Anda di halaman 1dari 6

A.

INDIVIDU DAN MASYARAKAT

1. manusia seBagai maKhluK individu

Dalam bahasa Latin individu berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi. Dalam bahasa Inggris
individu berasal dari kata in dan divided. Kata in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan
divided artinya terbagi. Jadi, individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Manusia sebagai
makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur isik dan psikis, unsur raga dan jiwa.
Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi, maka seseorang tidak disebut lagi sebagai individu.

2. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL

Cooley (1998: 154) memberi nama lookingglass self untuk melihat bahwa seseorang dipengaruhi oleh
orang lain. Nama demikian diberikan olehnya karena ia melihat analogi antara pembentukan diri
seseorang dengan perilaku orang yang sedang bercermin; kalau cermin memantau apa yang terdapat di
depannya, maka menurut Cooley diri seseorang memantau apa yang dirasakannya sebagai tanggapan
masyarakat terhadapnya.

Cooley berpendapat bahwa lookingglass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama, seseorang
mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Tahap kedua, seseorang
mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. Tahap ketiga,
seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain
terhadapnya itu.

Dapat disimpulkan bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan, sebagai
berikut:

1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial. 2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian
dari orang lain. 3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.4. Potensi
manusia akan berkembang bila ia hidup di tengahtengah manusia.

3. manusia seBagai maKhluK Yang BerhuBungan dengan lingKungan hiduP

Berkenaan hubungan antara manusia dengan alam, maka paling tidak ada tiga paham, yaitu: (1)
paham determinisme; (2) paham posibilisme; dan (3) paham optimisme teknologi. Orang-orang yang
dapat dipandang sebagai tokoh paham determinisme itu antara lain Charles Darwin, Friederich Ratzel,
dan Elsworth Huntington. Determinisme alam menempatkan manusia sebagai makhluk yang tunduk
pada alam, alam sebagai faktor yang menentukan. Menurut Charles Darwin (1809-1882), dalam teori
evolusinya, makhluk hidup (tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia), secara berkesinambungan dari waktu
ke waktu mengalami perkembangan. Pada perkembangan tersebut, terjadi perjuangan hidup (struggle
for life, struggle for existence), seleksi alam (natural selection), dan yang kuat akan bertahan hidup
(survival of the ittest). Dalam proses perkembangan kehidupan tadi, faktor alam sangat menentukan.
Pada teori dan pemahamannya itu, kelihatan jelas paham serta pandangan determinisme alam. Ratzel
(1602) melihat bahwa populasi manusia dengan perkembangan kebudayaannya ditentukan oleh kondisi
alam. Meskipun manusia dipandang sebagai makhluk yang dinamis, mobilitasnya tetap dibatasi, dan
ditentukan oleh kondisi al am di permukaan Bumi.
B. PENGERTIAN MASYARAKAT DAN CIRI-CIRINYA

Istilah masyarakat dalam bahasa Inggrisnya society, sedangkan istilah komunitas dalam bahasa
Inggrisnya community.

Dalam konteks keseharian, sering kali terjadi kesalahan pemahaman antara society dan community. Dua
istilah (konsep) tersebut sering ditafsirkan secara sama, padahal sangat berbeda artinya. Society atau
masyarakat berbeda dengan komunitas (community) atau masyarakat setempat. Terdapat perbedaan
mendasar antara kedua konsep tersebut. Beberapa deinisi mengenai masyarakat bisa lihat di bawah ini.
Krech, seperti yang dikutip Nursyid, mengemukakan bahwa “A society is that it is an organized
collectivity of interacting people whose activities become centered arounds a set of common goals, and
who tend to share common beliefs, attitudes, and modes of action.

” Jadi ciri atau unsur masyarakat sebagai berikut: 1. Kumpulan orang. 2. Sudah terbentuk dengan lama.
3. Sudah memiliki system social atau struktur sosial tersendiri. 4. Memiliki kepercayaan, sikap, dan
perilaku yang dimiliki bersama.

Krech, Crutchield, dan Ballachey (1975: 308) mengemukakan deinisi masyarakat sebagai berikut:

“A society is that it is an organized collectivity of interacting people whose activies become centered
around a set of common goals, and who tend to share common beliefs, attitudes, and of action.”

Unsur masyarakat berdasarkan deinisi ini, sebagai berikut: 1. Kolektivitas interaksi manusia yang
terorganisasi. 2. Kegiatannya terarah pada sejumlah tujuan yang sama. 3. Memiliki kecenderungan
untuk memiliki keyakinan, sikap, dan bentuk tindakan yang sama.

