Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

CARA MENGENDALIKAN STRESS DAN TETAP PRODUKTIF


PADA DEWASA MUDA DALAM MENGHADAPI MASA PENDEMI COVID 19

Disusun Oleh:
KELOMPOK H

Annisha Allama Nopthika, S.Kep


Dian Restuti, S.Kep
Fikrah Suci Alnur, S.Kep
Ledys Amelia, S.Kep
Putri Islami, S.Kep
Rizka Febri Tamala, , S.Kep
Salsabila, S.Kep
Wilda Syahri Hastuti, S.Kep
Yaumil Refti, S.Kep

Dosen Pembimbing:
Ns. Ulfa Suryani, M.Kep., Sp.Kep.J
Ns. Yola Yolanda, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020/2021
A. RINGKASAN
B. PENDAHULUAN
1. ANALISA SITUASI
2. PERMASALAHAN MITRA
3. Tujuan dari kegiatan ini adalah resolusi (perubahan) permasalahan dengan segera,
dimana seseorang melakukan evaluative situation yaitu menilai ancaman virus Covid-
19 berdasarkan sikap, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman masa lalu yang
dimiliki Jika kecemasan dinilai berbahaya, maka reaksi stress akan timbul. Reaksi
stres ini ada yang bersifat sesaat (state anxiety) dan ada yang bersifat permanen,
Beradaptasi dengan Kondisi Pandemi, bagaimana cara mengatasi stress dimasa
pendemi, dan mengelola stres di masa pendemi.
4. Alasan kelompok mengambil responden dewasa muda yang mengalami stressor,
Merujuk pada kebijakan Badan Kesehatan Dunia (WHO), buku ini merupakan salah
satu panduan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan kesehatan jiwa dan
psikososial bagi Orang Sehat, Orang Dengan Pantauan (ODP), Orang Tanpa Gejala
(OTG), Pasien Dengan Pengawasan (PDP), Pasien COVID-19, dan kelompok rentan
(Kementerian Kesehatan RI, 2019). Jika mengacu pada struktur usia penduduk maka
kelompok rentan yang terdampak pada kesehatan jiwa dan psikososial akibat infeksi
COVID-19 diantaranya adalah dewasa muda.
5. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut,
sampai kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
yang lebih dikenal dengan nama virus Corona. Virus ini bisa menyerang siapa saja,
baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui
(Alodokter, 2020).Menurut Brooks dkk. (2020), dampak psikologis selama pandemi
diantaranya gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder),
kebingungan, kegelisahan, frustrasi, ketakutan akan infeksi, insomnia dan merasa
tidak berdaya. Bahkan beberapa psikiatris dan psikolog mencatat hampir semua jenis
gangguan mental ringan hingga berat dapat terjadi dalam kondisi pandemik ini. Para
ahli telah bersepakat bahwa kesehatan fisik dan mental saling terkait yang harus
dikelola secara seimbang. Keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental di masa
pandemi juga telah menjadi perhatian oleh pemerintah, bagaimana dan apa yang harus
dilakukan untuk mencegah terjangkit atau menularkan ke mitra, dan menghindari
terjadinya masalah psikososial akibat pandemi ini. Dengan keadaan seperti ini
masyarakat membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang covis 19 ini serta
bagaimana cara mengendalikan stress dan tetap produktif ditengah pendemi covid 19
ini. Salah satu cara untuk peningkatan pengetahuan masyarakat ini dan cara
mengendalikan stress dan tetap produktif di tengan covid 19 adalah dengan
penyuluhan kesehatan tentang covid dan cara mengendalikan stress dan tetap
produktif saat pendemi covid 19. Dengan memberikan penyuluhan kesehatan ini
diharapkan masyarakat memahami apa itu COVID-19, masyarakat memahami
pengertian stress, memahami penyebab stress, komplikasi stress, pencegahan, dan
memahami dampak psikologis akibat COVID-19 serta memahami tentang cara
mengatasi stress ditengah wabah pandemi COVID-19.

