Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM DAQ

Modul 2 : Simulasi Sistem Data Acquisition

By
Bayu Aji Raditya
13619026
Kelompok 7

Lab Work Date: Selasa, 9 Maret 2021


Report Collection Date: Selasa, 16 Maret 2021

AEROSPACE
ENGINEERING
FACULTY OF MECHANICAL AND AEROSPACE
ENGINEERING
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021

1
1. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari diadakannya praktikum antara lain:

a. Mahasiswa mengetahui prinsip konversi data dari analog menjadi digital dengan
menggunakan Analog to Digital Converter (ADC)
b. Mahasiswa mengetahui fenomena Aliasing yang terjadi pada proses konversi
Analog ke Digital.
c. Mahasiswa mengetahui dasar penanganan (filtering) pada konversi Analog
menjadi Digital.

2. DASAR TEORI

2.1 Sistem Pengukuran

Sistem pengukuran (measurement system) bertujuan untuk memperoleh


kuantitas/nilai variable yang diukur dari sustu sistem seakurat mungkin. Secara ideal,
hasil yang diinginkan adalah nilai yang sama dengan nilai eksak variable. Akan tetapi,
hal ini sulit diwujudkan atau tidak selalu diinginkan/dibutuhkan. Nilai pengukuran
yang sangat akurat tidak selalu dibutuhkan, karena factor jenis aplikasi yang
membutuhkan data pengukuran tersebut dan sisi ekonomis juga harus
dipertimbangkan. Biasanya yang dibutuhkan adalah data/informasi hasil pengukuran
yang memiliki tingkat akurasi tertentu yang diperoleh dengan peralatan dan teknik
pengukuran yang sesederhana mungkin (efektif dan efisien).

Sistem pengukuran terdiri dari perangkat yang dapat mendeteksi fenomena


fisik pada pengujian (sensor), mentransformasikan menjadi sesuatu yang dapat diolah
(transducer), mengolah sinyal output (signal conditioner), dan mengolah informasi
hasil pengukuran (signal recorder).

2.2 Analog To Digital Converter

Sinya di dunia nyata merupakan sinyal analog, sedangkan penyimpanan atau


pengolahan data pada computer biasanya dalam bentuk digital. Oleh karenanya,
diperlukan suatu sistem yang menghubungkan dunia analog dan digital, sehingga
informasi dari fenomena fisik dapat direkam dan diolah dengan bantuan computer.
Perangkat pengkonversi data analog menjadi data dalam format diskrit disebut

2
sebagai Analog to Digital Converter (ADC). ADC melakukan dua proses utama, yaitu
sampling dan quantization.

2.2.1 Sampling

Sampling adalah pencuplikan nilai informasi analog pada tiap interval pada
waktu tertentu. Semakin pendek interval waktu pencuplikan data, maka semakin
“lengkap” informasi yang didapat. Sampling interval T yang kecil atau frekuensi
sampling fs yang tinggi akan memberikan data yang dapat merepresentasikan
perilaku/bentuk sinyal analog dengan lebih baik.

Selain itu, frekuensi sampling yang tinggi memberikan konsekuensi kebutuhan


akan tempat penyimpanan data yang lebih besar, karena jumlah data yang dibaca
menjadi lebih besar pada tiap periode waktu.

2.2.2 Quantization

Quantization adalah proses untuk menentukan nilai yang dibaca pada tiap
pencuplikan data. Quantization terkait dengan resolusi yang dimiliki komponen ADC.
Resolusi mengindikasikan jumlah nilai diskrit yang dapat dihasilkan oleh ADC dari
sinyal analog pada rentang nilai tertentu.

Informasi/data hasil sampling biasanya akan tersimpan dalam format kode


biner (0 dan 1), sehingga resolusi biasanya dinyatakan dalam bits. Resolusi dengan
bits yang besar menandakan bahwa suatu range nilai sinyal analog tertentu dapat di‐

3
assign nilai (increment) yang lebih banyak dalam kode biner (2 pangkat n, n adalah
jumlah bits), atau dengan kata lain resolusi tinggi dapat memberikan nilai data dengan
increment yang lebih rapat.

