Disusun Oleh:
KELOMPOK H
Dosen Pembimbing:
Ns. Ulfa Suryani, M.Kep., Sp.Kep.J
Ns. Yola Yolanda, M.Kep
6. Solusi Permasalahan
Dalam menghadapi stress dan tetap produktif dimasa pandemic ini kita dapat
menemukan solusi dengan bentuk pertahanan diri seperti rasionalisasi. Rasionalisasi
tidak dimaksudkan agar tindakan yang tidak masuk akal dijadikan masuk akal, akan
tetapi merasionalkan. Rasionalisasi tidak dimaksudkan untuk ‘membujuk’ atau
memanipulasi orang lain, melainkan ‘membujuk’ dirinya sendiri agar dapat menerima
keterbatasan diri sendiri. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang pada masa
pandemi ini melakukan kegiatan belajar dari rumah (studi from home) akan
melakukan rasionalisasi bahwa memiliki belajar yang kurang optimal. Belajar di
rumah di masa pandemi bukan sekedar pindah ruang belajar. Rasionalisasi ini bukan
untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri, sebagai upaya menjaga kesehatan mental
diri sehingga tidak menimbulkan frustasi, rasa bersalah, dan perasaan tidak berdaya.
Pada dasarnya mengendalikan stress agar tetap pada tingkatan yang
proporsional, merupakan hasil dari proses penilaian (perception of situation) yang
terjadi berulang kali. Proses penilaian dapat berubah seiring seseorang terpapar oleh
informasi. Perubahan penilaian ini kemudian berdampak pada bentuk coping. Pada
awal-awal masa pandemi COVID-19, tindakan membeli kebutuhan secara berlebihan
(belipanik/panic buying) merupakan salah satu contoh penilaian individu terhadap
ancaman kelangkaan bahan kebutuhan pokok. Mungkin saja keputusan untuk
belipanik ini dilakukan karena input informasi dari media digabung dengan
pengalaman masa lalu ketika ketersediaan bahan-bahan pokok menipis pada masa
krisis moneter.
7. METODE PELAKSANAAN
Adapun metode pelaksanaan yang akan dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:
Terdapat satu mitra yang akan mengikuti rangkaian kegiatan, rencana kegiatan
sebagai berikut :
8. SKEMA KEGIATAN
MELAKUKAN
PENYULUHAN SECARA
LANGSUNG
Kegiatan pengembangan :
-penyuluhan secara daring
- Tanya jawab
- monitoring evaluasi
Gambaran iptek yang akan di sampaikan ke pasien yaitu :
1) Tahap 1 : kunjungan
2) Tahap pertama , perawat melakukan kunjungan ke rumah klien , melakukan
pengkajian awal
3) Tahap 2 : melakukan kegiatan penyuluhan secara daring ke pasien
Kegiatan kunci :
1) sesi 1 : pembukaan
2) sesi 2 : penyampaian materi penyuluhan tentang :
3) “ cara mengendalikan stress dan tetap produktif pada dewasa muda dalam
menghadapi pendemi covid 19 “
4) sesi 3 : membuka sesi tannya jawab
5) sesi 4 : melakukan monitor evalusi
6) Melakukan evaluasi pemahaman klien tentang materi yang di sampaikan
7) sesi 3 : membuka sesi tannya jawab
8) sesi 4 : melakukan monitor evalusi
Melakukan evaluasi pemahaman klien tentang materi yang di sampaikan
9. JADWAL
N Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 12
o Nama kegiatan
0 1
1 Persiapkan penyuluhan
2 Indentifikasi klien yang akan diikutkan
3 Penyuluhan kesehatan pada anggota kelompok usia
17-25th
4 Monitoring dan evaluasi kesiapan kelompok usia
17-25th
5 Penyusun satuan acara penyuluhan
6 Seminar hasil/penyerahan laporan akhir
Lampiran materi
A. Stres
1. Defenisi stres
Istilah stres berasal dari bahasa Inggris Stress. Menurut Kamus Oxford stress
diartikan dengan pressure or worry caused by the problems in somebody’s life,
yaitutekanan atau kekhawatiran yang disebabkan oleh masalah dalam hidup
seseorang. Stress dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang
dialami seseorang ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterima
dan kemampuan untuk mengatasinya. Responsterhadap situasi dan adaptasi terhadap
lingkungan yang berdampak positif disebut eustress. Sebaliknya, apabila
responsnegatif yang ada, maka akan menjadi distress. Respons negatif ini bila tidak
dikelola dengan baik dan segera ada solusi/terapi akan menyebabkan seseorang
terganggu mentalnya. (Moh. Muslim, 2015).
Stress diartikan sebagai reaksi tubuh baik secara psikis maupun fisik karena
adanya tekanan ataupun ketegangan dari luar.Selama pandemiCovid-19,
memunculkan beragam pemicu stress yang sebelumnya tidak banyak dialami oleh
masyarakat, antara lain: stress akademik, stress kerja, dan stress dalam keluarga.
