Anda di halaman 1dari 11

OPTIMASI METODE PENETAPAN KADAR LOGAM

BERAT TIMBAL DAN KADMIUM PADA DAUN SIRSAK


(Annona Muricata) SEBAGAI OBAT HERBAL
DENGAN VARIASI ZAT PENGOKSIDASI

USULAN PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh:
ANISYA LIESTIANTI
41204720120038

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat memiliki peran penting bagi tubuh manusia, baik untuk menjaga
kesehatan, maupun untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Obat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu tradisional dan modern. Dewasa ini
masyarakat kini banyak yang beralih kembali dari obat modern ke obat herbal.
Obat herbal yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat salah satunya ialah obat
herbal kolesterol (Mangan 2003). Penyakit kolesterol bukan hanya menjangkit
orang tua, namun juga anak anak usia produktif. Pola hidup anak remaja yang
tidak sehat dengan mengkonsumsi protein berlebih sehingga terjadinya
penumpukan protein yang dimetabolisme menjadi lemak dalam darah. (Sulastomo
2007). Salah satu bahan baku obat herbal yang digunakan oleh perusahaan farmasi
di Indonesia untuk mencegah kolesterol adalah ekstrak Daun Sirsak.
Daun Sirsak termasuk kedalam obat herbal karena termasuk tumbuhan
yang mengandung banyak manfaat bagi kesehatan karena mengandung
antioksidan dan mineral yang digunakan sebagai obat untuk mengurangi kadar
diabetes, obesitas, kolesterol, bahkan kanker (Sulastomo 2007). Berhubungan
dengan sumber dan kualitas bahan baku obat herbal maka efektifitas dan
keamanan merupakan peran penting dalam pengendalian kualitas formulasi obat
herbal.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2015), ditemukan
beberapa cemaran logam berbahaya pada obat di antaranya, logam timbal (Pb),
kadmium (Cd), merkuri (Hg) dan arsen (As). Kontaminasi logam telah banyak
ditemukan dalam obat herbal karena penyimpanan yang tidak higienis dan kondisi
kemasan. Kontaminasi ini dapat terjadi karena efek lingkungan yaitu dari tanah,
air dan udara. Logam berat tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan, seperti gangguan pada fungsi tubuh jangka panjang karena logam berat
yang bersifat toksik.
Analisis mengenai logam berat pada obat herbal telah dilakukan pada
beberapa penelitian sebelumnya. Garg dan Singh (2012), melaporkan bahwa
kandungan logam berat pada sediaan obat herbal di pasar India, sebanyak 19
sampel yang diteliti, 16 sampel tedeteksi logam berat Pb yang melebihi ambang
batas WHO. Pendapat lain yang disampaikan oleh Mousavi et al., (2013), bahwa
terdapat logam timbal (Pb) pada produk obat herbal berbagai merk yang beredar
di pasar Iranian berkisar 9,61-52,74 mg/Kg.
Kadar Pb pada tanaman obat di pasar Teheran juga diteliti oleh Ziarati
(2012), menunjukkan bahwa besar kadar Pb berkisar 0,41-39,41 mg/Kg.
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan penelitian terhadap kandungan logam berat
dalam produk herbal yang beredar di pasaran untuk mengetahui ada atau tidaknya
kandungan logam berat terutama Pb dan Cd.
Salah satu metode analisis logam berat pada obat herbal ialah
menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) dengan
perlakuan destruksi sampel obat terlebih dahulu. Kelebihan metode ini memiliki
sensitivitas yang tinggi, analisisnya teliti, dan cepat, pengerjaan yang sederhana,
serta memberikan kadar logam total dalam sampel (Darmono 1995). Destruksi
merupakan salah satu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsur-unsurnya
sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ada dua macam yaitu destruksi kering
dan basah. Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam asam kuat
baik tunggal maupun campuran. Kelebihan dari destruksi basah ialah
pengerjaannya yang lebih sederhana, oksidasi terjadi kontinyu dan cepat (Rodiana
et al. 2013).

B. Identifikasi Masalah
Logam Berat tidak hilang pada saat proses pemanasan pada tahap
produksi. Oleh karena itu, pada penelitian ini obat daun sirsak dianalisis untuk
mengetahui nilai kandungan obat logam berat serta untuk mengetahui manakah
dari Campuran HNO3 , H2O2, H2SO4 yang optimal digunakan untuk zat
pengoksidasi.

C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar dan penetapan metode
logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium pada sediaan obat herbal berbahan dasar
Daun Sirsak yang terdaftar dan tidak terdaftar Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) dengan variasi zat pengoksidasi menggunakan AAS.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah optimasi penetapan kadar Timbal (Pb),
dan Cadmium (Cd) pada Daun Sirsak sebagai obat herbal dengan berbagai zat
pengoksidasi.

E. Kerangka Pemikiran
Kadar dan penetapan metode logam berat Timbal (Pb), Kadmium (Cd),
Merkuri (Hg) pada sediaan obat herbal berbahan dasar Daun Sirsak dilakukan
dengan metode destruksi basah, dengan variasi zat pengoksidasi yaitu HNO3,
H2O2, H2SO4 menggunakan AAS.

F. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini dari variasi pengoksidasi terbaik ialah campuran
asam kuat yang akan memberikan perbedaan nilai kadar yang optimal karena
sampel teroksidasi dengan sempurna.

G. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT. Darya Varia Laboratoria
dilaksanakan pada bulan Maret – September 2021.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Obat
Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang digunakan untuk
mendiagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.0/MENKES/068/I/2010, obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia (Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2010).
Efek obat terjadi karena adanya interaksi fisiko-kimiawi antara obat atau
metabolit aktif dengan reseptor atau bagian tertentu dari tubuh. Obat tidak dapat
menimbulkan fungsi baru dalam jaringan tubuh atau organ, tetapi hanya dapat
menambah atau mempengaruhi fungsi dan proses fisiologi (Batubara 2008).
berikut pengertian beberapa istilah obat (UU Kesehatan RI No. 23 1992) :
1. Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman empirik.

2. Obat jadi adalah obat dalam keadan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, cairan, salep, tablet, pil, atau bentuk lain yang mempunyai nama
teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku referensi lain nya.

3. Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si
pembuat atau yang dikuasakan dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
memproduksi.

4. Obat generik adalah obat paten yang sudah habis masa berlaku patennya, dan
dapat diproduksi oleh perusahaan farmasi lainnya, dengan hanya
mencantumkan zat aktif obat tersebut, atau obat jadi yang diproduksi oleh
perusahaan farmasi karena permintaan pemerintah dengan subsidi biaya
produksi dari pemerintah (BPOM, 2001).
B. Obat Herbal

Obat herbal didefinisikan sebagai obat-obat yang dibuat dari bahan alami
seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Selain itu,
obat herbal juga bisa terdiri dari obat yang berasal dari sumber hewani, mineral,
atau gabungan ketiganya (Mangan 2003). Obat herbal memiliki banyak kelebihan
dibandingkan dengan obat-obatan kimia karena lebih alami dan memiliki efek
samping yang lebih sedikit. Kelebihan obat herbal di antaranya, memiliki efek
samping lebih sedikit dibandingkan dengan obat kimia, memiliki banyak khasiat
(Batubara 2008). Mekanisme kerja obat herbal yaitu efektif menyembuhkan
berbagai macam penyakit tanpa merusak sel-sel tubuh yang sehat. Obat herbal
bekerja dengan cara memperbaiki bukan hanya sekedar menghilangkan rasa sakit.
Meskipun proses penyembuhannya butuh waktu lama, tetapi obat herbal bisa
menyembuhkan penyakit lebih permanen dibandingkan obat kimia (BPOM
2001).

C. Daun Sirsak
Sirsak merupakan tanaman dengan tinggi pohon sekitar 8 meter. Batang
coklat berkayu, bulat, bercabang. Mempunyai daun bebentuk telur atau lanset,
ujung runcing, tepi rata, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang
tangkai 5 mm, hijau kekuningan. (Syamsuhidayat dan Hutapea 1991).

Gambar 1. Gambar Daun Sirsak (Syamsuhidayat dan Hutapea 1991).


Daun sirsak memiliki banyak manfaat sebagai obat obat untuk mengurangi kadar
diabetes, obesitas, kolesterol, bahkan kanker, hal ini dikarenakan daun sirsak
mengandung 114 senyawa volatil, yaitu 44 ester, 25 terpenoid, 10 senyawa
alkohol, 9 aldehida dan keton, 7 senyawa aromatic.

D. Logam Berat
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar
dari 5 g/cm3 dan logam dengan berat molekul tinggi. Sumber kontaminasi logam
dalam tanah pertanian berasal dari:
(1) Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk,
(2) Jumlah pupuk yang diberikan,
(3) Berasal dari berbagai kegiatan seperti pertambangan, industri dan transportasi
yang sering ditemukan dalam air, tanah dan udara,
(4) Jumlah yang terambil pada proses panen ataupun merembes ke dalam tanah
yang lebih dalam (Subowo dkk., 1999)
Pada tanaman logam berat dapat masuk ke dalam jaringan melalui akar
dan stomata (Alloway 1990). Pada dasarnya logam berat seperti Fe, Mn, Cu, Ni
dan Zn merupakan unsur essensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil
Namun dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Logam Pb dan Cd bukan unsur essensial bagi tanaman. Logam Pb dan Cd bersifat
toksik yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Kadar Pb pada tanaman obat di pasar Teheran juga diteliti oleh Ziarati
(2012), menunjukkan bahwa besar kadar Pb berkisar 0,41-39,41 mg/Kg.
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan penelitian terhadap kandungan logam berat
dalam produk herbal yang beredar di pasaran untuk mengetahui ada atau tidaknya
kandungan logam berat terutama Pb dan Cd.