Gambar di atas menunjukkan bahwa dengan resolusi yang lebih tinggi, maka
tersedia lebih banyak nilai yang bisa di‐assign ke data hasil pencuplikan, sehingga
diperoleh data diskrit yang dapat merepresentasikan data analog dengan lebih baik
(smoother).

2.2.3 Aliasing

Aliasing merupakan fenomena dimana sinyal yang dibaca memiliki frekuensi


yang lebih rendah dibanding sinyal aslinya sehingga menimbulkan misinterpretasi
data. Hal terjadi apabila frekuensi sinyal yang diamati memiliki frekuensi lebih besar
dari setengah frekuensi sampling-nya. Fenomena aliasing dapat dilihat pada gambar
di bawah.

aliasing dapat dihindari antara lain dengan menaikkan frekuensi sampling, atau
dengan “membuang” konten suatu sinyal yang memiliki frekuensi lebih dari setengah
frekuensi sampling. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan filter (low pass
filter).

4
2.2.4 Clipping

Clipping adalah distorsi yang muncul pada sinyal akibat adanya suatu batas
(limit/threshold) yang terlampaui oleh nilai sinyal tersebut. Clipping dapat muncul
karena adanya batasan rentang nilai variable fisik yang bisa dibaca oleh sensor yang
digunakan (misal batas nilai g yang bisa dibaca oleh satu accelerometer), atau juga
terjadi saat konversi data analog ke diskrit (saat proses quantisasi).

2.3 Filtering

Filtering adalah suatu metode yang digunakan untuk memilih sinyal yang
memiliki konten frekuensi tertentu. Dengan prinsip tersebut, filtering dapat digunakan
untuk membuang noise atau konten sinyal yang tidak diinginkan. Filter pada dasarnya
adalah sistem dinamik yang akan menghasilkan output saat diberi suatu input sinyal,
sehingga besar nilai sinyal tersebut dapat diperkuat atau diperlemah bergantung pada
konten frekuensinya. Selain mempekuat/memperlemah magnitude suatu sinyal, filter
juga dapat menggeser fasa sinyal.

5
3. PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 Pembentukan Sinyal Sinusoidal
a. Buka Analog to Digital Converter Simulation pada perangkat lunak
MATLAB-Simulink.
b. Atur nilai frekuensi dengan merubah angka pada kotak “Number of Wave”
dengan nilai frekuensi sama dengan banyaknya gelombang dibagi waktu yang
telah ditetapkan bernilai 10 satuan.
c. Atur nilai amplitudo dengan merubah angka pada kotak “Amplifier”.
d. Klik “START” maka sinyal analog dengan bentuk sinusoidal akan
ditampilkan dengan spesifikasi yang telah diatur sebelumnya.

3.2 Pengamatan Terhadap Variasi Resolusi

a. Menetapkan nilai frekuensi sampling dengan menentukan angka pada kotak


dengan tulisan “Sample Time”.
b. Variasikan nillai resolusi ADC sebanyak lima kali dengan mengubah-ubah
angka pada kotak bertuliskan “Resolution”.
c. Klik “START” untuk melihat masing-masing sinyal ADC.

3.3 Pengamatan Terhadap Variasi Frekuensi Sampling

a. Menetapkan nilai resolusi dengan menentukan angka pada kotak dengan


tulisan “Resolution”.
b. Variasikan nilai frekuensi sampling sebanyak lima kali dengan mengubah-
ubah angka pada kotak bertuliskan “Sample Time”.
c. Klik “START” untuk melihat masing-masing sinyal ADC.