6. Solusi Permasalahan
Dalam menghadapi stress dan tetap produktif dimasa pandemic ini kita dapat
menemukan solusi dengan bentuk pertahanan diri seperti rasionalisasi. Rasionalisasi
tidak dimaksudkan agar tindakan yang tidak masuk akal dijadikan masuk akal, akan
tetapi merasionalkan. Rasionalisasi tidak dimaksudkan untuk ‘membujuk’ atau
memanipulasi orang lain, melainkan ‘membujuk’ dirinya sendiri agar dapat menerima
keterbatasan diri sendiri. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang pada masa
pandemi ini melakukan kegiatan belajar dari rumah (studi from home) akan
melakukan rasionalisasi bahwa memiliki belajar yang kurang optimal. Belajar di
rumah di masa pandemi bukan sekedar pindah ruang belajar. Rasionalisasi ini bukan
untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri, sebagai upaya menjaga kesehatan mental
diri sehingga tidak menimbulkan frustasi, rasa bersalah, dan perasaan tidak berdaya.
Pada dasarnya mengendalikan stress agar tetap pada tingkatan yang
proporsional, merupakan hasil dari proses penilaian (perception of situation) yang
terjadi berulang kali. Proses penilaian dapat berubah seiring seseorang terpapar oleh
informasi. Perubahan penilaian ini kemudian berdampak pada bentuk coping. Pada
awal-awal masa pandemi COVID-19, tindakan membeli kebutuhan secara berlebihan
(belipanik/panic buying) merupakan salah satu contoh penilaian individu terhadap
ancaman kelangkaan bahan kebutuhan pokok. Mungkin saja keputusan untuk
belipanik ini dilakukan karena input informasi dari media digabung dengan
pengalaman masa lalu ketika ketersediaan bahan-bahan pokok menipis pada masa
krisis moneter.

7. METODE PELAKSANAAN
Adapun metode pelaksanaan yang akan dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:
Terdapat satu mitra yang akan mengikuti rangkaian kegiatan, rencana kegiatan
sebagai berikut :

No Rencana Maksud dan Tujuan Waktu


Kegiatan
1 Kegiatan Pelatihan Untuk mengendalikan stress dan 1 kali
tetap produktif pada dewasa muda
dalam menghadapi masa pendemi
covid 19, dilakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan bagi mitra
masyarakat total 3 sesi :
1. Sesi 1 : Pembukaan dari
moderator.
2. Sesi II : Penyampaian materi I
tentang stress yamg dialami dewasa
muda pandemi Covid 19.
3. Sesi III : Penyampaian materi II
tentang bagaimanan cara
mengendalikan stress dan tetap
produktif pada dewasa muda dalam
menghadapi masa pendemi covid
19

8. SKEMA KEGIATAN

Kunjungan langsung ke pasien

MELAKUKAN
PENYULUHAN SECARA
LANGSUNG

Kegiatan pengembangan :
-penyuluhan secara daring
- Tanya jawab
- monitoring evaluasi
Gambaran iptek yang akan di sampaikan ke pasien yaitu :

1) Tahap 1 : kunjungan
2) Tahap pertama , perawat melakukan kunjungan ke rumah klien , melakukan
pengkajian awal
3) Tahap 2 : melakukan kegiatan penyuluhan secara daring ke pasien

Kegiatan kunci :

1) sesi 1 : pembukaan
2) sesi 2 : penyampaian materi penyuluhan tentang :
3) “ cara mengendalikan stress dan tetap produktif pada dewasa muda dalam
menghadapi pendemi covid 19 “
4) sesi 3 : membuka sesi tannya jawab
5) sesi 4 : melakukan monitor evalusi
6) Melakukan evaluasi pemahaman klien tentang materi yang di sampaikan
7) sesi 3 : membuka sesi tannya jawab
8) sesi 4 : melakukan monitor evalusi
Melakukan evaluasi pemahaman klien tentang materi yang di sampaikan

9. JADWAL
N Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 12
o Nama kegiatan
0 1
1 Persiapkan penyuluhan
2 Indentifikasi klien yang akan diikutkan
3 Penyuluhan kesehatan pada anggota kelompok usia
17-25th
4 Monitoring dan evaluasi kesiapan kelompok usia
17-25th
5 Penyusun satuan acara penyuluhan
6 Seminar hasil/penyerahan laporan akhir

Lampiran materi
A. Stres
1. Defenisi stres
Istilah stres berasal dari bahasa Inggris Stress. Menurut Kamus Oxford stress
diartikan dengan pressure or worry caused by the problems in somebody’s life,
yaitutekanan atau kekhawatiran yang disebabkan oleh masalah dalam hidup
seseorang. Stress dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang
dialami seseorang ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterima
dan kemampuan untuk mengatasinya. Responsterhadap situasi dan adaptasi terhadap
lingkungan yang berdampak positif disebut eustress. Sebaliknya, apabila
responsnegatif yang ada, maka akan menjadi distress. Respons negatif ini bila tidak
dikelola dengan baik dan segera ada solusi/terapi akan menyebabkan seseorang
terganggu mentalnya. (Moh. Muslim, 2015).
Stress diartikan sebagai reaksi tubuh baik secara psikis maupun fisik karena
adanya tekanan ataupun ketegangan dari luar.Selama pandemiCovid-19,
memunculkan beragam pemicu stress yang sebelumnya tidak banyak dialami oleh
masyarakat, antara lain: stress akademik, stress kerja, dan stress dalam keluarga.
(Weinberg Gould,2014)
2. Ruang Lingkup Stress di Masa Pandemi Covid-19
a. Stress Akademik
Akademik identik dengan dunia Pendidikan, Yang dimaksud dengan
akademik adalahkemampuan menguasai ilmu pengetahuan yang telah diuji
kepastian kebenarannya sehingga hasilnya dapat diukur. Stress akademik adalah
tekanan nyang dialami oleh siswa atau mahasiswa yang berkaitan dengan
kemampuan menguasai ilmu pengetahuan. Dengan demikian Stress akademik
merupakan suatu keadaan atau kondisi berupa gangguan fisik, mental atau
emosional yang disebabkan ketidaksesuian antara tuntutan lingkungan dengan
sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani
dengan berbagai tekanan dan tuntutan di sekolah.
Stress akademik adalah respons yang muncul karena terlalu banyaknya
tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa/mahasiswa. Kondisi stress
disebabkan adanya tekanan untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan dalam
kondisi persaingan akademik yang semakin meningkat sehingga mereka semakin
terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan. Masalah yang dihadapi
siswa/mahasiswa ada masa pandemi Covid-19ini selain tuntutan-tuntutan yang
dibebankan dengan model belajar mengajar secara daring. Proses belajar
menggunakan media online lebih melelahkan dan membosankan, karena mereka
tidak dapat berinteraksi langsung baik dengan guru maupun teman lainnya.
Dengan demikian mengakibatkan frustrasi bagi siswa/mahasiswa, dan bila terus
berlanjut dapat menimbulkan stress.
b. Stress Kerja
Di masa pandemi Covid-19 diterapkan social distancing dan pekerja
beraktivitas dari rumah (WFH). Semua kantor dan tempat usaha tutup. Pabrik-
pabrik juga ikut tutup. Bagi pekerja yang dapat beraktivitasdi rumah tidak menjadi
masalah yang berarti. Akan tetapi bagi pekerja di bidang jasa dan produksi yang
mengharuskan di lokasi tempat kerja akan menimbulkan masalah. Tidak adanya
kepastian kapan masa pandemicovid ini berakhir menimbulkan ketidakpastian
bagi para pengusaha dan para pekerja. Tidak sedikit perusahaan yang melakukan
PHK, karena mandeknya kegiatan.
Apabila melihat kondisi yang ada, stress kerja pada masa pandemi covid ini
disebabkan social distancing yang mengakibatkan aktivitasmasyarakat berkurang.
Dampaknya adalah menurunnya produktivitas. Pada sisi lain, bagi pekerja yang
mulai menerapkan WFO (Work From Office) juga diliputi kecemasan yang
menimbulkan stress tersendiri, khawatir terkena virus corona, karena beberapa
beritamenyebutkan munculnya klaster baru di perkantoran. Kondisi demikian
terjadi antara lain adanya karyawan tidak disiplin dalam menerapkan protokol
Kesehatan. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwaketidakpastian situasi,
masalah ekonomi, gaji yang dipangkas, atau bahkan terkena pemutusan hubungan
kerja (PHK) menjadi faktor yang memicu terjadinya stress dalam kerja.
c. Stress dalam Keluarga
Stress dalam keluarga bisa dialami oleh anak yang bosan dengan model
pembelajaran secara online, tanpa dapat bermain dan berinteraksi dengan
temannya. Demikian juga dengan suami sebagai kepala keluarga yang harus
bekerja dari rumah atau bahkan tidak bekerja, menganggur di rumah, berdampak
padapenurunan produktivitasdanpemasukan, dapat pula memicustress dalam
keluarga. Dengan demikian, stress dalam keluarga merupakan akumulasi dari
stress akademik yang dialami anak, stress kerja yang dialami orang tua (ayah atau
ibu), diperburuk dengan kondisi keluarga yang kurang harmonis, semakin
memperkuat potensi stress dalam keluarga. Stress memang tidak dapat dihindari,
akan tetapi dapat diminalisir dengan bertindak positif. Oleh sebab itu dibutuhkan
manajemen stress yang komprehensif dan holistik (Know, 2014).
3. Mengelola Stress di Masa Pandemi Covid-19
Sebelum mengelola stress perlu diketahui terlebih dahulu gejala-gejala Stress pada
masa Pandemi Covid-19. Diantara tanda-tandanya antara lain:
a. Memiliki rasa khawatir atau takut yang berlebihan sehingga berpikir yang tidak
rasional.
b. Memiliki pikiran negatif terhadap orang yang memiliki tanda-tanda penderita
c. Mencari berita mengenai Covid-19 yang berlebihan sehingga tidak dapat
memilah berita yang akurat dan dapat memunculkan kecemasan yang membuat
seseorang mengalami sulit tidur
d. Sakit kepala, serta sakit fisik lainnya

Berikut langkah-langkah yang ditawarkan dalam mengelola stress :

a) Mengenali Penyebab Stress di Masa Pandemic Covid-19


Disaat pandemi ini yang menjadi sumber stress (stressor) adalah berita
mengenai Covid-19dan pembatasan sosial yang dilakukan oleh pemerintah.
Oleh sebab itu masyarakat dituntut untuk bijak dalam membaca berita.
Harus dari sumber yang valid karena sering kali berita hoax yang ada.
Informasi yang ada harus dipilih dan dipilah. Mencari informasi dari
sumber yang terpercaya, adalah salah satu solusi, tidak gampang percaya
berita-berita yang mengakibatkan semakin cemas, khawatir dan gelisah.
Karena mempercayai berita yang membuat kecemasan, kekhawatiran dan
kegelisahan menjadi salah satu pemicu stress.
b) Dalam mengelola stress perlu diketahui factor penyebab stress. Dalam buku
Kesehatan Mental karya Prof Dr. Zakiah Daradjat (2003) disebutkan ada 3 hal
yangmenyebabkan kondisi tidak stress seseorang, yaitu: frustrasi, konflik dan
kecemasan.
- FrustrasiYang
- Frustrasi
Yaitu kenyataan yang ada tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Kondisi demikian sangat mungkin dialami oleh siswa/mahasiswa. Dalam
kondisi pandemiCovid-19semua serba terbatas. Hampir seluruh proses
belajar mengajar dilakukan secara daring (online). Bagi siswa/mahasiswa
yang mempunyai fasilitas untuk dapat mengakses PBM secara online tidak
ada masalah. Akan tetapi faktanya tidak seluruh wilayah di bumi
Nusantara ini dapat mengakses fasilitasberbasis IT tersebut. Anak akan
stress, karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Tidak ada alat
komunikasi (HP) dan paket data atau jaringan internet yang bagus dapat
menjadi penyebab tidak lancarnya proses belajar mengajar, sehingga
harapan siswa/mahasiswa tidak sesuai dengan kenyataan. Kondisi Covid-
19mengharuskan social distancing, sehingga penelitian yang harusnya bisa
dilakukan harus ditundaatau harus ganti topik penelitian.Sosial distancing
juga dapat memicu frustrasipara pekerja atau pengusaha. Harapan akan
mendapatkan pemasukan atau keuntungan, malah merugi. Bahkan dalam
beberapa kasus terjadi proses PHK, yang sangat mungkin akan
menimbulkan frustrasi seseorang.
- Konflik
Adanya pertentangan antara dua kepentingan atau lebih dapat membuat
orang mengalami kecemasan.Sebagai contoh bagi pekerja, apakah dia
harus bekerja dirumah atau diberhentikan , keduanya bisa memunculkan
konflik.
- Kecemasan
Perpaduan antara konflik dan frustrasi dapat mengakibatkan kecemasan.
Kondisi inilah yang ditemukan pada beberapa kasus pemicu stress.
Sebagai contoh adanya deadline tugas yang harus diselesaikan membuat
siswa/mahasiswa merasa tertekan dalam menghadapi kesehariannya yang
akan berakibat timbulnya stress.
4. Strategi untuk menghadapi stress selama pandemi Covid-19
a) Merasa sedih, tertekan, bingung, takut dan marah adalah hal yang lumrah
selama krisis terjadi. Berbincang dan berbagi cerita dengan orang-orang yang
dapat dipercayai bisa membantu mengurangi rasa tertekan yang dialami.
b) Selama pandemi ini, berdiam di rumah lebih dianjurkan untuk meminimalisir
penyebaran virus dan kontak fisik dengan orang banyak. Menjaga gaya hidup
sehat dengan asupan gizi yang cukup, pola tidur yang baik, olahraga dan
berinteraksi dengan orang-orang yang disayang bisa dilakukan selama berdiam
di rumah.
c) Menghindari rokok, alkohol dan narkotika untuk menyelesaikan masalah
emosi.
d) Mencari fakta-fakta dan info terbaru yang dapat membantu dalam menentukan
tahap pencegahan yang tepat dan menghindari berita-berita yang tidak valid
dan kredibel.
e) Mengurangi kecemasan dengan membatasi media yang menyebarkan informasi
yang membuat semakin cemas dan takut.
f) Mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengatur emosi selama
masa pandemi ini
B. Dewasa awal
1. Pengertian Dewasa Awal
Dewasa awal atau biasa disebut adultberasal dari kata bentuk lampau
yakni adultusyang memiliki arti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran
yang sempurna, atau telah menjadi dewasa. Dewasa awal adalah individu yang
telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat bersama dengan individu dewasa lainnya (Hurlock, 1980).
Dewasa awal juga sering disebut juga dewasa muda yaitu antara umur
20-40 tahun yang merupakan tahapan yang paling dinamis sepanjang rentang
kehidupan manusia, sebab seseorang mengalami banyak perubahan perubahan
progresif secara fisik, kogitif maupun psikologis-emosional, untuk menuju
integrasif secara fisik ,kognitif maupun psikososio-emosional, untuk integrasi
kepribadian yang semakin matang dan bijaksana. Seseorang dewasa telah
menunaikan tugas perkembangan masa remaja seperti telah menyelesaikan
pendidikan menengah maupun atas, mengikuti dan menamatkan pendidikan
tinggi (universitas), meniti maupun meraih puncak karir, membentuk dan
membina rumah tangga baru, berpartisipasi sebagai warga negara yang aktif
dan produkrif(Knoers & Haditono 2016).
2. Karakteristik Masa Dewasa Awal
Karakteristik dewasa awal menurut Harlock,2016 yaitu :

a) Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan. Pada masa ini individu
akan mencoba-coba dan menentukan mana yang sesuai yang dirasa
dapat memberi kepuasan permanen bagi dirinya. Ketika individu
menemukan pola hidup yang diyakininya dapat memenuhi
kebutuhannya, individu tersebut akan mengembangkan pola-pola
perilaku, sikap dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasan
selama sisa hidupnya.
b) Masa dewasa awal sebagai masa usia produktif. Pada rentang usia ini
adalah masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup,
menikah dan memiliki anak, pada masa ini pula organ reproduksi
sangat reproduktif dalam menghasilkan individu baru (anak)
c) Masa dewasa awal sebagai masa yang bermasalah. Hal ini disebabkan
karena pada masa ini individu harus mampu menyesuaikan diri dengan
peran baru yangdimilikinya yaitu dalam perkawinan dan pekerjaan. Jika
individu tidak dapat menyesuaikan diri maka hal itu akan menimbulkan
masalah dalam kehiduannya. Ada beberapa alasan mengapa individu
merasa sulit untuk menyesuaikan diri terhadap peran baru yang
dimilikinya, pertama adalah kurangnya persiapan diri dan kedua adalah
tidak adanya bantuan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-
masalahnya, tidak seperti sewaktu dirinya dianggap belum dewasa
d) Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosi. Ketika seseorang
berumur antara 18-39 tahun, kondisi emosionalnya cenderung tidak
terkendali, labil, resah, mudah memberontak dan juga mudah tegang.
Individu merasa khawatir dalam status pekerjaan yang belum tinggi dan
peran barunya sebagai suami atau orang tua, makakebanyakan akan
tidak terkendali yang berakhir pada stress bahkan beberapa diantaranya
memilih untuk mengakhiri hidupnya hal ini akan menurun ketika
seseorang telah memasuki usia 40-an, individu akan cenderung stabil
dan tenang dalam emosi
e) Masa dewasa awal sebagai masa keterasingan sosial. Berakhirnya
pendidikan formal dan masuknya seseorang dalam pola kehidupan
orang dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, maka
hubungan dengan teman-teman kelompok akan menjadi renggang, dan
bersamaan denganitu kegiatan sosial juga dibatasi karena berbagai
tekanan pekerjaan dan keluarga
f) Masa dewasa awal sebagai masa komitmen. Pada masa ini juga
individu akan mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen, ketika
menjadi dewasa, orang-orang muda akan mengalami perubahan
tanggung jawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada
orang tua menjadi masa mandiri. Individu mulai membentuk pola
hidup, tanggung jawab, dan komitmen baru
g) Masa dewasa awal merupakan masa ketergantungan. Pada masa
dewasa awal, individu cenderung masih mempunyai ketergantungan
pada orang tua ataupun organisasi
h) Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai. Nilai-nilai yang
dimiliki individu pada masa dewasa awal akan berubah karena
pengalaman dan hubungan sosialnya semakin luas. Alasan kenapa
seseorang berubah nilainya dalam kehidupan yakni agar seseorang
tersebut dapat diterima oleh kelompoknya. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengikuti atau mematuhi aturan-aturan yang telah
disepakati oleh kelompok
i) Masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian diri terhadap cara hidup
baru. Ketika seseorang telah memasuki masa dewasa berarti seseorang
juga harus lebih bertanggung jawab karena sudah mempunyai peran
ganda sebagai orang tua dan sebagai pekerja;
j) Masa dewasa awal sebagai masa kreatif. Bentuk kreatifitas yang terlihat
sesudah individu menjadi dewasa tergantung pada kemampuan, minat,
potensi dan kesempatan.
3. Langkah –langkah mudah menjadi masa dewasa awal yang produktif
a. Kerjakan pekerjaan dengan skala prioritas
Ketika mendapatkan banyak pekerjaan dalam satu waktu, maka kerjakanlah
dengan skala prioritas. Artinya, jika pekerjaan tersebut terlihat sulit maka
kerjakan terlebih dahulu. Ekerjaan yang sulit maka akan memakan banyak
waktu dan pikiran. Sehingga buat jadi prioritas yang utama dalam
mengerjakannya kemudian baru kerjakan yang mudah.
b. Jangan melakukan banyak hal dalam satu waktu
Banyak orang merasa cukup mampu untuk bisa menangani banyak hal
dalam satu waktu. Tetapi harus diingat bahwa hal tersebut tak selamanya
baik. Multitasking itu akan memecah fokus dan menjadikan kita tidak
cukup waktu memikirkan hingga ke detail. Oleh karenanya, kerjakanlah
satu hal dalam satu waktu. Sehingga hasil dari pekerjaan tersebut pun akan
menjadi maksimal.
c. Buat jadwal untuk aktivitasmu, tetap konsisten dan disiplin 
Menjadi disiplin terhadap jadwal yang telah dibuat itu penting. Dengan
membuat jadwal dalam melakukan aktivitas kita akan tahu seberapa
konsisten dalam menepatinya. Saat telah terbiasa dalam membuat jadwal
tersebut kita akan memiliki manajemen waktu yang baik. Sehingga setiap
pekerjaan akan mendapatkan estimasi waktunya masing-masing. Dengan
begitu kita akan tetap produktif dan mampu menyelesaikan tepat waktu.

d. Ambil waktu untuk me time dan rehat sejenak

Menjadi produktif bukan berarti harus selamanya bekerja dan


melakukan kegiatan. Rehat itu perlu dan menjadi bagian penting dalam
produktivitas kerja. Dengan melakukan me time atau pun rehat kita dapat
memikirkan berbagai ide atau kreativitas yang baru. Sehingga dapat
digunakan dalam pekerjaan nantinya. Ketenangan pikiran setelah lelah
bekerja adalah hal yang utama.

e. Selalu bersyukur atas apa pun dan jangan lupa beribadah

Langkah terakhir untuk menjadi produktif adalah dengan memenuhi


kebutuhan spiritual kita. Yakni dengan selalu bersyukur dan beribadah
menurut kepercayaan masing-masing. Percayalah setelah berusaha
maksimal dalam bekerja dan berkegiatan, Tuhan menjadi tempat kita
kembali. Artinya, seluruh upaya yang telah dilakukan maksimal
kembalikan lagi kepada YME agar semuanya membawa kebaikan bagi diri
kita dan orang lain

Anda mungkin juga menyukai