Abstrak
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata bayi
normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Secara umum, bayi berat lahir
rendah dan bayi dengan berat berlebih lebih besar resikonya untuk mengalami masalah.
Dalam hal ini penting dilakukan anamnesis terhadap ibu dari bayi tersebut mulai dari
masa kehamilan sampai melahirkan. Untuk menentukan usia kehamilan bisa dilakukan
dengan menggunakan kurva Lubchenco. Yang perlu diperhatikan atau diperiksa saat bayi
lahir antara lain APGAR score, maturity indeks menggunakan New Ballard Scoring,
serta pemeriksaan fisik lainnya seperti antropometri dan sebagainya.
Abstract
Weight is an indicator of the health of newborns. The average normal infant (37 to 41
weeks' gestation) is 3200 grams. In general, low birth weight babies and overweight
babies are at greater risk for problems. In this case it is important to take the history of
the mother of the baby from pregnancy to delivery. To determine gestational age can be
done using the Lubchenco curve. Noteworthy or checked when the baby is born include
the APGAR score, the maturity index using New Ballard Scoring, as well as other
physical examinations such as anthropometry and so on.
1
Pendahuluan
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata bayi
normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Secara umum, bayi berat lahir
rendah dan bayi dengan berat berlebih lebih besar resikonya untuk mengalami masalah. Masa
gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa
gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir
mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin. Penentuan hubungan ini akan
mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya.
Anamnesis
Secara umum anamnesis pada pasien hamil kurang lebih sama dengan anamnesa lain.
Nama pasien
Nama suami atau keluarga terdekat
Alamat
Agama
Pendidikan terakhir
Suku bangsa
Riwayat perkawinan:
2
Berapa kali menikah
Pernikahan sekarang sudah berapa lama
Pemeriksaan Fisik
Segera setelah bayi lahir, pemeriksaan yang singkat dan teliti pada wajah, mata, mulut,
dada, abdomen, tulang belakang, dan ekstremitas harus dapat menyingkirkan kelainan mayor.
Tangisan yang kuat serta warna kemerahan pada wajah dan tubuh menunjukkan penyesuain
diri yang baik terhadap kehidupan yang independen.
3
Berikut ini adalah pemeriksaan yang merupakan pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir,
antara lain:1-3
4
lengan (aksila) untuk memeriksa ada tidaknya
pembesaran kelenjar atau massa.
Hidung : hidung harus terletak di tengah dan paten (tidak
tersumbat).
Ikterus : jika terjadi dalam 24 jam pertama, perlu pemeriksaan
lebih lanjut.
Jantung : auskultasi. Denyut jantung normal110-160 kali/menit
namun dapat menurun sampai 80 kali/menit selama
tidur. Murmur jantung.
Punggung & Tulang belakang : periksa dari atas sampai bawah. Kerutan sakral di
Bawahgaris celah natal – umum dijumpai dan jinak.
Jika terletak proksimal dari celah natal maka
memerlukan ultrasonografi untuk mengidentifikasi jika
terddapat jalur ke medula spinalis, walaupun jarang.
Periksa punggung untuk pertumbuhan rambut,
pembengkakan, nervus, atau lesi lain di atas tulang
belakang yang dapat menunjukkan kelainan vertebra
atau medula spinalis, misalnya spina bifida okulta atau
penyatuan medula. Jika ditemukan maka rencanakan
ultrasonografi, dan MRI mungkin diperlukan.
Nadi femoralis : menurun pada koarktasio aorta. Jika dicurigai maka
periksalah dengan mengukur tekanan darah di keempat
ekstremitas. Perbedaan > 15 mmHg dianggap
signifikan. Menguat pada duktus arteriosus paten.
Tonus otot : amati pergerakan keempat ekstremitas. Rasakan ketika
menggendong (jaga kepala ketika mengangkat bayi).
Pada posisi telungkup, bayi aterm (cukup bulan) akan
mengangkat kepalanya ke posisi horizontal.