6
3.4 Pengamatan Terhadap Fenomena Aliasing dengan 1 Sinyal Sinusoidal

a. Menentukan sebuah sinyal sinusoidal dengan proses yang sama seperti pada
bagian 3.1.
b. Variasikan nilai frekuensi sampling sebanyak lima kali dengan mengubah
angka pada kotak bertuliskan “Sample Time” dengan penentuan angka-angka
variasinya akan dijelaskan selanjutnya.
c. Klik “START” untuk melihat masing-masing sinyal ADC.

3.5 Pengamatan Terhadap Fenomena Aliasing dengan 2 Sinyal Sinusoidal

a. Menentukan sebuah sinyal sinusoidal dengan proses yang sama seperti pada
bagian 3.1.
b. Aktifkan pilihan “Multiwave” untuk mendapatkan sinyal sinusoidal dengan
frekuensi yang berbeda.
c. Variasikan nilai frekuensi sampling sebanyak lima kali dengan mengubah
angka pada kotak bertuliskan “Sample Time” dengan penentuan angka-angka
variasinya akan dijelaskan selanjutnya.
d. Klik “START” untuk melihat masing-masing sinyal ADC.

3.6 Pengamatan Proses Filtering

a. Menentukan sebuah sinyal sinusoidal dengan proses yang sama seperti pada
bagian 3.1.
b. Aktifkan pilihan “Multiwave” untuk mendapatkan sinyal sinusoidal dengan
frekuensi yang berbeda.
c. Menentukan low-pass filter dan high-pass filter dengan memilih tombol
bertuliskan “Filter Design” dan mengubah angka pada kotak bertuliskan “Lag
Filter” dan “Lead Filter”
d. Aplikasikan kedua filter pada masing-masing sinyal kemudian klik tombol
“START” untuk melihat keluarannya.

7
4. HASIL SIMULASI
4.1 Pembentukkan Sinyal Sinusoidal

Sinyal analog yang akan digunakan pada percobaan ini untuk di lakukan
analisis memliki frekuensi sebesar 0.5 Hz dan Amplitudo 2. Seperti pada gambar di
bawah.

4.2 Pengamatan Terhadap Variasi Resolusi

Pada percobaan ini, untuk mengetahui pengaruh dari variasi nilai resolusi yang
akan digunakan, sampling time atau frekuensi sampling ditentukan dari awal. Pada
percobaan kali ini, kelompok kami menggunakkan sampling time senilai 3 Hz.
Sedangkan nilai resolusi divariasikan menjadi 5 variasi, yaitu 22,23,24,25, dan 26.

4.2.1 Resolusi 22 bit

8
4.2.2 Resolusi 23 bit

4.2.3 Resolusi 24 bit

9
4.2.4 Resolusi 25 bit

4.2.5 Resolusi 26 bit

4.3 Pengamatan Terhadap Variasi Frekuensi Sampling

Pada percobaan ini, untuk mengetahui pengaruh dari variasi frekuensi


sampling atau sampling time yang akan digunakan, nilai resolusi ditentukan dari awal.
Pada percobaan kali ini, kelompok kami menggunakkan resolusi senilai 32 bit.
Sedangkan sampling time-nya divariasikan menjadi 5 variasi, yaitu 5 Hz, 10 Hz, 15
Hz, 20 Hz, dan 25 Hz.

10
4.3.1 Sampling Time 5 Hz

4.3.2 Sampling Time 10 Hz

11
4.3.3 Sampling Time 15 Hz

4.3.4 Sampling Time 20 Hz

12
4.3.5 Sampling Time 25 Hz

4.4 Pengamatan Terhadap Fenomena Aliasing dengan 1 Sinyal Sinusoidal

Untuk mendapatkan fenomena Aliasing, diperlukan frekuensi sampling atau


sampling time yang dimana setengah nilainya kurang dari frekuensi sinyal analog.
Pada percobaan ini, kelompok kami menggunakan frekuensi sinyal sinusoidal sebesar
0.5 Hz. Sedangkan variasi sampling timenya ada 5 variasi, yaitu 0.3 Hz, 0.4 Hz, 0.6
Hz, 0.7 Hz, dan 0.8 Hz.