(Weinberg Gould,2014)
2. Ruang Lingkup Stress di Masa Pandemi Covid-19
a. Stress Akademik
Akademik identik dengan dunia Pendidikan, Yang dimaksud dengan
akademik adalahkemampuan menguasai ilmu pengetahuan yang telah diuji
kepastian kebenarannya sehingga hasilnya dapat diukur. Stress akademik adalah
tekanan nyang dialami oleh siswa atau mahasiswa yang berkaitan dengan
kemampuan menguasai ilmu pengetahuan. Dengan demikian Stress akademik
merupakan suatu keadaan atau kondisi berupa gangguan fisik, mental atau
emosional yang disebabkan ketidaksesuian antara tuntutan lingkungan dengan
sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani
dengan berbagai tekanan dan tuntutan di sekolah.
Stress akademik adalah respons yang muncul karena terlalu banyaknya
tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa/mahasiswa. Kondisi stress
disebabkan adanya tekanan untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan dalam
kondisi persaingan akademik yang semakin meningkat sehingga mereka semakin
terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan. Masalah yang dihadapi
siswa/mahasiswa ada masa pandemi Covid-19ini selain tuntutan-tuntutan yang
dibebankan dengan model belajar mengajar secara daring. Proses belajar
menggunakan media online lebih melelahkan dan membosankan, karena mereka
tidak dapat berinteraksi langsung baik dengan guru maupun teman lainnya.
Dengan demikian mengakibatkan frustrasi bagi siswa/mahasiswa, dan bila terus
berlanjut dapat menimbulkan stress.
b. Stress Kerja
Di masa pandemi Covid-19 diterapkan social distancing dan pekerja
beraktivitas dari rumah (WFH). Semua kantor dan tempat usaha tutup. Pabrik-
pabrik juga ikut tutup. Bagi pekerja yang dapat beraktivitasdi rumah tidak menjadi
masalah yang berarti. Akan tetapi bagi pekerja di bidang jasa dan produksi yang
mengharuskan di lokasi tempat kerja akan menimbulkan masalah. Tidak adanya
kepastian kapan masa pandemicovid ini berakhir menimbulkan ketidakpastian
bagi para pengusaha dan para pekerja. Tidak sedikit perusahaan yang melakukan
PHK, karena mandeknya kegiatan.
Apabila melihat kondisi yang ada, stress kerja pada masa pandemi covid ini
disebabkan social distancing yang mengakibatkan aktivitasmasyarakat berkurang.
Dampaknya adalah menurunnya produktivitas. Pada sisi lain, bagi pekerja yang
mulai menerapkan WFO (Work From Office) juga diliputi kecemasan yang
menimbulkan stress tersendiri, khawatir terkena virus corona, karena beberapa
beritamenyebutkan munculnya klaster baru di perkantoran. Kondisi demikian
terjadi antara lain adanya karyawan tidak disiplin dalam menerapkan protokol
Kesehatan. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwaketidakpastian situasi,
masalah ekonomi, gaji yang dipangkas, atau bahkan terkena pemutusan hubungan
kerja (PHK) menjadi faktor yang memicu terjadinya stress dalam kerja.
c. Stress dalam Keluarga
Stress dalam keluarga bisa dialami oleh anak yang bosan dengan model
pembelajaran secara online, tanpa dapat bermain dan berinteraksi dengan
temannya. Demikian juga dengan suami sebagai kepala keluarga yang harus
bekerja dari rumah atau bahkan tidak bekerja, menganggur di rumah, berdampak
padapenurunan produktivitasdanpemasukan, dapat pula memicustress dalam
keluarga. Dengan demikian, stress dalam keluarga merupakan akumulasi dari
stress akademik yang dialami anak, stress kerja yang dialami orang tua (ayah atau
ibu), diperburuk dengan kondisi keluarga yang kurang harmonis, semakin
memperkuat potensi stress dalam keluarga. Stress memang tidak dapat dihindari,
akan tetapi dapat diminalisir dengan bertindak positif. Oleh sebab itu dibutuhkan
manajemen stress yang komprehensif dan holistik (Know, 2014).
3. Mengelola Stress di Masa Pandemi Covid-19
Sebelum mengelola stress perlu diketahui terlebih dahulu gejala-gejala Stress pada
masa Pandemi Covid-19. Diantara tanda-tandanya antara lain:
a. Memiliki rasa khawatir atau takut yang berlebihan sehingga berpikir yang tidak
rasional.
b. Memiliki pikiran negatif terhadap orang yang memiliki tanda-tanda penderita
c. Mencari berita mengenai Covid-19 yang berlebihan sehingga tidak dapat
memilah berita yang akurat dan dapat memunculkan kecemasan yang membuat
seseorang mengalami sulit tidur
d. Sakit kepala, serta sakit fisik lainnya
a) Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan. Pada masa ini individu
akan mencoba-coba dan menentukan mana yang sesuai yang dirasa
dapat memberi kepuasan permanen bagi dirinya. Ketika individu
menemukan pola hidup yang diyakininya dapat memenuhi
kebutuhannya, individu tersebut akan mengembangkan pola-pola
perilaku, sikap dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasan
selama sisa hidupnya.
