga berikutnya adalah yang harus ditempuh adalah melihat bagaimana
metode yang diinginkan oleh al-Quran untuk mencapai tujuan tersebut, dalam titik ini
perbedaan ruang dan konteks waktu budaya, dan situasi serta kondis harus di
pertimbangkan,.34
Pandangan yang menarik juga disampaikan oleh Abdullah saeed adalah
menyatakan bahwa ushul fikh : dari praktek ke teori, prinsip penting dari teori ushul
fikh dalam pandangan syafii adalah tetap menjadi patokan di masa modern, walupun
ada beberpa ulama lain misalnya syatibi dan thufi yang berupaya melampui batas
batas pondasi tersebut dalam beberapa hal. Pandangan athufi tentang kepentingan
umum, merupakan dasar dari pengembangan hukum, yang didasarkan dalam al-Quran
dan sunnah, untuk perubahan hukum tapi Gerakan at thufi juga belum mendapatkan
tempat di tengah-tengah kemapanan ushul fiqh tersebut.35 Maka dari itu, naskh adalah
sebaga salah satu alat yang paling penting dan berguna untuk menghubungkan antara
aturan-aturan yang terkandung dalam al-Quran dan perubahan-perubahan kebutuhan
dan kondisi.
Dalam kajian ini Abdullah saeed menyatakan bahwa cara yang paling penting
adalah al-Quran bisa diinterpretasikan dengan cara menaksir, dan valid bahwa
argument pemahaman al-Quran perkiraan dan penaksiran, At-Thabari memberikan
beberapa otoritas terkait dengan hal ini, pertama, ayat-ayat yang bisa di tafsirkan
secara langsung dan tidak secara langsung oleh Nabi, kedua, ayat-ayat yang
taksiranya hanya di ketahui oleh Allah, ketiga, ayat-ayat yang upaya peanfsirannya
terbuka bagi siapa saja yang menguasai Bahasa arab. 36 Penggolongan di atas juga
mempunyai arti penting bagi kalangan kontektualitas, di dalam pandangan golongan
kontektualitas ada empat derajat golongan berdasarkan derajat perkiraan atau taksiran
makna, pertama, teks-teks yang membicarakan tentang yang ghoib, -ayat-ayat
teologis, kedua,teks-teks yang beroreantasi pada historis-ayat-ayat kisah,

33
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 167, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman halaman 167.
34
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 168. lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 168.
35
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 173, lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 173.
36
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery approach(London,routledge,2006)
halaman 177. lihat juga Abdullah saeed, interpreting the Quran: Toword a Contemporery approach
terjemahan Lien Iffah Nafatu Fina, ( Yogyakarta Baitul hikmah press 2015 ) halaman 177.
ketiga,perumpaman matsal, keempat, teks-teks yang bereontasi praktis, dari kempat
yang ada golongan yang keempat adalah golongan yang relevan dengan perbinangan
ayat-ayat yang bermuatan etika-hukum,

DAFTAR PUSTAKA.
Khoirul Hadi. 2014. Riba dan Bunga Dalam Pandangan Abdullah Saeed. Jurnal
Rasail, Vol.1 No. 2.
Abdullah saeed, interpreting The Quran: toward acontemporery
approach(London,routledge,2006)

Anda mungkin juga menyukai