Pada konsep ini, masyarakat lebih dicirikan oleh interaksi, kegiatan, tujuan, keyakinan, dan tindakan
sejumlah manusia yang sedikit banyak berkecenderungan sama.

Dari sekian banyak unsur masyarakat yang dikemukakan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
masyarakat sebagai berikut:

1. Kumpulan orang. 2. Sudah terbentuk dengan lama. 3. Sudah memiliki sistem dan struktur sosial
tersendiri. 4. Memiliki kepercayaan (nilai), sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama. 5. Adanya
kesinambungan dan pertahanan diri. 6. Memiliki kebudayaan.

Pengertian masYaraKat setemPat (communitY) atau Komunitas dan ciri-cirinYaDalam pengertian ini,
community (masyarakat setempat) atau komunitas merupakan bagian kelompok dari masyarakat
(society) dalam lingkup yang lebih kecil, serta mereka lebih terikat oleh tempat (teritorial). Prof. Dr.
Soerjono Soekamto (1986), mengatakan bahwa istilah community dapat diterjemahkan sebagai
“masyarakat setempat”, istilah yang menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku, atau
suatu bangsa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat (community) adalah suatu wilayah kehidupan
sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat
setempat adalah lokalitas dan perasaan masyarakat setempat.

“Masyarakat risiko” atau risk society adalah masyarakat yang seluruh sendi kehidupannya dibangun
di atas kesadaran akan risiko. Tentu saja hal ini bukan berarti kehidupan mereka semua berisiko.
Tetapi kesadaran akan risiko dan bagaimana merespons risiko mewarnai dan memengaruhi seluruh
proses sosial mereka.

Memasuki arus perubahan dunia sekarang ini ditandai dengan perubahan-perubahan skala global dan
berlangsung sangat cepat. Beck (2002) menjelaskan ada tiga lapisan bahaya yang dapat diidentiikasi
dalam masyarakat risiko dunia (the world risk society), sebagai berikut. 1. Krisis ekologi (ecological
crises). 2. Krisis ekonomi global (global economical crises). 3. Risiko jaringan teroris transnasional (the
risk of transnational terrorist networks).

Berikut akan dibahas bagaimana interaksi sosial dan pelapisan sosial itu.

1. interaKsi sosial

Interaksi adalah proses di mana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan
tindakan.

a. H. Booner dalam bukunya, Social Psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa:
“Interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu
memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”

b. Gillin and Gillin (1954) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara
orang-orang secara individual, antarkelompok orang, dan orang pero rangan dengan kelompok.

c. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara
kelompok dengan kelompok, antara individu dengan kelompok.

a. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan

Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial (dapat juga dinamakan proses sosial), interaksi
sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

Adapun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, yaitu:

1) Faktor Imitasi Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah
satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah
yang berlaku. Faktor ini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan
sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja.

2) Faktor Sugesti Yang dimaksud sugesti di sini ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya
sendiri maupun dari orang lain, pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Dalam psikologi
sugesti dibedakan menjadi dua: a. Autosugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari
dirinya sendiri. b. Heterosugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.

3) Faktor Identiikasi Identiikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan
orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.

4) Faktor Simpati Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan

b. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial sebagai berikut:

1) Adanya Kontak Sosial (Social Contact) Kata “kontak” berasal dari bahasa Latin con yang artinya
bersama-sama dan tanga yang berarti menyentuh. Jadi secara hariah kontak berarti “bersama-sama
menyentuh”. 2) Adanya Komunikasi Seseorang memberikan tafsiran pada tingkah laku atau

Selain itu kontak sosial dapat terjadi dan berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:

(a) Antara orang perorangan, misalnya anak kecil mempelajari kebiasaan di dalam keluarganya. Proses
demikian terjadi melalui Socialization, yaitu suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari
norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota. (b) Antara orang perorangan
dengan suatu kelompok atau sebaliknya. (c) Antara kelompok manusia dengan kelompok manusia lainn
ya, misalnya dua partai politik bekerja sama untuk mengalahkan partai politik ketiga di dalam pemilihan
umum.

c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan
pertentangan (conlict).. Gillin and Gillin (1871-1958) pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas
lagi. Menurut mereka ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial,
yaitu:

(a) Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. (b)
Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi contravention dan pertentangan pertikaian.