4.4.1 Sampling Time 0.3 Hz

13
4.4.2 Sampling Time 0.4 Hz

4.4.3 Sampling Time 0.6 Hz

14
4.4.4 Sampling Time 0.7 Hz

4.4.5 Sampling Time 0.8 Hz

15
4.5 Pengamatan Terhadap Fenomena Aliasing dengan 2 Sinyal Sinusoidal

Untuk mendapatkan fenomena Aliasing, diperlukan frekuensi sampling atau


sampling time yang dimana setengah nilainya kurang dari frekuensi sinyal analog.
Pada percobaan ini, kelompok kami menggunakan frekuensi sinyal sinusoidal sebesar
0.5 Hz dan 1.65 Hz, yang di dapat dengan mengaktifkan “muktiwave”. Sedangkan
variasi sampling timenya ada 5 variasi, yaitu 0.3 Hz, 0.4 Hz, 0.6 Hz, 0.7 Hz, dan 0.8
Hz.

4.5.1 Sampling Time 0.3 Hz

4.5.2 Sampling Time 0.4 Hz

16
4.5.3 Sampling Time 0.6 Hz

4.5.4 Sampling Time 0.7 Hz

17
4.5.5 Sampling Time 0.8 Hz

4.6 Pengamatan Proses Filtering

Sama seperti percobaan 4.5, frekuensi sinyal sinusoidal yang digunakan


adalah 0.5 Hz dan 1.65 Hz yang di dapat setalah mengaktifkan “multiwave”. Pada
percobaan kali ini, untuk membuat high-pass filter, maka nilai lag filter > lead filter.
Sedangkan untuk membuat low-pass filter, nilai lag filter < lead filter.

4.6.1 High-Pass Filter, lag = 1 & lead = 0.5

18
4.6.2 Low-Pass Filter, lag = 0.5 & lead = 1

5. ANALISIS & DISKUSI

5.1 Analisis Terhadap Pengamatan Variasi Resolusi

Pada percobaan 4.2, diketahui hubungan antara variasi resolusi dengan


sampling time (pengambilan data dalam satu detik). Semakin tinggi resolusi, maka
data yang didapat akan semakin akurat, begitupun sebaliknya, semakin rendah
resolusi maka data yang diambil menjadi kurang/tidak akurat. Pada percobaan ini,
sampling time/frekuensi sampling adalah 3 Hz. Sedangkan variasi resolusinya adalah
4, 8, 16, 32, dan 64 bit. Dari data dapat dilihat, semakin tinggi resolusi, bentuk sinyal
ADC akan mengikuti sinyal analognya. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya nilai
diskrit yang dapat di-assign dari sinyal analognya. Akan tetapi, setelah resolusi 16 bit,
sinyal ADC tidak berubah secara signifikan dikarenakan frekuensi sampling yang
rendah

5.2 Analisis Terhadap Variasi Frekuensi Sampling

Pada percobaan 4.3, diketahui pengaruh frekuensi sampling pada sinyal ADC.
Dimana semakin tinggi frekuensi sampling, maka data yang di dapat akan semakin
akurat. Pada percobaan ini, frekuensi sampling yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20,
dan 25 Hz. Sedangkan resolusi yang digunakan adalah 32 bit. Dari data yang diambil,
bisa dilihat bahwa semakin tinggi frekuensi sampling, maka sinyal ADCnya akan

19
semakin mendekati bentuk sinyal analognya. Hal ini menunjukkan data yang diambil
semakin akurat.

