Anda di halaman 1dari 16

KEGIATAN 14

14.1 Judul
Pemeriksaan Ergonomi Tempat Kerja”
14.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan ergonomi suatu tempat kerja
2. Untuk mengetahui dan menganalisa dampak dari ergonomi tempat
kerja.
14.3 Dasar Teori
A. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu “Ergon” dan
“Nomos“ (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi
tentang aspek – aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang
ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
managemen dan desain atau perancangan. Ergonomi berkenaan
pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi.
Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang ergonomi dimana
manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi
dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan
manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factor”.
Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli atau
professional pada bidangnya masing-masing, misalnya seperti : ahli
anatomi, arsitektur, perancangan produk ergonomi, fisika, fisioterapi,
terapi pekerjaan, psikologi dan teknik ergonomi. (Kristanto. A, 2015).
Fokus ergonomi melibatkan tiga komponen itama yaitu manusia,
mesin, dan lingkungan yang saling berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Interaksi tersebut menghasilkan suatu sistem kerja yang tidak
bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya yang dikenal
dengan istilah work system.Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan
dengan prinsip pemecahan masalah.Pertama, melakukan identifikasi
masalah yang sedang dihadapi dengan mengumpulkan sebanyak
mungkin informasi.Kedua, menentukan prioritas masalah dan masalah
yang paling mencolok harus ditanganilebih dahulu.Kamudian
dilakukan analisis untuk menentukan alternative intervensi, (Team
Teaching, 2019).
B. Tujuan Ergonomi
Menurut Zulaihah (2018), Tujuan ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban
kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas
kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat
guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia
produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu
aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem
kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas
hidup yang tinggi.
Hakikat/Pokok Bahasan Ergonomi
Menurut Zulaihah (2018), Hakikat dari ergonomi adalah :
1. Meneliti tentang kemampuan dan keterbatasan manusia secara fisik
maupun psikologi.
2. Bagaimana kebiasaan manusia berkomunikasi secara baik dengan
mesin atau perkakas yang ia gunakan.
3. Bagaimana kebiasaan bekerja sama yang baik dengan perabot dan
perlengkapan yang ia gunakan.
4. Bagaimana agar pekerja akan hidup aman, tentram, selamat, sehat
dan nyaman dalam ruang kerjanya.
C. Ruang lingkup ergonomi
Ruang lingkup ergonomi mencakup beberapa aspek keilmuan
yaitu:
1. Tehnik, yaitu cara-cara melakukan pekerjaan dengan baik sehingga
dapat mengurangi resiko cedera akibat ergonomi yang tidak baik.
2. Fisik, yaitu dimana penampilan seseorang mencerminkan
keseimbangan antara kemampuan tubuhnya dengan tuntutan tugas.
Apabila tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan tubuh maka
terjadi ketidaknyamanan, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit,
penyakit, serta menurunya produktivitas. Sebaliknya, apabila tuntutan
tugas lebih kecil dari kemampuan tubuh, akan terjadi understress,
seperti kejenuhan, kebosanan, kelesuhan, kurang produktif dan sakit.
3. Anatomi, yaitu berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian.
4. Antropometri, yaitu suatu kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia yang meliputi ukuran, bentuk
dan kekuatan yang nantinya berfungsi untuk mendisain tempat kerja
seseorang.
5. Fisiologi, yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi dan kerja tubuh,
seperti temperature tubuh, oksigen yang didapat saat bekerja, aktifitas
otot dan lain- lain,(Herdian, 2018).
D. Risiko Ergonomi
Risiko Ergonomi merupakan potensi bahaya pada tempat kerja dan
postur kerja yang berpotensi menimbulkan cedera pada sistem
muskuloskeletal pada pekerja. Menurut Syam (2015), Ada beberapa faktor
risiko ergonomi menurut, yaitu :
1. Postur Janggal
Posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi
normal saat melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik
lokal pada otot, ligamen, dan persendian. Hal ini mengakibatkan
cedera pada leher, tulang belakang, bahu, pergelangan tangan, dan
lain-lain. Namun di lain hal, meskipun postur terlihat nyaman dalam
bekerja, dapat berisiko juga jika mereka bekerja dalam jangka
waktuyang lama. Pekerjaan yang dikerjakan dengan duduk dan berdiri,
seperti pada pekerja kantoran dapat mengakibatkan masalah pada
punggung, leher dan bahu serta terjadi penumpukan darah di kaki jika
kehilangan kontrol yang tepat, (Syam, 2015).
2. Berat Objek
Pekerja yang melakukan aktivitas mengangkat barang yang berat
memiliki kesempatan 8 kali lebih besar untuk mengalami low back
pain dibandingkan pekerja yang bekerja statis. Penelitian lain
membuktikan bahwa hernia diskus lebih sering terjadi pada pekerja
yang mengangkat barang berat dengan postur membungkuk dan
berputar, (Syam, 2015).
3. Frekuensi
Frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya gerakan yang
dilakukan dalam suatu periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan
dilakukan secara berulang, maka dapat disebut sebagai repetitif.
Gerakan repetitif dalam pekerjaan, dapat dikarakteristikanbaik sebagai
kecepatan pergerakan tubuh, atau dapat di perluas sebagai gerakan
yang dilakukan secara berulang tanpa adanya variasi gerakan. Gerakan
lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang terutama
pada saat bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap
timbulnya. Tingkat risiko akan bertambah jika pekerjaan dilakukan
dengan tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan waktu
pemulihan kurang, (Syam, 2015).
4. Durasi
Durasi adalah lamanya pajanan dari faktor risiko. Durasi selama
bekerja akan berpengaruh terhadap tingkat kelelahan. Kelelahan akan
menurunkan kinerja, kenyamanan dan konsentrasi sehingga dapat
menyebabkan kecelakaan kerja. Durasi manual handling yang lebih
besar dari 45 menit dalam 1 jam kerja adalah buruk dan melebihi
kapasitas fisik pekerja. Selain itu, ada pula yang menyebut durasi
