Anda di halaman 1dari 156

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM

PERKARA TINDAK PIDANA PENIPUAN DAN PENCUCIAN UANG


YANG DILAKUKAN OLEH FIRST TRAVEL.( Analisis Putusan
Pengadilan Nomor 3096 K/Pid.Sus/2018).

OLEH

ZULFIRMAN ABDULLAH
NIM : 03160011
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAKARTA
2020
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini;

Nama : Zulfirman Abdullah

Nomor Pokok : 03160011

Jurusan & Prog Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Pidana

Judul Skripsi : Tinjauan Yuridis Tentang Putusan Hakim Dalam Perkara Tindak Pidana
Dan Pencucian Uang Yang Dilakukan Oleh First Travel (Analisis Putusan Pengadilan Nomor
3096 K/Pid.Sus/2018).

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabilah ternyata dikemudian hari
penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain,
maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi
berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Jakarta, April 2020

Penulis,

Zulfirman Abdullah
FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Zulfirman Abdullah

Nomor Pokok : 03160011

Jurusan & Prog. Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Pidana

Judul Skripsi : Tinjauan Yuridis Tentang Putusan Hakim Dalam Perkara Tindak
Pidana Dan Pencucian Uang Yang Dilakukan Oleh First Travel (Analisis Putusan
Pengadilan Nomor 3096 K/Pid.Sus/2018).

Telah disetujui dan di sahkan oleh Pembimbing Skripsi, guna diujikan di depan Tim
Penguji Ujian Komprehensif Jurusan dan Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, April 2020

Pembimbing Materi, Pembimbing Teknis,

Arif Hartanto SH. MH Amir Matau, SH. MH

Mengetahui / Menyetujui
Fakultas Hukum Universitas Jakarta
Pjs. Dekan,

Dr. Cut Fadhlan Akhyar, SH, MM.


TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM
PERKARA TINDAK PIDANA PENIPUAN DAN PENCUCIAN UANG
YANG DILAKUKAN OLEH FIRST TRAVEL.( Analisis Putusan Pengadilan
Nomor 3096 K/Pid.Sus/2018).

Zulfirman Abdullah
(03160011)
Abstrak
Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam
menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana pencucian uang dan penipuan yang di
lakukan oleh PT. Anugerah Karya Wisata. Pokok masalah tersebut selanjutnya dijabarkan
dalam beberapa sub masalah atau pertanyaan penelitian, yaitu 1) Bagaimana pertimbangan
hukum hakim dalam menjatuhkan putusan tentang penetapan barang bukti yang harus
dirampas oleh negara dalam perkara pidana dengan Nomor (3096K/Pid.Sus/2018). 2)
Bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh para korban yang tidak menerima putusan
hakim tentang penetapan barang bukti berupa aset.?
Jenis penelitian yang dilakukan ialah yuridis normatif yaitu penelitian yang
berdasarkan pada data-data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, kepustakaan
pengadila, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para sarjana. Penelitian jenis normatif
ini menggunakan analisis kualitatif yakni dengan menjelaskan data-data yang ada dengan
kata-kata atau pernyataan bukan dengan angka-angka.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Pertimbangan hukum hakim dalam
menjatuhkan putusan terhadap First Travel tentang penetapan barang bukti ialah murni
atas pertimbangan hakim sesuai dengan hukum normatif. Namun banyak yang mengkritisi
putusan tersebut dengan alasan bahwa dalam perkara ini Negara tidak dirugikan jadi tidak
adil apabilah negara merampas barang bukti berupa aset tersebut. Namun menurut hemat
saya putusan hakim dalam perkara tersebut sudalah tepat karena yang pertama didasarkan
pada hukum positf dan yang kedua karena dari total kerugian senilai Rp 908 milliar,
akan tetapi aset yang tersisa saat ini hanya sebesar Rp 38 milliar dan apabilah dibagikan
kepada seluruh korban yang berjumlah 63 ribu maka tiap-tiap korban hanya mendapatkan
kurang lebih 50 ribu. Artinya barang bukti tersebut tidak dapat menganti kerugian yang
dialami oleh para korban. 2) Apabilah para korban tidak menerima dengan putusan MA
maka upaya hukum yang harus ditempuh ialah peninjauan kembali sebagaimana yang
disebutkan dalam pasal 263 ayat (2) KUHAP yaitu:
a. Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu
sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan
bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak
dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan;
b. Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti, akan
tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti
itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain;
c. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.

Kata kunci;
Perampasan barang bukti tindak pidana penipuan, penccucian uang.
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..

A. Latar Belakang……………..………………………………………………..…
B. Rumusan Masalah….……………………………………….……………
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian….…………….……….…
1. Tujuan Penelitian………………………………………….....…
2. Manfaat Penelitian……………………………………………………..
D. Metode Penelitian………………………………………………………….
a. Pendekatan Masalah………………………………………………………………..
b. Sumber Dan Jenis Data
1. Data Primer…………………………………………………..
2. Data Sekunder……………………..
c. Prosedur Pengumpulan Dan Pengelolahan Data…………………..
1. Prosedur Pengumpulan Data…………………………
2. Prosedur Pengelolahan Data……………………………..
d. Analisis Data……………
E. Sistematika Penulisan………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………..…………………


A. Pengertian Tindak Pidana…….……………………………………
B. Pengertian Penipuan…………………..
C. Tindak Pidana Pencucian Uang…………………………….
1. Pengertian Pencucian Uang…………………………………..
2. Tindak Pidana Asal Pencucian Uang dan Jenis-jenis Tindak Pidana Yang
Menghasilkan Harta Kekayaan Sebagai Hasil Tindak Pidana Pencucian
Uang……………………………………………………..…
3. Maksud Dan Tujuan Pencucian Uang………………..
4. Mekanisme/Tahap-tahap Pencucian Uang…………….
5. Modus Operandi Pencucian Uang…………………………
D. Korporasi………………………………………
1. Pengertian Korporasi…………………………….
2. Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana…………
E. Pengertian Konsumen………………………….
F. Putusan Pengadilan…………
1. Pengertian Putusan………………………………
2. Bentuk Putusan Pengadilan…………………………….
G. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Putusan……………………….
a. Pertimbangan Yuridis………………………………….
b. Pertimbangan Non-yuridis……………………………
H. Tujuan Pemidanaan……………………………
1. Pidana Poko…………………………….
2. Pidana Tambahan…………………………
I. Pengelolahan Barang Hasil Kejahatan…………………….
1. Pengaturan Barang Milik Negara………………………….
2. Prinsip Lembaga…………………………………
3. Rubasan Sebagai Badan Pengelolahan………………………………..
4. Posisi Rupbasan Dalam SistemPeradilan Pidana……………………………….
5. Rupbasan Sebagai Pengelola Benda Sitaan Dari Benda Rampasan Negara….
6. Status Barang Sitaan Dan Barang Rampasan Setelah Putusan Pengadilan…..
J. Upaya Hukum………………………………………….
1. Pengertian Upaya Hukum……………………………………
2. Jenis-jenis Upaya Hukum………………………………….
3. Peninjauan Kembali………………………………..

BAB III OBJEK PENELITIAN KASUS FIRST TRAVEL…………………..


A. Kronologi Kasus First Travel………………………
B. Tindak Pelanggaran Yang Dilakukan Oleh First Travel…………………….
C. Pelanggaran Atau Kejahatan Yang Dilakukan Oleh First Travel Dalam KUHP..
1. Penipuan………..
2. Penggelapan
D. Undang-undang Penyedia Jasa Travel Haji
E. Undang-undang Penyedia Jasa Travel Umroh
F. Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang

BAB IV PUTUSAN PENGADILAN ATAS KASUS FIRST TRAVEL


A. Putusan Pengadilan Negeri Depok
B. Putusan Pengadilan Negeri Bandung
C. Putusan Mahkamah Agung…………………

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….……
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang merdeka dengan segala kebebasannya
tapi tetap Diatur oleh peraturan, yang segala penyelenggaraan pemerintahannya
berdasarkan Hukum yang berlaku. Negara Indonesia adalah negara hukum
(rechtsstaat), hal ini secara tegas dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 1 ayat 3. Dengan demikian, negara yang berdasar atas hukum
(rechtsstaat) pasti bukanlah negara atas kekuasaan. Oleh karena itu, kedudukan
hukum harus ditempatkan diatas segalagalanya. Setiap perbuatan harus sesuai
dengan aturan hukum tanpa kecuali.1
Sebagaimana diketahui bahwa hukum adalah rangkaian peraturan-
peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota-anggota
masyarakat, dan tujuan hukum itu adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan
dan tata tertib di dalam masyarakat. Untuk menciptakan kembali keseimbangan
di dalam masyarakat, di adakan sanksi, yaitu sanksi administrasi dalam
bidang Hukum Tata Negara, sanksi perdata dalam bidang Hukum Perdata,
dan sanksi pidana dalam bidang Hukum Pidana.2
Namun fakta yang terjadi di masyarakat nyatanya berbanding terbalik
dengan tujuan negara kita. Dewasa ini, berbagai macam permasalahan hukum
semakin marak terjadi seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin pesat. Hal ini mengakibatkan pola tingkah laku
masyarakat ikut berubah menjadi semakin kompleks. Semakin banyak pula
tingkah laku manusia yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku
di masyarakat.3

1
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta; Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hlm. 69
2
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia,
(Bandung, Refika Aditama, 2014), hlm. 3
3
Sheila Masyita M, “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencabulan Secara Berlanjut Terhadap Anak”,
Skripsi, (Makassar: Universitas Hasanuddin, 2016), hlm. 1
Perilaku yang menyimpang akan melahirkan suatu pelanggaran hingga
kejahatan dan jelas memerlukan penanganan khusus. Kejahatan senantiasa
menimbulkan keresahan bagi kehidupan bermasyarakat, oleh karenanya di
perlukan berbagai upaya untuk menanggulanginya, meskipun dalam kenyaataan
untuk memberantas kejahatan sangat sulit mengingat pada dasarnya kejahatan
akan lahir kembali seiring dengan perkembangan masyarakat. Maka perlu
adanya perlindungan-perlindungan yang ditegakkan olah aparat pemerintah
untuk setidaknya mengurangi kejahatan.4
Ada banyak kejahatan yang terjadi di kehidupan sehari-hari masyarakat,
salah satunya tentang penipuan. Di dalam ketentuan KUHP dipergunakan kata
“penipuan” atau “bedrog”, karena sesungguhnya di dalam bab tersebut diatur
sejumlah perbuatan-perbuatan yang ditujukan terhadap harta benda, dimana oleh
pelakunya telah dipergunakan perbuatan-perbuatan yang bersifat menipu atau
digunakan tipu muslihat.5
Adapun unsur-unsur dari tindak pidana penipuan terdiri dari unsur obyektif
yaitu barang yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain serta unsur subyektif
penipuan ini adalah dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengann melawan hukum agar korban:6
a. Memberikan suatu barang
b. Membuat utang atau menghapus piutang
c. Memberikan suatu barang
d. Membuat utang atau menghapus piutang
e. Membujuk/menggerakkan orang lain dengan sarana
f. Nama palsu artinya bukan nama sendiri, termasuk nama yang tidak dimiliki
orang lain termasuk nama tambahan dan gelar
g. Keadaan palsu
h. Rangkaian kata-kata bohong
i. Tipu muslihat
4
Muh. Arham Latif. Analisis Putusan Hakim Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Seksual. 2017
( Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar), hlm 2
5
PAF. Lamintang dan Djisman Samosir. Delik-delik Khusus. Bandung. Tarsito. 1981. Hlm. 263.
6
P.A.F Lamintang dan C. Djisman Samosir, Delik-delik Khusus Yang Ditujukan Terhadap Hak Milik dan
Lain-lain Hak yang Timbul Dari Hak Milik, 1981 Bandung, Tarsito.hal.262
Untuk menanggulangi permasalahan yang semakin kompleks terhadap
kejahatan penipuan tersebut diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang sejalan
dengan ketentuan yang tertuang dalam KUHP. Hal ini dikarenakan masalah
tindak pidana penipuan yang beragam tersebut dipahami melalui sudut pandang
yang tertentu, yang meliputi pengertian, ruang lingkup, unsur-unsur serta sanksi
yang perlu diketahui dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Hukum pidana yang berupa aturan tertulis itu disusun, dibuat dan diundangkan
untuk diberlakukan sebagai hukum positif (ius constitutum), namun akan lebih
menjadi efektif dan dirasakan dapat mencapai rasa keadilan serta kepastian
hukum apabilah penerapannya sesuai dengan yang dimaksud oleh pembentuk
undang-undang, mengenai apa yang tertulis dalam kalimat-kalimat itu.7
Dalam kesempatan kali ini penulis akan mengambil contoh kasus penipuan
dan pencucian uang dalam penyelenggaraan ibadah umroh yang dilakukan oleh
PT. Anugerah Karya Wisata (Firs Travel). Dalam kasus ini diketahui ada sekitar
enam puluh ribuh lebih yang menjadi korban dan kerugiannya ditaksir mencapai
905,33 milliar. Dua pemimpin perusahaan tersebut yang juga suami istri, Andika
Surachman (Direktur utama) dan Anniesa Desvitasari Hasibuan (Direktur).
Keduanya divonis oleh hakim Pengadilan Negeri Depok masing-masing 20 tahun
dan 18 tahun penjara yang dikuatkan sampai ke tingkat Mahkamah Agung. Dan
keduanya diharuskan membayar denda sebesar Rp 10 milliar. Andika Surachman
dan Annisa Desvitasari Hasibuan didakwa melanggar Pasal 378 KUHP jo Pasal
55 ayat (1) Ke 1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP dan Pasal 372 KUHP
KUHP jo Pasal (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP dan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64
ayat (1) KUHP. Sementara, terdakwa Siti Nuraidah Hasibuan alias Kiki dijerat
Pasal 378 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP
atau Pasal 372 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1)
KUHP, Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

7
Chazawi Adami. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2 “Penafsiran Hukum Pidana. 2002, hlm. 3.
jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. Dalam putusan dengan Nomor 3096 K/Pid.Sus/2018
tersebut diketahui negara merampas barang bukti berupa aset berharga dalam
kasus penipuan yang dilakukan oleh PT. Anugerah Karya Wisata (First Travel).
Barang bukti tersebut kemudian akan dilelang seluruhnya oleh Kejaksaan Agung
melalui Kejaksaan Negeri Depok. Perampasan barang bukti tersebut merupakan
hasil putusan kasasi yang diterbitkan Mahkamah Agung berdasarkan pada putusan
Nomor 3098 K/Pid.Sus/2018. Diketahui Jaksa Penuntut Umum sebagai pihak
yang mengajukan kasasi memohon kepada Mahkamah Agung agar barang bukti
berupa uang tunai dan aset lainnya diserahkan kepada pihak yang dirugikan
dalam hal ini para korban. Namun Hakim Mahkamah Agung menolak
permohonan dari Jaksa Penuntut Umum, dimana hakim Mahkamah Agung
berpendapat bahwa barang-barang bukti tersebut merupakan hasil kejahatan yang
dilakukan oleh para terdakwa dan disita dari para terdakwa yang telah terbukti
selain melakukan tindak pidana penipuan juga terbukti melakukan tindak pidana
pencucian uang. Oleh karenanya berdasarkan ketentuan Pasal 39 ayat (1) KUHP
jo Pasal 46 KUHP barang-barang bukti tersebut dirampas oleh negara. Tentu saja
bagi masyarakat yang awam soal hukum akan bertanya-tanya dimana letak
keadilannya, mengigat negara yang tidak punya hak dengan barang-barang bukti
tersebut harus dirampas oleh negara, akan tetapi apabilah kita melihat dari sisi
normatifnya maka putusan hakim sudalah tepat. Dari total kerugian lebih dari Rp
908 milliar, akan tetapi aset yang tersisa saat ini sudah tidak cukup untuk
menganti kerugian yang di alami oleh para jamaah korban First Travel mungkin
ini juga yang menjadi salah satu pertimbangan kenapa barang bukti tersebut
harus dirampas oleh negara. Menurut Kepala Biro Hukum dan Humas
Mahkamah Agung Abdullah,
“ jika menjadi korban dalam kasus tersebut hanya satu orang dan terbukti bahwa
barang yang disita adalah miliknya di persidangan, maka barang-barang tersebut
dapat di kembalikan ke orang tersebut. Sementara First Travel kan tidak ada
yang dihadirkan di persidangan, ribuan itu uang ku berapa, daftar lewat siapa,
buktinya mana, ada tidak yang menunjukan itu. Saksinya apa didatangkan semua,
ribuan itu. Dan seandainya kalau diserahkan, diserahkan kepada siapa, jemaah
yang mana, bagaimana cara membaginya, siapa yang berani mengatasnamakan
kelompok itu”.8
Apabilah kita melihat dalam putusan hakim tersebut maka hakim hanyalah
berperan sebagai corongnya undang-undang, padahal dalam Pasal 5 ayat (1)
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman berbunyi
“hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.” Ini dimaksudkan
agar putusan hakim sesuai dengan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat. Akan tetapi sekali lagi hakim dalam putusannya sudah
mempertimbangkan berbagai aspek dan tidak asal-asalan dalam menjatuhkan
putusannya, karena apabilah barang bukti yang berupa aset tersebut dikembalikan
kepada para korban pun keadilan sulit didapatkan mengigat uang yang akan
diterima para korban hanya sedikit dari pada kerugian yang ditimbulkan dalam
kasus penipuan tersebut. Oleh karena itu menurut hemat penulis dalam kasus
tersebut pemerintah harus turun tangan melalui lembaga-lembaga yang berwenang
mengurusi masalah barang rampasan, ataupun bisa melibatkan menteri keuangan
agar bisa memberangkatkan para korban.
Berdasarkan latar belakang dan contoh kasus di atas maka penulis tertarik
membahas masalah ini dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENIPUAN DAN
PENCUCIAN UANG YANG DILAKUKAN OLEH FIRST TRAVEL. (Analisis
Putusan Pengadilan Nomor 3096 K/Pid.Sus/2018).
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang dan contoh kasus di
atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan di atas yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusan tentang
penetapan barang bukti yang harus dirampas oleh negara.
2. Bagaimana upaya hukum yang harus dilakukan oleh para korban yang tidak
menerima dengan putusan hakim tentang penetapan barang bukti.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
8
https://nasional.kompas.com/read/2019/11/20/11215191/aturan-yang-sebabkan-aset-first-travel-disita-negara-dan-
polemiknya?page=all#page2
1. Tujuan Penelitian.
a. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana pertimbangan hukum hakim
dalam menjatuhkan putusan tentang penetapan barang bukti yang harus
dirampas oleh negara.
b. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana upaya hukum oleh para
korban yang tidak menerima dengan putusan hakim tentang penetapan
barang bukti.

2. Manfaat Penelitian.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran atau
memberikan solusi dalam bidang hukum pidana yang menyangkut dengan
keputusan hakim terhadap tindak pidana penipuan dan pencucian uang yang
dilakukan oleh PT. Anugerah Karya Wisata. Semoga penelitian ini dapat
memberikan manfaat tersendiri bagi para pembaca atau bagi mahasiswa
dalam memahami ilmu hukum.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian
dalam rangka meningkatkan kualitas penegakan hukum pidana khususnya
hakim, dalam pengambilan keputusan bila menghadapi kasus yang serupa.

D. Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan dalam usaha untuk memperoleh data yang
akuratserta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian hukum merupakan
kegiatan ilmiah yang di dasarkan kepada metode sistematika, dan pemikiran tertentu,
dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam
terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan yang timbul.9

1. Pendekatan Masalah

9
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, 2004, hlm. 32
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.
Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan
cara mengkaji kaidah kaidah hukum pidana, peratuan perundang-
undangan, serta peraturan-peraturan lainnya yang relevan dengan
permasalahan dengan permasalahan yang diteliti. Pendekatan yuridis
empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan dengan menelaah
hukum dalam kenyataan atau berdasarkan fakta yang didapat secara
obyektif di lapangan baik berupa data, informasi, dan pendapat yang
didasarkan pada identifikasi hukum dan efektifitas hukum, yang didapat
melalui wawancara dengan akademisi yang berkompeten terkait dengan
masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini.
2. Sumber dan jenis data
Sumber data penelitian ini berasal dari data lapangan dan data
kepustakaan. Sedangkan jenis data yang akan digunakan di dalam
penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data diperoleh langsung dari hasil studi dan
penelitian di lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok
penelitian. Penulis akan mengkaji dan meneliti sumber data yang
diperoleh dari hasil wawancara responden, dalam hal ini dilakukan
guna mengetahui bagaimana proses penegakan hukum pidana terhadap
tindak pidana penipuan dan pencucian uang.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian
kepustakaan dengan cara melakukan studi kepustakaan, yakni
melakukan studi dokumen, arsip dan literatur-literatur dengan
mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep konsep, pandangan-
pandangan, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan
pokok penulisan, serta ilmu pengetahuan hukum mengikat yang terdiri
dari bahan hukum antara lain :
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat
berupa peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini
digunakan bahan hukum sebagai berikut :
1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
2) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP).
3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang berhubungan
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis
dan memahami bahan hukum primer antara lain literatur dan
referensi.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti
kamus, karya-karya ilmiah, bahan seminar, hasil-hasil penelitian
para sarjana berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan
dibahas dalam skripsi ini.
3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah cara pengumpulan data dengan membaca,
memahami, dan mengutip, merangkum, dan membuat catatan-
catatan serta menganalisis peraturan perundang-undangan.
b. Studi Lapangan
Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan penelitian
langsung pada tempat atau objek penelitian yang dilakukan dengan
wawancara kepada para informan yang sudah ditentukan.
2. Prosedur Pengolahan Data
Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun dari studi
kepustakaan kemudian diolah dengan cara sebagai berikut :
a. Seleksi Data
Seleksi data yaitu memilih data yang sesuai dengan objek yang
akan dibahas dalam penelitian.
b. Klasifikasi Data
Klasifikasi data yaitu pengelompokan data menjadi pokok
bahasan sehingga sesuai dengan tujuan agar mudah menganalisis
data yang akan ditentukan.
c. Sistematisasi Data
Yaitu data yang telah diklasifikasi kemudian ditempatkan dengan
sesuai dengan posisi pokok permasalahan secara sistematis.
3. Analisis Data
Data yang diperoleh, dianalisis secara metode kualitatif
yaitu memaparkan kenyataan-kenyataan yang di dasarkan atas hasil
penelitian. Dari analisis data tersebut, dilanjutkan dengan menarik
kesimpulan motode induktif yaitu suatu cara berfikir khusus lalu
kemudian diambil kesimpulan secara umum guna menjawab
permasalahan yang diajukan
E. Sistematika Penulisan Di Susun Sebagai Berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan metode penelitian.
BAB II TINJUAN PUSTAKA
Terdiri dari pengertian tindak pidana, pengertian penipuan, tindak pidana
pencucian uang, korporasi, perlindungan konsumen, putusan pengadilan,
pertimbangan hukum hakim dalam putusan, tujuan pemidanaan, pengelolaan
barang hasil kejahatan, dan upaya hukum.
BAB III KASUS FIRST TRAVEL
Terdiri dari kronologi kasus Frist Travel, tindak pelanggaran yang dilakukan Frist
Travel, pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh First Travel dalam
KUHP, undang-undang penyedia jasa travel haji, undang-undang penyedia jasa
umrah, undang-undang tindak pidana pencucian uang.
BAB IV PUTUSAN PENGADILAN
a. Putusan Pengadilan Negeri
b. Putuan Pengadilan Tinggi
c. Putusan Mahkamah Agung.
BAB V PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana


Pengertian tentang tindak pidana dalam kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah strafbaarfeit dan dalam kepustakaan tentang
hukum pidana sering mengunakan istilah delik, sedangkan pembuat Undang-
Undang merumuskan suatu Undang-Undang mempergunakan istilah peristiwa
pidana atau perbuatan pidana.10
Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian
dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam
memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai
pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan
hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah
dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai
sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.11
Para pakar asing hukum pidana mengunakan istilah tindak pidana atau
perbuatan pidana peristiwa pidana, dengan istilah.12
1. Strafbaar feit adalah peristiwa pidana;
2. Strafbare handlung diterjemahkan dengan perbuatan pidana, yang digunakan
oleh para sarjana hukum pidana jerman; dan
3. Criminal act diterjemahkan dengan istilah perbuatan kriminal.
Delik dalam bahasa belanda disebut strafbaarfeit, terdiri atas tiga kata,
yaitu straf, baar, dan feit. Yang masing-masing memiliki arti:13
1. Starf diartikan sebagai pidana dan hukum
2. Baar diartikan sebagai dapat atau boleh
3. Feit diartikan sebagai tindak, peristiwa, pelanggar dan perbuatan.

10
Amir Ilyas, . Asas-Asas Hukum Pidana, Rangkang education, Yogyakarta, 2012. hlm. 18
11
Ibid
12
Ibid, hlm 18-19
13
Ibid, hlm. 19.
Jadi istilah strafbaarfeit adalah peristiwa yang dapat dipidana atau perbuatan
yang dapat dipidana. Sedangkan delik dalam bahasa asing disebut delict yang
artinya suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman (pidana)14
Andi Hamzah dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana memberikan definisi
mengenai delik, yakni:
Delik adalah suatu perbuatan atau tindakan yang terlarang dan diancam dengan
hukuman oleh Undang-Undang (pidana).15
Lanjut Moeljatno mengartikan strafbaarfeit sebagai berikut Strafbaarfeit itu
sebenarnya adalah “suatu kelakuan manusia yang diancam pidana oleh peraturan
perundang-undangan.”16
Sementara Jonkers merumuskan bahwa:
Strafbaarfeit peristiwa pidana yang diartikannya sebagai “suatu perbuatan yang
melawan hukum (enderrechttelijk) yang berhubungan dengan kesengajaan atau kesalahan
yang dillakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.”17
Strafbaarfeit diartikan oleh Pompe sebagaimana dikutip dari karya Lamintang,
sebagai:18
Suatu pelanggaran norma (ganguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun
dengan tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman
terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum.
Adapun Simons dalam buku yang sama merumuskan strafbaarfeit adalah:19
Suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh
seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh Undang-
Undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.
Istilah delik (delict) dalam bahasa Belanda disebut strafbaarfeit dimana telah
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, oleh beberapa sarjana hukum diartikan
secara berlainan-lainan sehingga otomatis pengertiannya berbeda.20

14
Ibid
15
Ibid
16
Ibid
17
Ibid, hlm. 20
18
Ibid. hlm 20
19
Ibid.
20
Ibid
H.J Van Schravendiik mengartikan delik sebagai perbuatan yang boleh
dihukum, sedangkan Utrecht lebih menganjurkan pemakaian istilah pidana, karena
istilah pidana menurut beliau meliputi perbuatan (andelen) atau doen positif atau
melainkan (visum atau nabetan atau met doen, negatif/maupun akibatnya).21
Sianturi berpendapat bahwa istilah tindak adalah merupakan singkatan dari
kata “tindakan” artinya pada orang yang melakukan tindakan dinamakan sebagai
penindak. Tindakan apa saja dilakukan semua orang,
akan tetapi dalam banyak hal suatu tindakan hanya dapat dilakukan oleh orang-
orang tertentu, misalnya menurut golongan dalam pekerjaan dan menurut golongan
kelamin. Sianturi menjelaskan bahwa menurut golongan kelamin misalnya wanita
atau pria sedangkan menurut golongan dalam pekerjaan misalnya seperti buruh,
pegawai dan lain-lain sebagainya, jadi status/ klasifikasi seorang penindak menurut
sianturi haruslah dicantumkan unsur “barang siapa”.22
Penggunaan istilah “tindak pidana” ini dikomentari oleh Moeljatno adalah
sebagai berikut23
Meskipun kata tindak lebih pendek dari kata “perbuatan” tapi “tindak” tidak
menunjuk kepada hal yang abstrak seperti perbuatan, tapi hanya menyatakan
keadaan konkrit sebagaimana halnya dengan peristiwa dengan perbedaan bahwa
tindak adalah kelakuan, tingkah laku, gerak-gerik, sikap jasmani seseorang, lebih
dikenal dalam tindak tunduk, tindakan dan bertindak dan belakangan dipakai
“ditindak” oleh karena itu tindak sebagai kata tidak begitu dikenal, maka
perundang-undangan yang menggunakan istilah tindak pidana dalam pasal-pasalnya
sendiri maupun dalam penjelasannya hampir semua selalu dipakai kata
“perbuatan”.24
Dari beberapa istilah yang dipergunakan oleh sarjana-sarjana tersebut sebagai
terjemahan delik (strafbaarfeit) menurut penulis tidak mengikat. Untuk istilah mana
yang ingin dipergunakan asalkan tidak merubah makna strafbaarfeit, merupakan hal
yang wajar-wajar saja tergantung dari pemakaiannya, misalnya saja Wirjono
21
Ibid, hlm.22
22
Ibid, hlm.23
23
Ibid
24
Ibid, hlm.2
Prodojikoro menggunakan istilah peristiwa pidana dalam bukunya hukum acara
pidana Indonesia cetakan ke V 1962, sedangkan selama kurang lebih dua puluh
tahun beliau menggunakan istilah “tindak pidana”.25
Demikian halnya dengan satochid kartanegara dimana dalam rangkaian kuliah
beliau di universitas Indonesia dan AHM/PTHM, menganjurkan istilah tindak
pidana karena istilah tindak pidana (tindakan) mencakup pengertian melakukan atau
berbuat (active handeling), dan/atau tidak melakukan, tidak berbuat, tidak
melakukan suatu perbuatan (passive handeling).26
Istilah perbuatan menurut Satochid kartanegara adalah berarti melakukan,
berbuat (active handeling) tidak mencakup pengertian mengakibatkan/tidak
melakukan, istilah peristiwa tidak menunjukkan kepada hanya tindakan manusia.
Sedangkan terjemahan pidana strafbaarfeit yang telah membahas uraian tentang
pengertian delik, pada akhirnya pilihannya jatuh pada istilah delik.27
Bukan saja Satochid kartanegara dan Wirjono yang menerjemahkan delik
(strafbaarfeit), tetapi Andi Zainal Abidin pula selama kurang lebih dua puluh
tahun mendalami makna strafbaarfeit. Setelah membahas uraian tentang pengertian
delik, yang pada akhirnya jatuh pada istilah delik.28
Maksud dan tujuan diadakannya istilah tindak pidana, perbuatan pidana,
maupun peristiwa hukum dan sebagainya itu adalah mengalihkan bahasa dari
istilah asing strafbaarfeit dimaksudkan untuk mengalihkan makna dan
pengertiannya, juga oleh karena sebagian besar kalangan ahli hukum belum jelas
dan terperinci menerangkan pengertian istilah kejahatan yang menunjukan
pengertian perbuatan melanggar norma dengan mendapat reaksi masyarakat melalui
putusan hakim agar dijatuhi pidana.29
Tindak pidana juga diartikan sebagai suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi
pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana pada orang yang telah
melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggungjawaban seseorang atas

25
Ibid. hlm. 24
26
Ibid
27
Ibid
28
Ibid
29
Ibid. hlm. 27
perbuatan yang telah dilakukannya, tapi sebelum itu mengenai dilarang dan
diancamnya suatu perbuatan yaitu mengenai perbuatan pidananya sendiri, yaitu
berdasarkan asas legalitas (principle of legality) asas yang menentukan bahwa tidak
ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan
terlebih dahulu dalam Undang-Undang, biasanya ini lebih dikenal dalam bahasa
latin nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali (tidak ada delik, tidak
ada pidana tanpa peraturan yang lebih dahulu).30
Tindak pidana merupakan dasar dari pada suatu kesalahan yang dilakukan
terhadap seseorang dalam melakukan suatu kejahatan. Jadi untuk adanya kesalahan
hubungan antara keadaan dan perbuatannya yang menimbulkan celaan harus berupa
kesengajaan atau kealapan. Dikatakan bahwa kesengajaan (dolus) dan kealapaan
(culpa) adalah bentuk-bentuk kesalahan sedangkan istilah dari pengertian kesalahan
(schuld) yang dapat menyebabkan terjadinya suatu tindak pidana adalah karena
seseorang tersebut telah melakukan suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum
sehingga atas perbuatannya tersebut maka dia harus bertanggungjawab atas segala
bentuk tindak pidana yang telah dilakukannya untuk dapat diadili dan bilamana
telah terbukti benar telah terjadinya suatu tindak pidana yang dilakukannya, maka
dengan begitu dapat dijatuhkan hukuman pidana sesuai dengan pasal yang
mengaturnya.31

B. Pengertian Penipuan
Penipuan berasal dari kata tipu yang berarti perbuatan atau perkataan yang
tidak jujur atau bohong, palsu dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan,
mengakali atau mencari keuntungan. Tindakan penipuan merupakan suatu tindakan
yang merugikan orang lain sehingga termasuk ke dalam tindakan yang dapat
dikenakan hukuman pidana.32
Pengertian penipuan di atas memberikan gambaran bahwa tindakan penipuan
memiliki beberapa bentuk, baik berupa perkataan bohong atau berupa perbuatan
yang dengan maksud untuk mencari keuntungan sendiri dari orang lain.
30
Ibid
31
Ibid. hlm. 27-28
32
Wirjono Prodjodikoro, Tindak Pidana Tertentu di Indonesia (Bandung: Refika Adita, 2003), hlm.52.
Keuntungan yang dimaksud baik berupa keuntungan materil maupun keuntungan
yang sifatnya abstrak, misalnya menjatuhkan seseorang dari jabatanya.33
Di dalam KUHP tepatnya pada Pasal 378 KUHP ditetapkan kejahatan
penipuan (oplichting) dalam bentuk umum, sedangkan yang tercantum dalam Bab
XXV Buku II KUHP, memuat berbagai bentuk penipuan terhadap harta benda
yang dirumuskan dalam 20 Pasal, yang masing-masing pasal mempunyai nama-
nama khusus (penipuan dalam bentuk khusus). Keseluruhan Pasal pada Bab XXV
ini dikenal dengan nama bedrog atau perbuatan curang.34
Dalam Pasal 378 KUHP yang mengatur sebagai berikut:
Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu, baik dengan akal dan tipu
muslihat maupun dengan karangan-karangan perkataan bohong, membujuk orang supaya
memberikan suatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena
penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.35
Berdasarkan unsur-unsur tindak pidana penipuan yang terkandung dalam
rumusan Pasal 378 KUHP di atas, maka R. Sugandhi (1980:398-397) sebagaimana
dikutip oleh Wirjono Prodjodikoro mengemukakan pengertian penipuan bahwa :
Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan,
nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan
tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang
tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar.36
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa penipuan adalah tipu
muslihat atau serangkaian perkataan bohong sehingga seseorang merasa terperdaya
karena omongan yang seakan-akan benar.
Biasanya seseorang yang melakukan penipuan adalah menerangkan sesuatu
yang seolah-olah betul atau terjadi, tetapi sesungguhnya perkataannya itu adalah
tidak sesuai dengan kenyataannya, karena tujuannya hanya untuk meyakinkan
orang yang menjadi sasaran agar diikuti keinginannya, sedangkan menggunakan

33
Ibid, hlm 52
34
Ibid, hlm 52
35
Ibid, hlm. 52
36
Ibid, hlm. 52
nama palsu supaya yang bersangkutan tidak diketahui identitasnya, begitu pula
dengan menggunakan kedudukan palsu agar orang yakin akan perkataannya.37
Penipuan sendiri dikalangan masyarakat merupakan perbuatan yang sangat
tercela namun jarang dari pelaku tindak kejahatan tersebut tidak dilaporkan ke
pihak kepolisian. Penipuan yang bersifat kecil-kecilan dimana korban tidak
melaporkannya perbuatan pelaku penipuan terus mengembangkan aksinya yang
pada akhirnya pelaku penipuan tersebut menjadi pelaku penipuan yang berskala
besar.38
Jadi ada maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yang
berarti disini ada kesengajaan sebagai maksud. Perbuatan itu dilakukan secara
melawan hukum, artinya antara lain pelaku tidak mempunyai hak untuk menikmati
keuntungan itu. Memakai nama palsu, misalnya mengaku suatu nama yang dikenal.
Martabat palsu, misalnya mengaku sebagai seseorang yang memiliki mertabat
seperti kyai, camat, kepala desa dan lain-lain. Dengan tipu muslihat, misalnya
mengaku akan membelikan barang yang sangat murah kepada orang yang ditipu.
Rangkaian kebohongan artinya banyak, pokoknya kebohongan itu sebagai upaya
penipuan.39
Penipuan sendiri dikalangan masyarakat merupakan perbuatan yang sangat
tercelah namun jarang dari pelaku tindak kejahatan tersebut dilaporkan ke pihak
polisi. Penipuan yang bersifat kecil-kecilan yang korbannya tidak melaporkan
perbuatan pelaku penipuan tersebut sehingga tindakan penipuannya meningkat ke
skala yang lebih besar.40

C. Tindak Pidana Pencucian Uang


1. Pengertian Pencucian Uang
Pencucian uang atau dalam istilah Inggrisnya disebut money laundering,
secara etimologis money laundering terdiri dari kata money yang berarti uang
dan laundering yang berarti pencucian. Jadi money laundering adalah

37
Ibid, hlm. 52
38
Ibid, hlm. 56
39
Ibid, hlm. 56
40
Ibid, hlm. 56
pencucian uang. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyebut istilah money
laundering disebut dengan Pencucian Uang, sebagaimana tercantum dalam
judul Undang-undang tersebut dan dalam pasal-pasalnya. Mengigat money
laundering sudah merupakan istilah yang sudah sangat lazim dipergunakan
secara internasional, maka penulis mengunakan istilah money laundering, dan
terkadang pula menggunakan istilah pencucian uang dalam paparan selanjutnya.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, mengenai apa yang dimaksud dengan istilah
pencucian uang sampai saat sekarang belum terdapat definisi atau pengertian
yang universal dan komprehensif.41
Adrian Sutedi mengatakan bahwa:
“Secara umum pencucian uang merupakan metode untuk menyembunyikan,
memindahkan, dan menggunakan hasil dari suatu tindak pidana, kegiatan
organisasi kejahatan, kejahatan ekonomi, korupsi, perdagangan narkotika, dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang merupakan aktivitas kejahatan. Money
laundering atau pencucian uang pada intinya melibatkan aset
(pendapatan/kekayaan) yang disamarkan sehingga dapat dipergunakan tanpa
terdeteksi bahwa aset tersebut berasal dari kegiatan yang ilegal. Melalui money
laundering pendapatan atau kekayaan yang berasal dari kegiatan yang melawan
hukum diubah menjadi aset keuangan yang seolah-olah berasal dari sumber
yang sah/legal.”42
Sutan Remy Sjahdeini mengatakan bahwa:
“Pencucian uang atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang
merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang
haram yaitu uang yang berasal dari kejahatan,dengan maksud untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang tersebut dari pemerintah
atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana
dengan cara terutama memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan

41
Dr. Yunus Husein, dan Dr. Robert. Tipologi Dan Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang, 2018.
Depok.
42
Ibid, hlm. 7
(financial system) sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari
sistem keuangan itu sebagai uang yang halal.”43
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan
bahwa: Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur
tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.44
Mengacu pada sejumlah pengertian atau definisi pencucian uang tersebut
di atas terlihat jelas, walaupun terdapat persamaan tentang unsur adanya uang
dari tindak pidana, unsur-unsur lainnya dari pencucian uang memiliki
perbedaan. Namun demikian, apapun pengertian pencucian uang tersebut, pada
hakikatnya pencucian uang menunjuk pada upaya pelaku tindak pidana untuk
mengurangi ataupun menghilangkan risiko ditangkap ataupun uang atau
aset/harta kekayaan hasil tindak pidana yang dimiliki tidak disita atau
dirampas sehingga tujuan akhir dari kegiatan ilegal itu yakni memperoleh
keuntungan, mengeluarkan serta mengkonsumsi uang atau aset/harta kekayaan
hasil tindak pidana dapat terlaksana, tanpa terjerat oleh aturan hukum yang
berlaku.45
2. Tindak Pidana Asal Pencucian Uang dan Jenis-jenis Tindak Pidana yang
Menghasilkan Harta Kekayaan Sebagai Hasil Tindak Pidana Pencucian
Uang
Tindak pidana asal pencucian uang adalah hasil tindak pidana berupa
harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana sebagaimana tertera dalam
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu: (a) korupsi; (b)
penyuapan; (c) narkotika; (d) psikotropika; (e) penyeludupan tenaga kerja; (f)
penyeludupan imigran; (h) di bidang pasar modal; (i) di bidang perasuransian;
(j) kepabean; (k) cukai; (l) perdagangan orang; (m) perdagangan senjata gelap;
(n) terorisme; (o) penculikan; (p) pencurian; (q) penggelapan; (r) penipuan;

43
Ibid, hlm. 8
44
Ibid, hlm. 8
45
Ibid, hlm. 8-9
(s) pemalsuan uang; (t) perjudian; (u) prostitusi; (v) di bidang perpajakan; (w)
di bidang kehutanan; (x) di bidang lingkungan hidup; (y) di bidang kelautan,
atau (z) tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat)
tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia dan
tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum
Indonesia.46
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang tersebut
mengatur tentang objek dari pencucian uang dengan syarat-syarat sebagai
berikut:47
a. Harta kekayaan yang menjadi objek dari pencucian uang harus harta
kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana yang hanya disebutkan dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf z saja. Dengan demikian
Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana selain yang disebutkan
dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf y atau yang selain
diperoleh dari tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara
kurang dari 4 (empat) tahun tidak termasuk atau tidak menjadi objek dari
Pencucian Uang.
b. 1. Tindak pidana yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) harus dilakukan
di wilayah Negara Kesatuan RI atau 2. Apabilah tindak pidana yang
disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) dilakukan di luar wilayah Negara
Kesatuan RI, tindak pidana tersebut harus juga merupakan tindak pidana
menurut hukum Indonesia (asas kriminalitas ganda-double criminality).48
Dalam asas kriminalitas ganda tidak harus tindak pidana yang
dilakukan di luar wilayah Negara Kesatuan RI sama jenisnya dengan
tindak pidana menurut hukum indonesia, misalnya jika tindak pidana yang
dilakukan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik merupakan tindak
pidana korupsi menurut Negara setempat, menurut hukum Indonesia tidak
harus merupakan juga tindak pidana korupsi, tetapi sudah cukup jika
46
Ibid, hlm. 9
47
Ibid, hlm. 9
48
Ibid, hlm. 10
perbuatan tersebut merupakan tindak pidana, terlepas dari jenis tindak
pidana.49
UU TPPU menganut asas kriminalitas ganda atau dual criminality
dengan pertimbangan bahwa tindak pidana pencucian uang adalah
merupakan salah satu tindak pidana lintas negara atau transnational crime.
Penegasan mengenai dianutnya prinsip dual criminality sangat penting
dalam kaitannya dengan kerja sama internasional di bidang pemberantasan
tindak pidana pencucian uang.50
3. Maksud dan Tujuan Pencucian Uang
Para pelaku pencucian uang melakukan aksinya adalah dengan maksud
memindahkan atau menjauhkan para pelaku itu dari kejahatan yang
menhasilkan proceeds of crime, memisahkan proceeds of crime dari kejahatan
yang dilakukan, menikmati hasil kejahatan tanpa adanya kecurigaan kepada
pelakunya, serta melakukan reinvestasi hasil kejahatan untuk aksi kejahatan
selanjutnya atau ke dalam bisnis yang sah. Kejahatan money laundering
bertujuan untuk melindungi atau menutupi aktivitas kriminal yang menjadi
sumber dana atau uang yang akan dibersihkan.51
Tujuan utama dilakukannya tindak pidana pencucian uang ini adalah
untuk menghasilkan keuntungan, baik bagi individu maupun kelompok yang
melakukan kejahatan tersebut. Menurut suatu perkiraan baru-baru ini, hasil dari
kegiatan money laundering di seluruh dunia, dalam perhitungan secara kasar,
berjumlah 1 triliun dolar setiap tahun. Dana-dana gelap tersebut akan
digunakan oleh pelaku untuk membiayai kegiatan kejahatan selanjutnya. Selain
itu, Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bahwa jumlah keseluruhan
money laundering di dunia diperkirakan antara dua sampai dengan lima persen
produk domestik bruto dunia. Apabilah mengunakan statistik tahun 1996,
persentase tersebut menunjukan bahwa money laundering berkisar antara 590
milliar US Dolar sampai dengan 1,5 trilliun US dolar. Angka terendah, kira-
kira setara dengan nilai keseluruhan produk ekonomi Spanyol. Selain itu,
49
Ibid, hlm. 10
50
Ibid, hlm. 10
51
Ibid, hlm. 20.
berdasarkan perkiraan Financial Action Task Force on Money Laundering
(FATF) bahwa setiap tahun di Eropa dan Amerika Utara berkisar antara 60
hingga 80 milliar dollar telah terjadi pencucian dalam sistem keuangan. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa maksud dan tujuan pencucian uang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 UU TPPU adalah tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul hasil tindak pidana.52
4. Mekanisme/Tahap-tahap Pencucian Uang
Muchsin mengatakan bahwa:
Kegiatan pencucian uang melibatkan aktivitas yang sangat komplek. Pada
dasarnya kegiatan tersebut terdiri dari tiga langkah yang masing-masing berdiri
sendiri tetapi seringkali dilakukan secara bersama-sama yaitu placement,
layering, dan tahap integration:
a. Placement diartikan sebagai upaya untuk menempatkan dana yang
dihasilkan dari suatu aktivitas kejahatan. Dalam hal ini terdapat pergerakan
fisik dari uang tunai baik melalui penyeludupan uang tunai dari suatu
negara ke negara lain, menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari
kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah atau
pencucian uang dengan melakukan penempatan uang giral ke dalam sistem
perbankan misalnya, deposito bank, cek atau melalui real estate atau
saham-saham atau juga mengkonversikan ke dalam mata uang lainnya atau
transfer ke dalam valuta asing.53
b. Layering diartikan sebagai memisahkan hasil kejahatan dari sumbernya
yaitu aktivitas kejahatan yang terkait melalui beberapa tahapan transaksi
keuangan. Dalam hal ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa
rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lainnya
melalui serangkaian transaksi yang kompleks dan di desain untuk
menyamarkan/mengelabui sumber dana “haram” tersebut. Layering dapat
dilakukan melalui pembukaan sebanyak mungkin rekening perusahaan-
perusahaan fiktif dengan memanfaatkan ketentuan rahasia bank.54
52
Ibid, hlm. 21
53
Ibid, hlm. 21
54
Ibid, hlm. 21
c. Integration yaitu upaya untuk menetapkan suatu landasan sebagai
“legitimate explanation” bagi hasil kejahatan. Disini uang yang diputihkan
melalui placement maupun layering dialihkan ke dalam kegiatan-kegiatan
resmi sehingga tampak tidak berhubungan sama sekali dengan aktivitas-
aktivitas kejahatan sebelumnya yang menjadi sumber uang yang diputihkan.
Pada tahap ini uang yang telah diputihkan dimasukkan kembali ke dalam
sirkulasi dengann bentuk yang sejalan dengan aturan hukum.55
5. Modus Operandi Pencucian Uang
Beragam cara dilakukan pelaku tindak pidana pencucian uang agar uang
yang didapatkan secara tidak sah bisa dianggap seolah-olah sah dan tidak
dapat diketahui atau dilacak oleh aparat penegak hukum. Modus operandi
pencucian uang sangat beragam, ada yang melalui penyedia jasa keuangan,
penyedia barang dan/atau jasa lain atau profesi.56
PPATK meminta semua pihak untuk mewaspadai 10 modus pencucian
uang yang diramalkan bakal tetap muncul. Kesepuluh modus yang harus
diwaspadai itu, yaitu Pertama, masyarakat harus sangat waspada jika terjadi
pengalihan dana dari rekening giro instansi pemerintah ke rekening tabungan
atas nama pribadi pejabat. Kedua, pihak bank khususnya juga harus teliti
karena maraknya penggunaan identitas palsu untuk membuka rekening yang
akan digunakan sebagai sarana penipuan. Selain itu, ketiga, pengawasan bank
juga harus ditingkatkan pada rekening pejabat pemerintah beserta seluruh
anggota keluarganya yang rentan sebagai sasaran penyuapan. Keempat, uang
suap juga sering diberikan dalam bentuk barang. Walaupun barang tersebut
dibeli atas nama si pejabat tapi sumber biayanya mungkin datang dari pihak
lain. Kelima, pembukaan beberapa rekening atas nama orang lain juga
merupakan modus operandi yang bisa dilakukan pelaku illegal logging untuk
menutupi identitasnya. Keenam, jasa asuransi pun mulai sering digunakan
sebagai modus operandi Pencucian Uang. Biasanya pelaku akan membeli polis
asurangsi jiwa dengan premi tinggi yang lansung dibayarkan pada saat

55
Ibid, hlm. 21-22.
56
Ibid, hlm. 22-23
penutupan polis tersebut. Selang beberapa waktu, polis akan dibatalkan, dan
premi yang dibayarkan akan dikembalikan walaupun dikuranggi. Ketujuh,
perusahaan bermodal kecil juga dapat digunakan sebagai pemilik polis asuransi
yang berpremi besar untuk menutupi identitas asli pelaku Pencucian Uang.
Kedelapan, transfer uang dari luar negeri juga harus dicurigai karena besar
kemungkinan dana tersebut adalah hasil perbuatan melawan hukum yang
dikembalikan setelah diungsikan ke luar negeri. Kesembilan, restitusi pajak
besar yang tidak sesuai dengan profil perusahaan pembayar pajak juga dapat
dicurigai sebagai upaya Pencucian Uang. Kesepuluh, populer disebut dengan
istilah mark up, yaitu pencantuman anggaran yang jauh lebih besar daripada
biaya yang sebenarnya diperlukan.57
Selain menggunakan ruang lingkup bisnis keuangan, agar uang haram
yang didapat dianggap seolah-olah sah, pelaku biasanya membelanjakan
uangnya untuk produk-produk mahal, seperti propertii, mobil, motor, dan
lainnya. Tidak jarang, pelaku juga menginvestasikan uang tersebut dalam bisnis
di sektor riil seperti membuka usaha industri atau membantu permodalan di
perusahaan-perusahaan.58
D. Korporasi
1. Pengertian Korporasi
Pengertian korporasi di dalam hukum pidana sebagai Ius constituendum
dapat dijumpai dalam Konsep Rancangan KUHP Baru Buku 1 2004-2005
Pasal 182 yang menyatakan, “Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dan dari
orang dan/atau kekayaan baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum.”59
Pengertian korporasi dalam Konsep Rancangan Buku KUHP 2004-2005,
tersebut mirip dengan pengertian korporasi di Negara Belanda, sebagaimana
terdapat dalam bukunya Van Bemmelen yang berjudul Ons Strafrecht I Het
Materiele Strafrech Algemeen deel antara lain menyatakan, “… Dalam naskah
57
Ibid, hlm. 23.
58
Ibid, hlm. 25
59
Qurratul Aini, Tindak Pidana Penipuan Dengan Modus Travel Umrah, 2018. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayahtulah, hlm 39. Di Akses Dari https://s.docworkspace.com/d/AAD4EOqLkdsz4uTOhOimFA Pada
Tanggal 02- April-2020.
dari bab ini selalu dipakai dalil umum „korporasi‟, yang mana termasuk semua
badan hukum privat dan badan hukum publik-penulis, perkumpulan, yayasan,
pendeknya semua perseroan yang tidak bersifat alamiah.”60
Rumusan tersebut kita jumpai dalam Pasal 51 W.v.s. Belanda, yang
berbunyi:
1) Tindak pidana dapat dilakukan oleh manusia alamiah dan badan hukum.
2) Apabila suatu tindak pidana dilakukan oleh badan hukum, dapat
dilakukan tuntutan pidana, dan jika dianggap perlu dapat dijatuhkan pidana
dan tindakan-tindakan yang tercantum dalam undang-undang terhadap:
a. Badan hukum; atau.
b. Terhadap mereka yang memerintahkan melakukan perbuatan itu,
demikian pula terhadap mereka yang bertindak sebagai pimpinan
melakukan tindakan yang dilarang itu; atau
c. Terhadap yang disebutkan di dalam a dan b bersama-sama.
3) Bagi pemakaian ayat selebihnya disamakan dengan badan hukum perseroan
tanpa hak badan hukum, perserikatan dan yayasan.61
Dengan demikian, ternyata korporasi dalam hukum pidana lebih luas
pengertiannya bila dibandingkan dengan pengertian korporasi dalam hukum
perdata. Sebab, korporasi dalam hukum pidana bisa berbentuk badan hukum
atau nonbadan hukum, sedangkan menurut hukum perdata korporasi
mempunyai kedudukan sebagai badan hukum. 62
Dengan demikian, hal ini, membuktikan bahwa subjek hukum pidana
korporasi dalam hukum pidana luas pengertiannya (bisa berbentuk badan
hukum atau tidak), dan hanya dikenal dengan khusus, sebagai produk legislatif
setelah Indonesia merdeka. Sebab, berdasarkan Pasal 59 KUH Pidana, subjek
hukum pidana korporasi tidak dikenal, karena menurut hukum pidana umum
sebab subjek hukumnya adalah manusia.63
2. Pertanggung Jawaban Korporasi dalam Hukum Pidana

60
Ibid, hlm 40
61
Ibid, hlm. 41
62
Ibid, hlm. 41
63
Ibid, hlm. 41
Korporasi dapat dimasukkan kepada kategori yang khusus dalam hukum
pidana. Chairul Huda mengatakan agar rumusan terhadap pidana korporasi
tidak samar-samar maka perumusan korporasi sebagai subjek khusus hukum
pidana sebaiknya dilakukan. Kalau tidak tentu hal tersebut cenderung
bertentangan dengan asas legalitas. 64
Tujuan perlindungan yang ditinjau oleh asas legalitas, bukan saja
terhadap orang perseorangan tetapi juga korporasi. Van Strien mengatakan,
sebagaimana dikutip oleh Chairul Huda bahwa tidak hanya manusia subjek
hukum yang harus mendapatkan perlindungan dari pelaksanaan kekuasaan
negara yang mempunyai kecenderungan tidak terbatas. Perlindungan yang sama
juga harus diberikan kepada badan hukum. Chairul Huda menyatakan bahwa
pertanggungjawaban pidana korporasi dilakukan atas dasar kesalahan. Hanya
saja isi kesalahan tersebut berbeda dengan subjek hukum manusia. Dasar dari
penetapan dapat dipermasalahkannya badan hukum ialah tidak dipenuhinya
dengan baik fungsi kemasyarakatan yang dimiliki badan hukum. indicator
kesalahan bagi korporasi adalah ketika korporasi sudah melakukan kegiatan
yang tidak mencerminkan hubungan baik dengan masyarakat dan
kemasyarakatan. Hukum mengharapkan fungsi korporasi dalam
kemasyarakatan.65
Berkenaan dengan pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada
korporasi, menurut Reksodiporo, setidaknya terdapat tiga konsep, yaitu:
pertama, pengurus korporasi sebagai pembuat dan penguruslah yang
bertanggung jawab. Kedua, korporasi sebagai pembuat dan pengurus juga
bertanggungjawab. Ketiga, korporasi sebagai pembuat dan juga sebagai yang
bertanggungjawab. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, ada dua konsep lagi yaitu
keempat, korporasi sebagai pelaku tindak pidana, tetapi pengurus yang harus
memikul beban pertanggungjawaban pidana. Dan kelima, pengurus dan
korporasi keduanya sebagai pelaku tindak pidana, dan keduanya pula harus
memikul pertanggungjawaban pidana.66

64
Ibid, hlm. 42
65
Ibid, hlm. 43
66
Ibid, hlm. 43
Masalah pertanggungjawaban pidana berkaitan erat dengan unsur
kesalahan, membicarakan unsur kesalahan dalam hukum pidana ini berarti
mengenai jantungnya, demikian dikatakan oleh Idema. Sejalan dengan itu,
menurut Sauer ada trias, ada tiga pengertian dasar dalam hukum pidana, yaitu:
a. Sifat melawan hukum (unrecht)
b. Kesalahan (schuld); dan
c. Pidana (strafe) 67
Mengenai kesalahan, Sudarto mengatakan pula pengertian kesalahan
psikologis dan pengertian kesalahan yang normatif. Pengertian kesalahan yang
psikologis bahwa kesalahan hanya dipandang sebagai hukum psikologis (batin)
antara sipembuat dan perbuatannya. Hubungan batin tersebut bisa berupa
kesengajaan atau kealpaan.68 Pada kesengajaan hubungan batin itu berupa
menghendaki perbuatan (beserta akibatnya) dan pada kealpaan tidak ada
kehendak demikian. Jadi, di sini hanya digambarkan keadaan batin si pembuat,
sedangkan yang menjadi ukurannya adalah sikap batin atau hubungan batin
antara pembuat dan perbuatannya, tetapi di samping itu harus ada unsur
penilaian atau unsur normatif perbuatannya. Penilaian normatif artinya penilaian
dari luar mengenai hubungan antara pembuat dan perbuatannya. Penilaian dari
luar ini merupakan pencelaan dengan memakai ukuran yang terdapat dalam
masyarakat, ialah apa yang seharusnya diperbuat oleh si pembuat. Di dalam
pengertian ini, sikap batin si pembuat ialah berupa kesengajaan dan kealpaan
tetap diperhatikan, namun hanya merupakan unsur dari kesalahan atau unsur
lain yaitu penilaian mengenai keadaan jiwa si pembuat, ialah kemampuan
bertanggung jawab dan tidak hanya penghapus kesalahan.69

E. Pengertian Konsumen
Konsumen adalah setiap orang yang memakai barang atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain maupun makhluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan.Istilah

67
Ibid, hlm. 43
68
Ibid, hlm. 44
69
Ibid, hlm. 44
konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer, secara Harfiah arti kata
consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang menggunakan barang. Begitu
pula Kamus Bahasa Inggris-Indonesia yang memberi arti kata consumer sebagai
pemakai atau konsumen. Kamus Umum Bahasa Indonesia mendefinisikan konsumen
sebagai lawan produsen, yakni pemakai barang-barang hasil Industri, bahan
makanan, dan sebagainya. Businnes English Dictionary menyebutkan consumer
adalah person or company which buys and uses goods and service.70
Inosentius Samsul menyebutkan konsumen adalah pengguna atau
pemakai akhir suatu produk, baik sebagai pembeli maupun diperoleh melalui
cara lain, seperti pemberian, hadiah, dan undangan. Mariam Darus
Badrulzaman mendefinisikan konsumen dengan cara mengambil alih pengertian
yang digunakan oleh kepustakaan Belanda, yaitu: “Semua individu yang
menggunakan barang dan jasa secara konkret dan rill.” Dan para ahli hukum
pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah pemakai terakhir dari
benda dan/atau jasa (uiteindelijki gebruiker van goederen en diensten) yang
diserahkan kepada mereka oleh pengusaha (ondernemer).71
Berdasarkan dari beberapa pengertian konsumen yang telah dikemukakan
di atas, maka konsumen dapat dibedakan kepada tiga batasan, yaitu:72
1) Konsumen komersial (commercial consumer), adalah setiap orang yang
mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk memproduksi
barang dan/atau jasa lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
2) Konsumen antara (intermediate consumer), adalah setiap orang yang
mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk diperdagangkan
kembali juga dengan tujuan mencari keuntungan.
3) Keuntungan akhir (ultimate consumer/end user), adalah setiap orang yang
mendapatkan dan menggunkan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi
kebutuhan kehidupan pribadi, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup
lainnya dan tidak untuk diperdagangkan kembali dan/atau untuk mencari
keuntungan kembali.

70
Ibid, 44
71
Ibid, 45
72
Ibid, 45
F. Putusan Pengadilan
1. Pengertian Putusan
Putusan hakim pada dasarnya adalah suatu karya menemukan hukum,
yaitu menetapkan bagaimanakah seharusnya menurut hukum dalam setiap
peristiwa yang menyangkut kehidupan dalam suatu negara hukum. Pengertian
lain mengenai putusan hakim adalah hasil musyawarah yang bertitik tolak dari
surat dakwaan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di
sidang pengadilan.73
Menurut buku Peristilahan Hukum dalam Praktik yang dikeluarkan
Kejaksaan Agung Republik Indonesi, menyatakan bahwa putusan adalah hasil
atau kesimpulan dari sesuatu yang telah dipertimbangkan dan dinilai dengan
semasak-masaknya yang dapat berbentuk tulisan ataupun lisan. Kamus istilah
Hukum Fockema Andreae, seperti yang dikutip oleh Leden Marpaung
mengartikan putusan (vonnis) sebagai vonnis tetap (definitief). Mengenai kata
putusan yang diterjemahkan dari vonis adalah hasil akhir dari pemeriksaan
perkara di sidang pengadilan.74
Pasal 1 angka 11 KUHAP menyatakan bahwa:

“Putusan pengadilan adalah pernyatan hakim yang diucapkan dalam sidang


pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini”.75

Pasal 182 ayat 6 KUHAP menyatakan bahwa:

“Pada asasnya putusan dalam musyawarah majelis merupakan hasil permufakatan


bulat kecuali jika hal itu setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat
dicapai, maka berlaku ketentuan sebagai berikut;

a. Putusan diambil suara terbanyak;

73
Novi Arniansyah, Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Penipuan, 2017,
Universitas Hasanudin, hlm 36. Di Akses Dari https://s.docworkspace.com/d/AI7--DaLkdsz4pyKyu2mFA Pada
Tanggal 17- Maret-2020
74
Ibid, hlm. 36
75
Ibid, hlm. 37
b. Jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat diperoleh putusan yang dipilih
adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa.”76

Mengenai putusan apa yang akan dijatuhkan pengadilan, tergantung hasil


mufakat musyawarah hakim berdasar penilaian yang mereka peroleh dari surat
dakwaan dihubungkan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan
di sidang pengadilan.77
2. Bentuk Putusan Pengadilan
Putusan pengadilan yang akan dijatuhkan pengadilan mengenai suatu
perkara dapat berbentuk sebagai berikut:
1) Putusan Bebas
Pasal 191 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa:
“Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan sidang, kesalahan
terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas”.78
Menurut Van Bemmelen, seperti yang dikutip oleh Andi Hamzah
menyatakan bahwa:
“Putusan bebas dijatuhkan jika hakim tidak memperoleh keyakinan mengenai
kebenaran (dengan kata lain mengenai pertanyaan apakah terdakwa telah
melakukan perbuatan yang didakwakan) atau ia yakin bahwa apa yang
didakwakan tidak atau setidak-tidaknya bukan terdakwa ini yang
melakukannya”.79

Menurut M. Yahya Harahap, putusan bebas ditinjau dari segi yuridis


ialah putusan yang dinilai oleh Majelis Hakim yang bersangkutan:
a. Tidak memenuhi asas pembuktian menurut undang-undang secara negatif;
b. Tidak memenuhi asas batas minimum pembuktian.80
2) Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum
Pasal 191 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa:

76
Ibid, hlm. 37
77
Ibid, hlm. 37
78
Ibid, hlm. 37
79
Ibid, hlm. 38
80
Ibid, hlm. 38
“Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada
terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana,
maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.”81

Terdakwa dilepas dari segala tuntutan hukum dapat disebabkan:


a. Salah satu sebutan hukum pidana yang didakwakan tidak cocok dengan
tindak pidana. Misalnya terdakwa mengambil barang hanya untuk memakai,
tidak ada niat untuk memiliki;
b. Terdapat keadaan-keadaan yang istimewa yang menyebabkan terdakwa
tidak dapat dihukum. Misalnya karena Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49,
Pasal 50, Pasal 51 Undang-undang No. 1 tahun 1946 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).82
3) Putusan Pemidanaan
Pasal 193 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa:
“Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana
yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana”.83

Pemidanaan berarti terdakwa dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan


ancaman yang ditentukan dalam pasal tindak pidana yang didakwakan kepada
terdakwa. Apabila menurut pendapat dan penilaian pengadilan terdakwa telah
terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan kesalahan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya sesuai dengan sistem pembuktian dan batas minimum
pembuktian yang ditentukan Pasal 183 KUHAP, kesalahan terdakwa telah
cukup terbukti dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah yang
memberi keyakinan kepada hakim, terdakwalah pelaku pidananya.84
4) Penetapan Tidak Berwenang Mengadili
Apabila Ketua Pengadilan Negeri berpendapat perkara tersebut tidak
termasuk wewenangnya seperti yang ditentukan dalam Pasal 84 KUHAP:
a. Karena tindak pidana yang terjadi tidak dilakukan dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri yang bersangkutan; atau

81
Ibid, hlm. 38
82
Ibid, hlm. 39
83
Ibid, hlm. 39
84
Ibid, hlm. 39
b. Sekalipun terdakwa bertempat tinggal, berdiam terakhir, diketemukan
atau ditahan berada di wilayah Pengadilan Negeri tersebut, tapi tindak
pidananya dilakukan di wilayah hukum Pengadilan Negeri yang lain,
sedang saksi-saksi yang dipanggil pun lebih dekat dengan Pengadilan
Negeri tempat dimana tindak pidana dilakukan, dan sebagainya.85
5) Putusan yang Menyatakan Bahwa Dakwaan Tidak Dapat Diterima
Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan tidak dapat diterima, pada
hakikatnya termasuk kekurang cermatan Penuntut Umum karena putusan
tersebut dijatuhkan karena:
a. Pengaduan yang diharuskan bagi penuntutan, tidak ada (delik
pengaduan);
b. Perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa, telah pernah diadili (nebis
in idem)
c. Hak untuk penuntutan telah hilang karena daluwarsa (verjaring)86
6) Putusan yang Menyatakan Dakwaan Batal Demi Hukum
Putusan pengadilan yang berupa pernyataan dakwaan Penuntut Umum
batal atau batal demi hukum didasarkan pada Pasal 143 ayat (3) KUHAP
dan Pasal 156 ayat (1) KUHAP. Alasan utama untuk membatalkan surat
dakwaan batal demi hukum, apabila surat dakwaan tidak memenuhi unsur
yang ditentukan dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yakni surat
dakwaan tidak menjelaskan unsur konstitutif yang dirumuskan dalam pasal
pidana yang didakwakan kepada terdakwa.87
Menurut M. Yahya Harahap beberapa alasan pokok yang dapat
dijadikan dasar menyatakan dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum:
a. Apabila dakwaan tidak merumuskan semua unsur dalih yang
didakwakan;
b. Tidak memberi secara jelas peran dan perbuatan yang dilakukan
terdakwa dalam dakwaan;

85
Ibid, hlm. 40
86
Ibid, hlm. 40
87
Ibid, hlm. 41
c. Dakwaan kabur atau obscuur libel, karena tidak dijelaskan cara
bagaimana kejahatan dilakukan.88

G. Tinjaun Umum Pertimbangan Hakim Dalam Putusan


1. Pertimbangan Hukum Hakim
Pertimbangan hakim adalah hal-hal yang menjadi dasar atau yang
dipertimbangkan hakim dalam memutus suatu perkara tindak pidana. Sebelum
memutus suatu perkara, hakim harus memperhatikan setiap hal-hal penting dalam
suatu persidangan. Hakim memperhatikan syarat dapat dipidananya seseorang,
yaitu syarat subjektif dan syarat objektif.89
Dalam hakim mengadili perkara, ia melakukan aktivitas atau kegiatan
yuridis tersendiri dan tidak sekadar mengikuti silogisme belaka. Ia ikut serta
dalam pembentukan hukum, akan tetapi bukan hukum objekti seperti yang
diciptakan oleh pembentuk undang-undang, yang sifatnya abstrak, melaingkan
hukum konkret yang diciptakannya dengan putusanya (judge made law).90
Pertimbangan hakim atau Ratio Decidendi adalah argument atau alasan
yang dipakai oleh hakim sebagai pertimbangan hukum yang menjadi dasar
sebelum memutus kasus. Menurut Rusli Muhammad dalam melakukan
pertimbangan hakim ada dua macam yaitu pertimbangan secara yuridis dan
sosilogis,91
a. Pertimbangan Yuridis
Pertimbangan yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan pada
fakta-fakta yuridis yang terungkap dalam persidangan dan oleh Undang-
Undang ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan. Hal-hal
yang dimaksud tersebutantara lain:92
1) Dakwaan Penuntut Umum

88
Ibid, hlm. 41
89
Andi Akbar, Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana, Di Akses Dari
https://seniorkampus.blogspot.com/2017/09/pertimbangan-hakim-dalam-menjatuhkan.html?m=1 Pada Tanggal 02-
April-2020.
90
Dr. Adi Sulistiyono, Sistem Peradilan Di Indonesia Dalam Teori Dan Praktik. 2018 Depok, hlm. 123
91
Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana kontemporer, 2007. Jakarta: Citra Aditya, hlm. 212.
92
Ibid.
Dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasar itulah
pemeriksaan di persidangan dilakukan. Dakwaan selain berisikan identitas
terdakwa, juga memuat uraian tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebut waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Dakwaan yang
dijadikan pertimbangan hakim adalah dakwaan yang telah dibacakan di
depan sidang pengadilan.
2) Keterangan Terdakwa
Keterangan terdakwa menurut Pasal 184 butir e KUHAP, digolongkan
sebagai alat bukti. Keterangan terdakwa adalah apa yang dinyatakan
terdakwa disidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia
ketahui sendiri atau dialami sendiri. Keterangan terdakwa sekaligus juga
merupakan jawaban atas pertanyaan hakim, Penuntut Umum ataupun dari
penasihat hukum.
3) Keterangan Saksi
Keterangan saksi dapat dikategorikan sebagai alat bukti sepanjang
keterangan itu mengenai sesuatu peristiwa pidana yang didengar, dilihat,
alami sendiri, dan harus disampaikan di dalam sidang pengadilan dengan
mengangkat sumpah. Keterangan saksi menjadi pertimbangan utama oleh
hakim dalam putusannya.
4) Barang-barang bukti
Pengertian barang bukti disini adalah semua benda yang dapat
dikenakan penyitaan dan diajukan oleh penuntut umum di depan sidang
pengadilan, yang meliputi:
a) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa seluruhnya atau
sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil tindak
pidana;
b) Benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak
pidana atau untuk mempersiapkan;
c) Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak
pidana;
d) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung tindak pidana yang
dilakukan
5) Pasal-Pasal dalam Peraturan Hukum Pidana
Dalam praktek persidangan, pasal peraturan hukum pidana itu
selalu dihubungkan dengan perbuatan terdakwa. Dalam hal ini, penuntut
umum dan hakim berusaha untuk membuktikan dan memeriksa melalui
alat-alat bukti tentang apakah perbuatan terdakwa telah atau tidak
memenuhi unsur-unsur yang dirumuskan dalam pasal peraturan hukum
pidana.93
b. Pertimbangan Non-Yuridis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertimbangan non-yuridis adalah
sebagai berikut:
1) Latar Belakang Terdakwa
Latar belakang perbuatan terdakwa adalah setiap keadaan yang
menyebabkan timbulnya keinginan serta dorongan keras pada diri
terdakwa dalam melakukan tindak pidana kriminal.
2) Akibat Perbuatan Terdakwa
Perbuatan pidana yang dilakukan terdakwa sudah pasti membawa
korban ataupun kerugian pada pihak lain. Bahkan akibat dari perbuatan
terdakwa dari kejahatan yang dilakukan tersebut dapat pula berpengaruh
buruk kepada masyarakat luas, paling tidak keamanan dan ketentraman
mereka senantiasa terancam.
3) Kondisi Diri Terdakwa
Pengertian kondisi terdakwa adalah keadaan fisik maupun psikis
terdakwa sebelum melakukan kejahatan, termasuk pula status sosial yang
melekat pada terdakwa. Keadaan fisik dimaksudkan adalah usia dan
tingkat kedewasaan, sementara keadaan psikis dimaksudkan adalah
berkaitan dengan perasaan yang dapat berupa: tekanan dari orang lain,
pikiran sedang kacau, keadaan marah dan lain-lain. Adapun yang

93
Ibid.
dimaksudkan dengan status sosial adalah predikat yang dimiliki dalam
masyarakat.
4) Agama Terdakwa
Keterikatan para hakim terhadap ajaran agama tidak cukup bila sekedar
meletakkan kata “Ketuhanan” pada kepala putusan, melainkan harus
menjadi ukuran penilaian dari setiap tindakan baik tindakan para hakim
itu sendiri maupun dan terutama terhadap tindakan para pembuat kejahatan.94
Pertimbangan hakim secara non-yuridis juga disebut dengan
sosiologis. Pertimbangan hakim secara sosiologis diatur dalam Pasal 5 ayat
(1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
menyatakan bahwa hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. 95 Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan secara sosiologis oleh hakim dalam menjatuhkan
putusan terhadap suatu kasus, antara lain:
a. Memperhatikan sumber hukum tidak tertulis dan nilai-nilai yang
Hidup dalam masyarakat.
b. Memperhatikan sifat baik dan buruk dari terdakwa serta nilai-nilai
yang meringankan maupun hal-hal yang memberatkan terdakwa.
c. Memperhatikan ada atau tidaknya perdamaian, kesalahan, peranan
korban
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut
berlaku atau diterapkan.
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan hidup.96