Tampilan umum, postur, : apakah normal ?
pergerakan
Fontanel : terasa normal. Ukuran normal diameter fontanel
anterior bervariasi antara 1,5 dan 5 cm. Ubun-ubun
besar berbentuk berlian dan seharusnya tidak cekung
5
atau cembung. Penutupan fonticulus terjadi sekitar 12-
18 bulan. Palpasi hingga melewati suturan koronalis,
kemudian susuru sutura sagitalis dari depan ke
belakang menuju fontanel posterior. Ubun-ubun kecil
sukar diraba karena ukurannya hanya sekitar 0,5 cm.
Periksa ada tidaknya rambut serta rasakan teksturnya,
rambut seharusnya lembut.
Wajah : setiap gambaran dismorfik misalnya trisomi 21
(sindrom down).
Langit-langit/palatum : inspeksi dan palpasi untuk mengidentifikasi celah
langit-langit.
Sianosis Lidah : jika ragu periksa saturasi oksigen dengan oksimeter
nadi.
Pernapasan dan pergerakan : amati adanya gawat napas. Peningkatan laju
dinding dada pernapasan, napas cuping hidung, grunting (napas
berbunyi), retraksi dada (sternal dan interkostal).
Abdomen : hati normal 1-2 cm di bawah tepi kosta, ujung limpa
dan ginjal kiri mungkin dapat teraba. Setiap masa –
periksa lebih lanjut dengan ultrasonografi.
Kulit : warna kulit, perfusi, tekstur, tonus dan turgor kulit dan
kemunculan tanda lahir
Panggul : periksa displasia perkembangan panggul.
Punggung : telungkupkan bayi untuk melihat dan meraba tonus.
Lihat pergerakan kepala dan pastikan bahwa garis
rambut sesuai, harus ada dua bahu yang simetris
disertai tulang belakang yang lurus, tidak tampak
kelengkungan yang berlebihan, tidak ada sumbing atau
rambut. Perlahan, rabalah keseluruhan tulang belakang
untuk memastikan tidak ada kelengkungan yang
abnormal, tidak ada sumbing, lesung atau sinus.
Dengarkan sistem pernapasan ketika bayi telentang.
Genitalia : periksa testis di dalam skrotum dan penis normal pada
6
bayi laki-laki serta anatomi normal pada bayi
perempuan.
Anus : anus harus berada di garis tengah. Pastikan keluarnya
mekonium untuk menyingkirkan dugaan diagnosis
anomali anorektal. Pemeriksaan dengan jari tidak
boleh dilakukan secara rutin pada bayi baru lahir.
Kaki : pastikan terdapat dua tungkai yang bergerak bebas.
Pada tiap tungkai, rasakan femur, lutut, dan sendi
engsel; ekstremitas bawah dan tibia serta fibula ke
bawah hingga mencapai sendi pergelangan kaki dan
kaki. Periksa kelima jari kaki apakah bantalan kuku
utuh. Pastikan sendi pergelangan kaki dan kaki dalam
keadaan lemas. Akan terlihat lipatan plantar pada tiap
kaki. Refleks babinski dapat dicetuskan dengan
menggerakan jari di sepanjang sisi luar kaki, yang
membuat jari kaki meregang ke luar. Inspeksi dan
rasakan integritas kulit.
Refleks : uji refleks bertujuan memastikan bahwa
perkembangan neurologi berjalan normal atau guna
mengidentifikasi setiap masalah. Refleks moro
biasanya diperiksa terakhir. Refleks ini dicetuskan
dengan mengangkat bayi ke depan hingga dagunya
menempel di dada. Dengan satu tangan menopang
kepala bayi, biarkan kepala bayi jatuh ke belakang di
atas tangan kedua. Ketika bayi jatuh ke belakang,
reaksi yang normalnya mereka buat adalah melambai-
lambaikan lengan ke arah luar lalu membawanya ke
depan menuju garis tengah. Selain menilai tonus bayi
dan kemampuannya menyokong kepala, refleks
menggenggam dapat dinilai pula dari pemeriksaan ini.3
Pertumbuhan (Pemeriksaan antropometri)
Pengukuran pada : berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada, dimana :
7
Rata-rata berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi baru lahir berturut-turut
yaitu 3,5 kg, 50cm, dan 35cm.3 dibawah ini adalah beberapa penjelasannya :1-3
Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Contohnya hidrosefalus dan mikrosefalus. Lingkar
kepala dihubungkan denganukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak
meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak dan
lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan
gizi.Dalam antropometri gizi rasio Lika dan Lida cukup berarti dan menentukan
KEP pada anak. Lika juga digunakan sebagai informasi tambahan daam
pengukuran umur. Lingkar kepala bayi baru lahir normalnya 31-36 cm.
Lingkar Dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada
pesat sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat
digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan
kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada
lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat
→ rasio lingkar dada dan kepala < 1. Ada juga yang menyatakan bahwa
lingkar dada normal pada bayi baru ladir adalah 30-33cm.
Panjang Badan
1. Untuk anak usia < 2 tahun, pemeriksaan panjang badan dilakukan dengan
bayi/anak terlentang di atas papn ukuran, tanpa sepatu, atau topi. Diusahakan
agar tubuh bayi lurus. Panjang badan diukur dengan meletakkan verteks bayi
pada kayu yang tetap, sedangkan kayu yang dapat bergerak menyentuh tumit
bayi. Pengukuran langsung dengan tali pengukur tidak akurat hasilnya, kecuali
ada asistent yang memegang kaki bayi agar tidak bergerak dengan panggul
dan lutut lurus. Berkurangnya kurva pertumbuhan badan memperlihatkan
adanya kondisi kronik dan kelainan endokrin. Membandingkan kurva ini
dengan srandard normal adalah sangat penting. Panjang badan normal bayi
baru lahir adalah 44-53 cm.
APGAR Score
8
Pemeriksaan nilai APGAR merupakan suatu metode sederhana yang dilakukan untuk
menilai keadaan umum bayi post-partum. Penilaian ini digunakan untuk mengetahui
apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak, hal tersebut diketahui berdasarkan warna kulit
(Apperence) , frekuensi jantung (pulse), gerak refleks (grimace), tonus otot (activity), dan
kekuatan respiratori (respiratory). Dari keadaan tersebut, masing-masing diberi nilai 0,1,
maupun 2 tergantung dari keadaan bayi berdasarkan chart APGAR.3 Jika total penilaian
keadaan bayi kurang dari 4 maka terdaoar kegawatan terhadap pernafasan maupun
gangguan kardiovaskular pada bayi dan bayi tersebut membutuhnya resusitasi segera.
Pada keadaan total penilaian antara 4 hingga 6, bayi berada pada kondisi waspada dan
mungkin membutuhkan bantuan oksigen. Jika total penilaiaan antara 7 hingga 10,
mengindikasikan bahwa bayi berada pada keadaan yang beradaptasi baik dengan
kehidupan ekstrauterina. Nilai APGAR pada umumnya dilakukan pada 1 menit pertama
dan 5 menit setelahnya. Bayi memerlukan penilaian minimal 7, jika APGAR pertama
berada di bawah 7. Apabila pada pemeriksaan kedua penilaian APGAR bayi masih berada
dibawah 7, maka penilaian dilakukan kembali 5 menit kemudian hingga mencapai
penilaian minimal 7. Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah bayi lahir.4
Pemeriksaan Penunjang
9
Setiap kriteria itu terdiri dari angka 0 sampai 5, tapi new ballard score,terdapat score
-1,yang memungkinkan jarak -10 sampai 50,rumus ini hanya bisa dipakai saat kehamilan
di atas 20 minggu .
Terdapat rumus langsung dari ballard score sendiri [ 2*score+120) /5 ]
1. Postur tubuh jika nilai 0 maka tangan dan kaki terekstensi, dan nilai +1 jika
neonatus mulai fleksi bagian lutut dan pinggul dengan tangan yang ekstensi.
2. Square window fleksikan pergelangan tangan neonatus antara jempol dan jari
telunjuk pemeriksa. Gunakan tekanan secukupnya untuk mendapatkan fleksi
maksimal dari bayi. Perhatikan sudut tersebut.
3. Arm recoil . Fleksikan lengan selama 5 detik lalu genggam tangan bayi dan
ekstensikan sepenuhnya tangan bayi lalu lepaskan. Jika tangannya kembali fleksi
sepenuhnya, maka nilailah 4, jika derajat fleksi kurang ikuti diagram.
4. Sudut Poplitea. Tahan paha pada posisi knee-chest dengan jari telunjuk kiri dan
jempolnya menumpu lutut. Lalu ekstensi kaki dengan tekanan halus dari telunjuk
kanan ke arah belakang pergelangan kaki. Hitunglah sudut area poplitea tersebut.
5. Tanda scarf. Ambil tangan neonatus lalu coba letakan pada bagian belakang leher
sejauh mungkin hingga bahu lawannya, lalu nilailah hasilnya.
6. Tumit ke telinga. Menjaga pelvis datar pada meja pemeriksaan, lalu ambil kaki
neonatus dan coba menempatkan sedekat mungkin ke arah kepala tanpa dipaksa.
10
1. Kulit. Perhatikan bai-baik pada kulit dan derajatnya sesuai diagram.
2. Rambut lanugo. Periksa punggung bayi dan antara dan diatas kulit kepala.
3. Dasar plantar. Ukur panjang kaki dari ujung jempol kaki hingga tumit. Jika
ukuran <40mm, berikan nilai -2. Jika ukuran antara 40-50mm berikan nilai -1.
Jika ukuran >50mm dan tidak memiliki kerutan maka beri nilai 0.
4. Dada. Palpasi jaringan dada dan nilai.
5. Mata dan Telinga. Bagian ini biasa dilakukan pada bayi yang sangat prematur.
6. Genitalia. Nilai sesuai dengan diagram.
Berat lahir bayi dibagi menjadi berat bayi lahir lebih (BBLL), BERAT BAYI LAHIR
CUKUP (BBLC), berat bayi lahir rendah (BBLR), berat bayi lahir sangat rendah
(BBLSR), berat bayi lahir sangat amat rendah (BBLSAR). Lalu untuk usia kehamilan
dibagi menjadi prematur, aterm, postterm. Pemeriksaan kehidupan perkembangan
intrauterina dapat ditentukan dari plotting BBL neonatus terhadap usia kehamilan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan menggunakan kurva Lubchenco dimana mengklasifikasi
menjadi 3 yakni sesuai masa kehamilan (SMK), Kurang masa kehamilan (KMK), dan
Besar masa kehamilan (BMK). Pada keadaan KMK neonatus memiliki berat lahir kurang
dari 10 persentil. Pada keadaan BMK neonatus yang berat lahir lebih dari 90 persentil.
Pada keadaan SMK neonatus yang memiliki berat badan lahir bayi antara 10-90 persentil.
11
Gambar 4 : Kurva Lubchenco6
Diagnosa Kerja
BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Istilah bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) digunakan untuk berat
lahir kurang dari 1500 gram dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR)
digunakan untuk berat lahir kurang dari 1000 gram.7
Epidemiologi8
Frekuensi kejadian bayi yang lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu menurut
Collaborative Perinatal Study adalah 7,1% untuk kulit putih dan 17,9% untuk kulit
berwarna. Kira – kira 1/3 – ½ BBLR mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih.
Di Negara maju angka kejadian bayi premature adalah 6-7%. Di Negara berkembang
angka kejadian ini lebih kurang 3 kali lipat.
12
Hasil penelitian Atih Suratin (2008) di Rumah Sakit Islam Jakarta ditemukan
angka kejadian BBLR 10,3%. Penelitian lain menunjukan berbagai angka kejadian
BBLR di berbagai tempat di Indonesia, Sulastri (2008) menemukan kejadian BBLR
14,05% dari ibu bersalin di RSUD Banyumas.
Etiologi 9
B. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
C. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
D. Faktor lingkungan
13
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.
Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.
kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot- otot
subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih
2. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang
lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek batuk,
hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.
3. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta
selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu
ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan
pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir
membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah
menderita infeksi.
4. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
14
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun, lambatnya
pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang,
defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor,
protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing
Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat
badan bayi.
5. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan timbulnya
hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya
enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna dan
kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke
hepar berkurang.
6. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu
karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian
glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72
jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum
mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress
dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah
berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis
anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi
hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang
rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.
7. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai system kekebalan tubuh yang terbatas, dan rentan
terkena infeksi.
8. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity yang disebabkan
karena ketidakmatangan retina.
Faktor Resiko10
terlalu tua merupakan factor resiko untuk terjadinya hasil kehamilan yang tidak
diinginkan. Masa antara umur 20 sampai 35 tahun adalah tahun – tahun terbaik
gangguan pada kehamilan dan persalinan adalah rendah atau kecil sekali.
Sedangkan kehamilan yang terjadi di usia resiko tinggi yaitu kehamilan usia
muda 15 sampai 19 tahun dan pada usia lanjut 36 sampai 44 tahun kemungkinan
adanya gangguan bertambah besar. Umur 35 tahun telah memiliki resiko tinggi
bila masih melahirkan, pada umur tersebut akan terjadi proses perubahan pada
jaringan alat reproduksi dan jalan lahir akan cencerung berakibat buruk pada
proses persalinan yang akan menyebabkan prosetase kematian bayi dan ibu lebih
tinggi.
2. Pendidikan
Wiegel et, al (1991), menyatakan bahwa pendidikan ibu merupakan factor yang
memenuhi standar gizi selama kehamilan diharapkan ibu melahirkan bayi yang
normal. Pada wanita usia muda didapatkan angka kejadian BBLR yang tinggi karena
16
mereka kurang lama mengenyam pedidikan sehingga ilmu pengetahuan khususnya
sekali. Selain itu perkembangan emosi dan psikologis dari seorang ibu muda masih
kurang sehingga akan kesulitan dalam menerima nasehat dari tenaga kesehatan
mengenai kehamilannya.
3. Paritas
Jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama hidupnya sangat mempengaruhi
dimana pertumbuhan janin terhambat sehingga bayi lahir dengan berat rendah,
bahkan juga dapat mengakibatkan kematian bayi dan juga ibunya. Selain itu jumlah
anak yang dilahirkan seorang ibu lebih dari empat juga akan meningkatkan resiko
melahirkan BBLR, karena semakin banyak anak maka rahim ibu semakin lemah.
(Depkes, 2000).
4. Anemia
Dalam kehamilan darah akan bertambah banyak yang lazim disebut hidremia atau
hypervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah tidak sebanding dengan
bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut
berbanding sebagai berikut , plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.
WHO (1993), menetapkan batasan ibu menderita anemia dengan Hb < 11 gr %.
Meskipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi
dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim yang salah satunya
mengakibatkan BBLR.
5. Riwayat penyakit Sebelumnya
Riwayat penyakit yang dimaksud adalah penyakit yang diderita ibu pada saat dan
selama terjadi kehamilan misalnya : Hipertensi, Diabetes Mellitus, Jantung, Asthma,
Ginjal, Pau-paru yang dapat menyebabkan persalinan BBLR. Pengaruh penyakit
hipertensi yang disertai proteinuria dan oedema dapat mengakibatkan pre -
17
ekslampsia. Penanganan kehamilan yang disertai penyakit ginjal pengawasan dengan
pemeriksaan laboratorium karena sering terjadi uremia dan dapat terjadi kejang
sehingga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan janin dan dapat mengakibatkan
kematian bayi. Sedangkan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi, karena
kehamilan memberatkan penyakit jantung, sering terjadi sianosis yang dapat
menghambat pertumbuhan janin dalan kandungan. Bila ibu hamil disertai penyakit
diabetes mellitus merupakan penyakit yang mengakibatkan gangguan metabolisme
gula dan pembentukan glikogen akibatnya kadar gula dalam darah tinggi yang dapat
mempengaruhi metabolism tubuh secara menyeluruhdan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin, bila tidak segera mendapat penanganan akan
terjadi persalinan premature dan kematian janin
6. Usia kehamilan
Selama masa kehamilan terjadi proses penambahan berat badan. Pada masa-masa
awal kehamilan, penambahan berat badan yang terjadi sebagian besar diperuntukan
bagi persiapan organ-organ tubuh ibu. Pada tahap selanjutnya, penambahan berat
badan lebih terpusat pada penambahan berat badan janin, sehingga semakin tua usia
kehamilan, maka akan semakin berat bayi yang dilahirkan dan semakain muda usia
kehamilan maka akan semakin kecil bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan
sebelum 37 minggu ( dihitung hari pertama haid terakhir ) dinamakan bayi
premature.