manual handling yang berisiko adalah > 10 detik, (Syam, 2015).
5. Postur Statis
Berada pada posisi yang sama dalam jangka waktu yang lama dan
menyebabkan otot terus berkontraksi dan mengalami kelelahan, contoh
duduk di depan komputer secara terus menerus tanpa diselingi aktifitas
lain seperti berdiri baring dan sebagainya, (Syam, 2015).
6. Vibrasi
Vibrasi/getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan
kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran
darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya
timbul rasa nyeri otot. Paparan vibrasi pada seluruh tubuh merupakan
faktor risiko yang dapat berkontribusi untuk menyebabkan cidera,
khususnya di tulang belakang dan leher serta punggung bagian bawah.
Paparan jangka panjang akan menyebabkan MSDs, diketahui gejala
yang semakin progresif dimulai mati rasaatau perubahan warna pada
ujung beberapa jari tangan. Kemudian akan terjadi penurunan rasa dan
ketangkasan tangan. Paparan dari getaran lokal terjadi ketika bagian
tubuh tertentu kontak dengan objek yang bergetar, seperti kekuatan
alat-alat yang menggunakan tangan. Paparan getaran seluruh tubuh
dapat terjadi ketika berdiri atau duduk dalam lingkungan atau objek
yang bergetar, (Syam, 2015).
7. Coupling/Tekanan Langsung
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak.
Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan
otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari
pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan
rasa nyeri otot yang menetap. Memegang diusahakan dengan tangan
penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari yang dapat
menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari tersebut harus
dihindarkan, (Syam, 2015).
8. Temperatur ekstrem
Mikroklimat di tempat kerja terdiri dari unsur suhu udara,
kelembaban, panas radiasi dan kecepatan gerakan udara. Bagi orang
Indonesia, suhu yang dirasa nyaman adalah berada antara 24oC -26 oC
serta toleransi 2 –3 oC di atas atau di bawah suhu nyaman. Paparan
suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan
dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit
bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian
juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan
suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang
ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi
dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan
pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai
energi ke otot, (Syam, 2015).
Sebagaiakibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen
ke otot menurun. Proses metabolisme karbohidrat terhambat danterjadi
penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot, (Syam,
2015).
E. Pengertian Tata ruang
Tata ruang kantor adalah pengaturan serta  penyusunan alat-alat
dan perabotan kantor pada luas lantai dan ruangan kantor yang tersedia
untuk memberikan sarana bagi pegawai.Ergonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam pengaturan situasi kerja demi
keuntungan pegawai dan atasan, ilmu ini berupaya untuk menyerasikan
mesin dengan pegawai, (Febryantama, 2019).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan pengertian dari
tata ruang yang ergonomic berarti penempatan ruangan serta alat-alat
didalamnya agar tersusun sesuai dengan kebutuhan  perusahaan dan
pegawai dan agar terciptanya kenyamanan saat menggunakannya. Hal ini
dapat  berpengaruh baik apabila terjadai kesesuaian antara manusia dengan
peralatan dan tata ruang yang digunakanyang ada didalamnya karena hal
ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Kinerja dari setiap staff
akan meningkat dan berpengaruh terhadap kenaikan produktifitas setiap
karyawannya, (Febryantama, 2019).
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tata ruang dan Tata letak
Menurut Sulistyowati (2015), Empat hal penting yang sangat
mempengaruhi efisiensi dalam pekerjaan adalah:
a. Cahaya
Cahaya sangat diperlukan di sebuah kantor guna
menunjang pelaksanaan pekerjaan kantor. Cahaya penerangan yang
cukup dan memancar dengan tepat akan menambah efisiensi kerja
pegawai, karena mereka dapat bekerja dengan lebih cepat, lebih
sedikit melakukan kesalahan dan matanya tidak cepat lelah,
(Sulistyowati, 2015).
b. Warna
Warna adalah salah satu elemen penting dalam lingkungan
kantor yang berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi kerja
pegawai. Bagi suatu kantor warna tidak hanya mempunyai nilai
estetika tetapi juga mempunyai nilai fungsi. Penggunaan tata warna
dalam kantor mempunyai pengaruh terhadap jiwa pegawai,
(Sulistyowati, 2015).
c. Udara
Faktor udara sangat penting bagi pegawaiyang bekerja
dalam suatu ruangan. Udara yang dihirup pegawai setiap hari dapat
mempengaruhi kesehatan dan ketenangan pegawai dalam bekerja.
Udara kotor yang disebabkan karena kurangnya sirkulasi udara,
sehingga akan mengganggu kesehatan pegawai, yang berakibat
menurunnya efisiensi kerja pegawai. Oleh karena itu, perlu adanya
ventilasi dan jendela yang banyak supaya pertukaran udara baik
dan udara di dalam kantor tetap bersih, (Sulistyowati, 2015).
Suhu udara di dalam ruangan juga perlu diperhatikan. Suhu
udara yang sesuai akan menaikkan produktivitas, kualitas kerja
meningkat, memperbaiki suasana kerja dan kesehatan, serta
menimbulkan kesan yang baik bagi para tamu yang dating,
(Sulistyowati, 2015).
d. Suara
Faktor suara dapat mempengaruhi efisiensi kerjaterutama
pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, karena suara
yang bising dapat mengganggu dalam bekerja dan berpengaruh
pada kesehatan pegawai, (Sulistyowati, 2015).
2. Tujuan Tata Letak
Tujuan dari pengaturan tata ruang kantor diantaranya sebagi berikut:
a. Untuk memudahkan arus komunikasi dan arus kerja.
b. Untuk menciptakan kondisi kerja yang baik bagi karyawan.
c. Untuk memudahkan manajer dalam mengawasi karyawan yang
sedang  bekerja.
d. Untuk memudahkan karyawan dalam komunikasi dengan
karyawan lainnya ketika harus melakukan pekerjaan secara
bersamaan.
e. Untuk menghindari kemungkinan saling mengganggu antar
karyawan.
f. Memanfaatkan ruangan yang tersedia untuk dapat dijadikan
sebagai ruang kerja.
g. Untuk memisahkan jenis pekerjaan yang menghasilkan bunyi
bising dengan jenis pekerjaan yang tenang.
h. Untuk mendapatkan kesan positif dari  pengunjung yang datang ke
perusahaan ketika melihat layout kantor yang ada, (Gustiani,2019).
14.4 Alat dan Bahan
No Alat dan bahan Fungsi Gambar