Adapun bentuk interaksi sosial berdasarkan proses-prosesnya adalah:

1. Bentuk Interaksi Asosiatif

Kerja Sama (Cooperation) Beberapa orang sosiolog menganggap bahwa posisi merupakan bentuk
interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya sosiolog

2. Bentuk Interaksi Disosiatif

Persaingan (Competition)

Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk
mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan.

Kontravensi (Contravention)

Kontravensi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai
oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan, dan
kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi
pertentangan atau pertikaian.

Pertentangan (Conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk
mencapai tujuannya denga n jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan
memiliki bentuk-bentuk yang khusus, antara lain:

a. Pertentangan pribadi, pertentangan antar-individu. b. Pertentangan rasional, pertentangan yang


timbul karena perbedaan ras. c. Pertentangan kelas sosial, pertentangan yang disebabkan oleh
perbedaan kepentingan antara kelas sosial. d. Pertentangan politik, biasanya terjadi di antara partai-
partai politik untuk memperoleh kekuasaan negara.

F. STRATIFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Setiap individu adalah anggota dari suatu
kelompok, tetapi tidak setiap warga dari suatu masyarakat hanya menjadi anggota dari satu kelompok
tertentu, ia bisa menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial. Berkaitan dengan penempatan
individu dalam kelompok sosial, maka individu memiliki kemampuan untuk: 1) menempatkan diri; dan 2)
ditempatkan oleh orang lain dalam suatu lapisan sosial ekonomi tertentu.

Penempatan seseorang dalam lapisan sosial ekonomi tertentu merupakan pembahasan stratiikasi sosial.
Dalam kaitannya dengan stratiikasi sosial Max Weber menjelaskan stratiikasi sosial dalam tiga dimensi,
yaitu: 1) Dimensi kekayaan.2) Dimensi kekuasaan. 3) Dimensi prestise.

Peluang hidup (life chance) ditandai oleh perbedaan kelas ekonomi yang keanggotaannya ditandai oleh
peranan individu dalam produksi. Dengan menguasai sumber produksi (ekonomi) akan menentukan
sejauh mana peluang individu untuk mendapatk an pendidikan, barang, dan jasa. Peluang hidup
berhubungan ekonomi dengan kelas sosial, karena itu peluang hidup dapat ditingkatkan dengan akses
terhadap kekayaan. Orang dapat mengubah life chance dengan cepat, seperti dengan pindah ke
pemukiman elite yang mahal, tetapi life style sebaliknya, ia berubah lebih sulit. Orang bisa dengan cepat
menjadi Orang Kaya Baru (OKB), tetapi cara orang itu berpikir, berperasaan, dan berperilaku berbeda
dari golongan sosial atas.

Peter J. M. Nas dan Marrie V. Sande memberikan pengertian gaya hidup sebagai berikut:

“Life style is more less conscious constructed but transitory frame of reference, created in relative
liberty in relation to certain structural determinants to strengthen the individual identity of force
communication, which open possibility for interacting persons to follow a particular valued paterns of
behavior and to attach specific meaning to all sorts of objects and expressions.” (1982)

Pengertian Nas tersebut di atas lebih mengisyaratkan bahwa gaya hidup itu bentukan individu sebagai
ekspresi kebebasan nya dalam membentuk cara hidup dan orientasi masyarakat. Dalam kenyataannya
gaya hidup seseorang besar sekali dipengaruhi oleh nilai dan norma yang berada di sekelilingnya
terutama pada masyarakat yang masih ketat norma-normanya.

ebagai konsekuensi dari kenyataan tersebut, maka ia menganju studi terhadap gaya hidup dari dua
pendekatan atau dari dua arahan yang berbeda, yaitu:

1) dengan mempertanyakan gaya hidup dari mereka yang memiliki posisi sosioekonomi yang sama; atau
2) ciri-ciri sosioekonomi yang bagaimana dari mereka yang memiliki gaya hidup yang sama. Studi gaya
hidup akan tetap relevan dalam lapangan sosiologi, karena lewat studi ini dapat digunakan sebagai
berikut: (a) indikator untuk menentukan di mana tingkat seseorang berada, misalnya dari tempat
tinggalnya dan tipe rumah yang ditempatinya.
(b) sebagai penghargaan atas konsekuensi dari adanya ketidaksamaan dengan yang lain. Di mana untuk
menc apai rumah atau tempat tinggal tertentu dibedakan oleh pendapatan, pendidikan, atau
pekerjaannya.

(c) sebagai teknik untuk menetapkan keabsahan tingkat kehormatan seseorang mencari bentuk atau
cara untuk pengabsahan bahwa dia telah berada pada level atau status yang baru.

Anda mungkin juga menyukai