5.3 Analisis Terhadap Fenomena Aliasing

Pada percobaan 4.4 dan 4.5, diketahui terjadi fenomena aliasing. Fenomena
ini dapat terjadi dikarenakan nilai setengah dari frekuensi sampling, lebih kecil
dibanding frekuensi sinyal sinusoidal. Hal ini menyebabkan sinyal ADC tidak dapat
merepresentasi sinyal sinusoidalnya untuk tiap bukit dan lembahnya dikarenakan
frekuensinya yang lebih rendah dibanding sinyal sinusoidalnya. Fenomena ini dapat
dicegah dengan menaikkan frekuensi sampling hingga nilai setengahnya lebih tinggi
dibanding frekuensi sinyal sinusoidalnya. Pada percobaan 4.4, frekuensi sinyal
sinusoidal yang digunakan adalah 0.5 Hz. Sedangkan frekuensi sampling yang
digunakan adalah 0.3; 0.4; 0.6; 0.7 dan 0.8 Hz. Pada percobaan 4.5, frekuensi sinyal
sinusoidal yang digunakan adalah 0.5 Hz dan 1.65 Hz. Sedangkan frekuensi sampling
yang digunakan adalah 0.3; 0.4; 0.6; 0.7 dan 0.8 Hz. Dari kedua percobaan, dapat
disimpulkan terjadinya fenomena aliasing di kedua percobaan

5.4 Analisis Terhadap Kasus Filtering

Pada percobaan 4.6, diketahui terjadi proses filtering. Proses filtering


merupakan proses menghilangkan frekuensi-frekuensi yang tidak diingankan yang
tidak terdeteksi oleh ADC. Filtering dibagi menjadi dua jenis, high-pass filtering dan
low-pass filtering. High-pass filtering mencegah sinyal yang terdapat dibawah sinyal
ADC untuk lewat dan meloloskan sinyal yang terdapat di atas sinyal ADC, hal ini
bisa dilihat dari grafik yang menunjukkan sinyal ADC yang berada dibawah sinyal
sinusoidal. Filtering ini dapat ditentukan dengan menggunakan nilai lag yang lebih
tinggi dibanding nilai lead-nya. Pada percobaan ini, nilai lag yang digunakan adalah
1, sedangkan nilai leadnya adalah 0.5 . Untuk Low-pass filtering memiliki fungsi
yang berkebalikan dengan high-pass filtering, hal ini dapat dilihat dari grafik yang
menunjukkan sinyal ADC yang berada di atas sinyal sinusoidal. Low-pass filtering
dapat ditentukan dengan menggunakan nilai lead yang lebih besar dibanding nilai lag
nya. Pada percobaan ini, nilai lead yang digunakan adalah 1, sedangkan nilai lagnya
adalah 0.5.

20
6. KESIMPULAN & SARAN

6.1 Kesimpulan

a. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, semakin tinggi nilai resolusi, maka


data yang terbaca akan semakin akurat, begitupun sebaliknya. Selain itu
semakin tinggi nilai frekuensi sampling, data yang didapat juga akan semakin
akurat karena akan semakin sesuai dengan bentuk sinyal sinusoidalnya (sinyal
analog)
b. Fenomena aliasing dapat terjadi jika nilai setengah dari frekuensi samplingnya
lebih rendah dibandingkan frekuensi sinyal sinusoidalnya. Hal ini dapat
dicegah dengan menaikkan frekuensi sampling hingga nilai setengahnya lebih
besar dibanding frekuensi sinyal sinusoidalnya.
c. Proses filtering menangani sinyal-sinyal lain yang tidak diingankan yang tidak
terbaca oleh ADC. Filtering dibagi menjadi dua, low-pass filtering dan high-
pass filtering.

6.2 Saran

Untuk kedepannya mungkin lebih baik jika mahasiswa memahami materinya


serta Langkah-langkah percobaan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar mahasiswa
dapat melaksanakan percobaan dengan baik tanpa ada kesulitan yang berarti. Selain
itu, mungkin dapat diberi tahu praktikum apa saja yang membutuhkan aplikasi
tertentu, sehingga mahasiswa lebih siap menghadapin praktikum.

7. REFERENSI

a. Modul Praktikum 2 : Simulasi Sistem Data Acquisition

b. Holman, J.P. . 2012. Experimental Methods for Engineers. New York: McGraw-
Hill

21

Anda mungkin juga menyukai