Untuk menjadi
Lembar observasi
1 bahan acuan
penilaian ergonomis
penilaian

Untuk menncatat
2 Alat tulis
hasil

Alat Ukur
3 Untuk mengukur
(Penggaris, dsb)

14.5 Cara Kerja


Memilih respponden yang akan
dilakukan penelitian
Meminta responden tetap bekerja
sebagaimana biasanya responden
tersebut bekerja

Melakukan observasi dan


pengukuran tempat kerja
responden sesuai dengan lembar
observasi

Melakukan identifikasi dan analisa


resiko kerja terhadap hasil
observasi yang didapat

14.6 Hasil Pengamatan


LEMBAR OBSERVASI ERGONOMI
Pilihan
PERNYATAAN Tidak
Memenuhi
memenuhi
A. PERALATAN KANTORAN
Tata letak peralatan kantoran memenuhi
ketentuan sebagai berikut ;
1. Kesesuaian tinggi tempat duduk

dengan tinggi monitor sehingga jarak
antara mata dengan monitor 20-40
inchi dan sudut 15-20 derajat dibawah
horizontal.
2. Kesesuain tinggi sandaran punggung
dan tangan sehingga tersangga dengan 
baik
3. Kesesuaian meja dengan posisi

kerboard dan mouse yang sejajar.

B. KURSI PEKERJA
1. Ukuran kursi harus sesuai dengan 
ukuran karyawan yang menggunakan

2. Memilih kursi kerja sesuai denga jenis



tugas pekerjaan
3. Kursi harus stabil, memiliki lima kaki,

baik beroda maupn tidak beroda
4. Sandaran kursi harus menyangga
lengkungan pinggang (kemiringan 
fleksibel)
C. MEJA KERJA

1. Tinggi meja (58-68 cm)
2. Luas meja minimal 120 × 90 cm 
3. Tidak memantulkan cahaya 
4. Cukup untuk menempatkan barang-
barang seperti keyboard, mouse, 
monitor, telpon, dan dokumen holder
5. Ruangan kaki dibawah meja minimal
lebar 51 cm dan panjang/kedalaman 60 
cm
6. Tidak terdapat barang (dokumen/CPU)

di bawah meja
D. POSTUR KERJA
1. Pada saat duduk, posisi siku sama
tinggi dengan meja kerja, lengan 
bawah horizontal dan lengan atas
menggantung bebas
2. Mata sama tingginya dengan bagian

paling atas layar monitor
3. Kaki bisa diletakkan diatas lantai
dengan posisi datar, menggunakan

footrest terutama bagi pekerja yang
bertubuh mungil
4. Sandaran kursi baik sehingga
punggung bawah pekerja ditopang 
dengan baik
5. Letak layar monitor kurang lebih
sepanjang lengan pekerja, serta letaj

monitor dan keyboard berada ditengah-
tengah sumbu tubuh
6. Meja dan layar monitor tidak
menghadap ke jendela atau lampu yang 
terang
7. Ada ruang yang cukup dibawah meja

untuk pergerakkan kaki
8. Tidak terdapat tekanan berlebihan dari
ujung tempat duduk pada bagian 
belakang kaki dan lutut.
9. Letak semua dokumen dan alat yang

diperlukan masih dalam jangkauan
10. Menggunakan penyangga dokumen

(dokumen holder)
11. Menggunakan mouse yang sesuai
dengan ukuran genggaman tangan dan 
letaknya disamping keyboard
E. KORIDOR
1. Diantara baris-baris meja disediakan
lorong-lorong untuk keperluan lalu