7. Jarak Kehamilan
Secara teori jarak kehamilan yang pendek dengan sebelumnya dapat menyebabkan
hasil kehamilan yang tidak menguntungkan. Hal ini disebakan karena kekurangan
nutrisi dan pemulihan factor hormonal. Penelitian lain menyatakan semakin kecil
jarak kehamilan maka kemungkinan melahirkan BBLR semakin besar. Ibu yang
mempumyai jarak kelahiran kurang dari 18 bulan akan melahirkan bayi dengan
BBLR 2,77 kali lebih besar dibandingkan dengan jarak lebih dari 48 bulan.
kelahiran berikutnya. Ibu yang memiliki riwayat persalinan preterm atau BBLR
mempunyai resiko tinggi terjadi hal serupa kecuali telah diketahui gen penyebabnya
18
dan telah dihilangkan. Menurut Linda Wheeler, 2004 wanita yang pernah melahirkan
(1996) menyatakan bahwa berat rata-rata janin laki-laki pada waktu lahir 3400 gram,
Yuyum Rumdasih (2002) memperoleh hasil dimana kejadian BBLR lebih banyak
terjadi pada bayi laki-laki, yaitu sebesar 19,7 % dibanding dengan bayi perempuan
yaitu sebesar 17,5 %.
10. Ras/Suku
Bayi kulit hitam mempunyai resiko kematian dua kali lebih besar daripada bayi kulit
putih pada bulan pertama kehidupan leh karena berhubungan dengan tingginya
insiden BBLR pada wanita kulit hitam. Resiko kejadian BBLR pada kulit hitam 9,7
kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita kulit putih.
Patofisiologi10
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
19
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang
ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan
melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada
ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis
pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi
atau penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan
untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi
dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan
BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga
lebih besar (Nelson, 2010).
20
Gambar. Gambaran kasus pada BBLR.
a. Sistem Respiratori
Kejadian ini dimulai dengan perkembangan organ paru, lalu diikuti oleh
perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, dan alvoelus dalam kehidupan
intrauterina. Saat bayi lahir, pernafasan dimulai dengan keadaan hipoxia yang
kemudian merangsang pusat respiratori pada medulla oblongata otak. Hal ini
terjadinya akibat tekanan pada rongga dada selama proses persalinan sehingga
mengakibatkan masuknya udara ke dalam paru. Adanya surfaktan dan hidupnya
sistem respirasi, menyebabkan keluarnya cairan dalam paru dan mengembangkan
21
jaringan alveoli. Oleh karena itu juga berfungsi utnuk menstabilkan dinding
alveolus dan mencegah terjadinya kolaps alveolus.
b. Sistem Kardiovaskular
Pada saat postpartum, proses pertukaran O2 ke seluruh jaringan tubuh dimulai.
Hal tersebut mengakibatkan penutupannya foramen ovale pada atrium jantung
dan terjadinya penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta. Pada
proses ini pun terjadinya peningkatan sirkulasi parusehingga menyebabkan
meningkatnya volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Oleh karena itu
menyebabkan menurunnya tekanan atrium kiri, foramen ovale yang menutup.
Dengan meningkatnya kadar O2 dalam dalam darah dapat mengakibatkan duktus
arteriosus mengalami kontriksi dan menutup.
c. Sistem Thermoregulasi
Ketika bayi lahir dan memulai kehidupan ekstrauterina, bayi akan
berhubungan dengan lingkungan yang lebih dingin. Hal ini menyebabkan air
ketuban yang menguap melalui kulit untuk mendinginkan darah bayi. Pada saat
terpapar lingkungan dingin, maka akan terjadinya pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil sebagai cara untuk mendapatkan kembali panas tubuh
dengan meggunakan lemak cokelat untuk produksi panas. Terdapatnya timbunan
lemak menyebabkan panas tubuh bayi meningkat. Dalam proses pembakaran
panas, bayi akan menggunakan glukosa. Kemudian cadangan lemak tersebut akan
habis, jika hal ini tidak ditangani segera bayi dapat mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis.
d. Sistem Gastrointestinal
Proses mengisap dan menelan sebelum lahir sudah dimulai. Refleks gumoh
dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir. Kemampuan menelan dan mencerna
makanan masih terbatas, dikarenakan hubungan antara esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang dapat masih menyebabkan gumoh dan
kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30cc. Pada saat bayi berada
dikehidupan ekstrauterina, kemampuan absorpsi nutrien dan enzim-enzim digestif
teraktivasi. Pengeluaran mekonium berupa feses berwarna hitam kehijauan,
lengket, dan mengandung darah samar diekskresikan dalam 24 jam pertama, lalu
untuk feses normal biasa diekskresikan pada hari keempat.
22
e. Sistem Imunitas
Ketika bayi baru lahir, fungsi makrofag masih kurang. Hal tersebut menyebabkan
sistem kekebalan tubuh bayi yang masih rentan. Respon kemotaktik pun masih
kurang sehingga juga memungkinkan terjadinya infeksi pada bayi. Daya lisis
masih rendah yang mengakibatkan pembentukan antibodi spesifik terhadap
antigen tertentu masih kurang.
Manifestasi Klinis10
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah:
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada
kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.
Komplikasi10
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah :
23
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi,
tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi
untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning.
Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah
kelahiran.
Sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan
sedikit bantuan/gangguan.
Oleh karena itu PENTING diperhatikan dalam memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga
bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin.
24
Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
Tepuk telapak kaki bayi sebanyak 2-3x/ gosok kulit bayi dengan kain kering dan
kasar.
Penghisapan lendir
Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yang steril, sediakan juga
tabung oksigen dan selangnya.
Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
Memantau mencatat usaha nafas yang pertama.
Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut harus diperhatikan.
Bayi baru lahir sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal
dalam perawatannya.
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi.
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan
bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih.
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam
keadaan bersih.
Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya
akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi setelah
digunakan).
Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL ygmemerlukan
perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugaskesehatan
Kesimpulan
27
Saat setelah bayi lahir, yang pertama di lihat adalah APGAR score kemudian bisa juga
kita lakukan pemeriksaan maturity indeks menggunakan New Ballard scoring. Hasil dari
pemeriksaan didapatkan bahwa kelahiran cukup bulan dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) yang merupakan keadaan berat badan dibawah 2500 gr. Keadaan ini paling
umum di jumpai pada kelahiran premature, namun pada kasus ini BBLR dialami dengan
kelahiran cukup bulan, hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti faktor ibu,
janin maupun lingkungan. Dengan penanganan yang paling baik yaitu menjaga keadaan
suhu bayi normal dan pemantauan yang berkala.
28
Daftar Pustaka
1. Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam: Kosim
MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2010.h.11-5.
2. Gleadle J. Anamnesis dan Pemeriksaan Obstetrik. Dalam At a Glance :Anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga;2005.h.35.
3. Ilmu Kesehatan Anak. Perinatalogi. Dalam : Bahan Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak.Jilid 3. Jakarta:Infomedika: 2007;h.1044-64.
4. Mcdonald S. Pemeriksaan praktis bayi baru lahir. Dalam: Lorna D. Pemeriksaan
kesehatan ba Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 23th ed. Jakarta:
EGC;2013.h.616-28.
5. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD, penyunting. Buku ajar pediatri rudolph.
Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2007. h. 229-63.
6. Neil D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2008. h. 45.
7. Saifuddin, Bari A. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Cetakan V. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2009. h376
8. Atin Suratin. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RS Islam
Jakarta tahun 2008. Jurnal kesehatan.
9. Sumber : Manuaba, IBG, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan kb untuk
pendidikan bidan, Jakarta: EGC.2010
10. Triana A, Damayanti IP, Afni R, Yanti JS. Buku ajar kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal. Yogyakarta:deeplubliser. 2015
29