H. Tujuan Pemidanaan
Jenis pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHP yakni :
1. Pidana Pokok

94
Ibid.
95
Dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, ketentuan Pasal 5 ayat (1)
dimaksudkan agar putusan hakim dan hakim konstitusi sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
96
HB. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. hlm. 68
1) Pidana mati, pelaksanaan pidana mati dulu dilaksanakan di tiang
gantungan, kemudian diubah dengan cara lain, yaitu dengan cara ditembak
sampai mati, sehingga ketentuan Pasal 11 tersebut sudah tidak ada lagi.
Perubahan cara pelaksanaan pidana mati itu dilakukan didasari Penetapan
Presiden (PenPres) Nomor 2 Tahun 1964.97
2) Pidana penjara adalah bentuk pidana yang berupa pembatasan kebebasan
bergerak yang dilakukan dengan menutup atau menempelkan terpidana
didalam sebuah lembaga pemasyarakatan dengan mewajibkannya untuk
mentaati semua peraturan tata tertib yang berlaku didalam lembaga
pemasyarakatan tersebut.98
3) Pidana kurungan terdiri dari :
a. Kurungan principle
Lamanya minimal 1 hari maksimum 1 tahun, dan dapat ditambah menjadi
1 tahun 4 bulan dalam hal – hal gabungan tindak pidana, penggabungan
tindak pidana dan aturan dalam Pasal 52 KUHP.
b. Kurungan Subsidai
Lamanya minimal 1 hari maksimum 6 bulan dan dapat ditambah sampai
8 bulan dalam ini gabungan tindak pidana, pengulangan tindak pidana
dan aturan pelanggaran dalam Pasal 52 KUHP.
Pidana kurungan pengganti denda ini dapat dikenakan kepada
seseorang yang dijatuhi pidana denda yakni apabila ia tidak dapat/tidak
mampu untuk membayar denda yang harus dibayarnya.99
4) Pidana denda ditujukan kepada harta benda orang. Pidana denda ini biasa
diancamkan/dijatuhkan terhadap tindak pidana ringan yakni berupa
pelanggaran atau kejahatan ringan, oleh karena itu pidana denda adalah
satu-satunya jenis pidana pokok yang dapat dipikul orang lain selain
terpidana, artinya walaupun pidana denda dijatuhkan kepada seorang
terpidana namun tidak ada halangan denda itu dibayar oleh orang lain atas
97
Ganesa Adi Nugraha, Eksistensi Pidana Tambahan Pada Tindak Pidana Korupsi, 2013. Universitas Negeri
Semarang, hlm. 18. Di Akses dari https://s.docworkspace.com/d/AHxih3SLkdsz4t6CsfSmFA Pada Tanggal 27
Maret 2020.
98
Ibid, hlm. 18
99
Ibid, hlm. 19
nama terpidana. Dalam KUHP pengaturan pidana denda ini diatur dalam
Pasal 30 dan 31 KUHP.100
2. Pidana Tambahan
1. Pidana tambahan dapat ditambahkan pada pidana pokok dengan
pengecualian, perampasan barang-barang tertentu dapat dilakukan terhadap
anak yang diserahkan kepada pemerintah tetapi hanya mengenai barang-barang
yang disita, sehingga pidana tambahan dapat ditambahkan dengan tindakan,
bukan pada pidana pokok.101
2. Pidana tambahan bersifat fakultatif, artinya jika hakim yakin mengenai
tindak pidana dan kesalahan terdakwa hakim tersebut tidak harus
menjatuhkan pidana tambahan, kecuali untuk pasal 250, 250 BIS, 261 dan 275
KUHP. Yang bersifat imperatif, sebagaimana hakim harus menjatuhkan
pidana pokok jika tindak pidana dan kesalahn terdakwa terbukti. Dalam
penerapannya tiap-tiap pasal dalam KUHP digunakan sistem alternatif, artinya
bila suatu tindak pidana hakim hanya boleh memilih salah satu saja. Hal ini
berbeda dengan sistem kumulatif, dimana hakim dapat memilih lebih dari
satu jenis pidana, bahkan diantara pasal-pasal KUHP terdapat pasal-pasal
yang hanya mengancam secara tunggal dalam arti terhadap pelaku tindak
pidana hakim harus menjatuhkan jenis yang diancam tersebut. (Kholis, 2010:
14).102

I. Pengelolaan Barang Hasil Kejahatan


Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara adalah tugas Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara selaku Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan
untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan dalam sidang
pengadilan sehingga dapat menunjang proses peradilan yang sederhana, cepat dan
biaya ringan, mengandung aspek pelayanan, pengamanan, pemeliharaan agar
keutuhan barang bukti tetap terjamin.103
100
Ibid, hlm. 19
101
Ibid, hlm. 20
102
Ibid, hlm. 20
103
Dr. Febrian, SH, Lembaga Penyitaan Dan Pengelolaan Barang Hasil Kejahatan, Kementrian Hukum Dan
Hak Asasi Manusia. R.I 2013. Di Akses Dari https://s.docworkspace.com/d/AGe_AfyLkdszwrmzsfSmFA Pada
Pengelolaan Barang Sitaan Negara (Basan) dan Barang Rampasan Negara
(Baran) di RUPBASAN adalah suatu rangkaian kegiatan yang merupakan suatu
sistem dimulai sejak proses penerimaan sampai pada pengeluaran Basan dan
Baran.104
1. Pengaturan Barang Milik Negara
Sebagai rampasan negara, aset tindak pidana dengan sendirinya berubah
status menjadi barang milik negara yang merupakan perolehan lain yang sah melalui
penetapan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Hal tersebut diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan peraturan pelaksana lainnya. 105
Ketentuan pada perundang-undangan tersebut juga mengatur kewenangan dan
tanggung jawab pihak-pihak yang terkait dalam penanganan barang milik
negara baik sebagai pengelola barang, pengguna barang/kuasa pengguna
barang.106
Ketentuan Pasal 4 ayat 1 PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana diubah dengan PP Nomor 38 Tahun
2008 menetapkan bahwa pengelola barang milik negara adalah Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan Pasal 6 ayat 1 menetapkan
bahwa pengguna barang adalah menteri/pimpinan lembaga selaku pimpinan
kementerian negara/lembaga negara.107
Selain itu, sebagai rujukan dapat melihat Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan,
dan Pemindah tanganan Barang Milik Negara/Daerah Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 109/PMK.06/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi,
Penilaian dan Pelaporan Barang Milik Negara/Daerah.108
2. Prinsip Lembaga

Tanggal 29-Maret-2020
104
Ibid, hlm. 41
105
Ibid, hlm. 49
106
Ibid, hlm. 49
107
Ibid, hlm. 49
108
Ibid, hlm. 49
a. Penyitaan
Penyitaan adalah bagian dari proses penegakan hukum berupa upaya paksa
yang dilakukan oleh negara untuk mengambil alih penguasaan atas benda milik
seseorang yang berhubungan langsung dengan tindak pidana.109
Pengertian Penyitaan itu sendiri dirumuskan dalam Pasal 1 Angka 16
KUHAP yang berbunyi:
"Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan
atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak,
berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam
penyidikan, penunjukan dan peradilan".110
Tujuan penyitaan adalah untuk kepentingan "pembuktian" terutama
ditujukan sebagai barang bukti dimuka sidang peradilan. Kemungkinan besar
tanpa barang bukti perkara tidak dapat diajukan ke sidang pengadilan, oleh
karena itu agar perkara lengkap dengan barang bukti penyidik melakukan
penyitaan untuk dipergunakan sebagai barang bukti dalam penyidikan,
dalam penuntutan dan dalam pemeriksaan persidangan pengadilan. Jan
Remmelink berpendapat bahwa benda sitaan mempunyai lingkup yang
terbatas yakni hanya menyangkut pada harta benda atau kekayaan
(vermogenstraaf).111
Pada Pasal 33 KUHPidana diatur tentang ketentuan terhadap benda
yang dapat disita mencakup:
a. benda yang dimiliki oleh terpidana secara keseluruhan maupun sebagian
yang dipergunakan sendiri atau diperolehnya dari perbuatan kejahatan;
b. benda yang dipergunakan untuk kejahatan;
c. benda dengan bantuan untuk perbuatan kejahatan;
d. benda dengan bantuan untuk menghalangi penyidikan;
e. benda yang akan digunakan untuk perbuatan kejahatan; dan
f. hak atas kebendaan.112

109
Ibid, hlm. 50
110
Ibid, hlm. 50
111
Ibid, hlm. 50
112
Ibid, hlm. 50
b. Perampasan
Dalam praktiknya, perampasan barang tertentu dimungkinkan sebagai
pengganti kerugian negara atau pidana tambahan di samping pidana pokok.
Apabila kemudian putusan pengadilan memerintahkan perampasan terhadap
benda sitaan tersebut, maka status benda tersebut menjadi barang rampasan
negara. Barang rampasan pengganti kerugian negara atau pidana tambahan
inilah yang umumnya memiliki nilai ekonomis lebih.113
Pengaturan khusus terhadap barang rampasan berlaku terhadap
beberapa tindak pidana seperti tindak pidana kehutanan illegal logging,
tindak pidana korupsi, tindak pidana pencucian uang, tindak pidana
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, serta tindak pidana
perikanan.114
Sementara itu menurut R. Sugandhi ada perluasan terhadap barang
rampasan termasuk pula binatang, selain itu diantaranya adalah berupa
barang:
a) yang diperoleh dengan kejahatan misalnya uang palsu yang diperoleh
dengan melakukan kejahatan memalsukan uang, kejahatan suap dan lain–
lain
b) yang dengan sengaja dipakai untuk melakukan kejahatan, misalnya; golok
atau senjata api yang dipakai untuk melakukan pembunuhan dengan
sengaja, alat–alat yang dipakai untuk menggugurkan kandungan dan
sebagainya.115
Sesuai dengan ketentuan KUHAP, perampasan akan diikuti dengan
perintah tindakan lebih lanjut sesuai keputusan pengadilan terhadap barang
rampasan antara lain:
1. dirampas untuk kemudian dilelang, dan disetorkan kepada kas negara;
2. dirampas untuk kemudian dimusnahkan;
3. dirampas untuk diserahkan kepada instansi yang ditetapkan guna
dimanfaatkan, dan

113
Ibid, hlm. 51
114
Ibid, hlm. 51
115
Ibid, hlm. 52
4. dirampas untuk digunakan sebagai bukti terhadap perkara pidana yang
lain.116
c. Penyimpanan
Penyimpanan, benda sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan benda
sitaan negara. Penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan
tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang
untuk dipergunakan oleh siapapun juga.117
Sebagai upaya mengamankan benda sitaan, ketentuan hukum secara
tegas mengatur bahwa berbagai benda sitaan disimpan di rumah
penyimpanan benda sitaan negara. Benda sitaan yang disimpan tersebut
dapat berupa benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang sebagian atau
seluruhnya diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak
pidana. Penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
tanggung jawab yuridis atas benda tersebut ada pada pejabat yang berwenang
sesuai dengan tingkat pemeriksaan dan benda tersebut dilarang untuk
dipergunakan oleh siapapun juga.118
Sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
KUHAP dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
KUHAP, maka dalam rangka penyimpanan benda sitaan pengaturan lebih
lanjut dan terperinci termuat di dalam peraturanperaturan berikut ini.
1) Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.05.UM.01.06 Tahun 1983
tentang Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara.
2) Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04.PR.07.03 Tahun 1985
tentang Organisasi dan Tata Kerja Rutan dan Rupbasan.
3) Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E1.35.PK.03.10
Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pengelolaan

116
Ibid, hlm. 53
117
Ibid, hlm. 53
118
Ibid, hlm. 53
Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan
Benda Sitaan Negara.119
Penyimpanan benda sitaan negara dilakukan dengan baik dan tertib
sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk Teknis (juknis)
pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan negara. Dengan
demikian, diharapkan mudah dan cepat mendapatkannya saat dibutuhkan oleh
yang berkepentingan. Melakukan pemeliharaan benda sitaan negara dan
barang rampasan negara berarti merawat benda dan barang tersebut agar
tidak rusak serta tidak berubah kualitas maupun kuantitasnya sejak
penerimaan sampai dengan pengeluarannya.120
d. Para Pihak yang Terlibat
Sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan terdapat para
pihak yang berperan dalam penyitaan, perampasan, dan penyimpanan. Para
pihak tersebut adalah sebagai berikut:121
a. Penyidik
Penyidik, adalah petugas penegak hukum yang pertama kali
melakukan indentifikasi dan pemeriksaan terhadap perkara berserta
benda yang terkait dengan tindak pidana. Penyidik adalah pihak yang
berada paling sentral dalam melakukan tindakan penyitaan.
b. Penuntut Umum
Penuntut Umum, adalah pihak yang bertanggung jawab dalam proses
pemeriksaan terhadap perkara beserta benda sitaan yang telah
dilimpahkan oleh penyidik. Penuntut Umum yang kemudian sesuai
dengan tugas dan kewenangan menuntut pidana atas perkara serta
benda yang telah disita terkait perkara.
c. Hakim
Hakim, adalah pihak yang bertanggung jawab dalam pemeriksaan
perkara beserta benda sitaan di pengadilan yang diajukan oleh
penutut umum. Hakim juga merupakan pihak yang akan memutuskan

119
Ibid, hlm. 54
120
Ibid, hlm. 54
121
Ibid, hlm. 54
suatu perkara dipidana atau tidak, dan memutuskan suatu benda yang
telah disita sebulumnya dirampas atau tidak
d. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan)
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan), adalah tempat
benda yang disita oleh Negara untuk keperluan proses peradilan, proses
peradilan yang adalah proses pemeriksaan perkara pada semua
tingkatan pemeriksaan yaitu pemeriksaan di tingkat penyidik,
pemeriksaan di tingkat penuntut umum dan pemeriksaan di tingkat
pengadilan (pengadilan negeri, banding, dan kasasi).
e. Jaksa Eksekutor, adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang
oleh undang-undang untuk bertindak sebagai pelaksana putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Terhadap
perkara dan barang yang diputuskan dirampas, termasuk dalam
tanggung jawab dan kewenangannya untuk melakukan penjualan
lelang dan menyetor hasilnya ke kas negara.
3. Rupbasan Sebagai Badan Pengelolaan
Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan pada kahekatnya untuk
memacu terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional. Bahwa Indonesia
merupakan negara yg berdasarkan atas hukum (rechtstaat), bahwa Indonesia harus
mempunyai hukum yang berwibawa yakni sebagai pengayom, sarana pembangunan,
mewujudkan keadilan dan kepastian hukum serta sarana pendidikan dan
penindakan.122
Konsekuensi sebagai negara hukum, menuntut semua bangsa Indonesia harus
mampu untuk mewujudkan supremasi hukum, dan hukum sebagai panglima dalam
mengatur, mengarahkan dan mengamankan jalannya pemerintahan.123
Salah satu arah kebijakan hukum, menegakan hukum secara konsisten untuk
lebih menjamin kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum serta
menghargai hak asasi manusia.124

122
Ibid, hlm. 56
123
Ibid, hlm. 56
124
Ibid, hlm. 56
Dengan demikiann, maka politik hukum nasional Indonesia, sejatinya
mengacu kepada visi Negara. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
dinyatakatan bahwa Negara Indonesia bertujuan untuk melindungi segenap
bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta
ikut melaksanakan perdamaian dunia demi terwujudnya masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Dalam kaitan ini, maka hukum sebagai alat
rekayasa sosial (social engineering) harus dapat mengarahkan segenap potensi
yang dimiliki bangsa agar cita-cita luhur tersebut dapat tercapai.125
Salah satu upaya untuk mencapai visi negara itu, adalah melakukan
penegakan hukum oleh aparat penegak hukum dalam rangka menanggulangi
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan terhadap terciptanya ketertiban
dalam masyarakat. Aparat penegak hukum melaksanakan tugasnya berdasarkan
undang-undang yang terkait dengan hukum pidana baik formil maupun
materiil.126
Eksistensi hukum pidana yang implementasinya dilakukan melalui sistem
peradilan pidana (SPP) seharusnya ditopang oleh 3 (tiga) undangundang pokok.
Pertama, KUHP sebagai hukum materiil, kedua; KUHAP sebagai hukum formil
dan ketiga; undang-undang pelaksanaan Hukum Pidana (baik formil maupun
materiil).127
Di negara Indonesia, yang dimaksud dengan undang-undang pelaksanaan
hukum pidana materiil adalah yang berupa pelaksanaan pemidanaan dan tindakan
yang dijatuhkan Hakim. Ketentuan tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.128
Sedangkan yang dimaksud dengan pelaksanaan hukum pidana formil
adalah berupa pelaksanaan pelayanan fisik kepada tahanan dan pengelolaan fisik
benda sitaan serta pengelolaan fisik barang rampasan, yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.129 Yang dimaksud dengan Benda Sitaan Negara,
125
Ibid, hlm. 56
126
Ibid, hlm. 57
127
Ibid, hlm. 57
128
Ibid, hlm. 57
129
Ibid, hlm. 57
(selanjutnya disebut BASAN) adalah benda yang disita oleh Penyidik, Penuntut
Umum, atau Pejabat yang karena jabatannya mempunyai wewenang untuk
menyita barang guna keperluan barang bukti dalam proses Peradilan. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Hukum Acara
Pidana, dinyatakan bahwa di dalam Rupbasan di tempatkan benda yang harus
disimpan untuk keperluan barang bukti dalam pemeriksaan dalam tingkat
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan termasuk benda
yang dinyatakan dirampas berdasarkan putusan hakim (selanjutnya disebut barang
rampasan Negara disingkat BARAN). Penempatan di Rupbasan tersebut dalam
rangka menjamin keselamatan dan keamanan Basan/ Baran, serta tanggungjawab
fisiknya diserahkan kepada Kepala Rupbasan. Sementara tanggung jawab yuridis
Basan/baran tersebut diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk
melakukan penyitaan (Polisi, Jaksa dan Hakim).130
Sementara itu, menurut Hans Kelsen kedudukan hukum pelaksanaan pidana
ini berada dalam lingkungan hukum administrasi Negara. Hukum Administrasi
Negara adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara d an warga
negara, ia mengatur hak dan kewajiban masing-masing.131
Dalam hubungan ini, seperti diketahui bahwa secara konstitusional,
warga negara atau rakyat memiliki hak-hak yang diatur secara tegas dalam
pasal 28 UUD. Oleh sebab itu maka dalam saat yang bersamaan negara
mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak-hak konstitusional rakyatnya. Hak
konstitusional warga negara dalam konteks tulisan ini adalah hak yang tercantum
dalam pasal 28 H (4) yang berbunyi;
“Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun”, (termasuk oleh negara
ketika negara menjalankan wewenang yang dimilikinya). 132 Hal ini diperkuat pula
dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 36

130
Ibid, hlm. 58
131
Ibid, hlm. 58
132
Ibid, hlm. 58
(2) yang berbunyi : “Tidak seorangpun boleh dirampas miliknya dengan
sewenangwenang dan secara melawan hukum”.133
Dengan demikian hakekat yang sebenarnya dari adanya suatu negara
kesejahteraan (welfare state) yang dilaksanakan oleh suatu pemerintahan adalah
melaksanakan pelayanan yang seoptimal mungkin kepada rakyat melalui pelayanan
sipil dan pelayanan publik.134
Dalam ilmu pemerintahan (yang merupakan cabang dari ilmu administrasi
negara) ada pembedaan antara pelayanan publik dan pelayanan sipil. Taliziduhu
(2008) menjelaskan bahwa pelayanan publik merupakan pelayanan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini, pelayanan publik
merupakan kewenangan pemerintah sebagai pelaksana negara. Terhadap pelayanan
publik ini, rakyat mempunyai kesempatan yang sama untuk menikmatinya
dengan didasarkan pada pilihan mereka masing-masing. Rakyat mempunyai
kebebasan untuk memilih apakah akan menggunakan pelayanan publik atau tidak
karena untuk mendapatkan pelayanan publik tersebut ada konsekuensi biaya yang
harus dikeluarkan oleh rakyat yang menggunakannya walaupun biaya yang harus
dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan tersebut relatif kecil.135
Sementara itu, pelayanan sipil, menurut Taliziduhu, adalah pelayanan yang
merupakan kewajiban negara sebagai wujud untuk memberikan perlindungan hak
asasi, hak sipil, dan hak konstitusional. Karena pelayanan sipil merupakan
kewajiban, akses untuk mendapatkan pelayanan sipil tersebut harus bebas biaya
(gratis). Adapun tujuan diselenggarakannya pelayanan sipil ini adalah untuk
mengakui, melindungi, menyelamatkan, dan memenuhi hak asasi manusia (HAM)
dan lingkungannya.136
Dilihat dari sisi ilmu pemerintahan tersebut, maka pengelolaan benda sitaan
dan benda rampasan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, pelaksanaannya
diserahkan kepada Departemen Kehakiman (sekarang Kementerian Hukum dan
HAM) cq Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Salah satu pelaksana fungsi dari

133
Ibid, hlm. 58
134
Ibid, hlm. 58
135
Ibid, hlm. 59
136
Ibid, hlm. 59
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan tersebut adalah Rupbasan (Rumah
Penyimpanan Benda sitaan dan Benda Rampasan Negara). Dengan demikian
kedudukan Rupbasan adalah merupakan pengewajantahan dari pelayanan sipil,
yang mana setiap pelanggar hukum (tersangka/terdakwa) yang dikenakan upaya
paksa berupa penyitaan benda miliknya oleh pihak yang berwenang berdasarkan
hukum harus dijamin hak-haknya agar pelaksanaan penegakan hukum tersebut
tidak melangggar HAM yang tercantum dalam konstitusi.137
Berbicara mengenai wujud perlindungan benda milik tersangka/terdakwa dari
Negara adalah dengan cara melakukan pengelolaan sedemikian rupa agar benda
sitaan tersebut terjamin keamanannya baik dari segi kualitas maupun dari segi
kuantitasnya. Hal ini penting, karena, di satu sisi; ketika Basan/Baran dikelola
dengan optimal maka Negara telah memperlihatkan tanggungjawabnya untuk
melaksanakan ketentuan pasal 28 h (4) UU D 1945 dan UU Nomor 39/1999
Tentang Hak Asasi manusia yaitu menghormati dan melindungi hak milik
pribadi warga negaranya. Sementara di sisi lain, ketika benda sitaan tersebut telah
diputus oleh Hakim untuk dirampas oleh Negara, maka nilai asset benda itu
masih tinggi, yang pada gilirannya dapat dijadikan salah satu unsur penerimaan
Negara bukan pajak.138
4. Posisi Rupbasan dalam Sistem Peradilan Pidana
Bendakali secara filosofis konstitusional, bangsa Indonesia harus
bersyukur bahwa para ”founding father” kita telah meletakan dasar yang kokoh bagi
perlindungan hak asasi bagi warga negaranya. Apalagi setelah di amandemen,
kini pada pasal 28 a sampai dengan pasal 28 j UUD 1945 telah mencantumkan
secara eksplisit hak-hak asasi manusia bagi rakyat Indonesia serta negara
mempunyai kewajiban untuk melindunginya. Malahan dalam pasal 28 i
dinyatakan bahwa:
“perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara terutama pemerintah”.139

137
Ibid, hlm. 60
138
Ibid, hlm. 60
139
Ibid, hlm. 61
Dari sejarah, bangsa Indonesia telah banyak belajar bahwa seringkali
kekuasaan, baik itu oleh individu atau terlebih-lebih oleh negara, seringkali di
salahgunakan sehingga menimbulkan bias yang merugikan (abuse of power).
Lord Acton, dalam hal ini telah menyatakan bahwa ”power tends to corrupt”
atau kekuasaan cenderung untuk disalah gunakan. Untuk itu maka setiap
kekuasaan harus dijaga agar tidak terjadi penyalah-gunaan. Hal itu antara lain
melalui pembentukan hukum yang mengatur hak dan kewajiban setiap pihak.140
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah tata-tertib masyarakat yang
damai dan adil. Namun yang menjadi permasalahan adalah suatu tertib hukum
pasti menghasilkan ketertiban umum, tetapi ketertiban umum belum tentu
merupakan hasil dari tertib hukum. Tertib hukum menjadi tertib hukum hanya
karena dia mengandung keadilan sehingga didukung oleh masyarakat sebagai
subyek hukum umum.141 Tetapi ketertiban umum tidak niscaya mengandung
keadilan, karena dia bisa saja dipaksakan oleh suatu kekuatan (misalnya, pemerintah
yang otoriter) yang lebih berkepentingan terhadap suatu keadaan yang tunduk
kepadanya, ketimbang memberikan keadilan kepada masyarakat. Sehingga tidak
berkelebihanlah jika ditegaskan bahwa fungsi utama dari hukum adalah untuk
menegakkan keadilan.142
Konsep keadilan menurut Morris Girnsberg (2003), digambarkan dalam 3
bentuk, yakni keadilan formal, keadilan distributive dan ketetapan konpensasi
untuk ketidakadilan. Keadilan formal dimaksudkan sebagai keadilan untuk
mencegah adanya kesewenang-wenangan dari negara atau siapapun warga
masyarakat yang mempunyai “kekuasaan” dan untuk itu dibuatkan aturan hukum
secara formal. Keadilan distributive adalah keadilan yang dikaitkan dengan
adanya sikap dan tindakan yang didasarkan atas keseimbangan antara hak dan
kewajiban individu secara proporsional. Sedangkan bentuk keadilan yang ketiga
adalah, keadilan yang didasarkan atas adanya konpensasi (ganti rugi) terhadap

140
Ibid, hlm. 61
141
Ibid, hlm. 61
142
Ibid, hlm. 62
mereka yang telah diperlakukan dengan tidak adil oleh siapapun, baik oleh
negara maupun oleh perorangan.143
Menurut ancangan sosiologis bahwa setiap sistem yang ada di dalam
masyarakat disamping mempunyai fungsi manifest, juga mempunyai fungsi latent.
Fungsi manifes adalah fungsi yang disadari dan menjadi tujuan. Sedangkan
fungsi latent adalah konsekuensi-konsekuensi elemen-elemen sosial atau
kebudayaan yang tidak diinginkan. Atau dengan perkataan lain, fungsi latent
adalah dampak ikutan dari suatu sistem sosial yang keberadaannya tidak
diinginkan dan kadang-kadang tidak disadari keberadaannya.144
Demikain pula dengan fungsi dan tujuan hukum, para ahli telah banyak
mengupas bagaimana dampak-dampak ikutan dari pelaksanaan penegakan hukum
disamping menekankan perlunya ditegakkan sebuah konsep hukum yang ideal.
145

Dalam kaitannya dengan fungsi yang disadari (fungsi manifest) dari fungsi
penegakan hukum menurut Dr. O. Notomidjojo, SH dalam sebuah bukunya yang
berjudul “Demi Keadilan dan Kemanusiaan” dinyatakan bahwa tujuan hukum
meliputi :
1) Menimbulkan tata dalam masyarakat, demi damai dan kepastian hukum.
2) Mewujudkan keadilan.
3) Menjaga supaya manusia diperlakukan sebagai manusia (1975 : 83) 146
Sedangkan fungsi latent atau dampak ikutan dari penegakan hukum
telah banyak dikemukan oleh para ahli kriminologi. Di mana secara deskriptif dapat
dikatan bahwa di negara mana pun proses penegakan hukum secara potensial
cenderung berbelok ke arah timbulnya keadaan di mana terabaikannya
perlindungan terhadap hak-hak asasi masusia. Bahkan di negara komunis (yang
menganut sistem totaliter) justru kekejaman akan terjadi pada proses pemeriksaan
(pendahuluan) terhadap tersangka dan bukan pada jenis hukumannya. Dalam
kaitannya ini badan PBB telah mensinyalir bahwa secara internasional dewasa

143
Ibid, hlm. 62
144
Ibid, hlm. 62
145
Ibid, hlm. 62
146
Ibid, hlm. 62
ini masalah hak asasi seorang pelanggar hukum sampai pada masalah
pelaksanaan pidana di penjara telah diakui sebagai masalah bukan saja bagi
negara-negara anggota PBB yang bersangkutan melainkan sudah merupakan
masalah bangsa-bangsa di dunia.147
Dalam praktek sehari-hari, adakalanya petugas penegak hukum, karena
dihinggapi penyakit “egoisme sektoral” bertindak asal aman dan asal memenuhi
syarat formalitas malahan sangat berbau ”ritualisme” melakukan upaya-upaya
paksa tanpa melihat apakah tindakan itu sesuai dengan aturan hukum atau tidak.
Sehingga tidak sedikit kasus salah tangkap, salah tahan, salah sita dan kadang
salah menghukum yang muncul dalam pemberitaan media massa.148
Demikian pula apabila penanganan dan pengelolaan benda sitaan yang masih
dilaksanakan oleh instansi yang bertanggungjawab secara yuridis atas
Baran/Basan tersebut berdasarkan proses penanganan perkara, dapat
mengakibatkan adanya kecenderungan diabaikannya kepentingan – kepentingan
tersangka/terdakwa atas kepemilikan barang tersebut.149
Hukum memberikan kewenangan kepada negara untuk melakukan upaya
paksa terhadap warga negaranya, apabila warga negara tersebut disangka/didakwa
melakukan perbuatan melanggar hukum. Namun dalam hukum tersebut, juga
telah diatur batasan-batasan serta prosedur yang harus dilakukan oleh aparat
hukum agar hukum yang dilaksanakannya tidak menimbulkan ketidak-adilan.
Demikian pula bagi orang yang telah disangka atau didakwa melakukan
pelanggaran hukum, telah dijamin secara limitatif hak-haknya. Sehingga
pelaksanaan dari hukum tersebut selalu harus sesuai dengan aturan yang berlaku,
bukan atas dasar kekuasaan yang cenderung dapat disalahgunakan baik oleh
oknum maupun oleh negara.150
Disamping itu, hukum pun telah mengatur sedemikian rupa sehingga
masing-masing intansi yang terkait, dapat bekerja sesuai dengan sistem yang
berlaku yaitu sistem peradilan pidana terpadu (integrated justice syastem). Ada

147
Ibid, hlm. 63
148
Ibid, hlm. 63
149
Ibid, hlm. 63
150
Ibid, hlm. 63
pun sub system dari sistem peradilan terpadu tersebut terdiri dari: kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, pemasyarakatan dan penasehat hukum.151
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan sistem
adalah sekelompok bagian-bagian (alat dsb) yang bekerja bersama untuk
melakukan suatu maksud. Sedangkan menurut Ensiklopedia Indonesia
ditambahkan bahwa didalam suatu sistem masing-masing untuk dan
keseluruhannya sebagai kesatuan saling bergantung, saling menentukan dan
membutuhkan. Sedangkan Amirin menyatakan, bahwa pada umumnya sistem itu
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : bertujuan, punya batas, terbuka, tersusun dari
sub-sistem, ada saling keterkaitan tranformasi, ada mekanisme kontrol, dan
memiliki kemampuan mengatur dan menyesuaikan diri sendiri.152
Dari batasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila berbicara
mengenai sistem maka tidak dapat dipisahkan dari adanya tujuan yang ingin
dicapai. Dan dalam mencapai tujuan tersebut, masing-masing bagian harus selalu
berhubungan dan mempunyai ketergantungan satu sama lainnya.153
Dikaitkan dengan itu maka sistem peradilan pidana adalah merupakan
upaya (managemen) dari suatu sistem penegakan hukum yang berlaku di
dalam masyarakat untuk menciptakan situasi dan kondisi masyarakat yang
diinginkan. Menurut Notohamidjojo dinyatakan bahwa tujuan hukum ada tiga
(tri tunggal) yakni : ketertiban dan kedamaian, keadilan dan memanusiakan.
Sedangkan menurut Atmasasmita; KUHAP menyiratkan agar tujuan mencapai
ketertiban dan kepastian hukum tidak lagi menjadi tujuan utama. Melainkan yang
diutamakan dan merupakan masalah dasar adalah bagaimana mencapai tujuan
tersebut sedemikian rupa sehingga perkosaan terhadap harkat dan martabat
manusisa sejauh mungkin dapat dihindarkan.154
Kedua pendapat pakar hukum tersebut tidak berbeda dengan bunyi
Ketetapan MPR Nomor : X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi
Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional

151
Ibid, hlm. 64
152
Ibid, hlm. 64
153
Ibid, hlm. 64
154
Ibid, hlm. 65
Sebagai Haluan Negara yang notabene merupakan kebijakan kriminal di Negara
Indonesia, yang menyatakan bahwa salah satu tujuan Reformasi Pembangunan
adalah : ”menegakkan hukum berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, hak
asasi manusia (HAM) menuju terciptanya ketertiban umum dan perbaikan sikap
mental”. 155
Kalau memang ketentuan tersebut di atas, sudah disepakati sebagai
salah satu model kebijakan kriminal di Indonesia, maka setiap instansi yang
bertanggungjawab atas fungsi penegakan wajib menggunakan nilai-nilai yang
terkandung dalam ketetapan MPR tersebut (kebenaran, keadilan, dan
perlindungan hak asasi manusia) dalam mencapai tujuan hukum tersebut, yakni
menciptakan ketertiban umum dan perbaikan sikap mental.156 Dari tujuan tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa secara praktek di lapangan terdapat perbedaan
penekanan atas masing-masing fungsi dari aparat penegak hukum tersebut,
dimana polisi bertugas untuk menciptakan ketertiban umum, jaksa bertugas untuk
mencari kebenaran melalui tugas penuntutannya, hakim bertugas untuk mencari
dan menegakan keadilan melalui keputusannya, sedangkan petugas
pemasyarakatan bertugas untuk memperbaiki sikap mental dan melindungi hak asasi
pelanggar hukum. Dan kesemuanya itu harus dilaksanakan tanpa mengabaikan
hak asasi korban kejahatan maupun masyarakat secara keseluruhan.157
Dalam konteks penegakan hukum, yang sarat dengan kekuasaan, hal
yang perlu diwaspadai adalah adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh oknum.
Menurut Klitgaard, potensi terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (KKN) akan
terdapat pada pekerjaan yang memenuhi tiga ciri. Pertama; pekerjaan itu
merupakan monopoli suatu badan kekuasaan. Kedua; badan kekuasaan tersebut
mempunyai wewenang diskresi. Ketiga; tidak adanya akuntabilitas dari para
pelaksananya.158
Dikaitkan dengan kriteria tersebut maka institusi penegak hukum adalah
salah satu instansi yang memenuhi kriteria tersebut. Setiap instansi memiliki

155
Ibid, hlm. 65
156
Ibid, hlm. 65
157
Ibid, hlm. 65
158
Ibid, hlm. 66
wewenang yang sudah dijamin oleh undang-undang yaitu penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di pengadilan dan pelaksanaan penahanan dan putusan pengadilan.
Setiap aparat memiliki diskresi yang luas, misalnya apakah seseorang yang berada
dalam proses peradilan tersebut ditahan atau tidak, sangat tergantung dari petugas
penegak hukum masing-masing. Karena KUHAP telah mengaturnya secara
demikian, intinya mereka memiliki wewenang diskresi yang tidak dapat disalahkan
secara hukum.159
Kata kunci untuk mengurangi potensi penyalah-gunaan kekuasaan oleh aparat
penegak hukum tersebut adalah pengawasan yang efektif, baik secara internal
(kesisteman) maupun secara eksternal (pengawasan dari masyarakat). Oleh sebab
itulah, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) telah mengatur, adanya pengawasan kesisteman melalui pembagian
wewenang secara instansional. Dimana setiap instansi penegak hukum memiliki
wewenang tersendiri yang berbeda satu sama lainnya. Misalnya polisi
mempunyai wewenang penyidikan, jaksa mempunyai wewenang penuntutan,
hakim mempunyai wewenang untuk memutus perkara termasuk wewenang
upaya paksa penyitaan dan perampasan benda milik tersangka/terdakwa,
instansi pemasyarakatan (cq. Rupbasan) mempunyai wewenang menyelenggarakan
pengelolaan benda sitaan dan benda rampasan negara untuk menjamin
keseleamatan dan keamanan benda tersebut.160
Dalam ancangan teori, apabila setiap instansi memilki duplikasi kewenangan
(misalnya wewenang kepolisisan berwenang untuk melakukan penyidikan tapi juga
sekaligus melakukan pengelolaan dan menyimpan benda sitaan), maka keadaan
tersebut cenderung akan mempermudah terjadi penyalah-gunaan kewenangan.
Karena prinsip saling mengawasi antara sub sistem sudah tidak dimiliki lagi oleh
sistem tersebut. Dalam kasus ini, misalnya siapa yang dapat menjamin bahwa
pengeloaan benda rampasan tidak diabaikan sehingga melanggar hakhak
kepemilikan tersangka/ terdakwa? Siapa yang dapat mengawasi apabila
pelaksanaan pengelolaan benda sitaan, misalnya terjadi penyalah-gunaan?161

159
Ibid, hlm. 66
160
Ibid, hlm. 67
161
Ibid, hlm. 67
Oleh sebab itulah, sebenarnya KUHAP menyatakan bahwa pelaksanakan
penyimpangan benda rampasan dan benda sitaan dilakukan di Rupbasan. Sementara
itu PP 27/1981 tentang Pelaksanaan KUHAP menyatakan bahwa Instansi Rupbasan
berada dibawah wewenang Departemen Kehakiman (sekarang Kementerian
Hukum dan HAM).162
Walaupun undang-undang telah menyatakan bahwa instansi Pemasyarakatan
berwenang melakukan pengelolaan terhadap benda sitaan dan benda sitaan, akan
tetapi tanggungjawab secara yuridis tetap berada di tangan penegak hukum
lainnya (Kejaksaan, Kepolisian dan Pengadilan) yang notabene memiliki wewenang
untuk selalu mengontrol keberadaan benda sitaan tersebut. Sehingga
kecenderungan akan terjadi penyalahgunaan oleh Petugas Rupbasan atas
pengelolaannya dapat diminimalisir se maksimal mungkin.163
5. Rupbasan sebagai Pengelola Benda Sitaan dan Benda Rampasan Negara
Seperti telah diuraikan diatas, bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
dinyatakan bahwa di dalam Rupbasan di tempatkan benda yang harus disimpan
untuk keperluan barang bukti dalam pemeriksaan dalam tingkat penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan termasuk benda yang dinyatakan
dirampas berdasarkan putusan hakim (pasal 27 ayat 1). Benda sitaan disimpan di
Rupbasan untuk menjamin keselamatan dan keamanannya (pasal 27 ayat 3).
Rupbasan dikelola oleh Departemen Kehakiman (sekarang Kementerian Hukum
dan HAM). Tanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan tersebut, ada pada
pejabat sesuai dengan tingkat pemeriksaan. Sedangkan tanggung jawab secara
fisik ada pada Kepala Rupbasan (pasal 30)164
Adapun latar belakang atau dasar pemikiran dibentuknya institusi Rupbasan
adalah sebagai berikut :165
1. Adanya Pembaharuan Pidana, yaitu dibentuknya Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang KUHAP yang lebih memperhatikan hak asasi manusia

162
Ibid, hlm. 67
163
Ibid, hlm. 68
164
Ibid, hlm. 68
165
Ibid, hlm. 69
dengan menerapkan asas mekanisme “check and balances” diantara aparat
penegak hukum.
2. Adanya perubahan perundang-undangan peninggalan kolonial (HIR) yang
tidak sesuai lagi dengan tuntutan masyarakat.
3. Adanya desakan atau tuntutan perlindungan HAM khususnya perlindungan
terhadap harta kekayaan dan hak milik (Universal Declaration of Human
Right) dalam hal milik dilindungi, tercantum pada pasal 17 ayat (1) dan
(2).
4. Adanya Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM yang
menyatakan bahwa negara berkewajiban memberikan perlindungan terhadap
individu, keluarga dan harta benda (pasal 29).
5. Menjamin effisiensi dan effektifitas pelayanan pada proses peradilan dalam
hal BASAN sebagai alat pembuktian.
6. Dapat terpeliharanya benda yang disita dalam suatu kesatuan unit, sehingga
mudah dalam pemeliharaan dan ada pejabat tertentu yang bertanggung
jawab secara fisik terhadap benda sitaan tersebut.
7. Pengalaman subyektif atau kelemahan dalam pemeliharaan BASAN pada
waktu-waktu yang lalu, menimbulkan dampak negatif terhadap Benda Sitaan
pada proses Peradilan karena tidak adanya proses check and balances.
Dengan demikian maka tujuan dari eksistensi Rupbasan, agar supaya dapat
dihindarkan adanya penyalahgunaan terhadap benda sitaan dan barang sitaan
Negara, melalui upaya pemisahan fungsi antara pejabat yang bertanggung jawab
secara yuridis dengan pejabat yang bertanggung jawab secara fisik atas benda
tersebut. Pemisahan fungsi ini dimaksudkan tidak lain adalah agar
dimungkinkannya sistem saling mengawasi diantara kedua belah pihak, sehingga
setiap pejabat dapat saling mawas diri dan tidak terjerumus ke dalam
penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan pribadi.166
Namun sangat disayangkan bahwa walaupun peraturan tersebut sudah berjalan
kurang lebih 30 tahun, akan tetapi sampai saat ini operasionalisasi tugas dan
fungsi Rupbasan tersebut sangat jauh dari harapan. Sampai saat ini masih ada

166
Ibid, hlm. 70
kesan bahwa pihak yang bertanggungjawab secara yuridis tidak rela untuk
menyerahkan pengelolaan benda bukti dan benda sitaan tersebut. Disamping itu,
kesiapan Kementerian Hukum dan Ham utk membangun Rupbasan di seluruh
Kabupaten/Kota Sesuai amanat KUHAP sampai saat ini, masih belum
terlaksana.167
Terlepas dari berbagai alasan yang menjadi justifikasi dari tindakan-
tindakannya tersebut, sudah barang tentu keadaan ini tidak kondusif terhadap upaya-
upaya penegakan hukum di Indonesia yang bertekad untuk memberi sentuhan
manusiawi sebagai penjabaran nilai-nilai falsafah Negara yaitu Pancasila.168
6. Status Barang Sitaan dan Barang Rampasan Setelah Putusan Pengadilan
Sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 46 ayat (2) jo.
Pasal 194 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, apabilah
perkara sudah diputus, maka benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan
kepada orang atau kepada mereka yang disebut dalam putusan tersebut,
kecuali jika menurut putusan hakim benda itu dirampas untuk negara,
dibusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat dipergunakan lagi atau
jika benda tersebut masih diperlukan sebagai barang bukti dalam perkara
lain.169
Kecuali apabila terdapat alasan yang sah, pengembalian barang bukti
kepada pihak yang ditentukan di dalam putusan harus segera dilakukan
berdasarkan Pasal 194 ayat (2) KUHAP meneragnkan mengenai hal penetapan
mengenai penyerahan barang bukti segera setelah sidang selesai hanya khusus
untuk barang-barang yang sangat diperlukan untuk mencari nafkah, seperti
kendaraan, alat pertanian, dan lain-lain.170
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 46 ayat (2)
dan Pasal 194 ayat (2) KUHAP dapat disimpulkan bahwa status barang bukti
setelah putusan pengadilan adalah sebagai berikut;

167
Ibid, hlm. 70
168
Ibid, hlm. 70
169
Hanna Friska Luciana Marbun, Kekuatan Hukum Barang Bukti Dalam Pertimbangan Hakim Pada
Putusan Perkara Pidana, 2012. Universitas Indonesia, hlm. 50. Di Akses Dari
https://s.docworkspace.com/d/AKyI80yLkdszwpPSqO2mFA Pada Tanggal 30-Maret 2020
170
Ibid, hlm. 50
a. Dikembalikan kepada pihak yang paling berhak.
Undang-undang tidak menjelaskan tentang siapa yang dimaksud dengan
pihak yang paling berhak untuk menerima barang bukti sehingga mengenai
hal ini diserahkan sepenuhnya kepada hakim dengan mempertimbangkan
keterangan saksi dan terdakwa mengenai barang bukti yang bersangkutan
selama persidangan. Menurut Wirjono Prodjodikoro, dalam hal memutuskan
siapa yang mempunyai hak atas barang bukti yang digunakan di dalam
persidangan tidaklah termasuk pada kewajiban hakim pidana, sehingga
barang tersebut harus dikembalikan kepada orang yang memegang atau
menguasai benda tersebut pada pembeslahan oleh jaksa atau polisi setelah
hakim mengambil keputusan. Pada praktiknya, yang biasanya disebut
sebagai orang yang paling berhak antara lain adalah orang atau mereka
yang dari padanya benda tersebut disita, pemilik yang sebenarnya, ahli
waris dalam hal pemilik yang sebenarnya telah meninggal dunia, dan
pemegang hak terakhir.171
b. Dirampas untuk kepentingan negara atau dimusnahkan.
Menurut penjelasan Pasal 45 ayat (4) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, yang dimaksud benda yang dirampas untuk kepentingan negara
adalah benda yang harus diserahkan kepada departemen yang bersangkutan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Putusan
pengadilan yang berbunyi bahwa barang bukti dirampaas untuk kepentingan
negara biasanya ditemui di dalam perkara tindak pidana ekonomi,
penyelundupan, senjata api dan bahan peledak, dan narkotika. Barang bukti
yang dirampas untuk dimusnahkan biasanya yang merupakan alat yang
digunakan untuk melakukan kejahatan serta barang yang bersifat
terlarang.172
c. Tetap berada dalam kekuasaan kejaksaan sebab barang bukti tersebut masih
diperlukan dalam perkara lain.
Kondisi yang dapat menimbulkan putusan bahwa barang bukti tetap
berada dalam penguasaan kejaksaan adalah sebagai berikut:
171
Ibid, hlm. 51
172
Ibid, hlm. 51
a. Ada dua delik dimana pelakunya hanya satu orang. Pada perkara
pertama sudah diputus oleh pengadilan namun barang bukti masih
diperlukan untuk pembuktian perkara kedua;
b. Ada dua delik, pelakunya lebih dari satu orang. Para terdakwa
diperiksa secara terpisah atau perkaranya di-splitsing, dimana terdakwa
pertama sudah diputus perkaranya oleh pengadilan namun barang bukti
masih diperlukan untuk perkara terdakwa yang lain; dan
c. Perkara koneksitas dimana satu delik dilakukan oleh lebih dari satu
orang (sipil dan TNI). Perkara terdakwa sipil telah diputus oleh
pengadilan, namun barang bukti masih diperlukan untuk perkara
terdakwa TNI tersebut.173

J. Upaya Hukum
1. Pengertian Upaya Hukum
Demi keadilan dan kebenaran, maka putusan hakim harus dapat
diperbaiki atau dibatalkan jika dalam putusannya terdapat kekhilafan atau
kekeliruan. Oleh karena itu hukum menyediakan sarana atau upaya perbaikan
atau pembatalan putusan guna mencegah atau memperbaiki kekhilafan atau
kekeliruan putusan dan sarana atau upaya tersebut dinamakan sebagai upaya
hukum. Upaya hukum merupakan hak dari pihak yang berkepentingan, karena
itu pula pihak yang bersangkutan sendiri yang harus aktif dengan
mengajukannya kepada pengadilan yang diberi kekuasaan untuk itu jika ia
menghendakinya. Pada kenyataan saat ini upaya hukum adalah cara atau jalan
yang ditempuh oleh pihak-pihak yang berkepentingannya demi mendapatkan
apa yang diharapkannya.174
Menurut Ibadur Rahman, yang dimaksud dengan upaya hukum ialah
suatu usaha setiap pribadi atau badan hukum yang merasa dirugikan haknya

173
Ibid, hlm. 52
174
Asriandi, Kepastian Hukum Peninjauan Kembali Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi. Di Akses
dari https://s.docworkspace.com/d/ALBu_82Lkdsz4pWXq-emFA Pada Tanggal 02-April-2020. Uin
Alaudin Makasar.
atau atas kepentingannya untuk memperoleh keadilan dan perlindungan atau
kepastian hukum, menurut cara-cara yang ditetapkan dalam undang-undang.175
2. Jenis-jenis Upaya Hukum
Dalam pelaksanaannya melalui hukum acara pidana, upaya hukum dalam
penegakkan pidana dapat dibedakan menjadi dua yaitu upaya hukum biasa dan
upaya hukum luar biasa.176
Upaya hukum menurut Pasal 1 butir 12 KUHAP di atas telah
membedakan antara upaya hukum biasa (bab XVII) dan upaya hukum luar
biasa (bab XVII) dan upaya hukum luar biasa (bab XVIII), terdiri atas dua,
yaitu:
a. Upaya hukum biasa:
1. Banding
2. Kasasi.
b. Upaya hukum luar biasa
1. Upaya hukum luar biasa
2. Peninjauan kembali atas putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (herziening)128
a) Upaya hukum biasa
Upaya hukum biasa diatur di dalam Bab XVII, Bagian ke satu dari
Pasal 233 sampai dengan Pasal 243 KUHAP tentang pemeriksaan tingkat
banding, dan Bagian Kedua dari Pasal 244 sampai dengan Pasal 258 KUHAP
tentang pemeriksaan tingkat kasasi.177
Upaya hukum biasa adalah hak terdakwa dan penuntut umum untuk
tidak menerima putusan pengadilan negeri atau tingkat pertama (judex factie),
sehingga maksud dari upaya hukum dari terdakwa (terpidana) atau penuntut
umum tidak puas atau tidak dapat menerima putusan tersebut, adalah:178
1) Untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh instansi yang sebelumnya.
Untuk kesatuan dalam pengadilan.

175
Ibid.
176
Ibid.
177
Ibid.
178
Ibid.
2) Sebagai perlindungan terhadap tindak sewenang-wenang hakim atau
pengadilan.
Dengan adanya upaya hukum ini ada jaminan, baik bagi terdakwa
maupun masyarakat bahwa peradilan baik menurut fakta dan hukum adalah
benar sejauh mungkin seragam.179
b) Upaya hukum luar biasa
Di samping pemeriksaan tingkat banding dan kasasi yang merupakan
upaya hukum biasa sebagaimana diuraikan diatas, maka KUHAP telah
mengatur pula tentang upaya hukum luar biasa. Upaya hukum luar biasa
dicantumpakan dalam BAB XVIII KUHAP. Upaya hukum luar biasa
merupakan pengecualian dan penyimpangan dari upaya hukum biasa, upaya
banding dan kasasi. Putusan pengadilan yang dimohon banding dan kasasi
belum merupakan putusan yang berkekuatan hukum tetap, dan dapat
diajukan terhadap semua putusan baik oleh pihak terdakwa maupun oleh
penuntut umum.180
Berbeda halnya dengan upaya luar biasa:
1) Diajukan dan ditujukan terhadap putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap.
2) Upaya ini hanya dapat ditujukan dan diajukan dalam keadaan tertentu,
tidak dapat diajukan terhadap semua putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap. Harus ada dan terdapat keadaan-keadaan
sebagai syarat.
3) Upaya hukum luar biasa diajukan kepada Mahkamah Agung, dan
diperiksa serta diputus oleh Mahkamah Agung sebagai instansi pertama
dan terakhir.181
Mengenai upaya hukum luar biasa yang terdapat pada BAB XVIII,
Undang-undang menggolongkan dalam dua bagian. Bagian kesatu
pemeriksaan kasasi demi kepentingan hukum dan bagian kedua peninjauan

179
Ibid.
180
Ibid.
181
Ibid.
kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.182
3. Peninjauan Kembali
Kata peninjauan kembali diterjemahkan dari kata “Herziening”, Mr.
M. H. Tirtaamijaya menjelaskan herziening adalah sebagai jalan untuk
memperbaiki suatu putusan yang menjadi tetap jadinya tidak dapat
dirubah lagi dengan maksud memperbaiki suatu kealapaan hakim yang
merugikan si terhukum, kalau perbaikan itu hendak dilakukan maka ia
harus memenuhi syarat, yakni ada sesuatu keadaan yang pada
pemeriksaan hakim, yang tidak diketahui oleh hakim itu, jika ia
mengetahui keadaan itu, akan memberikan putusan lain.183
Upaya hukum peninauan kembali (PK)/Herziening merupakan salah
satu dari upaya hukum luar biasa dalam hukum pidana indonesia.
Upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening dilakukan terhadap
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
Peninjauan kembali sebagai upaya hukum luar biasa diatur dalam Bab
XVIII bagian kedua Pasal 263 sampai dengan Pasal 269 KUHAP yang
merupakan penjabaran lebih jauh dari Pasal 23 Undang-Undang No. 4
tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman.184
Upaya hukum peninjauan kembali disebut sebagai upaya hukum
luar biasa adalah karena upaya hukum yang terakhir yang dapat
ditempuh terhadap pemeriksaan perkara. Upaya Hukum merupakan cara
yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan perkara yang ajukan ke
pengadilan dengan harapan akan tercapainya tujuan hukum yaitu
memperoleh keadilan mendapatkan manfaat atas penegakan hukum yang
diharapkan serta menjamin adanya kepastian hukum terhadap penegakan
hukum tersebut. Sedangkan peninjauan kembali adalah salah satu dari
upaya hukum yang dilakukan terhadap putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, peninjauan kembali dilakukan bila

182
Ibid.
183
Ibid.
184
Ibid.
ditemukan adanya novum atau keadaan atau peristiwa baru yang
sebelumnya tidak pernah ditemukan, dimana penemuan novum tersebut
diduga dapat mempengaruhi perubahan putusan yang dijatuhkan.
Sedangkan menurut Bachtiar Sitanggang, herzziening atau peninjauan
kembali adalah suatu putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap atas suatu perkara pidana, berhubung dengan
ditemukanya fakta-fakta yang dulu tidak diketahui oleh hakim yang akan
menyebabkan dibebaskannya terpidana dari tuduhan.185
Berdasarkan ketentuan Pasal 264 ayat (3) dan Pasal 268 ayat (1) dan
ayat (3) KUHAP maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa peninjauan
kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
memiliki ruang lingkup tertentu, adapun ruang lingkup tersebut antara lain:
1. Peninjauan kembali Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dapat dilakukan oleh terpidana atau ahli warisnya.
2. Peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap hanya dapat dilakukan terhadap putusan yang memberikan
pidana kepada terpidana.
3. Terhadap putusan bebas atau vrijspraak dan putusan pelepasan dari segala
tuntutan hukum atau onslag van alle rechtsvervolging tidak dapat diajukan
peninjauan kembali.
4. Permohonan pengajuan peninjauan kembali tidak dibatasi dengan suatu
jangka waktu.
5. Permintaan peninjauan kembali atas suatu putusan tidak menangguhkan
ataupun menghentikan pelaksanaan dari putusan yang telah dijatuhkan
tersebut.186

Adapun tujuan hukum dari peninjauan kembali :187

1. Perspektif Keadilan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 34/PUU-


XI/2013 terkait PK Lebih dari Satu Kali.

185
Ibid.
186
Ibid.
187
Ibid.
Pemohon perkara nomor 34/PUU-XI/2013 dalam pengujian Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
diantaranya yaitu Antasari Azhar, Ida Laksmiwaty dan Ajeng Oktarifka
Antasariputri. Adapun norma yang diajukan untuk diuji adalah Pasal 268
ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 1981,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209)
berbunyi:188 “Permintaan Peninjauan Kembali atas suatu putusan hanya
dapat dilakukan satu kali saja”. Sedangkan norma Undang-Undang Dasar
1945 yang menjadi penguji diantaranya yaitu:
a. Pasal 1 ayat (3) berbunyi: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”;
b. Pasal 24 ayat (1) yang berbunyi: (1) Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.
c. Pasal 28A UUD 1945 secara eksplisit mengatakan: Setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
d. Pasal 28C ayat (1) yang berbunyi: (1) Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia.
e. Pasal 28D ayat (1) berbunyi: “Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di hadapan hukum”.189
Berdasakan penilaian hukum dan fakta persidangan, Mahkamah
Konstitusi memutuskan mengabulkan permohonan para Pemohon dan
menyatakan bahwa Pasal 268 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
188
Ibid.
189
Ibid.
Republik Indonesia Nomor 3209) bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta menyatakan
bahwa Pasal 268 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3209) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Adapun pertimbangan hukum dari majelis Hakim Konstitusi
diantaranya:190
Kebenaran materiil mengandung semangat keadilan sedangkan
norma hukum acara mengandung sifat kepastian hukum yang
terkadang mengabaikan asas keadilan. Oleh karena itu, upaya hukum
untuk menemukan kebenaran materiil dengan tujuan untuk memenuhi
kepastian hukum telah selesai dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan menempatkan status hukum
terdakwa menjadi terpidana. Hal tersebut dipertegas dengan ketentuan
Pasal 268 ayat (1) KUHAP yang menyatakan, “Permintaan peninjauan
kembali atas suatu putusan tidak menangguhkan maupun menghentikan
pelaksanaan dari putusan tersebut”191
Bahwa Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 menyatakan, “Dalam
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan Undang-Undang dengan maksud
sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis”, menurut Mahkamah,
pembatasan yang dimaksud oleh Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 tersebut
tidak dapat diterapkan untuk membatasi pengajuan PK hanya satu kali
karena pengajuan PK dalam perkara pidana sangat terkait dengan hak

190
Ibid.
191
Ibid.
asasi manusia yang paling mendasar yaitu menyangkut kebebasan dan
kehidupan manusia.192
Pengajuan PK tidak terkait dengan jaminan pengakuan, serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan tidak terkait pula
dengan pemenuhan tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam
masyarakat yang demokratis; Bahwa benar dalam ilmu hukum terdapat
asas litis finiri oportet yakni setiap perkara harus ada akhirnya, namun
menurut Mahkamah, hal itu berkait dengan kepastian hukum, sedangkan
untuk keadilan dalam perkara pidana asas tersebut tidak secara rigid
dapat diterapkan karena dengan hanya membolehkan peninjauan kembali
satu kali, terlebih lagi manakala ditemukan adanya keadaan baru
(novum). Hal itu justru bertentangan dengan asas keadilan yang begitu
dijunjung tinggi oleh kekuasaan kehakiman Indonesia untuk
menegakkan hukum dan keadilan [vide Pasal 24 ayat (1) UUD 1945]
serta sebagai konsekuensi dari asas negara hukum. Berdasarkan putusan
dan beberapa pertimbangan hukum diatas, dapat ditarik kaidah hukum
yang mengemuka yaitu: “untuk keadilan dalam perkara pidana, asas litis
finiri oportet yakni setiap perkara harus ada akhirnya yang berlandaskan
atas kepastian hukum, tidak secara rigid dapat diterapkan karena dengan
hanya membolehkan peninjauan kembali satu kali, terlebih lagi manakala
ditemukan adanya keadaan baru (novum), justru bertentangan dengan
asas keadilan yang begitu dijunjung tinggi oleh kekuasaan kehakiman
Indonesia untuk menegakkan hukum dan keadilan serta sebagai
konsekuensi dari asas negara hukum”.193
Adapun novum atau keadaan baru yang dapat dijadikan dasar
permintaan adalah keadaan baru yang mempunyai sifat dan kualitas
menimbulkan dugaan kuat:
a. Jika seandainya keadaan baru itu diketahui atau ditemukan dan
dikemukakan pada waktu sidang berlangsung, dapat menjadi faktor
192
Ibid.
193
Ibid.
dan alasan untuk menjatuhkan putusan bebas atau putusan lepas dari
segala tuntutan hukum, atau
b. Keadaan baru itu jika diketemukan dan diketahui pada waktu sidang
berlangsung, dapat menjadi alasan dan faktor untuk menjatuhkan
putusan yang menyatakan tuntutan penuntut umum tidak dapat
diterima, atau
c. Dapat dijadikan alasan dan faktor untuk menjatuhkan putusan dengan
menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.194
Sejauh dapat ditemukan novum, maka sepanjang itulah
kesempatan PK perkara pidana harus dibuka dan terbuka. Karena jika PK
dibatasi satu kali, sementara di belakang hari ditemukan novum yang
daripadanya dapat dijadikan pertimbangan hukum dan putusan yang
berbeda dari majelis Hakim PK. Jika novum ini diabaikan maka negara
telah salah mempidana penduduk yang tidak berdosa yang tidak dapat
diperbaiki lagi dengan upaya hukum biasa.147 Tidak dibenarkan negara
berdiam diri menghadapi penduduk yang tidak berdosa terlanjur
dipidana. Putusan menjatuhkan pidana pada orang yang tidak bersalah
yang telah tetap, membawa akibat telah dirampasnya keadilan dan hak-
hak terpidana secara tidak sah. Negara telah berdosa mempidana
penduduk negara yang tidak bersalah. Bentuk penebusan dosa tersebut
yakni negara memberikan hak kepada terdakwa untuk melawan putusan
yang salah tersebut. PK berfungsi untuk mengembalikan hak dan
keadilan terpidana yang terlanjur dirampas.195
Oleh karena itu adanya upaya hukum peninjauan kembali
(PK)/Herziening oleh terpidana merupakan jalan yang ditempuh guna
menghindari terjadinya kekeliruan Hakim dalam menerapkan hukum,
karena hakim hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.196
Kesadaran akan sebuah kesempatan untuk memperoleh keadilan
yang hakiki dan asasi merupakan bagian terpenting dari hak asasi

194
Ibid.
195
Ibid.
196
Ibid.
manusia dan hubungan antar manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh
Satjipto Rahardjo bahwa:
Membicarakan hukum adalah membicarakan hubungan antar manusia.
Membicarakan hubungan antar manusia adalah membicarakan keadilan.
Dengan demikian setiap pembicaraan mengenai hukum, jelas atau samar-
samar, senantiasa merupakan pembicaraan keadilan pula. Kita tidak dapat
membicarakan hukum hanya sampai kepada wujudnya sebagai suatu
bangunan formal. Kita juga perlu melihatnya sebagai ekspresi dari cita-
cita keadilan masyarakatnya.197
Dari perspektif kemanusiaan, hukum baik materiil maupun formil
atau prosedural untuk mendapatkan kebenaran materil dan keadilan harus
dilonggarkan dan bukan untuk dibatasi jika diperhadapkan dengan nilai-
nilai kemanusiaan yang asasi. Sebagaimana sebuah adagium bahwa
hukum untuk manusia, bukan manusia untuk hukum. Dengan demikian
untuk menjamin keadilan dan hak asasi manusia maka kepastian hukum
dapat dikesampingkan. Dalam konteks tersebut PK dimungkinkan
terbuka untuk diajukan berkali-kali selama ditemukan novum yang
memenuhi syarat ketentuan peraturan Perundang-undangan.198
2. Perspektif Kepastian Hukum dalam SEMA No. 7 Tahun 2014 tentang
Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali dalam Perkara Pidana.
Setelah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi bahwa Pasal 268
ayat (3) KUHAP tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat maka
timbullah polemik dimasyarakat, tidak terkecuali dikalangan penegak
hukum khususnya para Hakim peradilan umum. Banyak kekhawatiran
yang mengemuka bahwa dengan dibukanya kran PK perkara pidana yang
notabene lebih dari sekali, tentu pengadilan khususnya Mahkamah Agung
akan kebanjiran perkara dan bahkan cenderung tidak selesai-selesai.
Sebagaimana dimaksud bahwa seorang terpidana atau pihak yang terkait
dengan putusan pidana yang berkekuatan hukum tetap akan berjuang
sekuat tenaga bahkan sampai titik darah penghabisan untuk
197
Ibid.
198
Ibid.
memperjuangkan kebenaran dan keadilan melalui PK berkali-kali.
Eksistensi novum pun bisa diadakan atau dikemukakan dengan berbagai
cara agar majelis PK berkenan menerima dan mengabulkan.199
Pada kondisi yang demikian, kepastian dan ketertiban hukum akan
terganggu. Pengadilan dan Mahkamah Agung berkali-kali akan memeriksa
perkara-perkara yang sama. Oleh karena itu untuk menjawab keresahan
akibat adanya putusan Mahkamah Konstitusi tersebut dan demi
mewujudkan kepastian hukum permohonan PK maka Mahkamah Agung
berinisiatif memberikan petunjuk kepada pengadilan bawahannya dengan
menerbitkan SEMA No. 7 Tahun 2014 tentang Pengajuan Permohonan
Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana. Ketua Mahkamah Agung
dalam SEMA tersebut mengingatkan bahwa pengaturan upaya hukum
PK, selain diatur dalam ketentuan KUHAP yang normanya (Pasal 268
ayat (3) telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat oleh
Putusan Mahkamah Konstitusi, juga diatur dalam Pasal 24 ayat (2)
Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang
berbunyi “terhadap putusan peninjauan kembali tidak dapat dilakukan
peninjauan kembali” dan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang No. 14 Tahun
1985 Jo. Undang-Undang No.5 Tahun 2004 Jo. Undang-Undang No.3
Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung yang menyatakan “permohonan
peninjauan kembali dapat diajukan hanya 1 (satu) kali”.200
Disampaikan juga bahwa meskipun Pasal 268 ayat (3) KUHAP
dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat oleh putusan
Mahkamah Konstitusi, tidak serta merta menghapus norma hukum yang
mengatur permohonan PK yang diatur dalam Pasal 24 ayat (2) Undang-
Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 66
ayat (1) Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 Jo. Undang-Undang No. 5
Tahun 2004 Jo. Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah
Agung tersebut. Oleh karenanya Mahkamah Agung berpendapat bahwa
permohonan PK dalam perkara pidana dibatasi hanya 1 (satu) kali.
199
Ibid.
200
Ibid.
Dengan demikian maka permohonan PK yang diajukan lebih dari 1 (satu)
kali terbatas pada alasan yang diatur dalam SEMA Nomor 10 Tahun 2009
tentang Pengajuan Peninjauan Kembali yaitu apabila ada suatu objek
perkara terdapat 2 (dua) atau lebih putusan PK yang bertentangan satu
dengan yang lain baik dalam perkara perdata maupun perkara pidana.201
Selanjutnya bilamana terdapat permohonan PK yang tidak sesuai
dengan ketentuan tersebut, agar dengan penetapan Ketua Pengadilan
tingkat Pertama permohonan tersebut tidak dapat diterima dan berkas
perkaranya tidak perlu dikirim ke Mahkamah Agung.202
Berdasarkan SEMA Nomor 7 Tahun 2014 tersebut, sangat nyata bahwa
Mahkamah Agung secara filosofi hendak menegakkan kepastian hukum
dalam konteks melaksanakan kekuasaan kehakimannya sehingga
menetapkan PK perkara pidana (dalam suatu perkara yang sama) yang
lebih dari 1 (satu) kali dinyatakan tidak dapat diterima. Pembatasan PK
perkara pidana yang dikehendaki Mahkamah Agung ini untuk
memberikan kepastian hukum dalam proses penyelesaian akhir perkara
pidana sehingga siapa pun tidak dengan mudah melakukan PK berkali-
kali. Penekanan pada asas kepastian hukum lebih bernuansa pada
terciptanya keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat. Sebagaimana
dinyatakan oleh Mochtar Kusumaatmadja bahwa:203
Ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala hukum.
Kebutuhan terhadap ketertiban ini, syarat pokok (fundamental) bagi
adanya suatu masyarakat manusia yang teratur. Lepas dari segala
kerinduan terhadap hal-hal lain yang juga menjadi tujuan dari hukum,
merupakan suatu fakta objektif yang berlaku bagi segala masyarakat
manusia dalam segala bentuknya. Disamping ketertiban, tujuan lain dari
hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya,
menurut masyarakat dan zamannya. Untuk mencapai ketertiban dalam

201
Ibid.
202
Ibid.
203
Ibid.
masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar manusia
dalam masyarakat.204
Disamping kepastian hukum yang terabaikan, juga terkait
dengan ketentuan penyelesaian perkara pidana dengan asas cepat,
sederhana dan biaya murah.205 Dalam pelaksanaannya, asas pidana
secara cepat, sederhana dan biaya murah masih sangat jauh dari harapan,
waktu yang lama bahkan mencapai usia tahunan, apalagi dengan lembaga
PK yang terbuka dan dapat dilakukan berkali-kali tanpa batas akan
berlangsung selama puluhan tahun bahkan lebih dari itu selama
kemungkinan novum itu ditemukan dan diajukan.206
Selain itu secara yuridis bahwa terdapat aturan PK selain dari
KUHAP yang notabene masih berlaku dan patut untuk dilaksanakan,
secara sosiologis akibat PK lebih dari 1 (satu) kali menyebabkan
masyarakat pencari keadilan tersandera dalam ketidakpastian karena selalu
diliputi ketidak-tenangan atas upaya hukum PK kembali di kemudian hari.
Semakin lama kondisi keterlambatan atas keadilan yang terjaminkan
dalam putusan PK maka dalam hal ini pula keadilan itu sendiri teringkari.
Sebagaimana adagium justice delayed justice denied. Dari sisi
penyelenggara kekuasaan kehakiman, pengadilan atau Mahkamah Agung
akan mengalami penumpukan perkara yang ujungnya dapat menghambat
pelayanan keadilan substansial bagi perkara-perkara lain. Pada konteks
landasan ideal meliputi aspek filosofis, yuridis dan sosiologis inilah
Mahkamah Agung berorientasi mengembalikan khittoh PK sebagai upaya
hukum “luar biasa” dan bukan peradilan tingkat keempat.207

204
Ibid.
205
Ibid.
206
Ibid.
207
Ibid.
BAB III
OBJEK PENELITIAN KASUS FIRST TRAVEL

A. Kronologi Kasus First Travel


First Travel mengawali usahanya dari sebuah bisnis biro perjalanan
wisata, di bawah bendera CV First Karya Utama yang didirikan pada
tanggal 1 Juli 2009 yang dipimpin oleh pasangan suami istri Andika
Surachman (Direktur Utama) dan Anniesa Desvitasari Hasibuan (Direktur).
First Travel pada awalnya hanya menawarkan layanan perjalanan wisata
domestik dan internasional untuk klien perorangan maupun perusahaan. Baru
pada tahun 2011, First Travel merambah bisnis perjalanan ibadah umroh di
bawah bendera PT First Anugerah Karya Wisata, dan berkembang pesat dari
tahun ke tahun.208 Setelah 6 tahun berjalan, gelagat aneh dari First Travel
mulai tercium pertama kali oleh Kementerian Agama yang memantau
bahwa ada yang aneh dari model bisnis First Travel. Hal aneh ini berawal
dari gagalnya First Travel memberangkatkan jamaah haji pada 28 Maret
2017 lalu. Dalam kejadian itu, jamaah haji hanya diinapkan di hotel sekitar
bandara Soekarno Hatta. Pada 18 April 2017, Kementerian Agama pun
melakukan klarifikasi, investigasi, advokasi, hingga mediasi dengan jemaah
untuk pertama kalinya. Jemaah merasa dirugikan karena di antara mereka ada
yang sampai gagal 3 kali berangkat umrah. Saat dimintai kejelasan,
manejemen First Travel selalu berkelit. Saat pertemuan itu juga, Kemenag
langsung menanyakan kejelasan kasus ini ke petinggi First Travel.209 Namun
pihak manajemen tidak memberikan jawaban Wisata dinilai terbukti telah
melakukan pelanggaran Pasal 65 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji. Pelanggaran tersebut berupa tindakan penelantaran
jemaah umrah yang mengakibatkan gagal berangkat ke Arab Saudi, dan
mengakibatkan timbulnya kerugian materi dan immateril yang di alami
jemaah umrah Pada tanggal 9 Agustus 2017. Bareskrim lriPo menetapkan
direktur utama dan direktur First Travel Andika Surachman dan Anniesa
Desvitasari Hasibuan sebagai tersangka atas dugaan penipuan dan melanggar
UU ITE.210
B. Tindak pelanggaran yang dilakukan oleh First Travel :
1. First Travel telah melakukan penipuan terhadap calon jemaah haji dan
umrah dengan menunda-nunda waktu keberangkatan jemaah dalam kurun
waktu yang sangat lama serta gagal memberangkatkan jemaah haji pada 28
Maret 2017
2. First Travel telah memberikan promo yang tidak sesuai dengan arahan
pemerintah seperti paket umroh 14 juta

208
Devi, Riyani. Analisis Kasus First Travel. diakses dari http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-
first-travel.html?m=1 Pada Tanggal 02-April-2020.
209
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
210
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
3. First Travel telah menggunakan uang calon jamaah haji yang satu untuk
memberangkatkan calon jamaah haji yang lain, sehingga pada bulan agustus
diketahui 58.000 calon jemaah gagal berangkat
4. First Travel telah melakukan penelantaran calon jamaah haji dan umrah
dengan mengirim jamaah di hotel dengan proses check-in yang lama,
sehingga jamaah terlantar di lobby hotel
5. First Travel telah memberikan janji palsu dengan menjanjikan calon jemaah
untuk berangkat umrah dengan target waktu yang ditentukan, tetapi tidak
pernah terrealisasi
6. First Travel telah melakukan penelantaran sebagian barang jamaah haji yang
sampai sekarang masih belum dikembalikan ke daerah asal
7. First Travel telah melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU) untuk
investasi bisnis dan kepentingan pribadi
8. Agen travel umroh memiliki izin, tetapi kegiatan pemasarannya tidak sesuai
tujuan dan lebih cenderung menggunakan mekanisme MLM
9. Tersangka kasus First Travel memiliki sejumlah senjata laras panjang,
amunisi, dan peluru tanpa izin.211
C. Pelanggaran atau Kejahatan yang dilakukan Oleh First Travel Dalam
KUHP
1. Penipaun
a. KUH Pidana
Penipuan dalam konteks Hukum Pidana terdapat dalam Pasal 378
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) sebagai berikut :
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya
atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam
karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.212
2. Penggelapan
211
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
212
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
Pasal 372 KUHP menyatakan bahwa;
Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi
yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena
penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana
denda paling banyak sembilan ratus rupiah.213
D. Undang-Undang Penyedia Jasa Travel Haji
Penyedia jasa travel (perjalanan) haji/biro perjalanan haji dikenal sebagai
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus sebagaimana disebut dalam Pasal 1 angka
15 UU 13/2008, yakni pihak yang menyelenggarakan ibadah haji yang
pengelolaan, pembiayaan, dan pelayanannya bersifat khusus.
Adapun ketentuan yang wajib dipenuhi oleh penyelenggara ibadah haji
khusus yaitu (Pasal 40 UU Perpu 2/2009);
a. Menerima pendaftaran dan melayani jemaah haji khusus yang telah terdaftar
sebagai jemaah haji
b. Memberikan bimbingan ibadah haji
c. Memberikan layanan akomodasi, konsumsi, transportasi, dan pelayanan
kesehatan secara khusus; dan
d. Memberangkatkan, memulangkan, melayani jemaah haji sesuai dengan
perjanjian yang disepakati antara penyelenggara dan jemaah haji.
Pasal 65 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji yaitu PIU dilarang menelantarkan jemaah umrah y ang
mengakibatkan jemaah umrah:
a. Gagal berangkat ke Arab Saudi
b. Melanggar masa berlaku visa atau
c. Terancam keamanan dan keselamatannya.214
Berdasarkan Pasal 64 ayat (1) UU 13/3008, sanksi bagi penyelenggara ibadah
haji khusus yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 40 dipidana dengan

213
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
214
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).215
E. Undang-Undang Penyedia Jasa Travel Umrah
Sedangkan penyedia jasa travel (perjalanan) umrah/biro perjalanan umrah
dikenal sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah sebagaimana disebut
dalam Pasal 43 ayat (2) UU 13/2008, yakni dilakukan oleh pemerintah dan/atau
biro perjalanan wisata yang ditetapkan oleh menteri. Adapun ketentuan yang
wajib dipenuhi oleh penyelenggara perjalanan ibadah umrah yaitu (Pasal 45 ayat
(1) UU 13/2008) :
 Menyediakan pembimbing ibadah dan petugas kesehatan
 Memberangkatkan dan memulangkan jemaah sesuai dengan masa berlaku visa umrah di
Arab Saudi dan ketentuan peraturan perundang-undangan
 Memberikan pelayanan kepada jemaah sesuai dengan perjanjian tertulis yang disepakati
antara penyelenggara dan jemaah dan
 Melapor kepada Perwakilan Republik Indonesia di Arab Saudi pada saat datang di Arab
Saudi dan pada saat akan kembali ke Indonesia.216
Berdasarkan Pasal 64 ayat (2) UU 13/2008, penyelenggara perjalanan ibadah
umrah yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 45 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).217
F. Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang
a. Bab II Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 3 menyatakan bahwa :
Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke
luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang

215
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
216
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
217
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).218
b. Bab II Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 4 menyatakan bahwa :
Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul,
sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang
sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).219
c. Bab II Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 5 menyatakan bahwa :
Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (2) Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Pihak Pelapor yang melaksanakan
kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.220

218
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
219
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
220
http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-first-travel.html?m=1
BAB IV
PUTUSAN PENGADILAN ATAS KASUS FIRST TRAVEL

A. Putusan Pengadilan Negeri Depok (Nomor : 83/Pid.B/2018/PN.Dpk)


Majelis Hakim Pengadilan Negeri Depok yang memeriksa dan mengadili perkara
ini memutuskan : 221
1. Menyatakan Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN dan Terdakwa 2 ANNIESA
DESVITASARI HASIBUAN telah melakukan tindak pidana “Penipuan secara
bersama-sama dengan berlanjut” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
dakwaan Pertama Kesatu Pasal 378 KUHP jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP jo pasal
64 ayat (1) KUHP dan Telah melakukan tindak pidana “menempatkan,
mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata
uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana Penipuan

221
Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 83/Pid.B/2018/PN.Dpk. Di Akses Dari
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA Pada Tanggal 02 Bulan April 2020.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dilakukan bersama-sama dengan
berlanjut”, dalam dakwaan Kedua melanggar pasal 3 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo pasal 64 ayat (1) KUHP.
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN dan
Terdakwa 2 ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN dengan pidana penjara
masing-masing selama 20 (dua puluh) tahun dikurangi selama Para Terdakwa
berada dalam tahanan dengan perintah Para Terdakwa tetap ditahan dan denda
sebesar Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) subsidiair 1 (satu) tahun dan
4 (empat) bulan kurungan;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah


berdasarkan fakta-fakta hukum tentang perbuatan Para Terdakwa sebagaimana
dikemukakan diatas Para Terdakwa dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana
sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum dalam surat dakwaannya;222

Menimbang, bahwa Para Terdakwa diajukan ke muka Persidangan dengan


dakwaan Penuntut Umum yang bentuk kombinasi yakni alternatif kumulatif : 223

 Pertama Kesatu melanggar Pasal 378 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP jo
pasal 64 ayat (1) KUHP atau Kedua melanggar Pasal 372 KUHP jo Pasal 55 ayat
1 ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP DAN :
 Kedua melanggar Pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP;

Menimbang, bahwa oleh karena Para Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum
dalam dakwaan berbentuk kombinasi yakni alternatif kumulatif maka Majelis Hakim
terlebih dahulu akan mempertimbangkan dakwaan kesatu Penuntut Umum yang
222
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
223
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
berbentuk alternatif dengan langsung memilih dakwaan mana yang kira-kira sesuai
dengan fakta-fakta hukum tersebut diatas yang selanjutnya akan dipertimbangkan pula
dakwaan kedua Penuntut Umum;224

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas maka Majelis Hakim


untuk dakwaan Pertama dari Penuntut Umum akan langsung memilih untuk
memperimbangkan dakwaan kesatunya yakni bahwa perbuatan Terdakwa melanggar
Pasal 378 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP jo pasal 64 ayat (1) KUHP;225

Menimbang bahwa adapun Pasal 378 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP jo
pasal 64 ayat (1) KUHP mempunyai unsur-unsur hukum sebagai berikut :226

1. Barangsiapa;
2. Dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun
serangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang;
3. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan
hukum;
4. Perbuatan Itu dilakukan Terdakwa sebagai orang yang melakukan, menyuruh
melakukan atau turut melakukan
5. Unsur beberapa perbuatan yang saling berhubungan yang harus dipandang Sebagai
perbuatan Berlanjut
Ad. 1. Unsur “Barangsiapa
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “barangsiapa” adalah siapa saja
sebagai subyek hukum tindak pidana dan kepadanya dapat dipertanggung jawabkan atas
perbuatannya secara hukum ;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum menghadapkan ANDIKA
SURACHMAN sebagai Terdakwa I dan ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN
sebagai Terdakwa II, dengan identitasnya masing-masing secara lengkap tersebut dalam
surat dakwaan.;

224
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
225
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
226
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Menimbang, bahwa selama pemerikasaan dipersidangan Para Terdakwa dalam
keadaan sehat jasmani maupun rohani, mampu menjawab dan menanggapi hal–hal yang
dikemukakan kepadanya, sehingga haruslah dianggap mampu bertanggung jawab ;
Menimbang, bahwa dalam persidangan Para Terdakwa telah membenarkan
dakwaan dan identitasnya serta tidak mengajukan keberatan. Dengan demikian Para
Terdakwa dalam perkara ini tidaklah “error in persona” .
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian diatas maka yang dimaksud barangsiapa
disini tidak lain adalah Terdakwa I ANDIKA SURACHMAN dan Terdakwa II
ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN dengan demikian unsur “barangsiapa” telah
terbukti secara sah menurut hukum ;227
Ad.2. Unsur dengan memakai nama palsu atau martabat (hoedanigheid) palsu, dengan
tipu muslihat ataupun serangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun
menghapuskan piutang”228
Menimbang, bahwa terhadap unsur ini menurut Penuntut Umum dalam uraian
surat tuntutan halaman 635 s.d. 639 pada pokoknya berpendapat bahwa berdasarkan
fakta-fakta dipersidangan yang diperoleh dari keterangan saksi-saksi, keterangan para
terdakwa dan barang bukti maka unsur ini telah terpenuhi secara sah menurut hukum;
Menimbang, bahwa sebaliknya terhadap unsur ini Penasihat Hukum terdakwa
sebagaimana dalam nota pembelaan khususnya bagian analisa yuridis dihalaman 91 s.d
95 pada pokoknya menyatakan tidak terpenuhi dikarenakan Penuntut Umum
mengemukakan analisa fakta yang tidak benar dan justru merekayasa dan memanipulir
yang sebenarnya. Analisa fakta yang dimaksud adalah fakta-fakta persidangan
sesungguhnya dan setelah dianalisis atau diolah berdasarkan hukum pembuktian yang
diatur dalam KUHAP, yang didasarkan pada keterangan para Saksi, keterangan Para
Terdakwa serta dengan memperlihatkan alat-alat bukti berupa surat dan barang bukti
lainnya, sehingga dapat dipilah, fakta mana yang merupakan fakta hukum, dan fakta
mana yang bukan merupakan fakta hukum sehingga dakwaan Penuntut Umum harus
dinyatakan tidak terbukti dan para terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan dan
Tuntutan Penuntut Umum dengan kata lain pembuktian yang dilakukan Penuntut Umum
227
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
228
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
hanya di dasari kepada rekaan dan asumsi belaka, serta manipulasi fakta yang
diciptakan oleh Penuntut Umum dengan tujuan untuk mendukung surat tuntutan, yang
tentunya dengan maksud untuk mengelabui Majelis Hakim serta dengan tujuan untuk
mencapai keinginan orang-orang tertentu agar Para Terdakwa dijatuhi hukuman;
Menimbang, bahwa atas dua pandangan hukum yang berbeda tersebut maka
Majelis Hakim akan menetapkan pendiriannya sebagaimana terurai dibawah ini :
Menimbang, bahwa unsur tersebut diatas bersifat alternatif, maka bagian – bagian
unsur tidak perlu dibuktikan secara keseluruhan melainkan dengan terbuktinya salah
satu bagian unsur sudah dapat dipakai sebagai dasar bahwa unsur tersebut telah
terpenuhi ;
Menimbang, bahwa pengertian “nama palsu” haruslah berupa nama orang, ia
dapat merupakan nama yang bukan nama sendiri dari si pelaku atau sebuah nama yang
tak seorangpun yang mempergunakannya ataupun namanya sendiri akan tetapi yang
tidak diketahui oleh umum, sifat “palsu” di dalam pasal ini tidaklah perlu berupa
jabatan, pangkat atau sesuatu pekerjaan resmi melainkan juga apabila ia mengatakan
bahwa “ia dalam keadaan tertentu dan hak-hak tertentu ” padahal semuanya tidak benar,
sedangkan pengertian “tipu muslihat” yakni tindakan-tindakan sedemikian rupa
sehingga menimbulkan kepercayaan atau memberikan kesan kepada orang yang
digerakkan seolah-olah keadaannya sesuai dengan kebenaran. Tipu muslihat disini tidak
perlu harus terdiri dari beberapa perbuatan melainkan satu perbuatan tunggalpun sudah
cukup untuk menyatakan bahwa telah dipakai suatu tipu muslihat dan dapat dikatakan
terdapat sebuah susunan “kata-kata bohong” bilamana antara beberapa kebohongan
terdapat hubungan yang sedemikian rupa dan kebohongan yang satu memperkuat
kebohongan yang lain demikian rupa, sehingga kata-kata bohong tersebut secara timbal
balik memberikan kesan seolah-olah apa yang dikatakan itu adala sesuai dengan
kebenaran, padahal tidak demikianlah adanya (Hukum Pidana Indonesia, Drs. PAF
Lamintang, SH dan C. Djisman Samosir, SH, Penerbit Sinar Baru Bandung, halaman
230-235);229
Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang terungkap dipersidangan diketahui
bahwa bermula Pada tahun 2009, Terdakwa I ANDIKA SURACHMAN dan Terdakwa

229
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
II ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN mendirikan CV. First Anugerah Karya
Wisata di Jakarta dengan modal awal (uang pribadi) sebesar Rp.2.000.000.- (dua juta
rupiah), dengan bidang usaha menyelenggarakan ibadah umrah, namun dikarenakan
belum memiliki izin sebagai penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) kemudian
mengajak bekerjasama Biro travel lain yang telah memiliki izin; Menimbang, bahwa
selanjutnya pada tahun 2011 Para Terdakwa untuk dapat menjalankan sendiri usaha
sebagai penyelenggara ibadah umrah kemudian mendirikan PT. FIRTS ANUGERAH
KARYA WISATA yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan FIRST TRAVEL
bergerak di bidang usaha pariwisata dan penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umroh,
didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan No. 14 tanggal 24 Oktober 2011 yang
dibuat dihadapan Notaris Yasman, SH, M.Kn dengan susunan pengurus antara lain
Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN sebagai Direktur Utama dan Terdakwa 2
ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN sebagai Direktur;230
Menimbang, bahwa selanjutnya pada tahun 2015 susunan pengurus PT FIRST
ANUGERAH KARYA WISATA berdasarkan Akta No. 5 tanggal 11 April 2015 yang
dibuat dihadapan Notaris Kurnia Jaya, SH, M.Kn berubah menjadi Terdakwa 1
ANDIKA SURACHMAN sebagai Direktur Utama dan Terdakwa 2 ANNIESA
DESVITASARI HASIBUAN sebagai Direktur, SITI NURAIDA HASIBUAN alias
KIKI (terdakwa dalam berkas perkara terpisah) sebagai Komisaris Utama dan
MUAMAR RIZKY FADILA sebagai Komisaris;231
Menimbang, bahwa Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN selaku Direktur
Utama yang memimpin dan mengendalikan seluruh jalannya perusahaan, memiliki
tugas dan tanggung jawab yakni membuat Produk Paket Travel (menentukan biaya
perjalanan umroh), pembukuan dan penutupan pendaftaran paket, dan mengawasi serta
menerima laporan transaksi keuangan dan logistik. Sedangkan untuk Terdakwa 2
ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN selaku Direktur memiliki tugas dan tanggung
jawab yakni menjalin komunikasi dengan koordinator atau yang biasa disebut Person In
Contack (PIC). Adapun SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI selaku komisaris dan
juga sebagai Kepala Divisi Keuangan memiliki tugas dan tanggung Jawab yakni berhak
memeriksa semua pembukuan, surat dan alat bukti lainnya, memeriksa dan mencocokan
230
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
231
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
keadaan uang kas dll, berhak mengetahui segala tindakan yang telah dilakukan oleh
Direksi dan Dewan Komisaris diwajibkan mengurus perseroan untuk sementara apabila
seluruh anggota direksi diberhentikan sementara dan Perseroan tidak mempunyai
seorangpun anggota direksi, merekap tagihan, merekap jumlah jamaah yang menyetor
ke rekening PT First Anugerah Karya Wisata atau First Travel melalui Bank Mandiri
dan Bank Permata;232
Menimbang, bahwa sejak tahun 2011 PT. FIRTS ANUGERAH KARYA
WISATA atau FIRST TRAVEL telah menyelenggarakan Paket Perjalanan Umrah
Promo, dengan ketentuan pemberangkatan dilakukan 1 (satu) tahun kemudian setelah
biaya perjalanan dibayar lunas oleh para calon jemaah umrah dan selanjutnya sejak
bulan Januari tahun 2015 Para Terdakwa menawarkan beberapa macam Paket
Perjalanan Ibadah Umrah, yaitu :233
 Paket Umroh Promo 2017 dengan harga Rp 14.300.000,- (empat belas juta tiga
ratus ribu rupiah) per orang, untuk perjalanan selama 9 (sembilan) hari dengan
fasilitas penginapan hotel bintang 3 dengan sistem pemberangkatan FIFO (First In
First Out). Pemberangkatan dilaksanakan 1 (satu) tahun kemudian setelah
pembayaran lunas sesuai dengan daftar urut pembayaran atas nama Yang
mendaftar duluan, berangkat duluan. Paket Umroh Promo ini ditawarkan sejak
bulan Januari tahun 2015 untuk pemberangkatan pada bulan November 2016
sampai dengan bulan Mei 2017;
 Paket Umrah Regular dengan harga Rp 26.613.000,- (dua puluh enam juta enam
ratus tiga belas ribu rupiah) per orang, dengan fasilitas penginapan hotel bintang
4;
 Paket Milad ke-8 FIRST TRAVEL dengan harga Rp 8.888.888,- (delapan juta
delapan ratus delapan puluh delapan ribu delapan ratus delapan puluh delapan
rupiah) per orang;
 Paket VIP dengan harga Rp 54.000.000,- (lima puluh empat juta rupiah) per
orang, dengan fasilitas penginapan hotel bintang 5 (lima) dan keberangkatan
setiap saat setelah pembayaran dilunasi;

232
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
233
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
 Paket Umrah Promo 2018 dengan harga Rp 15.000.000,- (lima belas juta rupiah)
per orang, dengan fasilitas penginapan hotel bintang 3;
Menimbang, bahwa dipersidangan Para Terdakwa menerangkan bahwa sejak dari
awal menyadari harga Paket Umroh Promo 2017 sebesar Rp 14.300.000,- (empat belas
juta tiga ratus ribu rupiah) tidak cukup untuk membiayai paket perjalanan ibadah umroh
seperti yang ditawarkan, namun Para Terdakwa tetap menawarkan paket-paket umroh
tersebut khususnya paket umroh promo 2017 kepada para calon jamaah sehingga
berhasil mendapatkan dan menarik calon jamaah untuk mendaftar dan telah membayar
biaya paket umroh promo 2017 tersebut dengan cara-cara yakni :234
 Pada tahun 2015 membuka cabang FIRST TRAVEL di Medan, Kebun Jeruk
(Jakarta Barat), Kuningan (Jakarta Selatan), Jalan T.B. Simatupang (Jakarta
Selatan), Bandung, Sidoarjo dan Bali, dengan tugas memasarkan paket Umroh
Promo, menerima pendaftaran calon Jemaah Umroh di wilayahnya dan
sekitarnya, dengan operasional dikendalikan oleh Terdakwa 1. ANDIKA
SURACHMAN dari kantor pusat Jl. Radar Auri No. 1 Cimanggis Depok Provinsi
Jawa Barat;
 Para terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI juga membentuk
jaringan pemasaran meliputi seluruh wilayah Indonesia dengan cara merekrut
Agen yang disebut Agen Kemitraan yang tersebar di seluruh Indonesia yang
jumlahnya sebanyak 1.173 (seribu seratus tujuh puluh tiga) orang dan di
antaranya yang aktif sebanyak 835 (delapan ratus tiga puluh lima) orang;
 Melakukan perekrutan para agen yang berasal dari para alumni Jamaah Umroh
FIRST TRAVEL dengan tujuan agar para agen tersebut dapat menceritakan
pengalamannya menggunakan paket umroh promo dari First Travel dan juga
melakukan perekrutan para agen dari masyarakat umum dengan terlebih dahulu
mengikuti seminar keagenan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh para
Terdakwa sebagai unsur utama pemasaran Paket Umrah Promo, yang nantinya
bertugas mempromosikan, menjual Paket Umroh dan mendaftarkan calon jemaah
Umrah di wilayah sekitar domisilinya. Adapun untuk menjadi Agen diwajibkan
membayar uang pendaftaran sebesar Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu

234
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
rupiah) dan dijanjikan fee untuk setiap orang Calon Jamaah Umroh yang
mendaftar melalui Agen Kemitraan yang besarnya untuk Paket Promo Umrah
sebesar Rp 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) per orang, untuk Paket Regular
Umrah sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) per orang dan untuk Paket
VIP sebesar Rp 900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah) per orang. Fee akan
dibayarkan setelah Jamaah pulang dari Umrah. Agar pelaksanaan tugas Para Agen
mencapai hasil yang maksimal, Terdakwa 1 menugaskan Terdakwa 2 untuk
mengkoordinir dan mengendalikan pelaksanaan tugas Para Agen;
 Melalui kegiatan seminar keagenan dan pelatihan untuk para calon agen, para
Terdakwa secara bergantian menjelaskan tentang sekilas pandang terkait
berdirinya First Travel mulai dari nol sampai dengan besar, yaitu berkaitan dari
tahun per tahun bisa memberangkatkan jamaah banyak, sedangkan SITI
NURAIDA HASIBUAN alias KIKI menyampaikan program berkaitan dengan
fee atau bonus yang akan diterima oleh masing-masing agen bila berhasil
memberangkatkan jamaah.
 Sejak tahun 2015 Para Terdakwa juga menjual Franchise (Waralaba) FIRST
TRAVEL ke beberapa kota yakni di Jakarta, Malang dan Surabaya, dengan cara
membayar uang sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) kepada PT. First
Anugerah Karya Wisata yang mana nantinya pemegang Franchise (Waralaba)
berhak merekrut calon jemaah Umroh FIRST TRAVEL dengan menentukan
sendiri biaya paket perjalanan Umrah;
 Para terdakwa juga membentuk Koordinator, yang bertugas mengkoordinir para
staf Kantor Pusat yang melayani calon jamaah umroh yang mendaftar dan
melakukan pembayaran langsung ke kantor pusat FIRST TRAVEL. Untuk
memimpin dan mengendalikan pelaksanaan tugas para Koordinator, Terdakwa 1
ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN lalu menugaskan SITI NURAIDA
HASIBUAN alias KIKI;
 Para Terdakwa menawarkan paket perjalanan Umroh melalui media sosial
Facebook https://www.facebook.com/FirstTravel, dengan judul UMROH
PROMO 2017 serta membuat brosur-brosur promosi dengan design bentuk,
warna dan tulisan yang menarik serta menggunakan media promosi lainnya
melalui Publik Figur artis antara lain dengan memberangkatkan saksi RINI
FATIMAH JAELANI, SH alias SYAHRINI dan saksi VICKY VERANITA
YUDHASOKA alias VICKY ZU menjalankan Ibadah Umroh dengan fasilitas
VIP dengan imbal balik yakni selama perjalanan artis-artis tersebut menggunakan
atribut FIRST TRAVEL, membuat Vlog, Video dan foto,
memposting/mempublikasikan minimal 2 (dua) kali sehari rangkaian kegiatan
perjalanan sejak berangkat hingga pulang dengan menggunakan hastag First
Travel;
 Sejak Tahun 2017 menyelenggarakan umroh promo carter pesawat yang
diberangkatkan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Frist Travel dengan
tambahan biaya Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) dan umroh promo
Ramadhan diberangkatakan pada bulan Ramadhan dengan penambahan biaya Rp
1.800.000,- (satu juta delapan ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 3.000.000,-
(tiga juta rupiah).
Menimbang, bahwa dengan adanya penawaran-penawaran serta promosi gencar
dengan memasang harga paket umrah yang murah yang dilakukan oleh Para Terdakwa
dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI tersebut diatas telah berhasil membuat
para calon terpikat dan tertarik mendaftar sehingga dalam kurun waktu Januari 2015
hingga bulan Juni tahun 2017, melalui beberapa paket umroh yang ditawarkan oleh
kantor pusat First Travel, kantor cabang, para kordinator dan para agen, Para Terdakwa
dan SITI NURAIDA HASIBUAN berhasil mendapatkan 93.295 (sembilan puluh tiga
ribu dua ratus sembilan puluh lima) orang Calon Jamaah Umroh yang mendaftarkan diri
dan menyetorkan uang seharga paket umroh yang ditawarkan melalui beberapa rekening
atas nama First Anugerah Karya Wisata pada beberapa Bank, yang dihimpun ke dalam
rekening penampungan nomor rekening 157-000-323-99-45 atas nama First Anugerah
Karya Wisata di Bank Mandiri, sebesar Rp 1.319.535.402.852,- (satu trilyun tiga ratus
sembilan belas milyar lima ratus tiga puluh lima juta empat ratus dua ribu delapan ratus
lima puluh dua rupiah);235
Menimbang, bahwa benar sejak tanggal 16 November 2016 sampai dengan
tanggal 14 Juni 2017, jumlah Jamaah Umroh yang diberangkatkan FIRST TRAVEL

235
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
adalah sebanyak 29.985 (dua puluh sembilan ribu sembilan ratus delapan puluh lima)
orang dengan rincian antara lain jamaah Umroh Paket VIP sebanyak 16 (enam belas)
orang, jamaah Umroh Paket Reguler sebanyak 1.296 (seribu dua ratus sembilan puluh
enam) orang, dan jamaah Paket Promo sebanyak 28.673 (dua puluh delapan ribu enam
ratus tujuh puluh tiga) orang. Adapun sisanya sebanyak 63.310 (enam puluh tiga ribu
tiga ratus sepuluh) orang Calon Jamaah Umrah yang telah membayar lunas, dengan
jadwal pemberangkatan bulan November 2016 hingga bulan Mei 2017 oleh Para
Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN tidak diberangkatkan;236
Menimbang, bahwa uang yang telah disetorkan para Calon Jamaah Umrah yang
tidak berangkat tersebut sebesar jumlahnya lebih kurang Rp 905.333.000.000,-
(sembilan ratus lima milyar tiga ratus tiga puluh tiga juta rupiah) dan oleh Para
Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN selaku pengurus FIRST TRAVEL, uang
tersebut tidak dikembalikan kepada Para Calon Jamaah yang tidak jadi diberangkatkan
meskipun ada beberapa calon jamaah yang sudah mengajukan refund; 237
Menimbang, bahwa benar dengan adanya biaya penyelenggaraan perjalanan
Ibadah Umrah Promo 2017 yang ditawarkan dan dijual oleh Para Terdakwa dan SITI
NURAIDA HASIBUAN dengan harga sebesar Rp 14.300.000,- (empat belas juta tiga
ratus ribu rupiah) tersebut dengan promosi yang sedemikian meluas, gencar dan
memikat, ditambah janji-janji akan diberangkatkan 1 (satu) tahun kemudian telah
membuat para Calon Jamaah Umrah yang tidak diberangkatkan yang jumlahnya
sebanyak 63.310 (enam puluh tiga ribu tiga ratus sepuluh) orang terpikat dan tertarik
lalu mendaftarkan diri dengan membayar sejumlah uang sebesar harga Paket kepada
pihak First Travel;238
Menimbang, bahwa dalam kenyataannya, 63.310 (enam puluh tiga ribu tiga ratus
sepuluh) orang Calon Jemaah Umrah yang sudah membayar lunas tersebut yang
dijanjikan diberangkatkan periode bulan November 2016 sampai dengan bulan Mei
2017, oleh Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN tidak diberangkatkan
karena harga yang ditawarkan sebesar Rp 14.300.000,- (empat belas juta tiga ratus ribu
rupiah) senyatanya memang tidak mencukupi untuk membiayai perjalanan Umrah

236
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
237
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
238
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
sesuai dengan yang dijanjikan sendiri oleh FIRST TRAVEL dikarenakan uang yang
dibayarkan oleh calon jemaah umrah tersebut dipergunakan untuk menutupi
pembayaran pemberangkatan jamaah umroh promo sebelumnya, untuk untuk
membiayai seluruh operasional kantor, gaji pegawai, fee agen, koordinator dan
membayar tagihan para vendor serta ditambah pula untuk membiayai kepentingan
pribadi Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI yang sama sekali
tidak ada hubungannya dengan pemberangkatan jemaah Umrah;239
Menimbang, bahwa menurut saksi ahli dipersidangan biaya yang dikeluarkan
semestinya oleh pihak FIRST TRAVEL untuk memberangkatkan 1 (satu) orang Jamaah
Umrah Promo 2017 adalah sebesar Rp 20.020.000,- (dua puluh juta dua puluh ribu
rupiah) dengan rincian antara lain biaya tiket pesawat dari Indonesia ke Madinah atau
ke Jeddah pulang pergi sebesar Rp 13.000.000,- per Jamaah, biaya Land Arrangement
Jeddah to Jeddah yang meliputi pelayanan akomodasi hotel, transportasi bus,
makanan/catering dan muthowif sebesar 450 USD,- setara dengan Rp 5.850.000,- per
Jamaah, dengan kurs Rp 13.000,- per 1 USD, biaya pengurusan Visa Saudi Arabia
sebesar Rp 871.000,- per Jamaah, biaya handling di Bandara Soekarno Hatta sebesar Rp
40.000,- per Jamaah, biaya perlengkapan ibadah seperti koper, tas jinjing, sebesar
Rp196.000,- per Jamaah, biaya pengadaan kain ihrom/mukena, buku panduan sebesar
Rp 63.000,- per Jamaah dan belum termasuk biaya manasik. Sehingga untuk setiap
Jamaah Umroh Promo 2017 yang telah diberangkatkan, senyatanya telah terjadi
kekurangan biaya kurang lebih sebesar Rp 5.720.000,- (lima juta tujuh ratus dua puluh
ribu rupiah);240
Menimbang, bahwa Para Terdakwa dan SITI NURAIDAH HASIBUAN Alias
KIKI hanya mengelola perusahaan FIRST TRAVEL saja dan tidak memiliki usaha lain
yang keuntungannya dapat mendukung metode bisnis penyelenggaraan ibadah umrah
yang dijalankan, dan juga sebelumnya tidak memiliki aset tidak bergerak dan atau
bergerak serta tidak pernah melakukan pinjaman uang ke Bank sebaga modal, artinya
semua usaha (operasional, gaji karyawan, interior ruangan kantor pusat dan cabang

239
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
240
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
sewa kantor cabang) semata-mata hanya mengandalkan atau menggunakan uang
setoran dari para calon Jamaah Umrah yang sudah membayar;241
Menimbang, bahwa akibat dari perbuatan Para Terdakwa dan SITI NURAIDA
HASIBUAN alias KIKI tersebut diatas telah mendatangkan kerugian bagi sebanyak
63.310 (enam puluh tiga ribu tiga ratus sepuluh) orang Calon Jamaah Umroh FIRST
TRAVEL yang telah membayar biaya perjalanan Ibadah umroh hingga bulan Juli 2017
nilainya lebih kurang sebesar Rp 905.333.000.000,- (sembilan ratus lima milyar tiga
ratus tiga puluh tiga juta rupiah) gagal berangkat dan belum dikembalikan uang yang
telah disetorkannya kepada Para Terdakwa;242
Menimbang, bahwa selain merugikan para calon jamaah umrah yang gagal
berangkat, perbuatan Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI juga
telah mendatangkan kerugian juga bagi vendor-vendor yang belum dibayar tagihan-
tagihannya oleh pihak First Travel diantaranya PT. Aril Buana Wisata sebagai vendor
pengadaan catering, nasi box dan handling di Madinah sebesar Rp. 9.000.000.000,-
(sembilan milyar rupiah), PT. MS Aishah Mandiri sebagai vendor pengadaan visa
sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), PT Tohiron Daya Cipta sebagai
vendor pengadaan Kain Ihrom, Bergo (Mukenah), Kain Batik dan Buku Panduan
Manasik, sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), PT Global Mitra Persada
sebagai Vendor Airport Handling di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, sebesar Rp.
300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), CV. Bogowa Karya Mandiri sebagai vendor
pengadaan perlengkapan Koper, Sabuk dan Dompet Calon Jemaah Umrah, sebesar Rp.
2.425.000.000,- (dua milyar empat ratus dua puluh lima juta rupiah, PT Kanomas Arci
Wisata sebagai vendor pengadaan tiket sebesar Rp 3.877.289.775,- (tiga milyar delapan
ratus tujuh puluh tujuh juta dua ratus delapan puluh sembilan ribu tujuh ratus tujuh
puluh lima rupiah);
Menimbang, bahwa dari fakta-fakta hukum tersebut diatas dikaitkan dengan
pengertian unsur ke-2 yang telah diuraikan sebelumnya maka Majelis Hakim
berpendapat bahwa benar Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI
(terdakwa dalam berkas terpisah) melalui perusahaannya yakni PT. FIRST
ANUGERAH KARYA WISATA atau dikenal dengan sebutan FIRST TRAVEL sejak
241
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
242
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
bulan Januari 2015 s.d Juni 2017 dengan tipu muslihat dan rangkaian kebohongan yakni
dengan menawarkan paket perjalanan Umroh Promo dengan harga Rp. 14.300.000,-
(empat belas juta tiga ratus ribu rupiah) per orang dengan ketentuan pemberangkatan
dilakukan 1 (satu) tahun kemudian setelah lunas padahal dari awal sudah diketahuinya
bahwa harga tersebut tidak akan cukup memberangkatkan 1 (satu) orang jamaah
dikarenakan selain uangnya untuk membayar kepentingan calon jamaah umroh juga
Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI harus membayar gaji
karyawan dan juga tagihan dari vendor-vendor namun dalam hal ini Para Terdakwa dan
SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI tetap saja gencar melakukan promosi baik
melalui media medsos Facebook, menggunakan jasa artis-artis, membuat jaringan agen
ataupun melalui seminar-seminar keagenan, membuka kantor-kantor cabang, serta
melalui penjulalan franchise (warabala) First Travel ke beberapa perusahaan telah
berhasil membuat para calon jamaah terpikat dan percaya sehingga mau mendaftarkan
diri dan menyetorkan uang seharga paket umroh yang ditawarkan melalui rekening pada
beberapa Bank yang dihimpun ke dalam rekening induk pada bank Mandiri No.
Rekening 157-000-323-99-45 atas nama First Anugerah Karya Wisata di Bank Mandiri.
Adapun jumlah calon jamaah yang mendaftar sejak bulan Januari 2015 sampai dengan
Juni 2017 jumlahnya 93.295 (sembilan puluh tiga ribu dua ratus sembilan puluh lima
orang) sehingga uang yang sudah disetorkan oleh para calon jamaah tersebut jumlahnya
mencapai Rp. 1.319.535.402.852,- (satu trilyun tiga ratus sembilan belas milyar lima
ratus tiga puluh lima juta empat ratus dua ribu delapan ratus lima puluh dua rupiah).
Namun dalam kenyataannya sejak tanggal 16 November 2016 sampai dengan tanggal
14 Juni 2017, jumlah Jamaah Umroh yang diberangkatkan FIRST TRAVEL hanyalah
sebanyak 29.985 (dua puluh sembilan ribu sembilan ratus delapan puluh lima)
sedangkan sisanya sebanyak 63.310 (enam puluh tiga ribu tiga ratus sepuluh) orang
yang sudah membayar lunas tersebut dengan jadwal pemberangkatan di bulan
November 2016 hingga bulan Mei 2017 oleh Para Terdakwa dan SITI NURAIDA
HASIBUAN tidak diberangkatkan dan tidak dikembalikan uangnya;243
Menimbang, bahwa mengenai pembelaan para terdakwa yang menyatakan bahwa
penetapan harga Rp. 14.300.000,- (empat belas juta tiga ratus ribu rupiah) bukanlah

243
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
penipuan dan bisa dibuktikan dengan adanya para jamaah umroh First Travel yang
sudah berangkat maka haruslah Majelis Hakim kesampingkan dikarenakan First Travel
dalam memberangkatkan jamaah yang sudah berangkat tersebut biayanya diambil dari
calon Jamaah yang sudah membayar untuk keberangkatan pada tahun berikutnya.
Lagipula Para Terdakwa dan SITI NURAIDAH HASIBUAN alias KIKI dalam
mengelola first travel semata-mata hanya mengandalkan setoran uang dari para jamaah
tanpa bisa dibuktikan dengan jelas ada usaha atau bisnis lain dari Para Terdakwa
maupun SITI NURAIDAH HASIBUAN alias KIKI yang keuntungannya dapat
dipergunakan untuk menutup biaya oprasional First Travel. In casu dapat dibuktikan
dengan banyaknya tagihan-tagihan dari vendor-vendor yang jumlahnya sangat besar;244
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas maka unsur
“dengan memakai dengan tipu muslihat ataupun serangkaian kebohongan
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya” telah
terpenuhi dan terbukti pada perbuatan para terdakwa; 245
Ad.3. Unsur dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hukum;
Menimbang, bahwa terhadap unsur ini menurut Penuntut Umum dalam uraian
surat tuntutan halaman 631 s.d. 635 pada pokoknya berpendapat bahwa berdasarkan
fakta-fakta dipersidangan yang diperoleh dari keterangan saksi-saksi, keterangan para
terdakwa dan barang bukti maka unsur ini telah terpenuhi secara sah menurut hukum;246
Menimbang, bahwa sebaliknya terhadap unsur ini Penasihat Hukum para
terdakwa sebagaimana dalam nota pembelaan khususnya bagian analisa yuridis
dihalaman 91 s.d 99 pada pokoknya menyatakan tidak terpenuhi dikarenakan fakta-
fakta hukum yang diajukan oleh Penuntut Umum mengenai terpenuhinya unsur
melawan hukum dari para terdakwa adalah berdasarkan keterangan saksisaksi adalah
TIDAK BENAR karena saksi-saksi tersebut adalah orang-orang yang sangat
mempunyai kepentingan tertentu dalam kasus ini. Hal ini sesuai pendapat Ahli Hukum
Pidana Dr. Chairul Huda, S.H., M.H., dalam bukunya yang berjudul “Dari Tiada Pidana
Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan”

244
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
245
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
246
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
halaman 51, Penerbit KENCANA PRENADA MEDIA, menyebutkan bahwa : “Dalam
praktik umumnya jika, tidak terbuktinya ‘melawan hukum’ yang disebutkan dalam
rumusan tindak pidana, menyebabkan putusan bebas (vrijspraak). Berbeda halnya, jika
‘melawan hukum’ tidak dirumuskan. Tidak terbuktinya hal ini menyebabkan
putusannya lepas dari segala tuntutan hukum (ontslaag van alle
rechtvervolging)”.Berdasarkan pendapat ahli hukum pidana tersebut di atas, dapat kami
simpulkan bahwa apabila sifat melawan hukum tidak dapat dibuktikan oleh Penuntut
Umum, maka tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh Terdakwa.247
Menimbang, bahwa atas dua pandangan hukum yang berbeda tersebut maka
Majelis Hakim akan menetapkan pendiriannya sebagaimana terurai dibawah ini :
Menimbang, bahwa perkataan “dengan maksud” didalam Pasal ini terjemahan
dari perkataan “met het oogmerk” dan ini berarti bahwa opzet/kesengajaan didalam
pasal ini haruslah ditafsirkan sebagai sengaja dalam arti sempit, sehingga maksud
pelaku itu tidak boleh ditafsirkan lain kecuali dengan maksud untuk menguntungkan
dirinya sendiri atau orang lain secara melawan hukum (Hukum Pidana Indonesia, Drs.
PAF Lamintang, SH dan C. Djisman Samosir, SH, Penerbit Sinar Baru Bandung,
halaman 229).248
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan melawan hukum adalah perbuatan
yang bertentangan dengan hak subyektif seseorang atau bertentangan dengan kewajiban
hukum pelaku atau bertentangan dengan kesusilaan atau bertentangan dengan tujuan
moral dan pergaulan masyarakat;249
Menimbang, bahwa sebagaimana fakta-fakta hukum dipersidangan telah dapat
dibuktikan bahwa Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI
(terdakwa dalam berkas terpisah) melalui perusahaannya yakni PT. FIRST
ANUGERAH KARYA WISATA atau dikenal dengan sebutan FIRST TRAVEL sejak
bulan Januari 2015 s.d Juni 2017 dengan tipu muslihat dan rangkaian kebohongan yakni
dengan menawarkan paket perjalanan Umroh Promo dengan harga Rp. 14.300.000,-
(empat belas juta tiga ratus ribu rupiah) per orang dengan ketentuan pemberangkatan
dilakukan 1 (satu) tahun kemudian setelah lunas padahal dari awal sudah diketahuinya

247
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
248
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
249
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
bahwa harga tersebut tidak akan cukup memberangkatkan 1 (satu) orang jamaah
dikarenakan selain uangnya untuk membayar kepentingan calon jamaah umroh juga
Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI harus membayar gaji
karyawan dan juga tagihan dari vendor-vendor;250
Menimbang, bahwa meskipun Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN
alias KIKI sudah menyadari bahwa dengan harga penawaran sebesar tersebut diatas
tidak akan bisa memberangkatkan calon jamaah umroh namun mereka tetap saja gencar
melakukan promosi baik melalui media medsos Facebook, menggunakan jasa artis-artis,
membuat jaringan agen ataupun melalui seminar-seminar keagenan, membuka kantor-
kantor cabang, serta melalui penjulalan franchise (warabala) First Travel ke beberapa
perusahaan telah berhasil membuat para calon jamaah terpikat dan percaya sehingga
mau mendaftarkan diri dan menyetorkan uang seharga paket umroh yang ditawarkan
melalui rekening pada beberapa Bank yang dihimpun ke dalam rekening induk pada
bank Mandiri No. Rekening 157-000-323-99-45 atas nama First Anugerah Karya
Wisata di Bank Mandiri;251
Menimbang, bahwa adapun jumlah calon jamaah yang tertarik dan sudah
mendaftar terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2017 jumlahnya
mencapai 93.295 (sembilan puluh tiga ribu dua ratus sembilan puluh lima orang)
sehingga uang yang sudah disetorkan oleh para calon jamaah tersebut jumlahnya
mencapai Rp. 1.319.535.402.852,- (satu trilyun tiga ratus sembilan belas milyar lima
ratus tiga puluh lima juta empat ratus dua ribu delapan ratus lima puluh dua rupiah);252
Menimbang, bahwa dalam kenyataannya sejak tanggal 16 November 2016
sampai dengan tanggal 14 Juni 2017, jumlah Jamaah Umroh yang diberangkatkan
FIRST TRAVEL hanyalah sebanyak 29.985 (dua puluh sembilan ribu sembilan ratus
delapan puluh lima) sedangkan sisanya sebanyak 63.310 (enam puluh tiga ribu tiga
ratus sepuluh) orang yang sudah membayar lunas tersebut dengan jadwal
pemberangkatan di bulan November 2016 hingga bulan Mei 2017 oleh Para Terdakwa

250
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
251
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
252
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
dan SITI NURAIDA HASIBUAN tidak diberangkatkan dan tidak dikembalikan
uangnya;253
Menimbang, bahwa telah ternyata uang para jamaah yang tidak dikembalikan
kepada Para Calon Jamaah yang tidak diiberangkatkan tersebut malah tanpa seijin dan
sepengetahuan Para Calon Jamaah Umraoh digunakan oleh Para Terdakwa dan SITI
NURAIDA HASIBUAN alias KIKI untuk :254
 Membayar kekurangan biaya memberangkatkan sebanyak 28.673 orang Jamaah
Umroh Promo 2017 yang telah diberangkatkan sebesar Rp 164.009.560.000,-
(seratus enam puluh empat milyar Sembilan juta limaratus enam puluh ribu
rupiah)
 Membayar biaya seluruh operasional kantor;
 Membayar seluruh gaji karyawan yang besarnya lebih kurang Rp800.000.000,-
per bulan x 30 bulan = Rp 24.000.000.000.-(dua puluh empat milyard rupiah); -
Membayar fee agen sebesar Rp200.000,- per Jamaah x 29.985 = Rp
5.997.000.000.-(lima milyard sembilan ratus sembilan puluh tujuh juta rupiah)
dan fee Koordinator sebesar Rp 1.000.000,- per seratus Jamaah yang mendaftar
melalui Kantor Pusat;
 Membiayai kepentingan pribadi Terdakwa 1, Terdakwa 2 dan SITI NURAIDA
HASIBUAN alias KIKI yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan
pemberangkatan Jemaah Umrah antara lain:
1. Untuk biaya perjalanan wisata keliling Eropa sebesar Rp 8.600.000.000.-
(delapan milyar enam ratus juta rupiah);
2. Untuk pembayaran sewa booth event (acara) “Hello Indonesia” dalam rangka
keperluan bisnis Anniesa Hasibuan yang dilaksanakan sehari penuh pada tanggal
31 Mei 2014 dan tanggal 8 Juni 2015 keduanya diselenggarakan di Trafalgar
Square, London sebesar Rp 2.000.000.000.(dua milyard rupiah);
3. Untuk pembelian hak berusaha (bisnis) Restoran Golden Day Restaurant milik
Love Health, LTD yang kemudian dirubah menjadi NUSA DUA Restaurant
sebesar Rp 10.000.000.000.-(sepuluh milyar rupiah);

253
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
254
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
4. Pembelian 1 (satu) buah mobil Grand Livina warna abu-abu pada Tahun 2015
dengan harga Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) atas nama SOLIHIN dijual
lewat ARIS (karyawan Butik);
5. Pembelian perusahaan PT. Hijrah Bersama Taqwa pada tahun 2016 seharga Rp
1.200.000.000 (satu milyar dua ratus juta rupiah);
6. Pembelian 1 (satu) bidang tanah seluas Lk. 100 meter berada di Lombok pada
tahun 2016 seharga Rp 100.000.000,- (stratus juta rupiah);
7. Pembelian 1 (satu) buah mobil Fortuner pada tahun 2016 seharga Rp
350.000.000 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) atas nama SOLIHIN;
8. Pembelian 1 (satu) buah mobil Fortuner pada tahun 2016 seharga Rp
350.000.000 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) atas nama SITI NUR AIDA;
9. Pembelian 1 (satu) buah jam tangan merk Carl Bucheer dibeli tahun 2015
seharga Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
10. Pembelian 1 (satu) buah cicin berlian pada tahun 2016 seharga Rp 150.000.000,-
(stratus lima piluh juta rupiah) s/d Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
11. Pembelian 1 (satu) buah mobil BMW Z 4 pada tahun 2016 seharga Rp
700.000.000 (tujuh ratus juta rupiah);
12. Pembelian Sebidang tanah dan bangunan terletak di Jalan Venesia selatan No.
99 Sentul City RT. 001/RW. 005 Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Babakan
Madang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat seharga Rp 10.000.000.000,-
(sepuluh milyar rupiah);
13. Pembelian sebidang tanah dan bangunan rumah (Kantor FIRST TRAVEL
Building) terletak di Jalan Radar Auri No. 1 Cimanggis Kota Depok seharga Rp
5.000.000.000,- (lima milyar rupiah);
14. Pembelian sebidang tanah dan bangunan di Cluster Vasa Kebagusan Jalan
Kebagusan Dalam IV No. 55 D Kecamatan Pasar Minggu Kota Administrasi
Jakarta Selatan seharga Rp 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah);
15. Pembelian sebidang tanah dan bangunan di Kelurahan Tugu Kecamatan
Cimanggis Kota Depok Provinsi Jawa Barat seharga Rp 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah);
16. Membayar Sewa Kantor PT. First Anugerah Karya Wisata (FIRST TRAVEL
Vip Lounge) Gedung Atrium Mulia Suite 101 Jalan HR. Rasuna Said Kav. B-
10-11 Jakarta Selatan, sewa seharga Rp 1.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus
juta rupiah) per 4 bulan;
17. Membayar Sewa Kantor PT. First Anugerah Karya Wisata di GKM Tower
lantai 16 Jalan TB Simatupang Kav. 896 Jakarta Selatan sewa selama 3 tahun
seharga Rp 8.219.700.000,- (delapan milyar dua ratus sembila belas juta tujuh
ratus ribu rupiah) sejak 24 Agustus 2016;
18. Membayar sewa Gedung Promonade No. 20 Unit F dan G Jalan Bangka Raya
Kemang Jakarta Selatan sebesar Rp 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) per
tahun;
19. Membeli 1 (satu) buah mobil Merk Daihatsu Sirion No.Pol. B 288 UAN seharga
Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah);
20. Pembelian Perusahaan PT. Interculture Torindo dibeli tahun 2016 seharga Rp
1.200.000.000 (satu milyar dua ratus juta rupiah);
21. Pembelian Perusahaan Yamin Duta Makmur tahun 2014 seharga Rp
2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah);
22. Pembelian 1 (satu) buah mobil Hummer tahun 2008 dibeli pada tahun 2015
seharga Rp 3.500.000.000,- (tiga milyar lima ratus juta rupiah);
23. Pembelian 1 (satu) buah mobil Vellfire dibeli tahun 2016 seharga Rp
1.000.000.000 (satu milyar rupiah);
24. Pembelian 1 (satu) buah mobil Pajero tahun 2015 dibeli tahun 2015 seharga Rp
500.000.000 (lima ratus juta rupiah);
25. Pembelian 1 (satu) buah mobil Marcedes tahun 2015 dibeli tahun 2015 seharga
Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah);
26. Pembelian 1 (satu) buah mobil VW tahun 2016 dibeli pada tahun 2016 seharga
lebih kurang Rp 1.000.000.000 (Satu milyar rupiah);
27. Pembelian 1 (satu) buah mobil Avanza tahun 2015 dibeli pada tahun 2015
seharga Rp 140.000.000 (Seratus empat puluh juta rupiah);
28. Pembelian 1 (satu) buah mobil Mitsubishi tahun 2016 dibeli tahun 2016 seharga
Rp 160.000.000 (Seratus enam puluh juta rupiah);
29. Pembelian 1 (satu) buah mobil Avansa th. 2015 dibeli pada tahun 2015 seharga
Rp 140.000.000 (Seratus empat puluh juta rupiah);
30. Pembelian 1 (satu) buah mobil Xenia Th. 2015 dibeli pada tahun 2015 seharga
Rp 110.000.000 (Seratus sepuluh juta rupiah);
31. Pembelian 1 (satu) Daihatsu Grand Max Th. 2015 dibeli pada tahun 2015
seharga Rp 120.000.000 (Seratus dua puluh juta rupiah);
32. Pembelian 1 (satu) Daihatsu Luxio Th. 2016 dibeli pada tahun 2016 seharga Rp
140.000.000 (Seratus empat puluh juta rupiah);
33. Pembelian 1 (satu) buah mobil Xenia Th. 2015 dibeli pada tahun 2015 seharga
Rp 110.000.000 (Seratus sepuluh juta rupiah);
34. Pembelian 1 (satu) unit mobil Toyota Fortuner B-28-KHS Tahun 2015 seharga
Rp 350.000.000,
35. Pembelian 1 (satu) unit mobil Honda HRV B-233-STY seharga Rp
165.000.000,- (stratus enam puluh lima juta rupiah);
36. Pembelian 1 (satu) unit apartemen Puri Park View Lantai 8 Kembangan Jakarta
Barat seharga Rp 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah);
37. Pembelian beberapa tas mewah merek Gucci seharga Rp 18.000.000,- (delapan
belas juta rupiah), Furla seharga Rp 24.000.000,- (dua puluh empat juta rupiah),
Louis Vuitton seharga Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah);
38. Pembelian 2 (dua) unit rumah di Jl. RTM Cimanggis Kodya Depok dan Jl.
Kebagusan Jakarta Selatan seharga Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);
39. Pembayaran gaji Terdakwa 1 sebesar R. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) per
bulan;
40. Pembayaran gaji Terdakwa 2 sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
per bulan.
Menimbang, bahwa dari fakta-fakta hukum diatas dihubungkan dengan
pengertian unsur ke-3 yang telah diuraikan sebelumnya maka Majelis Hakim
berpendapat bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Para Terdakwa dan SITI
NURAIDA HASIBUAN alias KIKI tersebut telah menguntungkan diri mereka
secara melawan hukum yakni agar Para Terdakwa dan SITI NURAIDA
HASIBUAN alias KIKI bisa menguasai dan menggunakan uang kepunyaan para
calon jamaah dimana oleh karena uang setoran para calon jamaah tersebut malah
digunakan untuk kepentingan pribadi dari para terdakwa yang tidak ada
hubungannya dengan pemberangkatan Jemaah Umrah telah mengakibatkan banyak
para calon jamaah menjadi gagal berangkat. Apalagi dari awal Para Terdakwa
tersebut sudah tahu dengan paket umroh promo seharga Rp. 14.300.000,- (empat
belas juta tiga ratus ribu rupiah) per orang dipastikan tidak akan cukup untuk
memberangkatkan 1 (satu) orang jamaah sehingga semakin banyak jamaah yang
mendaftar paket umroh promo maka semakin banyak pula jamaah yang gagal
berangkat;255
Menimbang, bahwa dipersidangan para terdakwa mengajukan pembelaan
yang pada pokoknya menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh para terdakwa
dalam menyelenggarakan ibadah umroh dengan harga murah di bawah bendera
First Travel semata-mata untuk membantu masyarakat yang kurang mampu untuk
menjalankan ibadah umroh dan kalaupun masih ada sekitar 30 ribu jamaah umroh
paket promo yang belum berangkat bukan berarti para terdakwa telah menipu para
jamaah umroh tersebut namun yang ada hanyalah terjadi kesalahan teknis
pemberangkatan yang mengakibatkan tertundanya pemberangkatan. Apalagi Para
Jamaah juga sudah menandatangani dokumen SKUP (Syarat Ketentuan Umroh
Promo) yang memungkinkan terjadinya penundaan sampai dengan beberapa kali.
Selain itu pula pada pertemuan dengan pihak KEMENAG dan OJK, pihak First
Travel juga sudah menjanjikan akan memberangkatkan jamaah yang belum
berangkat tersebut sampai dengan November 2017 namun pihak Kemenag malah
mencabut ijin first travel dan para terdakwa juga sudah terlanjur ditangkap oleh
pihak kepolisian sehingga makin menyulitkan para terdakwa untuk
memberangkatkan sisa jamaah yang belum berangkat;256
Menimbang, bahwa adapun mengenai penentuan harga umroh promo yang
murah yakni sebesar Rp. 14.300.000,- per orang maka menurut para terdakwa hal
tersebut adalah strategi bisnis dari First Travel dan dengan harga murah tersebut
tetap akan dapat memberangkatkan jamaah umroh yang sudah mendaftar dan

255
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
256
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
menurut perkiraan Para Terdakwa, first travel akan dapat menarik keuntungannya
pada tahun 2018;257
Menimbang, bahwa terhadap pembelaan dari Para Terdakwa tersebut maka
haruslah Majelis Hakim tolak semuanya dikarenakan adanya dokumen SKUP
tersebut menurut padangan Majelis Hakim hanyalah akal-akalan dan alat pembenar
bagi Para Terdakwa untuk menunda-nunda atau mengulur-ngulur keberangkatan
para jamaah umroh sambil menunggu calon-calon jamaah umroh baru yang
mendaftar untuk keberangkatan tahun berikutnya sehingga uang yang sudah
disetorkan oleh para calon jamaah umroh baru tersebut akan digunakan untuk
membiayai kekurangan biaya calon jamaah umroh yang lama dikarenakan dari awal
Para Terdakwa sudah mengetahui dengan harga umroh promo sebesar Rp.
14.300.000,- (empat belas juta tiga ratus ribu rupiah) tersebut tidak bisa
memberangkatkan para jamaah umroh yang sudah mendaftar. Adapun mengenai
pernyataan para terdakwa yang menyatakan first travel akan dapat keuntungan pada
tahun 2018 maka menurut Majelis Hakim tidaklah logis apalagi dihubungkan
dengan fakta bahwa first travel masih mempunyai hutang pada vendor-vendor yang
jumlahnya sangat besar;258
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas unsur “dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum” telah dapat
dibuktikan secara sah menurut hukum;259
Ad.4. Unsur perbuatan Itu dilakukan Terdakwa sebagai orang yang
melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan;
Menimbang, bahwa terhadap unsur ini menurut Penuntut Umum dalam
uraian surat tuntutan halaman 639 s.d. 640 pada pokoknya berpendapat bahwa
berdasarkan fakta-fakta dipersidangan yang diperoleh dari keterangan saksi-saksi,
keterangan terdakwa dan barang bukti maka unsur ini telah terpenuhi secara sah
menurut hukum;260

257
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
258
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
259
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
260
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Menimbang, bahwa sebaliknya terhadap unsur ini Penasihat Hukum
terdakwa sebagaimana dalam nota pembelaan khususnya bagian analisa yuridis
dihalaman 97 s.d 99 pada pokoknya menyatakan tidak terpenuhi dikarenakan dalam
fakta-fakta persidangan, tidak ditemukan adanya kerjasama secara sadar atau
diinsyafi para terdakwa dan terdakwa Siti Nuraida Hasibuan tersebut, untuk
melakukan Tindak Pidana secara bersama-sama untuk melakukan tindak pidana
penipuan dan atau penggelapan serta tindak pidana pencucian uang, justru para
Terdakwa hanya menjalankan roda usaha yang membantu para warga masyarakat
yang tidak mampu untuk dapat menunaikan ibadah UMROH dengan biaya
murah;261
Menimbang, bahwa atas dua pandangan hukum yang berbeda tersebut maka
Majelis Hakim akan menetapkan pendiriannya sebagaimana terurai dibawah ini :
Menimbang, bahwa unsur ini dalam hukum pidana disebut dengan
penyertaan (Delneming) yaitu turut serta melakukan perbuatan yang dapat dihukum
yang mensyaratkan sedikitnya dua orang atau lebih secara bersamasama
mewujudkan anasir suatu tindak pidana, apakah sebagai orang yang melakukan
sendiri, menyuruh melakukan atau turut melakukan peristiwa pidana, dan semuanya
akan dipandang sebagai pelaku dari peristiwa pidana;262
Menimbang, bahwa untuk membuktikan unsur turut serta ini, Majelis Hakim
mengambil alih semua pertimbangan-pertimbangan hukum dalam unsur ke-1, ke2,
ke-3 yang telah diuraikan sebelumnya dan menurut Majelis Hakim semua
pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut di atas telah cukup untuk
membuktikan adanya suatu kerjasama antara Para Terdakwa dan SITI NURAIDA
HASIBUAN alias KIKI dalam mewujudkan tindak pidana sebagaimana yang
didakwakan oleh Penuntut Umum sehingga terwujudnya anasir tindak pidana
dalam perkara ini sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 55 ayat (1) ke 1
KUHP telah dapat dibuktikan, oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat unsur ke-
4 ini juga telah dapat dibuktikan secara sah menurut hukum;263

261
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
262
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
263
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Ad.5. Unsur beberapa perbuatan yang saling berhubungan yang harus
dipandang Sebagai perbuatan Berlanjut;
Menimbang, bahwa pada hakekatnya unsur ke-5 ini menurut Ilmu
Pengetahuan Hukum Pidana merupakan “Voorgezette Handeling” sebagaimana
diatur dalam Pasal 64 KUHP. Adapun redaksional Pasal 64 KUHP yang berbunyi
“beberapa perbuatan berlanjut” menurut Memorie van Toelichting/ MvT
mensyaratkan bahwa beberapa perbuatan tersebut harus tumbuh dari kehendak yang
terlarang, rentang waktu perbuatan tersebut tidak terlalu lama dan perbuatan itu
sama jenisnya ;264
Menimbang, bahwa dengan demikian maka yang harus di buktikan dalam
unsur ini di hubungkan dengan perkara ini adalah apakah benar perbuatan pidana
tersebut dilakukan Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI
dalam beberapa kali perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga
harus di pandang sebagai satu perbuatan berlanjut? Maka akan Majelis Hakim
menilainya sebagai berikut :265
Menimbang, bahwa dari fakta-fakta hukum yang telah terungkap
dipersidangan maka telah dapat dibuktikan bahwa paket Promo 2017 dengan harga
Rp 14.300.000,- (empat belas juta tiga ratus ribu rupiah) merupakan biaya umrah
yang disadari oleh Para Terdakwa dan Sdri. SITI NURAIDA HASIBUAN alias
KIKI akan tidak dapat memberangkatkan para calon jamaah. Namun paket tersebut
yang nyatanya merupakan tipu muslihat serta rangkaian kebohongan yang dibuat
oleh Para Terdakwa dan sdri. SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI secara
terus menerus gencar dipromosikan mulai dari Januari 2015 sampai bulan Mei 2017
baik melalui media medsos Facebook, menggunakan jasa artis-artis, membuat
jaringan agen ataupun melalui seminar-seminar keagenan, membuka kantor-kantor
cabang, serta melalui penjulalan franchise (warabala) First Travel ke beberapa
perusahaan sehingga sehingga secara terus menerus pula menarik para jamaah
maupun calon jamaah untuk berangkat umrah dengan menggunakan jasa First

264
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
265
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Travel seharga Rp 14.300.000,- yang kemudian menyetorkan uangnya ke rekening
an. PT First Anugerah Karya Wisata.266
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas
dihubungan dengan pengertian unsur ke-5 menurut MvT yang telah diuraikan
sebelumnya maka Majelis Hakim berpendapat bahwa benar perbuatan melawan
hukum yang dilakukan Para terdakwa dan Sdri. SITI NURAIDA HASIBUAN alias
KIKI dalam perkara aquo terjadi dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama dan
sejenis yakni dalam kurun waktu bulan Januari 2015 sampai Juni 2017 dimana
Para Terdakwa dan sdri. SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI
mempromosikan paket umroh promo dengan harga murah sehingga membuat calon
jamaah menjadi tertarik lalu mendaftar dengan cara menyetorkan uangnya melalui
rekening First Travel, padahal senyatanya Para Terdakwa maupun sdri KIKI
HASIBUAN alias KIKI menyadari dengan harga Rp. 14.300.000,- tidak akan bisa
memberangkatkan calon jamaah umroh yang sudah mendaftar;267
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas
maka Pengadilan berpendapat bahwa “unsur Beberapa Perbuatan yang saling
berhubungan yang harus dipandang Sebagai Perbuatan Berlanjut” telah dapat
dibuktikan secar sah menurut hukum;268
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
dakwaan kedua Penuntut Umum yakni Para Terdakwa melanggar Pasal 3 UU No. 8
tahun 2010 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, yang
mempunyai unsur-unsur hukum sebagai berikut :269
1. Setiap Orang ;
2. menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas
Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak

266
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
267
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
268
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
269
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
pidana dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta
kekayaan ;
3. Perbuatan Itu Dilakukan Terdakwa Sebagai Orang Yang Melakukan, Menyuruh
Melakukan atau Turut Melakukan ;
4. Beberapa perbuatan yang saling berhubungan yang harus dipandang Sebagai
perbuatan Berlanjut;
Ad. 1. Unsur setiap orang;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan setiap orang menurut Pasal 1
angka 9 UU Nomor 8 Tahun 2010 adalah orang perorangan atau korporasi
Menimbang bahwa, terhadap unsur “setiap orang” disini sama dengan unsur ke-1
dalam dakwaan Pertama Kesatu sebagaimana dalam pertimbangan hukum dakwaan
Pertama Kesatu yang telah Majelis Hakim uraikan sebelumnya dan unsur ini telah
terpenuhi oleh Para Terdakwa, oleh karenanya Majelis Hakim mengambil alih
semua pertimbangan hukum tersebut sebagai pertimbangan hukum terhadap unsur
ke-1 dalam dakwaan kedua ini, dengan demikian “Unsur Setiap Orang” inipun juga
menjadi terbukti sah menurut hukum;270
Ad.2. Unsur menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,
membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,
mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau
perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan ;
Menimbang, bahwa pengertian unsur “menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau
surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahui atau patut
diduga hasil dari tindak pidana” merupakan alternatif dari beberapa perbuatan
hukum sehingga apabila perbuatan terdakwa telah sesuai dengan salah satu dari
beberapa macam unsur hukum tersebut diatas maka unsur inipun dianggap telah
terpenuhi dan terbukti;271
270
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
271
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan unsur “menempatkan” adalah
perbuatan memasukan uang dari luar penyedia jasa keuangan ke dalam penyedia
jasa keuangan, seperti menabung, membuka giro atau mendepositokan sejumlah
uang. “Mentransfer” adalah perbuatan pemindahan uang dari Penyedia Jasa
Keuangan satu ke Penyedia Jasa Keuangan lain baik di dalam maupun di luar
negeri atau dari satu rekening ke rekening lainnya di kantor bank yang sama.
“Mengalihkan” adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan
posisl atau kepemilikan atas Harta Kekayaan. “Membelanjakan” adalah penyerahan
sejumiah uang atas transaksi jual beli. “Membayarkan” adalah menyerahkan
sejumlah uang dari seseorang kepada pihak lain. “Menghibahkan” adalah perbuatan
hukum untuk mengalihkan kebendaan secara hibah sebagaimana yang telah dikenal
dalam pengertian hukum secara umum. "Menitipkan” adalah menyerahkan
pengelolaan atau penguasaan atas sesuatu benda dengan janji untuk diminta
kembali atau sebagaimana diatur daiam KUH Perdata. “Membawa ke luar negeri”
adalah kegiatan pembawaan uang secara fisik melewati wilayah Pabean RI.
“Mengubah bentuk” adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan suatu benda, seperti perubahan struktur, volume, massa, unsur dan atau
pola suatu benda; “Menukarkan dengan mata uang atau surat berharga” adalah
transaksi yang menghasilkan terjadinya perubahan suatu Harta Kekayaan termasuk
uang atau surat berbarga tertentu menjadi mata uang atau surat berharga lainnya.
Kegiatan penukaran uang lazimnya dilakukan di pedagang valuta asing dan bank
sedangkan penukaran surat berharga biasa dilakukan di pasar modal dan pasar
uang. “Perbuatan lainnya” adalah perbuatan-perbuatan di luar perbuatan yang telah
diuraikan, yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan;272
Menimbang, bahwa pengertian unsur “harta kekayaan” menurut Pasal 1
angka 13 UU Nomor 8 Tahun 2010 adalah adalah semua benda bergerak atau benda
tidak bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, yang diperoleh baik
secara langsung maupun tidak langsung;273

272
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
273
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Menimbang, bahwa mengenai definisi dari “unsur harta kekayaan yang
diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana” maka Pasal 2 ayat (1)
UU Nomor 8 Tahun 2010 memberikan batasan sebagai berikut bahwa hasil tindak
pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,
penyuapan, narkotika, psikotropika, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan
migran, dibidang perbankan, dibidang pasar modal, dibidang perasuransian,
kepabean, cukai, perdagangan orang, perdagangan senjata gelap, terorisme,
penculikan, pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian,
prostitusi, dibidang perpajakan, di bidang kehutanan, dibidang lingkungan hidup,
dibidang kelautan dan perikanan atau tindak pidana lain yang diancam dengan
pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih, yangdilakukan di wilayah NKRI atau
diluar wilayah NKRI dan tindak pidana tersebut merupakan tindak pidana menurut
hukum Indonesia;274
Menimbang, bahwa mengenai unsur “dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan” tidak lain adalah tujuan yang hendak
dicapai oleh si pelaku, yakni harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana
tersebut seolah-olah merupakan harta kekayaan yang legal atau sah menurut hukum
cara perolehannya;275
Menimbang, bahwa sebagaimana telah dipertimbangkan sebelumnya bahwa
dari fakta-fakta hukum dipersidangan telah dapat dibuktikan bahwa Para Terdakwa
dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI (terdakwa dalam berkas terpisah)
melalui perusahaannya yakni PT. FIRST ANUGERAH KARYA WISATA atau
dikenal dengan sebutan FIRST TRAVEL sejak bulan Januari 2015 s.d Juni 2017
dengan tipu muslihat dan rangkaian kebohongan yakni dengan menawarkan paket
perjalanan Umroh Promo dengan harga Rp. 14.300.000,- (empat belas juta tiga
ratus ribu rupiah) per orang dengan ketentuan pemberangkatan dilakukan 1 (satu)
tahun kemudian setelah lunas padahal dari awal sudah diketahuinya bahwa harga
tersebut tidak akan cukup memberangkatkan 1 (satu) orang jamaah dikarenakan
selain uangnya untuk membayar kepentingan calon jamaah umroh juga Para
Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI harus membayar gaji
274
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
275
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
karyawan dan juga tagihan dari vendor-vendor namun dalam hal ini Para Terdakwa
dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI tetap saja gencar melakukan promosi
baik melalui media medsos Facebook, menggunakan jasa artis-artis, membuat
jaringan agen ataupun melalui seminar-seminar keagenan, membuka kantor-kantor
cabang, serta melalui penjulalan franchise (warabala) First Travel ke beberapa
perusahaan telah berhasil membuat para calon jamaah terpikat dan percaya
sehingga mau mendaftarkan diri dan menyetorkan uang seharga paket umroh yang
ditawarkan melalui rekening pada beberapa Bank yang dihimpun ke dalam
rekening induk pada bank Mandiri No. Rekening 157-000-323-99-45 atas nama
First Anugerah Karya Wisata di Bank Mandiri. Adapun jumlah calon jamaah yang
mendaftar sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2017 jumlahnya 93.295
(sembilan puluh tiga ribu dua ratus sembilan puluh lima orang) sehingga uang yang
sudah disetorkan oleh para calon jamaah tersebut jumlahnya mencapai Rp.
1.319.535.402.852,- (satu trilyun tiga ratus sembilan belas milyar lima ratus tiga
puluh lima juta empat ratus dua ribu delapan ratus lima puluh dua rupiah). Namun
dalam kenyataannya sejak tanggal 16 November 2016 sampai dengan tanggal 14
Juni 2017, jumlah Jamaah Umroh yang diberangkatkan FIRST TRAVEL hanyalah
sebanyak 29.985 (dua puluh sembilan ribu sembilan ratus delapan puluh lima)
sedangkan sisanya sebanyak 63.310 (enam puluh tiga ribu tiga ratus sepuluh) orang
yang sudah membayar lunas tersebut dengan jadwal pemberangkatan di bulan
November 2016 hingga bulan Mei 2017 oleh Para Terdakwa dan SITI NURAIDA
HASIBUAN tidak diberangkatkan dan tidak dikembalikan uangnya;276
Menimbang, bahwa telah dapat dibuktikan pula bahwa perbuatan yang
dilakukan oleh Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI
tersebut telah menguntungkan diri mereka secara melawan hukum yakni agar Para
Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI bisa menguasai dan
menggunakan uang kepunyaan para calon jamaah dimana oleh karena uang setoran
para calon jamaah tersebut malah digunakan untuk kepentingan pribadi dari para
terdakwa yang tidak ada hubungannya dengan pemberangkatan Jemaah Umrah
telah mengakibatkan banyak calon para calon jamaah menjadi gagal berangkat.

276
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Apalagi dari awal Para Terdakwa tersebut sudah tahu dengan paket umroh
promo seharga Rp. 14.300.000,- (empat belas juta tiga ratus ribu rupiah) per orang
dipastikan tidak akan cukup untuk memberangkatkan 1 (satu) orang jamaah
sehingga semakin banyak jamaah yang mendaftar paket umroh promo maka
semakin banyak pula jamaah yang gagal berangkat;277
Menimbang, bahwa Para Terdakwa dan sdri. SITI NURAIDAH
HASIBUAN Alias KIKI hanya mengelola perusahaan FIRST TRAVEL saja dan
tidak memiliki usaha lain yang keuntungannya dapat mendukung metode bisnis
penyelenggaraan ibadah umrah yang dijalankan, dan juga sebelumnya tidak
memiliki aset tidak bergerak dan atau bergerak serta tidak pernah melakukan
pinjaman uang ke Bank sebaga modal, artinya semua usaha (operasional, gaji
karyawan, interior ruangan kantor pusat dan cabang sewa kantor cabang)
sematamata hanya mengandalkan atau menggunakan uang setoran dari para calon
Jamaah Umrah yang sudah membayar.278
Menimbang, bahwa dalam menampung setoran uang para calon jamaah
umroh promo tersebut Para Terdakwa dan sdri. SITI NURAIDA HASIBUAN alias
KIKI menggunakan beberapa rekening pada Bank Mandiri atas nama First
Anugerah Karya Wisata dimana pihak yang berwenang atas rekening-rekening
tersebut sesuai dengan specimen tanda tangan adalah Terdakwa I ANDIKA
SURACHMAN. Adapun rekening-rekening yang dimaksud diantaranya adalah Rek
nomor 1570010010073, 1570020020062, 1570030030051, 1570010010065,
1570020020021, 1570010010057, 1570030030077, 1570030030085,
1570010010016, 1570010010024, 1570010010032, 1570010010081,
1570030030069, 1570020020013, 1570020020039, 1570020020047,
1570020020070, 1570010010040, 1570030030044, 1570020020096,
1570020020054, 1570003239945, 1570067676768, 157003239986 (USD) dan
untuk Nomor Rekening 157 000 323 99945 oleh Para Terdakwa dan sdri. SITI
NURAIDA HASIBUAN dijadikan sebagai rekening penampung baik dari rekening

277
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
278
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
atas nama PT First Anugerah Karya Wisata tersebut diatas maupun dari rekening
jemaah yang mendaftar;279
Menimbang, bahwa pada periode bulan Januari 2015 s/d bulan Juli 2017,
Rekening perusahaan atas nama FIRST ANUGERAH KARYA WISATA pada
Bank Mandiri dengan Nomor rekening 157 000 323 99945 (rekening
penampungan) ada dana masuk (mutasi kredit) atau menerima pentransferan uang
dari rekening : 280
 Rekening Bank Mandiri atas nama PT. FIRST ANUGERAH KARYA WISATA
Nomor rekening1570010010032 sebesar Rp 677.121.534.362, (enam ratus tujuh
puluh tujuh milyar seratus dua puluh satu juta lima ratus tiga puluh empat ribu
tiga ratus enam puluh dua rupiah) sebanyak 733 (tujuh ratus tiga puluh tiga) kali
transaksi;
 Rekening Bank Mandiri atas nama PT. FIRST ANUGERAH KARYA WISATA
Nomor rekening 1570020020039 sebesar Rp 510.178.500.000,- (lima ratus
sepuluh milyar stratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah) sebanyak
562 (lima ratus enam puluh dua) kali Transaksi;
 Rekening Bank Permata atas nama PT. FIRST ANUGERAH KARYA WISATA
Nomor rekening 00702091551 sebesar Rp 63.399.000.000,- ( enam puluh tiga
milyar tiga ratus Sembilan puluh Sembilan juta rupiah) sebanyak 57 (lima puluh
tujuh) kali Transaksi;
Menimbang, bahwa selanjutnya uang yang terkumpul di Rekening
perusahaan atas nama FIRST ANUGERAH KARYA WISATA pada Bank Mandiri
dengan Nomor rekening 1570003239 yang merupakan uang setoran dari para Calon
Jamaah Umroh selanjutnya oleh Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN sebagian
dialihkan dengan cara mentransfer ke rekening pribadi atau pun ditarik tunai yakni :
 Rekening atas nama ANDIKA SURACHMAN Nomor rekening 1570088880001
sebesar Rp 853.342.261.000.- (delapan ratus lima puluh tiga milyar tiga ratus
empat puluh dua juta dua ratus enam puluh satu ribu rupiah);

279
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
280
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
 Rekening atas nama ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN Nomor rekening
157007878888 sebesar Rp 610.000.000.- (enam ratus sepuluh juta rupiah);
 Rekening atas nama SITI NURAIDA HASIBUAN Nomor rekening
1570003376242 sebesar Rp320.908.280.- (tiga ratus dua puluh juta Sembilan
ratus delapan ribu dua ratus delapan puluh rupiah);
 Rekening atas nama ANDI WIJAYA Nomor rekening 1680000803302 sebesar
Rp 1.028.849.570,- (satu milyar dua puluh delapan juta delapan ratus empat puluh
Sembilan ribu lima ratus tujuh puluh rupiah) sebanyak 12 (dua belas) kali
transaksi, digunakan untuk pembelian kendaraan Box Isuzu, Grand Max 2016,
Isuzu Elf, Dp. Avanza, Dp Grand Max, pembayaran asuransi mobil;
 USYA SOEHARJONO Nomor rekening 9157000150609 sebesar
Rp14.713.899.977,25,- (empat belas milyar tujuh ratus tiga belas juta delapan
ratus Sembilan puluh Sembilan ribu Sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah
koma dua puluh lima sen) sebanyak 11 (sebelas) kali transaksi, yang digunakan
untuk Pembayaran Hello Indonesia, Restoran London dan kekurangan biaya
sewa.
 Tarik tunai oleh Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN sebanyak 14 (empat
belas) kali transaksi sebesar Rp. sebesar Rp 2.662.372.720,- (dua milyar enam
ratus enam puluh dua juta tiga ratus tujuh puluh dua ribu tujuh ratus dua puluh
rupiah) dan selanjutnya ditukarkan ke dalam mata uang USD.;
Menimbang, bahwa selain itu pula oleh Terdakwa 1 ANDIKA
SURACHMAN uang yang ada pada rekening pribadi atas nama ANDIKA
SURACHMAN nomor rekening 1570088880001 yang ditransfer dari rekening
penampungan atas nama FIRST ANUGERAH KARYA WISATA dengan nomor
rekening 15700032399945, yang berasal dari uang setoran para Calon Jamaah
Umroh pada periode 06 Februari 2014 s/d 25 Juli 2017 oleh Terdakwa 1 ANDIKA
SURACHMAN sebagian dialihkan lagi dengan cara ditransfer ke rekening :281
 Rekening atas nama ANDIKA SURACHMAN nomor rekening 1570003487320
sebesar Rp 85.000.000.- (delapan puluh lima juta );

281
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
 RTGS outw Iss Nbk (keluar dari rekening tabungan tanpa buku tabungan) ke
rekening atas nama ANDIKA SURACHMAN nomor rekening 71570000721630
sebesar Rp 1.000.030.000,- (satu milyar tiga puluh ribu rupiah);
 RTGS outw Iss Nbk (keluar dari rekening tabungan tanpa buku tabungan) ke
rekening atas nama ANDIKA SURACHMAN nomor rekening 715700000005501
sebesar Rp 1.585.060.000,- (satu milyar lima ratus delapan puluh lima juta enam
puluh ribu rupiah);
 Rekening atas nama ANNIESA DESVITASARI nomor rekening 1570007878888
sebesar Rp 75.703.000.000,- (tujuh puluh lima milyar tujuh ratus tiga juta rupiah);
- Rekening atas nama ANNIESA DESVITASARI nomor rekening
1570012345600 sebesar Rp 3.100.000.000,- (tiga milyar stratus juta rupiah);
 RTGS outw Iss Nbk ( transfer voluta asing ke Bank Asing) ke rekening atas nama
ANNIESA D HASIBUAN nomor rekening 71570000005301 Rp 500.030.000.-
(lima ratus juta tiga puluh ribu rupiah); - Rekening atas nama SITI NURAIDA
HASIBUAN nomor rekening 157000337642 sebesar Rp 611.000.000,- (enam
ratus sebelas juta rupiah);
 Rekening atas nama INTERCULTURE TOURIND nomor rekening
1570005245544 sebesar Rp 2.197.000.000.- (dua milyar seratus sembilan puluh
tujuh juta);
 Rekening EDI ISKANDAR nomor rekening 1340007071441 sebesar Rp
1.148.917.000.- (satu milyar stratus empat puluh delapan juta Sembilan ratus
tujuh belas ribu rupiah);
 Rekening atas nama PT. MERCINDO AUTORAMA nomor rekening
715700005828901 sebesar Rp 500.030.000.- (lima ratus juta tiga puluh ribu
rupiah);
 Rekening atas nama PT. TUNAS MOBILINDO PARAMA nomor rekening
7999102088961201 sebesar Rp 1.200.060.000,- (satu milyar dua ratus juta enam
puluh ribu rupiah) untuk pembelian mobil merk BMW atas nama SITI
NURAIDA als KIKI;
 Rekening atas nama RAHMAT SOLEH nomor rekening 9000023439913 sebesar
Rp 1.041.000.000,- (satu milyar empat puluh satu juta rupiah) untuk renovasi
rumah dan Fee;
 Rekening RADITYA ARBEN VISAR nomor rekening 1260029292926 sebesar
Rp 3.626.254.365,- (tiga milyar enam ratus dua puluh enam juta dua ratis lima
puluh empat ribu tiga ratus enam puluh lima rupiah) digunakan oleh Terdakwa 1
untuk pembelian perusahaan Interculture Tourindo yang dibuat atas nama ALI
UMASUGI serta perusahaan lainnya serta biaya oprasional RADITYA ARBEN
VISAR;
 TT Iss Ovb SA Nobook (Transfer Valuta Asing ke Bank Asing) atas nama RIKA
SURYANI SOEHARJONO nomor rekening 915700001326407 sebesar Rp
1.433.915.420,- (satu milyar empat ratus tiga puluh tiga juta sembilan ratus lima
belas ribu empat ratus dua puluh rupiah) digunakan oleh Terdakwa ANDIKA
SURACMAN untk DP.1 Resto London;
 TT Iss Ovb SA Nobook (Transfer Valuta Asing ke Bank Asing) atas nama
WORLD FASHION WEEK LTD nomor rekening 915700000277107 ke HSBC
Hongkong sebesar Rp 258.090.030.- (dua ratus lima puluh delapan juta Sembilan
puluh ribu tiga puluh rupiah).
Menimbang, bahwa pada periode 15 Mei 2016 s/d 25 April 2017 rekening
atas nama ANDIKA SURACHMAN nomor rekening 1570088880001 selain
mendapatkan transferan dana dari rekening penampungan nomor rekening
15700032399945 juga terdapat dana masuk berasal dari uang setoran Calon Jamaah
dengan Ket Kotran (Keterangan kode Transaksi dengan penjelasan) sebesar Rp
11.873.204.684 (sebelas milyar delapan ratus tujuh puluh tiga dua ratus empat ribu
enam ratus delapan puluh empat rupiah), dengan rincian asal sebagai berikut;282
 ATMB CR TRANSFER (Transfer masuk melalui ATM bersama) sebesar Rp
393.000.000,- (tiga ratus Sembilan puluh tiga juta rupiah);
 PRIMA CR TRANSFER (Transfer masuk melalui ATM Prima (BCA) ) sebesar
Rp 160.000.000.- (stratus enam puluh juta rupiah);

282
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
 RTGS INW PMT CR SA (Transfer masuk melalui sistem RTGS diatas 100 juta)
sebesar Rp 470.000.000,- (empat ratus tujuh puluh juta rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) sebesar Rp 870.000.000.- (delapan ratus tujuh puluh juta
rupiah);
 SA Cash Dep NoBook ( Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) dengan keterangan Setoran kasir sebesar Rp
1.729.600.000.- (satu milyar tujuh ratus dua puluh Sembilan juta enam ratus
rupiah);
 SA Cash Dep NoBook ( Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) dengan keterangan PT. FIRST ANUGERAH KARYA
sebesar Rp100.000.000.- (stratus juta rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) sebesar Rp 1.331.000.000.- (satu milyar tiga ratus tiga
puluh satu juta rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) sebesar Rp 399.000.000,- (tiga ratus sembilan puluh
Sembilan juta rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) dengan keterangan FORTUNER sebesar Rp 302.000.000,-
(tiga ratus dua juta rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan ) sebesar Rp 65.000.000.- (enam puluh lima juta rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) sebesar Rp 100.000.000,- (stratus juta rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) sebesar Rp 95.000.000,- (Sembilan puluh lima juta rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) sebesar Rp 98.000.000.- (Sembilan puluh delapan juta
rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) dengan keterangan Transfer dari Syamsudin sebesar Rp
95.000.000.- (Sembilan puluh lima juta rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahan bukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) sebesar Rp 1.200.000.- (satu juta dua ratus juta rupiah);
 SA Cash Dep NoBook (Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan) dengan keterangan Setoran Tunai sebesar Rp 185.000.000,-
(seratus delapan puluh lima rupiah);
 SA Cash Dep NoBook ( Pemindahbukuan sesama Bank Mandiri melalui Teller
tanpa buku tabungan ) USD 100 Good dengan keterangan sebesar Rp
63.249.600,- (enam puluh tiga juta dua ratus empat puluh Sembilan juta enam
ratus ribu rupiah);
 TT Withdraw O/B SA (Penarikan tabungan untuk penempatan deposito) rek.
1570200436518 sebesar Rp 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah);
 TT Withdraw O/B SA (Penarikan tabungan untuk penempatan deposito) nomor
rekening 15702000560978 sebesar Rp2.906.250.000.- (dua milyar Sembilan ratus
enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah);
 TT Pay OVB SA (Transfer ke luar negeri) dengan keterangan Return
TT/Beneficiary Account Close sebesar Rp2.906.250.000.- (dua milyar Sembilan
ratus enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Menimbang, bahwa kemudian pada periode 17 Maret 2015 s/d 12 Mei 2017
sebagian atau seluruh dana yang ada pada rekening atas nama ANDIKA
SURACHMAN Nomor rekening 1570088880001 yang berasal dari uang setoran
para Calon Jamaah Umroh oleh Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN telah
digunakan untuk kepentingan pribadinya antara lain yakni :283
 BDS Visa payment NoBK (Pembayaran kartu kridit melalui Teller) sebesar Rp
4.325.630.925,- (empat milyar tiga ratus dua puluh lima juta enam ratus tiga
puluh ribu Sembilan ratus dua puluh lima rupiah);

283
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
 CN Trans ovb SA NoBK (Pemindah bukuan ke Bank Mandiri melalui Teller)
sebesar Rp 3.275.771.978.- (tiga milyar dua ratus tujuh puluh lima juta tujuh ratus
tujuh puluh satu ribu Sembilan ratus tujuh puluh delapan rupiah);
 INT BK CCPYM CA/SA (Pembayaran tagihan kartu kridit melalui Internet
banking) sebesar Rp 30.000.000.- (tiga puluh juta rupiah);
 LI/AB SA CSHWDRW (Penarikan tunai) sebesar Rp 7.000.000.- (tujuh juta
rupiah);
 M/BK ATMB TRF (Transfer melalui mobile banking) sebesar Rp 953.035.300.-
(Sembilan ratus lima puluh tiga juta tiga puluh lima ribu tiga ratus rupiah);
 M-BK CC PYM CA/SA (Pembayaran kartu kridit melalui mobile Banking
sebesar Rp 10.550.000.000,- (sepuluh milyar lima ratus lima puluh rupiah);
 NIB Split Fee ATMB (Biaya penarikan ATM bersama) sebesar
Rp144.410.000.- (stratus empat puluh empat juta empat ratus sepuluh ribu
rupiah);
 SA ATM Payment DR (Pembayaran melalui ATM) sebesar Rp 350.000.- (tiga
ratus lima puluh ribu rupiah);
 SA ATM Payment DR (Pembayaran melalui ATM) sebesar Rp 300.000.000.-
(tiga ratus juta rupiah);
 SA ATM Withdrawal (Tarik tunai melalui ATM) sebesar Rp 45.750.000,- (empat
puluh lima juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah);
 SA CDM Deposit (Setoran tunai) sebesar Rp 105.750.000,- (stratus lima juta
tujuh ratus lima puluh ribu rupiah);
 SA Csh Widrawol Nobk (Tarik tunai melalui teller tanpa buku tabungan) sebesar
Rp 8.484.951.000.- (delapan milyar empat ratus delapan empat juta Sembilan
ratus lima puluh satu ribu rupiah);
 TD PK O/B SA No.Book (Penempatan deposito dari rekening tabungan) dengan
keterangan terbit deposito sebesar Rp 400.006.000,- (empat ratus juta enam ribu
rupiah);
 TD PK O/B SA No.Book (Penempatan deposito dari rekening tabungan) dengan
keterangan penempatan deposito sebesar Rp2.000.006.000,- (dua milyar enam
ribu rupiah);
 Transfer Online CS (Transfer onlene) keterangan PC sebesar Rp 10.000.000.-
(sepuluh juta rupiah);
 VECASA REISSUE (Biaya Adm) sebesar Rp 3.000.- (tiga ribu rupiah); - VE
OnUs POS SA (Pembelanjaan melalui mesin edc) sebesar Rp
398.126.370.- (tiga ratus Sembilan puluh delapan juta stratus dua puluh enam ribu
tiga ratus tujuh puluh rupiah);
 VE OnUs POS SA (Pembelanjaan melalui mesin edc) sebesar Rp 2.533.653.206,-
(dua milyar lima ratus tiga puluh tiga juta enam ratus lima puluh tiga ribu dua
ratus enam rupiah);
Menimbang, bahwa pada tanggal 27 April 2015 Terdakwa 2 ANNIESA
DESVITASARI HASIBUAN selaku Direktur PT. FIRST ANUGERAH KARYA
WISATA membuka rekening pada Bank Mandiri atas nama ANNIESA
DESVITASARI HASIBUAN Nomor rekening 1570067867888 dan yang berhak
melakukan Transaksi adalah ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN, dan
Fasilitas yang dimiliki berupa Kartu ATM nomor 4617008700062060 dan pada
periode tanggal 17 Oktober 2014 sampai dengan tanggal 22 Desember 2016
rekening tersebut menerima dana masuk dari uang setoran Calon Jamaah Umroh
yang berasal dari:284
 Rekening atas nama ANDIKA SURACHMAN nomor rekening 157008888001
sebesar Rp 74.791.500.000.- (tujuh puluh empat milyar tujuh ratus Sembilan
puluh satu juta lima ratus ribu rupiah);
 Rekening atas nama ANNIESA DESVITASARI nomor rekening 1570012345600
sebesar Rp 1.069.224.792,- (satu milyar enam puluh Sembilan juta dua ratus dua
puluh empat ribu tujuh ratus Sembilan puluh dua rupiah);
 Rekening atas nama ANNIESA HASIBUAN FAS nomor rekening
1570099997778 sebesar Rp 265.000.000,- (dua ratus enam puluh lima juta
rupiah).
Menimbang, bahwa selanjutnya dana yang berasal dari setoran Calon
Jamaah Umroh yang dimasukkan ke rekening Mandiri dengan nomor:
1570007878888 atas nama ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN, pada periode

284
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
tanggal 01 Oktober 2014 sampai dengan tanggal 12 Juni 2016, oleh Terdakwa 2
ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN ditransfer ke Rekening atas nama
ANDIKA SURACHMAN nomor rekening 1570088880001 sebesar
Rp75.200.000.000.- (tujuh puluh lima milyar dua ratus ribu rupiah);285
Menimbang, bahwa selain itu pula rekening Mandiri dengan nomor
rekening 15700678678888 atas nama ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN
yang telah menerima uang pentransferan dari rekening perusahaan atas nama
FIRST ANUGERAH KARYA maupun dari rekening atas nama ANDIKA
SURACHMAN Nomor rekening 157008888001, pada periode tanggal 01 Oktober
2014 s/d tanggal 12 Juni 2016 uang tersebut oleh Terdakwa 2 ANNIESA
DESVITASARI HASIBUAN telah dialihkan ke rekening tersebut dibawah ini yang
sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepentingan pemberangkatan Calon
Jamaah Umroh yakni antara lain sebagai berikut :286
 Rekening atas nama SITI NURAIDA Nomor rekening1570003376242 sebesar Rp
268.000.000,- (dua ratus enam puluh delapan juta rupiah) untuk keperluan KIKI.;
 Rekening atas nama ANNIESA HASIBUAN FASH nomor rekening
1570099997778 sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);
 Rekening atas nama ANDI WIJAYA nomor rek. 1680000803302 sebesar Rp
342.042.450.00,- untuk pengurusan Asuransi mobil, pajak mobil Grandmax,
Avanza, Fortuner, VW.;
 Rekening atas nama SOLIHIN (orang tua Terdakwa Andika Surachman) Nomor
rek. 9000019911875 sebesar Rp 326.000.000,- (tiga ratus dua puluh enam juta
rupiah) untuk keperluan sehari-hari dan Pajak Mesjid;
 Rerekening an RACHMAT SOLEH dengan nomor rekening 9000023439913,
sebesar Rp 115.000.000,- (seratus lima belas juta rupiah) untuk pembelian kasur
dan keperluan Kakek;
 Rerekening atas nama KET KOTRAN BANK OF AMERICA N.A sebesar 4.857
USD (empat ribu delapan ratus lima puluh tujuh dollar Amerika), untuk
pembayaran Hotel Tahun Baru melalui Bank Of America. N.A.;

285
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
286
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Menimbang, bahwa kemudian pada periode 06 Juli 2012 s/d 22 Juli 2017
Rekening Bank Mandiri Atas nama SITI NURAIDA HASIBUAN dengan nomor:
1570003376242 dimana hanya ia sendiri yang berhak melakukan transaksi telah
menerima dana masuk (Kredit) yang berasal dari uang setoran para Calon Jamaah
Umroh. dengan cara transfer dari rekening :287
 Rekening atas nama FIRST ANUGERAH KARYA WISATA DENGAN Nomor
rekening 1570003239945 sebesar Rp791.106.750,- (tujuh ratus Sembilan satu juta
stratus enam ribu tujuh ratus lima puluh rupiah);
 Rekening atas nama SITI NURAIDA HASIBUAN Nomor rekening
1570003790111 sebesar Rp 265.500.000,- (dua ratus enam puluh lima juta dua
ratus ribu rupiah);
 Rekening atas nama ANDIKA SURACHMAN Nomor rekening 1570003487320
sebesar Rp238.500.000,- (dua ratus tiga puluh delapan juta lima ratus ribu
rupiah);
 Rekening atas nama ANNIESA DESVISARI HASIBUAN Nomor rekening
1290005798117 sebesar Rp 269.490.000.- (dua ratus enam puluh Sembilan juta
empat ratus Sembilan puluh ribu rupiah);
Menimbang, bahwa rekening Bank Mandiri Atas nama SITI NURAIDA
HASIBUAN dengan nomor : 1570003376242 juga telah menerima uang dengan
keterangan Ket Kotran (Transaksi dengan penjelasan) adalah uang setoran Para
Calon Jemaah Umroh sebesar Rp 2.239.276.500,- (dua milyar dua ratus tiga puluh
Sembilan juta dua ratus tujuh puluh enam ribu lima ratus rupiah) dan selanjutnya
oleh sdri. SITI NURAIDAH alias KIKI uang yang ada dalam rekening tersebut
sebagian dialihkan dengan cara ditransfer ke rekening lain dan dibelanjakan untuk
kepentingan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan kebutuhan calon jamaah
Umroh First Travel yakni antara lain :288
 Rekening atas nama ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN Nomor rekening
1290005798117 sebesar Rp 10.000.000.- (sepuluh juta rupiah);

287
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
288
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
 Rekening atas nama MA’MUR MUROD Nomor rekening 1570002610476
sebesar Rp 46.150.000,- (empat puluh enam juta lima ratus lima puluh ribu
rupiah) untuk pembelian 2 ekor sapi.
 Rekening atas nama ZULFIKAR ARACHMAN Nomor rekening 9000020336575
sebesar Rp 40.200.000,- (empat puluh juta dua ratus ribu rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Grand Livina warna abu-abu dibeli pada Tahun
2015 dengan harga Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) atas nama SOLIHIN
dijual lewat ARIS (karyawan Butik);
 Membeli 1 (satu) buah perusahaan PT. Hijrah Bersama Taqwa dibeli pada tahun
2016 seharga Rp 1.200.000.000 (Satu milyar dua ratus juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) bidang tanah seluas Lk 100 meter berada di Lombok dibeli pada
tahun 2016 seharga Rp 100.000.000 (Seratus juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Fortuner dibeli pada tahun 2016 seharga Rp
350.000.000 (Tiga ratus lima puluh juta rupiah) atas nama SOLIHIN;
 Membeli 1 (satu) buah mobil Fortuner dibeli pada tahun 2016 seharga Rp
350.000.000 (Tiga ratus lima puluh juta rupiah) atas nama SITI NUR AIDA;
 Membeli 1 (satu) buah jam tangan merk Carl Bucheer dibeli pada tahun 2015
seharga Rp 200.000.000 (Dua ratus juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah cicin berlian dibeli pada tahun 2016 seharga Rp
150.000.000 s/d Rp 200.000.000;
 Membeli 1 (satu) buah mobil BMW Z 4 dibeli pada tahun sekira pada tahun 2016
seharga Rp 700.000.000 (Tujuh ratus juta rupiah);
 Membeli Sebidang tanah dan bangunan terletak di Jalan Venesia selatan No. 99
Sentul City RT. 001/RW. 005 Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Babakan
Madang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat seharga Rp 10.000.000.000,-;
 Membeli Sebidang tanah dan bangunan rumah (Kantor FIRST TRAVEL
Building) terletak di Jalan Radar Auri No. 1 Cimanggis Depok seharga Rp
5.000.000.000,-;
 Membeli Sebidang tanah dan bangunan di Clustur Vasa Kebagusan Jalan
Kebagusan Dalam IV No. 55 D Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu Kota
Administrasi Jakarta Selatan seharga Rp 1.500.000.000,-;
 Membeli Sebidang tanah dan bangunan di Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis
Kota Depok Provinsi Jawa barat seharga Rp 500.000.000,-; - Membayar sewa
Kantor PT. First Anugerah Karya Wisata (FIRST TRAVEL Vip Lounge) Gedung
Atrium Mulia Suite 101 Jalan HR. Rasuna Said Kav. B-10-11 Jakarta Selatan,
seharga Rp 1.300.000.000,- per 4 bulan;
 Membayar sewa Kantor PT. First Anugerah Karya Wisata di GKM Tower lantai
16 Jalan TB Simatupang Kav. 896 Jakarta Selatan sewa selama 3 tahun seharga
Rp 8.219.700.000,- sejak 24 Agustus 2016;
 Membayar Sewa Gedung Promonade No. 20 Unit F dan G Jalan Bangka Raya
Kemang Jakarta Selatan seharga Rp800.000.000,- per tahun;
 Membeli 1 (satu) buah mobil Merk Daihatsu Sirion Tahun saya lupa Dibeli pada
tahun 2012 seharga Rp 100.000.000 (Seratus juta rupiah);
 Membeli Perusahaan PT. Interculture Torindo dibeli tahun 2016 seharga Rp
1.200.000.000 (satu milyar dua ratus juta rupiah);
 Membeli Perusahaan Yamin Duta Makmur dibeli tahun 2014 seharga Rp
2.500.000.000 (Dua milyar lima ratus juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Hummer tahun 2008 dibeli tahun tahun 2015
seharga Rp 3.500.000.000 (Tiga milyar lima ratus juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Vellfire dibeli tahun 216 seharga Rp 1.000.000.000
(Satu milyar rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Pajero tahun 2015 dibeli tahun 2015 seharga Rp
500.000.000 (Lima ratus juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Marcedes tahun 2015 dibeli tahun 2015 seharga Rp
1.000.000.000 (Satu milyard rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil VW tahun 2016 dibeli pada tahun 2016 seharga Lk
Rp 1.000.000.000 (Satu milyar rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Avansa tahun 2015 dibeli pada tahun 2015 seharga
Rp 140.000.000 (Seratus empat puluh juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Mitsubishi tahun 2016 dibeli tahun 2016 seharga Rp
160.000.000 (Seratus enam puluh juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Avansa th. 2015 dibeli pada tahun 2015 seharga Rp
140.000.000 (Seratus empat puluh juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Xenia Th. 2015 dibeli pada tahun 2015 seharga Rp
110.000.000 (Seratus sepuluh juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) Daihatsu Green Max Th. 2015 dibeli pada tahun 2015 seharga
Rp 120.000.000 (Seratus dua puluh juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) Daihatsu Luxsio Th. 2016 dibeli pada tahun 2016 seharga Rp
140.000.000 (Seratus empat puluh juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) buah mobil Xenia Th. 2015 dibeli pada tahun 2015 seharga Rp
110.000.000 (Seratus sepuluh juta rupiah);
 Membeli 1 (satu) unit mobil Toyota Fortuner B-28-KHS Tahun 2015 seharga Rp
350.000.000,-;
 Membeli 1 (satu) unit mobil Honda HRV B-233-STY seharga Rp 165.000.000,
 Membeli 1 (satu) unit apartemen Puri Park View Lantai 8 Kembangan Jakarta
Barat seharga Rp 400.000.000,
 Membeli beberapa tas mewah merek Guci (Rp 18.000.000,-), Furla (Rp
24.000.000,-) Luis Vuitton (Rp 30.000.000,-);
 Membeli 2 (dua) unit rumah di Jl. RTM Cimanggis Kodya Depok dan Jl.
Kebagusan Jakarta Selatan seharga Rp 1.000.000.000,
Menimbang, bahwa akibat dari perbuatan Para Terdakwa dan sdri. SITI
NURAIDA HASIBUAN alias KIKI tersebut diatas telah mendatangkan kerugian
bagi sebanyak 63.310 (enam puluh tiga ribu tiga ratus sepuluh) orang Calon Jamaah
Umroh FIRST TRAVEL yang telah membayar biaya perjalanan Ibadah umroh
hingga bulan Juli 2017 nilainya lebih kurang sebesar Rp 905.333.000.000,-
(sembilan ratus lima milyar tiga ratus tiga puluh tiga juta rupiah) gagal berangkat
dan belum dikembalikan uang yang telah disetorkannya kepada Para Terdakwa;289
Menimbang, bahwa dari fakta-fakta hukum diatas dikaitkan dengar
pengertian-pengertian unsur ke-2 ini sebagaimana telah diuraikan sebelumnya maka
Majelis Hakim berpendapat bahwa benar Para terdakwa telah menempatkan,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan harta kekayaan berupa uang setoran
289
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
para calon jamaah umroh First Travel sebanyak Rp. 905.333.000.000,- (sembilan
ratus lima milyar tiga ratus tiga puluh tiga juta rupiah) yang perolehannya asalnya
adalah dari hasil tindak pidana penipuan yang dilakukannya bersama-sama sdri.
SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI dimana rincian penggunaan uang-uang
tersebut sebagaimana telah diuraikan diatas dan maksud dari para terdakwa dan
sdri. SITI NURAIDA HASIBUAN dengan menempatkan, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan uang sejumlah Rp. 905.333.000.000,- (sembilan
ratus lima milyar tiga ratus tiga puluh) tiga juta rupiah tidak lain semata-mata untuk
menyembunyikan ataupun menyamarkan asal usul uang tersebut seolah-olah uang-
uang tersebut adalah diperoleh Para Terdakwa dan sdri. SITI NURAIDA
HASIBUAN alias KIKI secara sah padahal senyatanya uang-uang tersebut adalah
uang setoran para calon jamaah first travel yang akan digunakan untuk
keberangkatan ibadah umroh para jamaah sendiri;290
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum
tersebut maka unsur ke-2 yakni unsur “menempatkan, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul harta kekayaan” telah dapat dibuktikan secara sah menurut hukum;291
Ad.3. Perbuatan Itu Dilakukan Terdakwa Sebagai Orang Yang Melakukan,
Menyuruh Melakukan atau Turut Melakukan
Menimbang, bahwa unsur ini dalam hukum pidana disebut dengan
penyertaan (Delneming) yaitu turut serta melakukan perbuatan yang dapat dihukum
yang mensyaratkan sedikitnya dua orang atau lebih secara bersamasama
mewujudkan anasir suatu tindak pidana, apakah sebagai orang yang melakukan
sendiri, menyuruh melakukan atau turut melakukan peristiwa pidana, dan semuanya
akan dipandang sebagai pelaku dari peristiwa pidana;292
Menimbang, bahwa untuk membuktikan unsur turut serta ini, Majelis Hakim
mengambil alih semua pertimbangan-pertimbangan hukum dalam unsur ke-1, dan
ke-2 yang telah diuraikan sebelumnya dan menurut Majelis Hakim semua

290
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
291
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
292
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut di atas telah cukup untuk
membuktikan adanya suatu kerjasama antara Para Terdakwa dan SITI NURAIDA
HASIBUAN alias KIKI dalam mewujudkan tindak pidana sebagaimana yang
didakwakan oleh Penuntut Umum sehingga terwujudnya anasir tindak pidana
dalam perkara ini sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 55 ayat (1) ke 1
KUHP telah dapat dibuktikan, oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat unsur ke-
3 ini juga telah dapat dibuktikan secara sah menurut hukum;293
Ad.4. Unsur beberapa perbuatan yang saling berhubungan yang harus
dipandang Sebagai perbuatan Berlanjut;
Menimbang, bahwa pada hakekatnya unsur ke-5 ini menurut Ilmu
Pengetahuan Hukum Pidana merupakan “Voorgezette Handeling” sebagaimana
diatur dalam Pasal 64 KUHP. Adapun redaksional Pasal 64 KUHP yang berbunyi
“beberapa perbuatan berlanjut” menurut Memorie van Toelichting/ MvT
mensyaratkan bahwa beberapa perbuatan tersebut harus tumbuh dari kehendak yang
terlarang, rentang waktu perbuatan tersebut tidak terlalu lama dan perbuatan itu
sama jenisnya ;294
Menimbang, bahwa dengan demikian maka yang harus di buktikan dalam
unsur ini di hubungkan dengan perkara ini adalah apakah benar perbuatan pidana
tersebut dilakukan Para Terdakwa dan SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI
dalam beberapa kali perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga
harus di pandang sebagai satu perbuatan berlanjut? Maka akan Majelis Hakim
menilainya sebagai berikut :295
Menimbang, bahwa dari fakta-fakta hukum yang telah terungkap
dipersidangan maka diketahui transaksi keuangan dari rekening resmi PT First
Anugerah Karya Wisata yang menampung uang para calon jamaah telah
disamarkan secara terus menerus oleh Para Terdakwa dan sdri. SITI NURAIDA
HASIBUAN alias KIKI dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Mei 2017.
dan berdasarkan keterangan saksi-saksi dari pihak Bank Mandiri yang menyatakan
bahwasanya setiap hari terjadi transaksi keuangan dari rekening PT First Anugerah

293
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
294
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
295
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Karya Wisata ke rekening an. Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN, kemudian
sering kali terjadi transaksi keuangan dari rekening PT First Anugerah Karya
Wisata ke rekening pribadi Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN yang kemudian
dialihkan kembali ke rekening-rekening lainnya termasuk ke rekening Terdakwa 2.
ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN dan rekening sdri. SITI NURAIDA
HASIBUAN alias KIKI dan juga ke rekening-rekening pihak lain yang tidak ada
hubungannya dengan kepentingan para calon jamaah umroh promo First Travel;296
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas
dihubungan dengan pengertian unsur ke-4 menurut MvT yang telah diuraikan
sebelumnya maka Majelis Hakim berpendapat bahwa benar perbuatan melawan
hukum yang dilakukan Para terdakwa dan Sdri. SITI NURAIDA HASIBUAN alias
KIKI dalam perkara aquo terjadi dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama dan
sejenis yakni dalam kurun waktu bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Mei
2017 dimana Para Terdakwa dan Sdri. SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI
telah menempatkan, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan harta kekayaan
berupa uang setoran para calon jamaah umroh First Travel sebanyak Rp.
905.333.000.000,- (sembilan ratus lima milyar tiga ratus tiga puluh tiga juta rupiah)
untuk kepentingan pribadi mereka dengan tujuan untuk menyembunyikan ataupun
menyamarkan asal usul uang tersebut seolah-olah uang-uang tersebut adalah
diperoleh Para Terdakwa dan sdri. SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI secara
sah;297
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas
maka Pengadilan berpendapat bahwa “unsur Beberapa Perbuatan yang saling
berhubungan yang harus dipandang Sebagai Perbuatan Berlanjut” telah dapat
dibuktikan secar sah menurut hukum;298
Menimbang, bahwa dengan terbuktinya seluruh unsur-unsur dakwaan
PERTAMA Kesatu dan KEDUA Penuntut Umum tersebut maka Majelis Hakim
sependapat dengan Penuntut Umum sepanjang mengenai telah terbuktinya dakwaan
Penuntut Umum menurut hukum, sehingga Para Terdakwa haruslah dinyatakan

296
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
297
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
298
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya; Menimbang, bahwa oleh karena Para Terdakwa telah
dinyatakan terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan
Penuntut Umum maka keseluruhan nota Pembelaan dari Penasihat Hukum Para
Terdakwa maupun dari Para Terdakwa pribadi yang dibacakan dipersidangan pada
tanggal 16 Mei 2017 haruslah dinyatakan ditolak;299
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 183 dan 193 KUHAP oleh karena
Majelis Hakim tidak menemukan alasan yang dapat menghapus kesalahan para
terdakwa baik alasan pemaaf maupun alasan pembenar pada diri dan perbuatan para
terdakwa maka ia harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman yang setimpal
dengan perbuatannya;300
Menimbang, bahwa Penuntut Umum dalam surat tuntutan pidananya yang
dibacakan dalam persidangan tanggal 7 Mei 2017 pada pokoknya dengan
memperhatikan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan meminta
kepada Majelis Hakim agar Para Terdakwa dijatuhi pidana selama selama 20 (dua
puluh) tahun dan denda sebesar Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah)
subsidiair 1 (satu) tahun dan 4 (empat) bulan kurungan;, sedangkan Para Terdakwa
maupun Penasihat Hukumnya dalam nota Pembelaan yang disampaikan
dipersidangan masing-masing tertanggal 16 Mei 2017 pada pokoknya meminta
keringan hukuman ;301
Menimbang, bahwa bertitik tolak dari tuntutan Penuntut Umum dan
Pembelaan terdakwa tersebut diatas maka sampailah kini kepada jenis pidana atau
berapa lama pidana (sentencing) yang kira-kira sepadan dengan tindak pidana yang
dilakukan terdakwa, dengan kata lain apakah tuntutan Penuntut Umum tersebut
dipandang cukup memadai dengan kesalahan terdakwa ataukah dipandang terlalu
berat sebagaimana pendapat Penasihat Hukum terdakwa;302
Menimbang, bahwa untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah menjadi
kewajiban Majelis Hakim untuk mempertimbangkan segala sesuatunya dari

299
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
300
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
301
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
302
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
berbagai aspek-aspek lain selain dari aspek yuridis yang telah dipertimbangkan
sebagaimana tersebut diatas, adapun aspek-aspek lain tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :303
1. Aspek psikis/kejiwaan terdakwa, dimana dalam hal Majelis Hakim melihat
bahwa yang dipikirkan dalam benak Para Terdakwa dan sdri. SITI NURAIDA
HASIBUAN alias KIKI ketika melakukan tindak pidana in casu hanyalah
semata-mata untuk memanfatkan uang-uang setoran calon jamaah umroh yang
ada dalam penguasaanya semata-mata untuk mengikuti tuntutan gaya hidupnya
yang mewah (hedonisme). Hal mana dapat Majelis Hakim nilai dari barang-
barang bukti yang diajukan dipersidangan sepert rumah di sentul city, mobil-
mobil mewah, tas-tas, jam tangan-jam tangan, kacamata-kacamata dan lain-
lainnya bahkan mereka melakukan wisata ke berbagai negara baik di Asia,
Eropa dan Amerika bersama anggota keluarganya. Mereka lupa bahwa uang-
uang yang digunakan untuk memenuhi gaya hidupnya tersebut adalah uang
milik para jamaah umroh yang susah payah dicari dan dikumpulkan semata-
mata karena ingin beribadah umroh ke tanah suci;
2. Aspek sosial-kultural, dimana Indonesia sebagai salah satu Negara mayoritas
muslim terbesar didunia sehingga secara kultural melakukan perjalanan ibadah
umroh tentunya menjadi suatu rutinitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam
setiap tahunnya namun oleh Para Terdakwa hal tersebut malah disalahgunakan
untuk menipu ribuan para calon jamaah yang mendaftar melalui promosi paket
umroh bertarif murah yang dari awal sudah diketahui oleh mereka biaya
tersebut tidak akan cukup untuk memberangkatkan. Hal ini tentunya sudah
menciderai norma-norma hidup masyarakat dikarenakan uang yang semestinya
untuk perjalanan ibadah malah terdakwa nikmati untuk kepentingan pribadinya.
Di sisi lain dengan adanya proses hukuman terhadap para terdakwa ini
diharapkan kepada masyarakat juga supaya lebih hati-hati dalam memilih biro
perjalanan umroh dan tidak gampang tergiur dengan tawaran biaya murahnya;
3. Aspek edukatif, yakni Majelis Hakim memandang bahwa baru-baru ini
bermunculan biro-biro wisata nakal yang menyelenggarakan perjalanan wisata

303
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
ibadah umroh namun tidak atau gagal memberangkatkan calon jamaahnya dan
hal tersebut mendatangkan dampak sosial yang besar dalam masyarakat oleh
karena itu Majelis Hakim berpendirian bahwa tindak pidana yang dilakukan
para terdakwa ini haruslah Majelis Hakim berikan hukuman dengan tujuan
bahwa pemidanaan ini sebagai suatu usaha represif yakni menghukum langsung
para pelaku kejahatannya yakni biro-biro wisata nakal dan sekaligus juga
bersifat preventif yakni memberi peringatan kepada biro-biro wisata lainnya
agar lebih bertanggung jawab dan hati-hati terhadap penyelenggaraan
perjalanan wisata ibadah umroh yang telah dipercayakan kepadanya sehingga
tidak terjadi lagi apa yang telah diperbuat oleh First Travel ini;
Menimbang, bahwa selain mengacu kepada ke-3 (aspek) aspek tersebut
diatas maka Majelis Hakim juga sebelum menjatuhkan pidana kepada para
terdakwa tersebut serta dengan memperhatikan ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf
f KUHAP haruslah juga dipertimbangkan berat ringannya pidana yang akan
dijatuhkan dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan yang terjadi selama
persidangan ini yakni :304
Keadaan-keadaan yang memberatkan :
 Perbuatan Para Terdakwa menimbulkan keresahan dan dampak sosial yang besar
bagi masyarakat :
 Perbuatan Para Terdakwa menimbulkan kerugian material dan penderitaan yang
mendalam bagi para korban;
 Para Terdakwa sudah menikmati hasil kejahatannya;
 Para Terdakwa belum mengembalikan uang-uang milik jamaah umroh yang tidak
diberangkatkan;
Keadaan-keadaan yang meringankan
 Untuk Terdakwa I tidak ada;
 Terdakwa II masih mempunyai anak bayi;
Menimbang, bahwa adapun mengenai pidana kurungan pengganti denda
yang dituntut Penuntut Umum selama 1 (satu) tahun dan 4 (empat) bulan
kurungan, Majelis Hakim tidak sependapat dengan tuntutan tersebut dengan
304
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
berdasar pada ketentuan Pasal 30 ayat (5) KUHP yang menyatakan jika ada
pemberatan pidana disebabkan karena perbarengan atau pengulangan atau karena
ketentuan Pasal 52 maka pidana kurungan pengganti paling lama 8 bulan;305
Menimbang, bahwa dengan mengacu pada aspek yuridis, aspek
psikoligis/kejiwaan, aspek sosial lingkungan dan aspek edukatif serta dengan
memperhatikan keadaan-keadaan memberatkan maupun yang meringankan
sebagaimana telah Majelis Hakim uraikan diatas maka kiranya hukuman yang
dijatuhkan kepada Terdakwa sebagaimana amar putusan dibawah ini telah
mencerminkan rasa keadilan, kemanfaatan, kepastian hukum serta setimpal dengan
kesalahan yang dilakukan oleh Para Terdakwa, hal ini sekaligus juga menjawab
surat tuntutan Penuntut Umum maupun nota pembelaan dari Penasihat Hukum
terdakwa yang telah dibacakan masing-masing dipersidangan;306
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (4) KUHAP oleh
karena para terdakwa telah menjalani masa penahanan di Rumah Tahanan Negara,
maka pidana yang dijatuhkan haruslah dikurangkan seluruhnya dari masa
penangkapan dan masa penahanan yang telah dijalani oleh para terdakwa tersebut;
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan Pasal 21 KUHAP oleh karena
Majelis Hakim tidak menemukan adanya alasan untuk mengalihkan menangguhkan
dan menghentikan penahanan terhadap para terdakwa maka beralasan untuk
menyatakan para terdakwa tetap ditahan;307
Menimbang, bahwa mengenai status barang bukti dalam perkara ini yang
telah diajukan oleh Penuntut Umum dipersidangan Majelis Hakim
mempertimbangkannya sebagai berikut;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti point 1 s/d 529, Penuntut Umum
meminta supaya barang bukti tersebut dikembalikan kepada para calon jamaah PT
First Anugerah Karya Wisata (First Travel) melalui Pengurus Pengelola Asset
Korban First Travel berdasarkan Akta Pendirian Nomor 1 tanggal 16 April 2018

305
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
306
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
307
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
yang dibuat dihadapan Notaris Mafruchah Mustikawati, SH, M.Kn, untuk
dibagikan secara proporsional dan merata;308
Menimbang, bahwa di persidangan Pengurus Pengelola Asset Korban First
Travel menyampaikan surat dan pernyataan penolakan menerima pengembalian
barang bukti tersebut ;309
Menimbang, bahwa barang-barang bukti dalam point 1 s/d 529 tersebut
terdiri dari benda-benda yang mempunyai nilai ekonomis dan juga beberapa
dokumen-dokumen asli maupun fotocopy;310
Menimbang, bahwa diperolah fakta dipersidangan bahwa barang-barang
bukti yang mempunyai nilai ekonomis tersebut merupakan hasil kejahatan yang
dilakukan oleh para terdakwa dan disita dari Para Terdakwa, oleh karenanya
Majelis Hakim mendasarkan pada ketentuan Pasal 39 KUHP jo Pasal 46 jo Pasal
194 KUHAP, menetapkan barang bukti yang bernilai ekonomis dirampas untuk
Negara;311
Menimbang, bahwa adapun mengenai barang bukti selainnya berupa
dokumen-dokumen asli, dikembalikan kepada orang darimana barang bukti tersebut
disita, sedangkan dokumen yang berupa fotocopy, ditetapkan tetap terlampir
dalam berkas perkara;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti point 530 s/d 543 oleh karena
sifatnya berbahaya dan punyai nilai ekonomis maka ditetapkan dirampas untuk
Negara;312
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti point 544 s/d 546 oleh karena
barang bukti tersebut bukan milik Para Terdakwa dan tidak ada kaitannya dengan
perkara ini maka dikembalikan kepada dari siapa barang tersebut disita;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti point 547 s/d 728 dan point 738
s/d 751 sesuai Pasal 46 KUHAP dikembalikan kepada orang darimana barang bukti
tersebut disita;

308
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
309
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
310
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
311
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
312
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti point 752 s/d 812 oleh karena
dokumen yang tidak mempunyai nilai ekonomis dan sebagian berupa fotocopy
maka ditetapkan tetap terlampir dalam berkas perkara;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti pada point 729 s/d 737 maka oleh
karena barang bukti tersebut disita dari saksi Umar Abd Aziz dan berdasarkan
keterangan saksi Umar Abd Aziz dihubungkan dengan keterangan Para Terdakwa
adalah sebagai pembayaran hutang First Travel atas pembelian tiket-tiket para calon
jamaah kepada saksi Umar Abd Aziz selaku Vendor Ticketing Pesawat maka
terhadap status barang bukti pada point 729 s/d 737 tersebut Majelis Hakim
sependapat tuntutan Penuntut umum untuk dikembalikan kepada saksi Umar Abd
Aziz; 313
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti point 813 s/d 820 oleh karena
masih dipergunakan dalam perkara lain atas nama terdakwa Siti Nuraida Hasibuan
alias Kiki maka ditetapkan dikembalikan pada Penuntut Umum untuk digunakan
dalam perkara atas nama terdakwa Siti Nuraida Hasibuan alias Kiki
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 222 KUHAP oleh karena
para terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana seperti tersebut diatas, maka para terdakwa haruslah dibebani untuk
membayar biaya perkara ini yang besarnya akan disebutkan dalam amar putusan
ini;
Mengingat ketentuan Pasal 378 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP jo
Pasal 64 ayat (1) KUHP, Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010 jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1
KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, UU No. 8 Tahun 1981 serta peraturan hukum
lain yang bersangkutan ;314
M E N G A D I L I
1. Menyatakan Terdakwa 1. ANDIKA SURACHMAN dan Terdakwa 2.
ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “BERSAMA-SAMA
MELAKUKAN PENIPUAN DAN PENCUCIAN UANG SEBAGAI
PERBUATAN BERLANJUT”
313
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
314
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa 1. ANDIKA SURACHMAN dengan
pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun .dan kepada Terdakwa 2.
ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN dengan pidana penjara selama 18
(delapan belas) tahun dan pidana denda kepada masing-masing terdakwa
sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah), dengan ketentuan apabila
denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan masing-
masing selama 8 (delapan) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan masa penahanan yang telah dijalani Para
Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
4. Menetapkan Para Terdakwa tetap berada dalam tahanan;315
Dalam putusan tambahannya diketahui barang bukti Nomor urut
147 sampai dengan 233 dirampas untuk negara, serta beberapa barang
bukti lainnya ikut disita, berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Depok.

B. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 195/PID/2018/PT. BDG


Menimbang, bahwa berdasarkan surat tuntutan pidana (Requisitoir) Penuntut
Umum No.Reg.Perk :PDM-226/Depok/12/2017 tertanggal 7 Mei 2018 yang pada
pokoknya:316
1. Menyatakan Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN dan Terdakwa 2 ANNIESA
DESVITASARI HASIBUAN telah melakukan tindak pidana “Penipuan secara
bersama-sama dengan berlanjut” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
dakwaan Pertama Kesatu Pasal 378 KUHP jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP jo pasal
64 ayat (1) KUHP dan Telah melakukan tindak pidana “menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau
surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana Penipuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta
Kekayaan dilakukan bersama-sama dengan berlanjut”, dalam dakwaan Kedua

315
https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA
Putusan Pengadilan Tinggi Bandung. Nomor 195/PID/2018/PT. BDG Di Akses Dari
316

https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA. Pada Tanggal 02-April-2020.


melanggar pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo
pasal 64 ayat (1) KUHP.
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa 1 ANDIKA SURACHMAN dan Terdakwa
2 ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN dengan pidana penjara masing-masing
selama 20 (dua puluh) tahun dikurangi selama Para Terdakwa berada dalam tahanan
dengan perintah Para Terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar
Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) subsidiair 1 (satu) tahun dan 4 (empat)
bulan kurungan;
3. Menetapkan barang bukti berupa: 1. 2 (dua) unit AC 1 PK merk Panasonic; 2. 2
(dua) buah kursi Sofa Raja bludru warna hitam; 3. 1 (satu) buah lampu kristal
gantung; 4. 1 (satu) buah hordeng panjang fitrase warna merah maron; 5. 1 (satu) set
Buffet dan Kaca cermin; 6. 1 (satu) buah kaca cermin; 7. 1 (satu) set meja kerja dan
kursi kulit warna emas; 8. 1 (satu) buah lemari bufet kaca warna emas; 9. 2 (dua)
buah kursi tamu bahan kulit warna emas; 10. 1 (satu) set sofa bed bludru warna
hitam; 11. 2 (dua) buah hordeng fitrase warna hitam kombinasi emas. 12. 2 (dua)
buah lampu hias kristal berdiri. 13. 1 (satu) unit AC 1 PK merk Panasonic. 14. 1
(satu) set sofa dan meja warna keemasan; 15. 1 (satu) buah lampu gantung kristal;
16. 2 (dua) buah lampu duduk kristal; 17. 1 (satu) set meja beserta kaca cermin; 18.
3 (tiga) buah hordeng fitrase warna Coklat Keemasan; 19. 2 (dua) buah rak sepatu
warna Kuning Emas; 20. 1 (satu) buah Figura kaligrafi Arab; 21. 1 buah guci; 22. 1
(satu) Set Sofa warna Coklat beserta meja; 23. 1 (satu) buah Jam berdiri Merk
Junghang; 24. 2 (dua) buah sofa raja warna Coklat; 25. 2 (dua) buah meja laci warna
emas; 26. 1 (satu) unit AC 1 PK merk Panasonic; 27. 6 (enam) set Hordeng fitrase
warna Coklat; 28. 2 (dua) buah meja warna emas; 29. 1 (satu) unit meja TV dinding
warna emas; 30. 2 (dua) unit Kulkas Merk LG dan Samsung; 31. 1 (satu) buah
Dispencer; 32. 1 (satu) set Kitchen set; 33. 2 (dua) buah Lampu Kristal; 34. 1 (satu)
unit Oven (Pemanggang Roti) merk Sharp; 35. 1 (satu) unit Freeser daging (Kulkas);
36. 1 (satu) set Mini Bar, 3 kursi, dan 2 buah tempat lilin warna emas; 37. 1 (satu)
set Meja Makan dan 8 kursi; 38. 1 (satu) set lemari kaca tempat gelas dan piring; 39.
3 (tiga) set hordeng warna Cokelat; 40. 1 (satu) unit AC 1 PK Merk Panasonic; 41. 1
(satu) unit AC 1 PK Merk Panasonic; 42. 1 (satu) buah lemari kaca warna emas 43. 1
(satu) buah cermin besar warna emas; 44. 2 (dua) buah kaligrafi dinding; 45. 1 (satu)
buah jam dinding digital waktu solat; 46. 1 (satu) buah lampu kristal gantung; 47. 1
(satu) set Alat Fitnes; 48. 1 (satu) unit AC 1 PK Merk Panasonic; 49. 4 (empat) buah
Barbel; 50. 1 (satu) buah Tread Meel; 51. 1 (satu) set hordeng fitrase warna Coklat;
52. 1 (satu) set ranjang tempat tidur; 53. 1 (satu) buah lemari kaca rias; 54. 1 (satu)
set lemari baju; 55. 1 (satu) unit AC 1 PK Merk Panasonic; 56. 2 (dua) set hordeng
fitrase warna hitam; 57. 3 (tiga) set lemari baju; 58. 1 (satu) set meja kaca rias; 59. 2
(dua) set hordeng fitrase warna hitam; 60. 1 (satu) unit AC 1 PK Merk Panasonic;
61. 1 (satu) Ranjang tempat tidur; 62. 1 (satu) buah lampu kristas gantung; 63. 1
(satu) set ranjang tempat tidur; 64. 1 (satu) unit TV Merk Samsung; 65. 2 (dua) buah
lemari pakaian; 66. 1 (satu) buah brankas merk ICIBAN; 67. 2 (dua) unit AC 1 PK
Merk Panasonic; 68. 2 (dua) set hordeng fitrase warna Merah; 69. 2 (dua) buah sofa
bed warna Coklat; 70. 2 (dua) buah lampu kristal; 71. 1 (satu) set meja kaca rias; 72.
1 (satu) buah meja TV; 73. 1 (satu) set meja kaca rias di dalam kamar mandi; 74. 1
(satu) buah ranjang tempat tidur; 75. 1 (satu) buah lemari baju; 76. 1 (satu) set meja
belajar; 77. 1 (satu) set meja kaca rias; 78. 1 (satu) buah lampu kristal; 79. 1 (satu)
unit AC 1 PK Merk Panasonic; 80. 2 (dua) set hordeng fitrase warna Merah; 81. 1
(satu) buah ranjang tempat tidur; 82. 1 (satu) buah lemari baju; 83. 1 (satu) set meja
kaca rias; 84. 1 (satu) buah meja TV; 85. 1 (satu) unit home theatre warna hitam
merk Samsun; 86. 2 (dua) buah hordeng fitrase; 87. 1 (satu) buah AC 1 PK merk
Panasonic; 88. 1 (satu) set penyejuk udara; 89. 1 (satu) set meja dan kursi warna
emas; 90. 1 (satu) unit home theatre warna hitam merk Samsung; 91. 1 (satu) buah
meja warna kuning emas; 92. 1 (satu) lemari mainan; 93. 1 (satu) set hordeng fitrase
warna kombinasi; 94. 3 (tiga) buah lampu gantung; 95. 2 (dua) buah ranjang tempat
tidur; 96. 2 (dua) set lemari baju; 97. 2 (dua) buah Meja belajar; 98. 4 (empat) set
hordeng fitrase warna Biru; 99. 2 (dua) unit AC 1 PK Merk Panasonic; 100.1 (satu)
unit Genset Merk Aksa; 101.1 (satu) buah kunci mobil Daihatsu SIRION; 102.1
(satu) MOBIL DAIHATSU Type: SIRION, atas nama pemilik: ANDIKA. S, No.
Pol: B 288 UAN, Tahun 2014, dengan No. Rangka: PM2M602S2B200750, Warna
Putih; Dirampas untuk Negara,317 dan barang bukti lainnya disita.318
Menimbang, bahwa terhadap putusan tersebut diatas, Penasihat Hukum Para
Terdakwa dan Penuntut Umum mengajukan permintaan banding dihadapan Panitera
Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 05 Juni 2018 sebagaimana Akta Permintaan
banding, No.14/Akta Pid./2018/PN.Dpk, dan permintaan banding tersebut telah
diberitahukan kepada Penasihat Hukum Terdakwa dan Penuntut Umum pada tanggal
05 dan 06 Juni 2018, dengan seksama;319
Menimbang, bahwa Penuntut Umum telah menyerahkan Memori Banding,
yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 27 Juli 2018,
dan telah diberitahukan kepada Penasihat Hukum Para Terdakwa dengan menyerahkan
1 (satu) copy salinan memori banding tersebut pada tanggal 31 Juli 2018,dengan
seksama;320
Menimbang, bahwa atas penyerahan memori banding tersebut, Penasihat
Hukum Para Terdakwa tidak mengajukan kontra memori banding;
Menimbang, bahwa kepada Penuntut Umum dan Para Terdakwa telah
diberitahukan dengan cara seksama dan patut untuk mempelajari berkas perkara yang
dimintakan banding di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 05 Juni
2018 dalam tenggang waktu selama 7 (tujuh) hari kerja sebelum berkas perkara
tersebut dikirim ke Pengadilan Tinggi Bandung;321
Menimbang, bahwa permintaan banding dari Penuntut Umum dan Penasihat
Hukum Terdakwa tersebut telah diajukan masih dalam tenggang waktu dan menurut
cara serta syarat- syarat yang ditentukan Undang-undang, oleh karenanya permintaan
banding tersebut secara formal dapat diterima;322
Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan memori banding yang pada
pokoknya memuat sebagai berikut:323
317
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA
318
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA
319
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA

320
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA
321
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA
322
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA
323
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA
 Penuntut Umum tidak sependapat dengan Majelis hakim dalam memeriksa dan
memutus perkara Terdakwa tersebut menjatuhkan putusan terhadap Terdakwa 2
Anniesa Desvitasari Hasibuan lebih ringan dari tuntutan Penuntut Umum dan
tidak sepadan atas kejahatan yang dilakukan oleh Terdakwa 2 Anniesa Desvitasari
Hasibuan;
 Penuntut Umum tidak sependapat dengan Majelis Hakim tingkat pertama
mengenai penjatuhan pidana kurungan pengganti denda masing-masing Rp
10.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) selama 8 bulan adapun mengenai pidana
kurungan pengganti denda yang dituntut Penuntut Umum selama 1 (satu) tahun
dan 4 (empat) bulan kurungan.,
 Penuntut Umum tidak sependapat dengan putusan lengkap perkara pidana a quo
sepanjang mengenai status hukum barang bukti nomor 1 sampai dengan nomor
529, berbeda dengan yang diucapkan Majelis Hakim tingkat pertama dalam
sidang yang terbuka untuk umum dengan acara pembacaan putusan (sesuai
dengan rekaman pembacaan putusan tanggal 30 Mei 2018). Dalam sidang
pembacaan putusan, Majelis Hakim menetapkan barang bukti nomor 1 sampai
dengan nomor 529 dirampas untuk negara, sedangkan dalam putusan lengkap
perkara pidana a quo yang diterima oleh Penuntut Umum, barang bukti nomor 1
sampai dengan nomor 529 ditetapkan status hukumnya terbagi menjadi beberapa
status hukum yakni dirampas untuk negara, tetap terlampir dalam berkas perkara,
dikembalikan kepada barang tersebut disita tanpa menyebut nama dan
dikembalikan kepada orang dengan menyebut namanya. Sehingga terjadi
perbedaan atau dualisme putusan dalam perkara pidana a quo yang saling
bertentangan;
 Hakakitnya KUHAP mengedepankan barang sitaan diserahkan kepada pihak yang
paling berhak menerima kembali yang namanya tercantum dalam putusan tersebut
kecuali jika menurut ketentuan Undang-undang barang bukti itu harus dirampas
untuk kepentingan negara atau dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapat
dipergunakan lagi;
Menimbang, bahwa mengenai memori banding dari Jaksa Penunut Umum
tentang barang bukti, Majelis Hakim tingkat banding berpendapat bahwa Majelis
Hakim tingkat pertama telah tepat dan benar mempertimbangkan barang bukti
tersebut sesuai dengan pasal 39 Jo pasal 46 KUHAP, sehingga dengan demikian
memori banding tentang barang bukti tersebut tidak relevan lagi untuk
dipertimbangkan;324
Menimbang, bahwa mengenai penghukuman Majelis Hakim tingkat banding
sependapat dengan Majelis Hakim tingkat pertama sudah tepat dan benar sesuai
dengan ketentuan hukum, oleh karena itu pertimbangan hukum Majelis Hakim
tingkat pertama diambil alih sebagai pertimbangan tingkat banding, sedangkan
mengenai dualisme putusan, Majelis Hakim tingkat banding tidak sependapat dengan
alasan memori banding Jaksa Penuntut Umum, oleh karena dalam Berita Acara
Persidangan telah sesuai dengan putusan tersebut;325
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi meneliti dan
mempelajari dengan seksama berkas perkara termasuk didalamnya Berita Acara
Sidang serta salinan resmi Putusan Pengadilan Negeri Depok No. 83/ Pid.B/ 2018/
PN.Dpk, tanggal 30 Mei 2018, Memori banding dari Penuntut Umum yang tidak
mengajukan hal-hal baru yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi sependapat dengan pertimbangan hukum Hakim tingkat pertama
dalam putusannya bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “BERSAMA-SAMA MELAKUKAN PENIPUAN
DAN PENCUCIAN UANG SEBAGAI PERBUATAN BERLANJUT”, dimana
Hakim Pengadilan tingkat pertama dalam pertimbangannya telah menguraikan unsur-
unsur dari pasal yang didakwakan tersebut dengan tepat dan benar yang dapat
disetujui oleh Pengadilan Tinggi, dan pertimbanganpertimbangan Hakim tingkat
pertama tersebut diambil alih dan dijadikan pertimbangan-pertimbangan Pengadilan
Tinggi sendiri dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini di tingkat
banding;326

324
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA
325
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA
326
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka
putusan Pengadilan Negeri Depok No. 83/ Pid.B/ 2018/ PN.Dpk, tanggal 30 Mei
2018, dapat dipertahankan dan dikuatkan;
Menimbang, bahwa karena Para Terdakwa berada dalam tahanan dan tidak
ada alasan untuk mengeluarkan maka Para Terdakwa harus tetap berada dalam
tahanan;
Menimbang, bahwa Para Terdakwa tetap dinyatakan bersalah dan dijatuhi
pidana maka kepadanya dibebani untuk membayar biaya perkara dalam kedua
tingkat pengadilan;
Memperhatikan ketentuan Pasal 378 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHPidana, Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, Pasal 3 Undang-undang No. 8 Tahun 2010
jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, Undang-undang No 8
tahun 1981, serta peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan perkara ini;327

MENGADI LI
 Menerima permintaan banding dari Jaksa Penuntut Umum dan Para Terdakwa
tersebut;
 Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Depok No. 83/ Pid.B/ 2018/ PN.Dpk,
tanggal 30 Mei 2018,yang dimintakan banding tersebut;
 Menetapkan lamanya Para Terdakwa berada dalam tahanan dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
 Memerintahkan Para Terdakwa tetap berada dalam tahanan; - Membebankan
kepada Para Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat
pengadilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp.2.500,-(dua ribu lima ratus
rupiah);
Demikianlah diputus dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Bandung pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2018 oleh Kami H.
ARIF SUPRATMAN, SH.M.H. Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Bandung selaku
Hakim Ketua Majelis, dengan H. ADE KOMARUDIN, SH. M.Hum. dan ABDUL
FATTAH, SH.M.H. yang masing-masing selaku Hakim Anggota, berdasarkan

327
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA
penetapan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Bandung tanggal 13 Juli 2018 No.
195/Pen/Pid/2018/PT. BDG, ditunjuk untuk memeriksa, mengadili serta memutus
perkara ini dalam tingkat banding, dan putusan tersebut pada hari Rabu tanggal 15
Agustus 2018 diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum, oleh Ketua
Majelis dengan dihadiri Hakim-hakimAnggota serta dibantu oleh KAIRUL FASJA,
SH sebagai Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi tersebut akan tetapi tanpa
dihadiri oleh Jaksa Penuntut Umum ataupun Terdakwa ;328

C. Putusan Hahkamah Agung Nomor 3096 K/Pid.Sus/2018


1. Menyatakan Terdakwa I. Andika Surachman dan Terdakwa II. Anniesa Desvitasari
Hasibuan telah melakukan tindak pidana “Penipuan secara bersama-sama dengan
berlanjut” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan Pertama Kesatu
Pasal 378 KUHP juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP juncto Pasal 64 Ayat (1)
KUHP dan telah melakukan tindak pidana “menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau
surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana penipuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 Ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta
Kekayaan dilakukan bersama-sama dengan berlanjut”, dalam dakwaan Kedua
melanggar pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP
juncto Pasal 64 Ayat (1) KUHP;329
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa I. Andika Surachman dan Terdakwa II.
Anniesa Desvitasari Hasibuan dengan pidana penjara masing-masing selama 20 (dua
puluh) tahun dikurangi selama para Terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah

328
https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA

329
Putusan Hahkamah Agung N 3096 K/Pid.Sus/2018. Di Akses Dari. https://s.docworkspace.com/d/AOd5H9-
LkdszwtGW0PSmFA . Pada Tanggal 02- April-2020
para Terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) subsidiair 1 (satu) tahun dan 4 (empat) bulan kurungan.330
Membaca Akta Permohonan Kasasi Nomor 16/Akta. Pid/2018/PN
Dpk yang dibuat oleh Panitera Muda Pidana pada Pengadilan Negeri Depok,
yang menerangkan bahwa pada tanggal 12 September 2018, Penuntut Umum
pada Kejaksaan Negeri Depok mengajukan permohonan kasasi terhadap
putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung tersebut; Membaca Akta
Permohonan Kasasi Nomor 16/Akta.Pid/2018/PN Dpk yang dibuat oleh
Panitera Muda Pidana pada Pengadilan Negeri Depok, yang menerangkan
bahwa pada tanggal 19 September 2018, Penasihat Huku para Terdakwa
mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat
di Bandung tersebut; Membaca Memori Kasasi tanggal 26 September 2018
dari Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Depok sebagai Pemohon Kasasi
I yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 26
September 2018; Membaca Memori Kasasi tanggal 24 September 2018 dari
Penasihat Hukum para Terdakwa berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal
15 September 2018 sebagai Pemohon Kasasi II yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 24 September 2018;
Membaca pula surat-surat lain yang bersangkutan; Menimbang bahwa putusan
Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung tersebut telah diberitahukan kepada
Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Depok pada tanggal 30 Agustus 2018
dan Penuntut Umum tersebut mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 12
September 2018 serta memori kasasinya telah diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 26 September 2018.331 Dengan demikian
permohonan kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-undang, oleh karena itu
permohonan kasasi Penuntut Umum tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang bahwa putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung tersebut
telah diberitahukan kepada para Terdakwa pada tanggal 6 September 2018 dan
para Terdakwa tersebut mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 19
330
https://s.docworkspace.com/d/AOd5H9-LkdszwtGW0PSmFA
331
https://s.docworkspace.com/d/AOd5H9-LkdszwtGW0PSmFA
September 2018 serta memori kasasinya telah diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 24 September 2018.332 Dengan demikian
permohonan kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-undang, oleh karena itu
permohonan kasasi para Terdakwa tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang bahwa alasan kasasi yang diajukan Pemohon Kasasi I/Penuntut
Umum dalam memori kasasi selengkapnya termuat dalam berkas perkara;
Menimbang bahwa alasan kasasi yang diajukan Pemohon Kasasi II/ para
Terdakwa dalam memori kasasi selengkapnya termuat dalam berkas perkara;
Menimbang bahwa terhadap alasan kasasi yang diajukan Pemohon Kasasi
I/Penuntut Umum dan Pemohon Kasasi II/para Terdakwa tersebut, Mahkamah
Agung berpendapat : Terhadap alasan kasasi Pemohon Kasasi I/Penuntut
Umum : - Bahwa alasan kasasi Penuntut Umum tidak dapat dibenarkan karena
Judex Facti tidak salah dalam menerapkan hukum, Judex Facti juga telah
melaksanakan peradilan menurut cara yang ditentukan undang-undang dan
Judex Facti tidak melampaui batas kewenangannya; - Bahwa Judex Facti telah
mempertimbangkan dengan benar fakta hukum yang relevan secara yuridis
dengan tepat dan benar sesuai fakta hukum yang terungkap di muka sidang
sehingga perbuatan materiil para Terdakwa telah memenuhi semua unsur
tindak pidana melanggar Pasal 378 KUHP juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1
KUHP juncto Pasal 64 Ayat (1) KUHP pada Dakwaan Kesatu dan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP
juncto Pasal 64 Ayat (1) KUHP pada Dakwaan Kedua; - Bahwa demikian
pula putusan Judex Facti menjatuhkan pidana kepada Terdakwa I dengan
pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun dan kepada Terdakwa II dengan
pidana penjara selama 18 (delapan belas) tahun dan denda masing-masing
sebesar Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), apabila denda tidak
dibayar diganti dengan pidana kurungan masing-masing selama 8 (delapan)
bulan telah mempertimbangkan dengan cukup semua keadaan yang melingkupi
perbuatan Terdakwa, baik keadaan yang memberatkan maupun keadaaan yang

332
https://s.docworkspace.com/d/AOd5H9-LkdszwtGW0PSmFA
meringankan dan sifat perbuatan yang dilakukan Terdakwa; - Bahwa
terhadap barang bukti Nomor urut 1 sampai dengan Nomor urut 529,
Pemohon Kasasi I/Penuntut Umum sebagaimana memori kasasinya memohon
agar barang-barang bukti tersebut dikembalikan kepada para calon jamaah PT
First Anugerah Karya Wisata melalui Pengurus Pengelola Asset Korban First
Travel berdasarkan Akta Pendirian Nomor 1, tanggal 16 April 2018 yang
dibuat dihadapan Notaris Mafruchah Mustikawati, SH, M.Kn, untuk dibagikan
secara proporsional dan merata akan tetapi sebagaimana fakta hukum di
persidangan ternyata Pengurus Pengelola Asset Korban First Travel
menyampaikan surat dan pernyataan penolakan menerima pengembalian
barang bukti tersebut; - Bahwa sebagaimana fakta dipersidangan barang-
barang bukti tersebut merupakan hasil kejahatan yang dilakukan oleh para
Terdakwa dan disita dari para Terdakwa yang telah terbukti selain melakukan
tindak pidana “Penipuan” juga terbukti melakukan tindak pidana
“Pencucian Uang” oleh karenanya berdasarkan ketentuan Pasal 39 KUHP
juncto Pasal 46 KUHAP barang-barang bukti tersebut dirampas untuk Negara; -
Bahwa lagi pula alasan kasasi Pemohon Kasasi I/Penuntut Umum selebihnya
hanya merupakan penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang
suatu kenyataan.333 Alasan semacam itu tidak dapat dipertimbangkan dalam
pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya
berkenaan dengan tidak diterapkannya suatu peraturan hukum, atau peraturan
hukum diterapkan tidak sebagaimana mestinya, atau apakah cara mengadili tidak
dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, dan apakah Pengadilan telah
melampaui batas wewenangnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253 Ayat
(1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981; Terhadap alasan kasasi Pemohon
Kasasi II/para Terdakwa : - Bahwa alasan kasasi para Terdakwa tidak dapat
dibenarkan karena Judex Facti tidak salah dalam menerapkan hukum, Judex
Facti juga telah melaksanakan peradilan menurut cara yang ditentukan undang-
undang dan Judex Facti tidak melampaui batas kewenangannya; - Bahwa alasan
kasasi para Terdakwa tidak dapat dibenarkan karena perkara in casu bukanlah

333
https://s.docworkspace.com/d/AOd5H9-LkdszwtGW0PSmFA
perkara perdata semata akan tetapi sebagaimana fakta hukum yang terungkap di
persidangan perkara a quo jelas merupakan perkara tindak pidana; - Bahwa
dengan demikian Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung
yang menguatkan Putusan Judex Facti Pengadilan Negeri Depok sudah tepat dan
benar dalam pertimbangan dan putusannya; Menimbang bahwa berdasarkan
pertimbangan tersebut, putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan
kasasi dari Pemohon Kasasi I/Penuntut Umum dan Pemohon Kasasi II/ para
Terdakwa tersebut dinyatakan ditolak;334
Menimbang bahwa karena Pemohon Kasasi II/para Terdakwa dipidana,
maka masing-masing dibebani untuk membayar biaya perkara pada tingkat
kasasi;335
Memperhatikan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 55
Ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 64 Ayat (1) KUHP, Pasal 378 KUHP juncto
Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 64 Ayat (1) KUHP, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2004, perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009
tentang Mahkamah Agung serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan ; 336

MENGADILI
 Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I/PENUNTUT UMUM
PADA KEJAKSAAN NEGERI DEPOK tersebut;
 Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II/TERDAKWA I ANDIKA
SURACHMAN dan TERDAKWA II ANNIESA DESVITASARI HASIBUAN
tersebut;

334
https://s.docworkspace.com/d/AOd5H9-LkdszwtGW0PSmFA
335
https://s.docworkspace.com/d/AOd5H9-LkdszwtGW0PSmFA
336
https://s.docworkspace.com/d/AOd5H9-LkdszwtGW0PSmFA
 Membebankan kepada para Terdakwa untuk membayar biaya perkara pada
tingkat kasasi masing-masing sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada
hari Kamis, tanggal 31 Januari 2019 oleh Dr. H. Andi Samsan Nganro, S.H.,
M.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai
Ketua Majelis, Dr. H. Eddy Army, S.H., M.H., dan Dr. H. Margono., S.H.,
M.Hum., M.M., Hakim-Hakim Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan
tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari dan tanggal itu
juga oleh Ketua Majelis yang dihadiri Hakim-Hakim Anggota serta Maruli
Tumpal Sirait, S.H., M.H. sebagai Panitera Pengganti denga tidak dihadiri oleh
Penuntut Umum dan para Terdakwa.337

337
https://s.docworkspace.com/d/AOd5H9-LkdszwtGW0PSmFA
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap kasus Frist
Travel, sudah sesuai dengan sistem pembuktian yang dianut oleh KUHAP
yaitu Negatief Wettelijk Stelsel, sistem yang menganut paham bahwa selain
tercukupinya alat bukti (minimal dua alat bukti) yang sah menurut Undang-
Undang, harus juga didasarkan pada adanya keyakinan hakim. Artinya selain
dari dua alat bukti yang sah menurut undang-undang keyakinan hakim juga
di perlukan dalam mengambil keputusan. Akan tetapi banyak kalangan
akademisi yang berpendapat bahwa putusan Mahkamah Agung dalam kasus
First Travel tidaklah tepat alasannya dikarenakan Negara tidak dirugikan
dalam kasus First Travel, namun dalam melakukan perampasan barang bukti
kepunyaan terdakwa atau terpidana tidak disyaratkan adanya kerugian Negara,
seperti dalam Pasal 39 ayat (1) KUHP yang berbunyi; Barang-barang
kepunyaan terpidana yang diperoleh dari kejahatan atau yang sengaja
dipergunakan untuk melakukan kejahatan, dapat dirampas. Sementara, Komisi
Yudisial menilai putusan kasasi Mahkamah Agung yang ditetapkan oleh
majelis hakim tentang aset PT First Anugerah Karya Wisata atau First Travel
disita oleh Negara tidak menyalahi, baik secara aturan maupun etik.
2. Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh para korban jamaah First Travel
terhadap putusan Mahkamah Agung ialah Peninjauan Kembali (PK) sesuai
dengan Pasal 264 ayat (3) dan Pasal 268 ayat (1) dan ayat (3) KUHAP maka
dapatlah ditarik kesimpulan bahwa peninjauan kembali putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap memiliki ruang lingkup tertentu, adapun
ruang lingkup tersebut antara lain:
1. Peninjauan kembali Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dapat dilakukan oleh terpidana atau ahli warisnya.
2. Peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap hanya dapat dilakukan terhadap putusan yang memberikan pidana
kepada terpidana.
3. Terhadap putusan bebas atau vrijspraak dan putusan pelepasan dari segala
tuntutan hukum atau onslag van alle rechtsvervolging tidak dapat diajukan
peninjauan kembali.
4. Permohonan pengajuan peninjauan kembali tidak dibatasi dengan suatu
jangka waktu.
5. Permintaan peninjauan kembali atas suatu putusan tidak menangguhkan
ataupun menghentikan pelaksanaan dari putusan yang telah dijatuhkan
tersebut.
B. Saran
1. Menurut hemat penulis sebaiknya dalam kasus First Travel kepentingan para
korban itu harus diutamakan, yaitu dengan melibatkan negara melaui lembaga
yang berwenang mengurusi barang rampasan tersebut seperti kementrian
keuangan dan otoritas lainnya agar diserahkan kembali kepada para korban.
Dan semoga dalam peristiwa ini menjadi pelajaran besar bagi para
Pemerintah dan DPR agar dalam membuat undang-undang ataupun peraturan-
peraturan yang menyangkut penyedia jasa travel benar-benar efisien, dan
perusahaan-perusahaan penyedia jasa travel yang tidak memenuhi syarat-syarat
sebagaimana yang ditentukan UU atau PP harus dihapus surat ijinnya.
2. Dalam perkara First Travel menurut saya keputusan yang diambil oleh hakim
Mahkamah Agung sudalah berdasarkan normatif, jadi tidak perlu di adanya
upaya hukum peninjauan kembali, akan tetapi apabilah ada pihak korban
yang masih keberatan dengan keputusan Mahkamah Agung maka hal yang
wajar apabilah para korban mengajukan upaya hukum peninjauan kembali,
sebagaimana konstitusi kita menjamin adanya upaya hukum bagi terpidana.

DAFTAR PUSTAKA

 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, 2004.

 Amir Ilyas, . Asas-Asas Hukum Pidana, Rangkang education, Yogyakarta, 2012

 Dr. Adi Sulistiyono, Sistem Peradilan Di Indonesia Dalam Teori Dan Praktik. 2018

 Asriandi, Kepastian Hukum Peninjauan Kembali Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi. Di Akses
dari https://s.docworkspace.com/d/ALBu_82Lkdsz4pWXq-emFA Pada Tanggal 02-April-2020. Uin
Alaudin Makasar.

 Andi Akbar, Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana, Di Akses Dari


https://seniorkampus.blogspot.com/2017/09/pertimbangan-hakim-dalam-menjatuhkan.html?m=1 Pada
Tanggal 02- April-2020.

 Chazawi Adami. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2 “Penafsiran Hukum Pidana. 2002.

 Devi, Riyani. Analisis Kasus First Travel. diakses dari http://deviryann.blogspot.com/2018/05/analisis-


kasus-first-travel.html?m=1 Pada Tanggal 02-April-2020.

 Ganesa Adi Nugraha, Eksistensi Pidana Tambahan Pada Tindak Pidana Korupsi, 2013. Universitas
Negeri Semarang, hlm. 18. Di Akses dari https://s.docworkspace.com/d/AHxih3SLkdsz4t6CsfSmFA Pada
Tanggal 27 Maret 2020.

 Dr. Febrian, SH, Lembaga Penyitaan Dan Pengelolaan Barang Hasil Kejahatan, Kementrian Hukum
Dan Hak Asasi Manusia. R.I 2013. Di Akses Dari
https://s.docworkspace.com/d/AGe_AfyLkdszwrmzsfSmFA Pada Tanggal 29-Maret-2020

 Hanna Friska Luciana Marbun, Kekuatan Hukum Barang Bukti Dalam Pertimbangan Hakim Pada
Putusan Perkara Pidana, 2012. Universitas Indonesia, hlm. 50. Di Akses Dari
https://s.docworkspace.com/d/AKyI80yLkdszwpPSqO2mFA Pada Tanggal 30-Maret 2020.
 HB. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta; Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006.

 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia,
Bandung, Refika Aditama, 2014.

 Muh. Arham Latif. Analisis Putusan Hakim Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Seksual.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2017.

 Novi Arniansyah, Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Penipuan, 2017,
Universitas Hasanudin, hlm 36. Di Akses Dari https://s.docworkspace.com/d/AI7--
DaLkdsz4pyKyu2mFA Pada Tanggal 17- Maret-2020

 Qurratul Aini, Tindak Pidana Penipuan Dengan Modus Travel Umrah, 2018. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayahtulah, hlm 39. Di Akses Dari
https://s.docworkspace.com/d/AAD4EOqLkdsz4uTOhOimFA Pada Tanggal 02- April-2020

 P.A.F Lamintang dan C. Djisman Samosir, Delik-delik Khusus Yang Ditujukan Terhadap Hak Milik
dan Lain-lain Hak yang Timbul Dari Hak Milik, 1981.

 Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana kontemporer, 2007.

 Sheila Masyita M, “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencabulan Secara Berlanjut Terhadap
Anak”, Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin, 2016.

 Wirjono Prodjodikoro, Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Bandung: Refika Adita, 2003.

 Dr. Yunus Husein, dan Dr. Robert. Tipologi Dan Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang,
2018.

 Dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, ketentuan Pasal 5 ayat
(1) dimaksudkan agar putusan hakim dan hakim konstitusi sesuai dengan hukum dan rasa keadilan
masyarakat.

 Kompas Di Akses Dari https://nasional.kompas.com/read/2019/11/20/11215191/aturan-yang-sebabkan-


aset-first-travel-disita-negara-dan-polemiknya?page=all#page2 Pada Tanggal 02-April-2020.

 Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 83/Pid.B/2018/PN.Dpk. Di Akses Dari


https://s.docworkspace.com/d/ABeZPD-LkdszwpKY1PKmFA Pada Tanggal 02 Bulan April 2020.

 Putusan Pengadilan Tinggi Bandung. Nomor 195/PID/2018/PT. BDG Di Akses Dari


https://s.docworkspace.com/d/AGGuH_6Lkdsz4v2T_vKmFA. Pada Tanggal 02-April-2020.

 Putusan Hahkamah Agung N 3096 K/Pid.Sus/2018. Di Akses Dari. https://s.docworkspace.com/d/AOd5H9-


LkdszwtGW0PSmFA . Pada Tanggal 02- April-2020

Anda mungkin juga menyukai