b) Masa dewasa awal sebagai masa usia produktif. Pada rentang usia ini
adalah masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup,
menikah dan memiliki anak, pada masa ini pula organ reproduksi
sangat reproduktif dalam menghasilkan individu baru (anak)
c) Masa dewasa awal sebagai masa yang bermasalah. Hal ini disebabkan
karena pada masa ini individu harus mampu menyesuaikan diri dengan
peran baru yangdimilikinya yaitu dalam perkawinan dan pekerjaan. Jika
individu tidak dapat menyesuaikan diri maka hal itu akan menimbulkan
masalah dalam kehiduannya. Ada beberapa alasan mengapa individu
merasa sulit untuk menyesuaikan diri terhadap peran baru yang
dimilikinya, pertama adalah kurangnya persiapan diri dan kedua adalah
tidak adanya bantuan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-
masalahnya, tidak seperti sewaktu dirinya dianggap belum dewasa
d) Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosi. Ketika seseorang
berumur antara 18-39 tahun, kondisi emosionalnya cenderung tidak
terkendali, labil, resah, mudah memberontak dan juga mudah tegang.
Individu merasa khawatir dalam status pekerjaan yang belum tinggi dan
peran barunya sebagai suami atau orang tua, makakebanyakan akan
tidak terkendali yang berakhir pada stress bahkan beberapa diantaranya
memilih untuk mengakhiri hidupnya hal ini akan menurun ketika
seseorang telah memasuki usia 40-an, individu akan cenderung stabil
dan tenang dalam emosi
e) Masa dewasa awal sebagai masa keterasingan sosial. Berakhirnya
pendidikan formal dan masuknya seseorang dalam pola kehidupan
orang dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, maka
hubungan dengan teman-teman kelompok akan menjadi renggang, dan
bersamaan denganitu kegiatan sosial juga dibatasi karena berbagai
tekanan pekerjaan dan keluarga
f) Masa dewasa awal sebagai masa komitmen. Pada masa ini juga
individu akan mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen, ketika
menjadi dewasa, orang-orang muda akan mengalami perubahan
tanggung jawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada
orang tua menjadi masa mandiri. Individu mulai membentuk pola
hidup, tanggung jawab, dan komitmen baru
g) Masa dewasa awal merupakan masa ketergantungan. Pada masa
dewasa awal, individu cenderung masih mempunyai ketergantungan
pada orang tua ataupun organisasi
h) Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai. Nilai-nilai yang
dimiliki individu pada masa dewasa awal akan berubah karena
pengalaman dan hubungan sosialnya semakin luas. Alasan kenapa
seseorang berubah nilainya dalam kehidupan yakni agar seseorang
tersebut dapat diterima oleh kelompoknya. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengikuti atau mematuhi aturan-aturan yang telah
disepakati oleh kelompok
i) Masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian diri terhadap cara hidup
baru. Ketika seseorang telah memasuki masa dewasa berarti seseorang
juga harus lebih bertanggung jawab karena sudah mempunyai peran
ganda sebagai orang tua dan sebagai pekerja;
j) Masa dewasa awal sebagai masa kreatif. Bentuk kreatifitas yang terlihat
sesudah individu menjadi dewasa tergantung pada kemampuan, minat,
potensi dan kesempatan.
3. Langkah –langkah mudah menjadi masa dewasa awal yang produktif
a. Kerjakan pekerjaan dengan skala prioritas
Ketika mendapatkan banyak pekerjaan dalam satu waktu, maka kerjakanlah
dengan skala prioritas. Artinya, jika pekerjaan tersebut terlihat sulit maka
kerjakan terlebih dahulu. Ekerjaan yang sulit maka akan memakan banyak
waktu dan pikiran. Sehingga buat jadi prioritas yang utama dalam
mengerjakannya kemudian baru kerjakan yang mudah.
b. Jangan melakukan banyak hal dalam satu waktu
Banyak orang merasa cukup mampu untuk bisa menangani banyak hal
dalam satu waktu. Tetapi harus diingat bahwa hal tersebut tak selamanya
baik. Multitasking itu akan memecah fokus dan menjadikan kita tidak
cukup waktu memikirkan hingga ke detail. Oleh karenanya, kerjakanlah
satu hal dalam satu waktu. Sehingga hasil dari pekerjaan tersebut pun akan
menjadi maksimal.
c. Buat jadwal untuk aktivitasmu, tetap konsisten dan disiplin
Menjadi disiplin terhadap jadwal yang telah dibuat itu penting. Dengan
membuat jadwal dalam melakukan aktivitas kita akan tahu seberapa
konsisten dalam menepatinya. Saat telah terbiasa dalam membuat jadwal
tersebut kita akan memiliki manajemen waktu yang baik. Sehingga setiap
pekerjaan akan mendapatkan estimasi waktunya masing-masing. Dengan
begitu kita akan tetap produktif dan mampu menyelesaikan tepat waktu.