Anda di halaman 1dari 4

CARA PEMBUATAN AEROSOL

Aerosol cair merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi cair  dalam medium
pendispersi gas yang dapat membentuk sistem koloid dengan bantuan bahan pendorong atau
propelan aerosol. Pembuatan aerosol cair digunakan Metode dispersi, yaitu pemecahan
molekul besar menjadi molekul-molekul lebih kecil yang sesuai dengan ukuran partikel
koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya, contohnya : Parfum
semprot. Parfum semprot termasuk dalam koloid karena pada saat parfum tersebut
disemprotkan terdapat zat cair yang terdispersi dalam medium pendispersi zat gas.
Dengan 2 komponen utama, yaitu konsentrat (terdiri dari bahan aktif dan bahan tambahan,
seperti pelarut, antioksidan, surfaktan ) dan propelan (penghasil tekanan yang bisa berupa zat
tunggal atau campuran) Bahan pendorong yang banyak digunakan adalah Chloro Fluoro
Carbon (CFC) dan karbondioksida (CO2). Dengan konsep dasar suatu cairan yang disimpan
dalam tekanan yang tinggi digunakan untuk mendorong cairan lainnya keluar dari botol.
Botol akan diisi dengan dua jenis cairan. Satu cairan dengan titik didih di bawah suhu kamar
yang disebut propelan, dan satu cairan lagi dengan titik didih pada temperatur yang jauh lebih
tinggi dibanding propelan yang disebut konsentrat
Gambar aerosol

1.4. Kelengkapan atau komponen aerosol


1. Wadah

1
Wadah aerosol harus dapat memberikan keamanan tekanan maksimum dan tahan
tekanan serta tahan karat
2. Propelan
Propelan berfungsi memberikan tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan bahan
dari wadah dan dalam kombinasi dengan komponen lain mengubah bahan ke bentuk
fisik yang diinginkan.
3. Konsentrat mengandung zat aktif
Konsentrat zat aktif menggunakan pelarut pembantu untuk memperbaiki kelarutan
zat aktif atau zat berkhasiat atau formulasi dalam propelan misalnya etanol,
propilenglikol, PEG.
4. Katup
Katup berfungsi sebagai mengatur aliran zat terapetik dan propelan dari wadah.
5. Penyemprot atau aktuator
Penyemprotan atau aktuator adalah alat yang dilekatkan pada batang katup aerosol
yang jika ditekan atau digerakkan, membuka katup dan mengatur semprotan yang
mengandung obat ke daerah yang diinginkan (mengatur arah penyemprotan).

1.5. Pembuatan Aerosol


1. Pembuatan aerosol dilakukan dengan proses pendinginan ( cara dingin ) dan pengisian
dengan tekanan. Proses pengisian dengan pendinginan : konsentrat ( umumnya
didinginkan sampai suhu di bawah 00c ) dan propelan dingin yang telah diukur,
dimasukkan kedalam wadah terbuka ( biasanya wadah telah didinginkan ). Katup
penyemprot kemudian dipasang pada wadah hingga membentuk tutup kedap tekanan.
2. Proses pengisian dengan tekanan (Cara Panas) : hilangkan udara dalam wadah dengan
cara penghampaan atau dengan menambah sedikit propelan, isikan konsentrat
kedalam wadah, tutup kedap wadah. Isikan propelan melalui lubang katup dengan
cara penekanan, atau propelan dibiarkan mengalir dibawah tutup katup, kemudian
katup ditutup ( pengisian dibawah tutup ).

1.6. Cara Kerja Aerosol


1. Jika suatu gas yang dicairkan berada dalam wadah yang tertutup, maka sebagian dari
gas tersebut akan menjadi uap dan sebagian lagi tetap cair. Dalam keadaan
keseimbangan fase uap naik, fase cair turun.

2
2. Komponen zat aktif dari obat dilarutkan atau didispersikan dalam fase cair dari gas
tersebut.
3. Fase uap gas memberi tekanan pada dinding dan permukaan fase cair
4. Jika pada fase cair dimasukkan tabung yang pangkalnya melekat pada katup dan
hanya ujungnya yang masuk ka fase cair, maka karena tekanan uap tersebut, fase cair
akan naik melalui tabung ke tabung katup
5. Jika tombol pembuka ( aktuator ) ditekan, katup terbuka, fase cair didorong keluar
selama actuator ditekan
6. Fase gas yang berkurang akan terisi kembali oleh fase cair yang menguap
7. Fase cair yang keluar bersama zat aktif, karena titik didihnya terlampaui, akan
menguap di udara menyebabkan terjadinya bentuk semprotan atau spray.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM RI. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
1995
Ditjen POM RI. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 1979

Howard C. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ( Terjemahan). UI-Press. Jakarta.


1989. Hal.466.

3
4

Anda mungkin juga menyukai