1. Timbal (Pb)
Timbal (Pb) adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang
lazim terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral
lain terutama seng dan tembaga (Darmono 2001). Penggunaan Pb terbesar adalah
dalam industri baterai kendaraan bermotor seperti, timbal metalik. Pb digunakan
pada bensin untuk kendaraan, cat dan pestisida. Pencemaran Pb dapat terjadi di
udara, air, maupun tanah. (Sunu 2001).
Jumlah timbal (Pb) yang terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002 % dari
jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan
jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada di bumi (Palar 2008). Selain
dalam bentuk logam murni, Pb dapat ditemukan dalam bentuk senyawa anorganik
dan organik. Semua bentuk Pb tersebut berpengaruh sama terhadap toksisitas pada
manusia (Darmono 2001).
Logam Pb merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah. Logam
yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat sehingga logam Pb dapat digunakan
sebagai bahan coating (Darmono, 2001). Timbal memiliki kerapatan yang lebih besar
dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri. Sifat khusus dari
Pb lainnya adalah memilik titik lebur yang rendah 327,5 ⁰C, penghantar listrik yang
tidak baik (Sunu 2001).

2. Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) adalah logam berat yang dapat menyebabkan pencemaran
dan berbahaya bagi manusia. Salah satu kasus terkenal di Jepang yang disebabkan
pencemaran logam Cd adalah Itai-itaidesease (Darmono 1995). Kadmium dapat
ditemukan di tanah pertanian yang tercemar, sampah pertambangan, dan limbah
industri. Kadmium dapat terakumulasi pada jaringan tubuh kerang-kerangan,
sedangkan pada manusia terjadi di hati, tulang, ginjal, pankreas dan kelenjar
gondok (Palar 1994).
Kadmium diketahui merupakan logam yang tidak esensial untuk tumbuhan,
hewan dan manusia tetapi ada beberapa tulisan yang mengklaim bahwa kadmium
esensial untuk hewan. Pada dosis yang tinggi, kadmium dapat bersifat toksik pada
pencernaan dan pernapasan manusia (Stoeppler 1992).

E. Analisis Logam Berat Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)


Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) adalah suatu metode analisis
untuk menentukan konsentrasi suatu unsur yang didasarkan pada proses
penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang tereksitasi (Boybul dan Iis
2009). Prinsip kerja AAS berdasarkan absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom
menyerap cahaya dari sumber pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan
sifat unsurnya. Cahaya ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat
elektronik suatu atom. Atom yang mengabsorpsi energi tersebut akan naik tingkat
energinya dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi. Cahaya yang diteruskan akan
terukur intensitasnya oleh detektor dan terbaca dalam bentuk absorbansi yang
berbanding lurus dengan jumlah unsur dalam sampel (Khopkar 1990).

Gambar 2. Instrumen AAS (Khopkar 1990)


Analisis logam berat dapat menggunakan Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS) dikarenakan mempunyai sensitifitas tinggi, mudah,
murah, sederhana, cepat dan cuplikasn sampel yang dibutuhkan sedikit
(Supriyanto 2007). Penentuan kandungan mineral dalam sediaan obat dilakukan
dengan metode pengabuan atau destruksi, destruksi ada dua jenis yaitu destruksi
basah dan kering, penggunaan cara destruksi tergantung pada sifat organik dan
anorganik yang ada pada bahan mineral yang akan dianalisis (Muchtadi 2009).
Destruksi basah yaitu pemanasan sampel dengan adanya pengoksidasi kuat
seperti asam asam mineral. Jika dalam sampel dimasukkan zat pengoksidasi, lalu
dipanaskan pada temperatur tertentu dan pemanasan dilakukan secara terus
menerus pada waktu yang lama, maka sampel akan teroksidasi sempurna sehingga
meninggalkan senyawa yang sesuai untuk analisis. (Anderson 1987).
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Ronald H., 1987, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk


Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka bekerja sama dengan CV.
Rajawali.

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700,
Jakarta, UI Press.

Badan Pengawas Obat dan Makanan., 2001, Farmakologi Dasar : Pengertian dan
Perkembangan Obat. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia., 2005, Kriteria dan Tata
Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan
Fitofarmaka, Jakarta : Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, 02-04.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia., 2014, Peraturan


Kepala Badan Pengawas Obat dan Makana Republik Indonesia no 12
tahun 2014 Batas Cemaran Logam Berat Pada Obat Tradisional. Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

Batubara, P. L. 2008. Farmakologi Dasar. Edisi II.Lembaga Studi dan Konsultasi


Farmakologi. Jakarta.

Darmono., 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran.Hubungannya dengan


Toksikologi Senyawa Logam.UI-press, Jakarta.

Dhamananda, S., 2007, Lycium Fruit (Herbal and Medicine). Institut for
Traditional Medicine.Portland-Oregon. August 2007.

Garg, M. J. Singh., 2012, Quantitative Aas Stimulation of Heavy Metal and Trace
Ayurverdic Churna Praparations in India.International Jurnal of
Pharmaceutical Sciences and Reseach, 3:1331-1336.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Univer Indonesia.
Hal.216-217. Jakarta.

Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, 10-11, 33-34, 74-75,
116-117, PT Rineka Cipta,Jakarta.

Stoeppler, M. H., 1992, Metals in The Environment, Elsevier Science Publisher,


Amsterdam.

Sunu, P., 2001, Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 4001, 110,
Grasindo, Jakarta.
Sulastomo., 2007, Manajemen Kesehatan, Gramedia Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai