Anda di halaman 1dari 3

Security Network Threat 

: Penipuan Belanja Online

Pada era globalisasi ini, semua orang termasuk saya sudah


dimanjakan dan terkadang terlena dengan layanan serba “internet”.
Bagaimana mungkin, kegiatan-kegiatan semula membutuhkan tenaga,
waktu, serta kesabaran kini dapat dilakukan hanya dengan sentuhan.

Seperti berbelanja baju. Kini bermunculannya toko online, para


shopaholic bisa menemukan juga membeli pakaian idaman hanya dengan
mencarinya di website toko itu, melakukan order atau pemesanan,
melakukan pembayaran melalui ATM atau bahkan internet banking, lalu
selesai. Pesanan akan datang ke depan pintu rumah, tanpa bergerak satu
meter pun dari luar pagar rumah.

Tetapi perlu diketahui bahwa dibalik kenyamanan, internet bisa


menjadi ancaman. Bagaimana jika si toko online itu hanyalah toko palsu,
menawarkan gambar-gambar pakaian bagus tetapi sebenarnya tidak eksis?
Beberapa orang terlalu terlena akan tersangkut di jaring si penipu serta
menjadi sasaran empuk untuk dimangsa.

Salah satu penipuan yang terjadi adalah media pembayaran online


yang bernama ‘paypal’. Oktober tahun lalu, ICANN (Internet Corporation for
Assigned Names and Numbers) mengesahkan penggunaan huruf non-Latin
sebagai huruf resmi untuk nama teregistrasi dalam jaringan, seperti untuk
nama domain suatu website.

Hal tersebut sungguh menjadi kesenangan tersendiri di dunia


internet, terutama pengguna internet di negara-negara di mana tidak
menggunakan huruf Latin sebagai huruf sehari-hari mereka. Namun pihak
Times Online mengkritik, bahwa dilegalkannya penggunaan huruf-huruf
non-Latin sebagai huruf untuk nama nama teregistrasi, hal tersebut dapat
menumbuhkan penipuan.

Hal tersebut disebabkan karena huruf dengan pembacaan berbeda


atau kumpulan huruf membentuk suatu kata dengan arti berbeda dengan
suatu kumpula huruf lain, akan ditampilkan sama pada script berbeda.
Sebagai contohnya adalah paypal.
Ternyata penipuan ini telah dilakukan pada kehidupan nyata, bukan
melalui website paypal.com palsu, melainkan melalui email palsu
mengatasnamakan diri sebagai pihak resmi. Pada email penipuan, pihak
berkedok paypal ini mengatakan bahwa dia “iirregular activity” dari akun si
empunya surat elektronik, oleh karenannya, pihak penipu meminta identitas
untuk mengecek kebenaran.

Bahkan ia menyertakan attach file yang berisi irregular activity apa


saja yang terjadi dari akun. Tetapi saat menyerahkan identitas,
tertangkaplah pada jebakan si penipu.

Setelah mengetahui bahaya yang menghadang di tengah


kenyamanan internet berdasarkan contoh essay ini, bukan berarti saya
bermaksud mensugesti untuk berhenti menggunakan layanan internet
dalam melakukan transaksi ataupun semacamnya.

Kita boleh atau bahkan disarankan untuk menggunakannya,


mengingat layanan-layanan menggunakan internet ini dapat
mempermudah juga menguntungkan kita terutama di saat kita tidak dapat
melakukan sesuatu yang harus kita lakukan juga diburu waktu.

Langkah-langkah di bawah ini kiranya dapat dilakukan sebagai salah


satu upaya pengidentifikasian apakah suatu email benar berasal dari pihak
resmi atau bukan:

1. Salam Umum. Banyak email tipuan menggunakan salam umum seperti


“Dear Paypal member”. Jika salah tersebut tidak tercantum nama awal dan
nama akhir, berhati-hatilah dan jangan membuka link di surat elektronik
tersebut.

2. Alamat pengirim palsu. Umumnya email tipuan memiliki alamat pengirim


buatan di bagian “Form”. Bagian ini mudah diubah.

3. Memberikan rasa terancam. Banyak surat elektronik tipuan berusaha


menipu dengan memberikan ancaman bahwa anda akan mengalami
masalah jika tidak memberikan balasan secepat mungkin. Mereka juga
mungkin akan menyatakan bahwa terjadi transaksi illegal menggunakan
akun anda, atau mengatakan bahwa pihak resmi tersebut sedang
memperbaharui serta melakukan informasi baru secepatnya. Berhati-
hatilah, ini adalah ciri utama surat elektronik penipuan.
Waktu: 14 menit 30 detik

Anda mungkin juga menyukai