lintas dan kemudahan evakuasi
sewaktu keadaan darurat, minimum
jarak 120 cm
2. Jarak antara satu meja dengan meja
yang dimuka/dibelakang selebar 80 
cm.
14.7 Pembahasan
Dari hasil observasi yang di lakukan pada responden atas nama
Megi Yuliani Rahman dengan melihat beberapa pembahsan antara lain :
1. Peralatan kantor
Dimana dari tiga item pertanyaan yang di lihat yaitu kesesuain
tinggi tempat duduk, tinggi sandaran punggun dan kesesuian meja
dengan kibord yang memenuhi standar kesesuian adalah kesesuian
tinggi tempat duduk dan kesesuaian meja dengan keybord sedangkan
tinggi sandaran punggung belum memenuhi standar karena punggung
dari respondeng melebihi kursi yang di gunakan hal ini akan
mengakibatkan timbulnya penyakit akibat kerja seperti masalah pada
tulang pekerja sebab punggung tidak tersanffa dengan baik
2. Kursi pekerja
Untuk kursi pekerja dari 4 aspek penilaian ukuran kursi kariyawan
belum memnuhi standard yakni sandaran kursi tidak mencapai pundak
pekerja, kursi yang digunaka juga tidak sesuai dengan jenis pekerjaan,
kursi tidak stabil hanya bekaki empat dan tidak beroda, sadandara kursi
pekerja juga tidak melengkukng pinggang, jadi untuk 4 aspek penilaian
pada kursi semuanya tidak memuhi standard, hal ini jika dibiarkan saja
akan berdampak pada kesehatan punggung pekerja yang akan kaku dan
minimbulkan gangguan pada tulang punggung pekerja seperti perkerja
dapat menderita Lordosis di mana tulang punnggung akan condong
kedepan atau kifosis yaitu tulang punggung yang condong kedepan.
3. Meja Kerja
Untuk aspek penilaian pada meja kerja, dari 6 aspek penilaian
hanya satu aspek yang tidak memenuhi yaitu Luas meja kurang dari
120 X 90 cm, selenihnya untuk tinggi, pantualan cahaya, penempatan
barang-barang, ruang kaki dan dokumen dibawah meja sudah
memenuhi, namu walau hanya 1 aspek pada meja kerja yakni luas kerja
yang tidak memenuhi tetap dapat mengganggu pekerja, yaitu pekerja
akan merasa meja yang digunakan terlalu kecil untuk menempatkan
banyak barang, hal bisa saja membuat perkrja bingung meletakan
barangnya dan sulit menemukan barang yang di butuhkan akibat terlalu
banyak barang sehingga produktivitas pekerja menurun dan
menimbulkan stress pada pekerja.
4. Postur Kerja
Untuk aspek penilaian pada Postur Kerja ada 11 aspek yang di nilai
dan dari hasil yang di dapatkan untuk aspek 1 pada saat duduk siku
sama tinggi dengan meja kerja sudah memenuhi standard. Untuk aspek
mata sama tinggi dengan layar tidak memenuhi standar di mana mata
pekerja melebihi layar computer hal ini dapat meyebabkan gangguan
pada mata di mana perkerja terlalu sering menunduk yang
menyebabkan kelelahan pada mata, aspek kaki juga tidak memenuhi
standard di mana kaki pekerja tidak dapat di letakan pada lantai hal ini
dapat memicu gangguan pada otot betis pekerja kerena terlalu lama
menjinjit kaki saat bekerja sehingga tumpuan tubuh menjadi di bagian
otot betis. Aspek peniaia sandaran kursi juga belum memenuhi standard
dimana punggung bawah pekerja tidak di topang dengan baik hal ini
jika tidak diatasi dapat menimbulkan penyakit Kifosis dan Lordosis
pada pekerja.
Lanjutan penilain pada letak layar juga belum memenuhi sebab
tidak berada ditengah-tengah sumbuh tubuh sehingga membuat pekerja
cenderung berada pada satu sisi meja kerja, meja dan layar monitor juga
mengarah ke jendela sehingga cahaya yang masuk di pantulkan oleh
layar yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan pada perkerja
akibat silaun cahaya yang masuk ke dalam retina mata.
Namun untuk aspek ruang yang ada dibawah meja kerja, tekanan
tempat duduk, letak dokumen kerja, penyangga dokumen dan ukuran
mouse sudah memenuhi standard yang di tetapkan.
5. Koridor
Untuk Koridor ada dua aspek yang di nilai dan dua-duanya sudah
memenuhi yaitu baris-baris meja disediakan lorong untuk lalau intas
dan kemudahan evakuasi. Serta aspek antara satu meja ke meja lain
juga sudah memnuhi standard yakni seebar 80 cm
14.8 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang di dapatkan pada praktikum
penilaian Ergonomi ada lima aspek yang di observasi dan dinilai yakni
Peralatan perkantoran, Kursi Pekerja, Meja Pekerja, Postur Kerja, dan
Koridor Kerja, peniaian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui cara
pemeriksaan suatau tempat kerja serta menganilisis dampak ergonomic
tempat kerja, dan dari praktikum yang di lakuakan ada 5 kategori dan 26
aspek yang diobservasi yang hasilnya 15 aspek sudah memenuhi dan 16
aspek belum memenuhi sehingga perlu ada pembenahan dan perbaikan
dalam sistem ergonomic pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Febryantama, R. 2019. Pengaruh Kantor Ergonomi, [Jurnal]. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung
Gustiani,R. 2019. Jurnal Pengaruh Pengaturan Tata Ruang Kantor Terhadap Kinerja
Karyawan,[Jurnal]. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Herdian.2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Karyawan Terhadap Postur
Kerja Yang Aman Di Pt Nusantari Sentosa Pratama Di Balikpapan,
[Skripsi]. Balikpapan: Universitas Balikpapan (UNIBA)
Kristanto, A. 2019.Perancangan Meja Dan Kursi Kerja Yang Ergonomis Pada
Stasiun Kerja Pemotongan Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas,
[Jurnal]. Bandung: Politeknik Negeri Bandung
Sulistyowati. 2015. Implementasi Tata Ruang Kantor Dalam Mewujudkan
Efisiensi Kerja Pegawai KSP Gradiska Bawen Kabupaten Semarang.
[Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Syam, M. 2015. Gambaran Analisis Risiko Ergonomi Pada Pekerjapembuatan
Baglogdi Desa Kalaena Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timurtahun
2014.[Skripsi]. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Team Teaching. 2019. Penuntun Praktikum Kesmas Dasar.Gorontalo: Universitas
Negeri Gorontalo.
Zulaihah, M. 2018. Analisis Persepsi Sistem Ergonomi Untuk Mewujudkan
Produktivitas Pekerja Difabel Di Yayasan Penyandang Cacat Mandiri
Yogyakarta.[Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai