Anda di halaman 1dari 29

Neonatus Cukup Bulan dengan Berat Badan Lahir Rendah

Yogi Sampe Pasang


102016146 / A6
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna utara No.6, Jakarta Barat 11510 (021-5666952)

Abstrak

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata bayi
normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Secara umum, bayi berat lahir
rendah dan bayi dengan berat berlebih lebih besar resikonya untuk mengalami masalah.
Dalam hal ini penting dilakukan anamnesis terhadap ibu dari bayi tersebut mulai dari
masa kehamilan sampai melahirkan. Untuk menentukan usia kehamilan bisa dilakukan
dengan menggunakan kurva Lubchenco. Yang perlu diperhatikan atau diperiksa saat bayi
lahir antara lain APGAR score, maturity indeks menggunakan New Ballard Scoring,
serta pemeriksaan fisik lainnya seperti antropometri dan sebagainya.

Kata Kunci : Kehamilan, bayi baru lahir/neonatus.

Abstract

Weight is an indicator of the health of newborns. The average normal infant (37 to 41
weeks' gestation) is 3200 grams. In general, low birth weight babies and overweight
babies are at greater risk for problems. In this case it is important to take the history of
the mother of the baby from pregnancy to delivery. To determine gestational age can be
done using the Lubchenco curve. Noteworthy or checked when the baby is born include
the APGAR score, the maturity index using New Ballard Scoring, as well as other
physical examinations such as anthropometry and so on.

Keyword : Pregnancy, newborn/neonate.

1
Pendahuluan

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata bayi
normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Secara umum, bayi berat lahir
rendah dan bayi dengan berat berlebih lebih besar resikonya untuk mengalami masalah. Masa
gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa
gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir
mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin. Penentuan hubungan ini akan
mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya.

Anamnesis

Secara umum anamnesis pada pasien hamil kurang lebih sama dengan anamnesa lain.

Pertama kali tanyakan identitas:

 Nama pasien
 Nama suami atau keluarga terdekat
 Alamat
 Agama
 Pendidikan terakhir
 Suku bangsa

Untuk pasien hamil kita tanyakan tentang haid:1

 Kapan hari pertama haid terakhir


 Menarche umur berapa
 Berapa lama
 Nyeri haid

Kemudian kita tanyakan tentang kehamilan:

 Berapa kali hamil


 Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu
 Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan

Selanjutnya kita tanyakan tentang persalinan:

 Berapa kali bersalin


 Bagaimana persalinan terdahulu
 Kalau persalinan dengan section caesarea apa alasannya
 Pregnancy outcome
 Hasil atau diagnosa persalinan (mengenai keterangan bayi, meliputi BB, TB,Panjang ,
lingkar ,dll )

Riwayat perkawinan:

2
 Berapa kali menikah
 Pernikahan sekarang sudah berapa lama

Riwayat penyakit pasien

 Adakah penyakit berat atau kronis yang pernah dialami

Riwayat penyakit keluarga

 Riwayat anak kembar dalam keluarga


 Adakah penyakit keturunan (misal : thalasemia)
 Adakah riwayat cacat dalam keluarga.2

Pemeriksaan Fisik

Segera setelah bayi lahir, pemeriksaan yang singkat dan teliti pada wajah, mata, mulut,
dada, abdomen, tulang belakang, dan ekstremitas harus dapat menyingkirkan kelainan mayor.
Tangisan yang kuat serta warna kemerahan pada wajah dan tubuh menunjukkan penyesuain
diri yang baik terhadap kehidupan yang independen.

 Cuci tangan wajib dikerjakan sebelum memulai pemeriksaan fisik.


 Pemeriksaan sebaiknya dimulai dari kepala hingga kaki untuk memastikan bahwa
pemeriksaan berjalan sistematis dan menyeluruh.
 Pemeriksaan dilakukan menurut kesempatan yang ada :
1. Bila bayi tenang, jantung dan paru dapat diperiksa
2. Bila bayi menangis dan pemeriksa dapat melihat palatum dan mencetuskan
rangsang isap, telan, dan muntah, dengan harapan pemeriksa dapat
melakukannya, dengan harapan bahwa ini akan menenangkan sang bayi
sehingga pemeriksaan dapat dilanjutkan.
 Pemeriksa harus selalu mengukur kembali lingkar kepala dan suhu (aksila) sebelum
melakukan pemeriksaan. Suhu aksila neonatus aterm adalah sebesar 36,5-37,2o C. Bila
suhu ini berada dalam kisaran normal, pemeriksaan boleh dimulai.
 Pemeriksa harus menanggalkan semua pakaian bayi agar inspeksi dapat dikerjakan
secara menyeluruh setiap saat dan memberi ruang gerak yang optimal, contohnya,
pada pemeriksaan panggul.

3
Berikut ini adalah pemeriksaan yang merupakan pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir,
antara lain:1-3

 Mata : periksa dengan oftalmoskop untuk melihat refleks


merah dan bagian luar mata seperti kornea, sklera, dan
konjungtiva, iris, bilik mata depan, dan pupil.
 Plethora atau pucat : jika dicurigai, periksa hematokrit.
 Telinga : liat letak meatus akustikus eksternus dengan senter
untuk melihat patensinya.
 Tangan : periksa jari tambahan, garis tangan palmar.
 Mulut : bibir harus berwarna merah muda dan berbentuk
melengkung, merasakan bagian dalam mulut anak
dengan satu jari, mulut anak harus lembap dan hangat,
serta meraba atap mulut untuk memeriksa palatum
mole dan palatum durum, melihat warna membran
mukosa yaitu merah muda.
 Leher : leher harus diangkat untuk melihat dan memalpasi
daerah bawah dagu guna memeriksan adanya jala-jala
serta menyingkirkan diagnosis tortikolis. Raba kelenjar
dan nodus limfe di sekitar dan di dalam lipatan kulit
untuk menentukan ada tidaknya kelainan. Raba denyut
arteri karotis, pastikan tidak teraba getaran bising.
Tulang bayi baru lahir terasa lunak, sebagian besar
tersusun atas kartilago dan hanya sedikit mengandung
kalsium. Otot bayi baru lahir harus terasa kuat,
bentuknya mulus, tidak bengkak atau mengecil.
 Ekstremitas atas : raba klavikula untuk menyingkirkan dugaan fraktur,
ekstremitas atas dimulai dari sendi bahu; humerus dan
sendi siku; radius dan ulna; gerakan sendi putar di
pergelangan tangan dengan lembut ke belakang dan ke
depan. Periksa adanya akrosianosis. Jari biasanya
fleksi menjadi kepalan dengan ibu jari berada di bawah
jari-jari tersebut. Inspeksi dan palpasi daerah bawah

4
lengan (aksila) untuk memeriksa ada tidaknya
pembesaran kelenjar atau massa.
 Hidung : hidung harus terletak di tengah dan paten (tidak
tersumbat).
 Ikterus : jika terjadi dalam 24 jam pertama, perlu pemeriksaan
lebih lanjut.
 Jantung : auskultasi. Denyut jantung normal110-160 kali/menit
namun dapat menurun sampai 80 kali/menit selama
tidur. Murmur jantung.
 Punggung & Tulang belakang : periksa dari atas sampai bawah. Kerutan sakral di
Bawahgaris celah natal – umum dijumpai dan jinak.
Jika terletak proksimal dari celah natal maka
memerlukan ultrasonografi untuk mengidentifikasi jika
terddapat jalur ke medula spinalis, walaupun jarang.
Periksa punggung untuk pertumbuhan rambut,
pembengkakan, nervus, atau lesi lain di atas tulang
belakang yang dapat menunjukkan kelainan vertebra
atau medula spinalis, misalnya spina bifida okulta atau
penyatuan medula. Jika ditemukan maka rencanakan
ultrasonografi, dan MRI mungkin diperlukan.
 Nadi femoralis : menurun pada koarktasio aorta. Jika dicurigai maka
periksalah dengan mengukur tekanan darah di keempat
ekstremitas. Perbedaan > 15 mmHg dianggap
signifikan. Menguat pada duktus arteriosus paten.
 Tonus otot : amati pergerakan keempat ekstremitas. Rasakan ketika
menggendong (jaga kepala ketika mengangkat bayi).
Pada posisi telungkup, bayi aterm (cukup bulan) akan
mengangkat kepalanya ke posisi horizontal.
 Tampilan umum, postur, : apakah normal ?
pergerakan
 Fontanel : terasa normal. Ukuran normal diameter fontanel
anterior bervariasi antara 1,5 dan 5 cm. Ubun-ubun
besar berbentuk berlian dan seharusnya tidak cekung

5
atau cembung. Penutupan fonticulus terjadi sekitar 12-
18 bulan. Palpasi hingga melewati suturan koronalis,
kemudian susuru sutura sagitalis dari depan ke
belakang menuju fontanel posterior. Ubun-ubun kecil
sukar diraba karena ukurannya hanya sekitar 0,5 cm.
Periksa ada tidaknya rambut serta rasakan teksturnya,
rambut seharusnya lembut.
 Wajah : setiap gambaran dismorfik misalnya trisomi 21
(sindrom down).
 Langit-langit/palatum : inspeksi dan palpasi untuk mengidentifikasi celah
langit-langit.
 Sianosis Lidah : jika ragu periksa saturasi oksigen dengan oksimeter
nadi.
 Pernapasan dan pergerakan : amati adanya gawat napas. Peningkatan laju
dinding dada pernapasan, napas cuping hidung, grunting (napas
berbunyi), retraksi dada (sternal dan interkostal).
 Abdomen : hati normal 1-2 cm di bawah tepi kosta, ujung limpa
dan ginjal kiri mungkin dapat teraba. Setiap masa –
periksa lebih lanjut dengan ultrasonografi.
 Kulit : warna kulit, perfusi, tekstur, tonus dan turgor kulit dan
kemunculan tanda lahir
 Panggul : periksa displasia perkembangan panggul.
 Punggung : telungkupkan bayi untuk melihat dan meraba tonus.
Lihat pergerakan kepala dan pastikan bahwa garis
rambut sesuai, harus ada dua bahu yang simetris
disertai tulang belakang yang lurus, tidak tampak
kelengkungan yang berlebihan, tidak ada sumbing atau
rambut. Perlahan, rabalah keseluruhan tulang belakang
untuk memastikan tidak ada kelengkungan yang
abnormal, tidak ada sumbing, lesung atau sinus.
Dengarkan sistem pernapasan ketika bayi telentang.
 Genitalia : periksa testis di dalam skrotum dan penis normal pada

6
bayi laki-laki serta anatomi normal pada bayi
perempuan.
 Anus : anus harus berada di garis tengah. Pastikan keluarnya
mekonium untuk menyingkirkan dugaan diagnosis
anomali anorektal. Pemeriksaan dengan jari tidak
boleh dilakukan secara rutin pada bayi baru lahir.
 Kaki : pastikan terdapat dua tungkai yang bergerak bebas.
Pada tiap tungkai, rasakan femur, lutut, dan sendi
engsel; ekstremitas bawah dan tibia serta fibula ke
bawah hingga mencapai sendi pergelangan kaki dan
kaki. Periksa kelima jari kaki apakah bantalan kuku
utuh. Pastikan sendi pergelangan kaki dan kaki dalam
keadaan lemas. Akan terlihat lipatan plantar pada tiap
kaki. Refleks babinski dapat dicetuskan dengan
menggerakan jari di sepanjang sisi luar kaki, yang
membuat jari kaki meregang ke luar. Inspeksi dan
rasakan integritas kulit.
 Refleks : uji refleks bertujuan memastikan bahwa
perkembangan neurologi berjalan normal atau guna
mengidentifikasi setiap masalah. Refleks moro
biasanya diperiksa terakhir. Refleks ini dicetuskan
dengan mengangkat bayi ke depan hingga dagunya
menempel di dada. Dengan satu tangan menopang
kepala bayi, biarkan kepala bayi jatuh ke belakang di
atas tangan kedua. Ketika bayi jatuh ke belakang,
reaksi yang normalnya mereka buat adalah melambai-
lambaikan lengan ke arah luar lalu membawanya ke
depan menuju garis tengah. Selain menilai tonus bayi
dan kemampuannya menyokong kepala, refleks
menggenggam dapat dinilai pula dari pemeriksaan ini.3
Pertumbuhan (Pemeriksaan antropometri)
 Pengukuran pada : berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada, dimana :

7
Rata-rata berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi baru lahir berturut-turut
yaitu 3,5 kg, 50cm, dan 35cm.3 dibawah ini adalah beberapa penjelasannya :1-3
 Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Contohnya hidrosefalus dan mikrosefalus. Lingkar
kepala dihubungkan denganukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak
meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak dan
lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan
gizi.Dalam antropometri gizi rasio Lika dan Lida cukup berarti dan menentukan
KEP pada anak. Lika juga digunakan sebagai informasi tambahan daam
pengukuran umur. Lingkar kepala bayi baru lahir normalnya 31-36 cm.
 Lingkar Dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada
pesat sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat
digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan
kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada
lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat
→ rasio lingkar dada dan kepala < 1. Ada juga yang menyatakan bahwa
lingkar dada normal pada bayi baru ladir adalah 30-33cm.
 Panjang Badan
1. Untuk anak usia < 2 tahun, pemeriksaan panjang badan dilakukan dengan
bayi/anak terlentang di atas papn ukuran, tanpa sepatu, atau topi. Diusahakan
agar tubuh bayi lurus. Panjang badan diukur dengan meletakkan verteks bayi
pada kayu yang tetap, sedangkan kayu yang dapat bergerak menyentuh tumit
bayi. Pengukuran langsung dengan tali pengukur tidak akurat hasilnya, kecuali
ada asistent yang memegang kaki bayi agar tidak bergerak dengan panggul
dan lutut lurus. Berkurangnya kurva pertumbuhan badan memperlihatkan
adanya kondisi kronik dan kelainan endokrin. Membandingkan kurva ini
dengan srandard normal adalah sangat penting. Panjang badan normal bayi
baru lahir adalah 44-53 cm.

APGAR Score
8
Pemeriksaan nilai APGAR merupakan suatu metode sederhana yang dilakukan untuk
menilai keadaan umum bayi post-partum. Penilaian ini digunakan untuk mengetahui
apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak, hal tersebut diketahui berdasarkan warna kulit
(Apperence) , frekuensi jantung (pulse), gerak refleks (grimace), tonus otot (activity), dan
kekuatan respiratori (respiratory). Dari keadaan tersebut, masing-masing diberi nilai 0,1,
maupun 2 tergantung dari keadaan bayi berdasarkan chart APGAR.3 Jika total penilaian
keadaan bayi kurang dari 4 maka terdaoar kegawatan terhadap pernafasan maupun
gangguan kardiovaskular pada bayi dan bayi tersebut membutuhnya resusitasi segera.
Pada keadaan total penilaian antara 4 hingga 6, bayi berada pada kondisi waspada dan
mungkin membutuhkan bantuan oksigen. Jika total penilaiaan antara 7 hingga 10,
mengindikasikan bahwa bayi berada pada keadaan yang beradaptasi baik dengan
kehidupan ekstrauterina. Nilai APGAR pada umumnya dilakukan pada 1 menit pertama
dan 5 menit setelahnya. Bayi memerlukan penilaian minimal 7, jika APGAR pertama
berada di bawah 7. Apabila pada pemeriksaan kedua penilaian APGAR bayi masih berada
dibawah 7, maka penilaian dilakukan kembali 5 menit kemudian hingga mencapai
penilaian minimal 7. Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah bayi lahir.4

Gambar 1 : Bagan penilaian APGAR4

Pemeriksaan Penunjang

Maturity Index Berdasarkan New Ballard Index

Penilaian menurut Dubowitz adalah dengan menggabungkan hasil penilaian fisik


eksternal dan neurologis berdasarkan skor-skor yang ada (Lihat Gambar 1 dan 2). Jumlah
skor fisik dan neurologis dipadukan, kemudian dengan menggunakan grafik regresi tinier
dicari masa gestasinya: 4,5
 Maturitas neuromuskuler

9
Setiap kriteria itu terdiri dari angka 0 sampai 5, tapi new ballard score,terdapat score
-1,yang memungkinkan jarak -10 sampai 50,rumus ini hanya bisa dipakai saat kehamilan
di atas 20 minggu .
Terdapat rumus langsung dari ballard score sendiri [ 2*score+120) /5 ]

Penilaian menurut Dubowitz adalah dengan menggabungkan hasil penilaian fisik


eksternal dan neurologis berdasarkan skor-skor yang ada Pada pemeriksaan
kematangan neuromaskular, kriterianya ialah ;

1. Postur tubuh jika nilai 0 maka tangan dan kaki terekstensi, dan nilai +1 jika
neonatus mulai fleksi bagian lutut dan pinggul dengan tangan yang ekstensi.
2. Square window fleksikan pergelangan tangan neonatus antara jempol dan jari
telunjuk pemeriksa. Gunakan tekanan secukupnya untuk mendapatkan fleksi
maksimal dari bayi. Perhatikan sudut tersebut.
3. Arm recoil . Fleksikan lengan selama 5 detik lalu genggam tangan bayi dan
ekstensikan sepenuhnya tangan bayi lalu lepaskan. Jika tangannya kembali fleksi
sepenuhnya, maka nilailah 4, jika derajat fleksi kurang ikuti diagram.
4. Sudut Poplitea. Tahan paha pada posisi knee-chest dengan jari telunjuk kiri dan
jempolnya menumpu lutut. Lalu ekstensi kaki dengan tekanan halus dari telunjuk
kanan ke arah belakang pergelangan kaki. Hitunglah sudut area poplitea tersebut.
5. Tanda scarf. Ambil tangan neonatus lalu coba letakan pada bagian belakang leher
sejauh mungkin hingga bahu lawannya, lalu nilailah hasilnya.
6. Tumit ke telinga. Menjaga pelvis datar pada meja pemeriksaan, lalu ambil kaki
neonatus dan coba menempatkan sedekat mungkin ke arah kepala tanpa dipaksa.

Gambar 2 : Diagram Neuromuskular maturity NBS5

Pada pemeriksaan kematangan fisik, Kriterianya ialah ;

10
1. Kulit. Perhatikan bai-baik pada kulit dan derajatnya sesuai diagram.
2. Rambut lanugo. Periksa punggung bayi dan antara dan diatas kulit kepala.
3. Dasar plantar. Ukur panjang kaki dari ujung jempol kaki hingga tumit. Jika
ukuran <40mm, berikan nilai -2. Jika ukuran antara 40-50mm berikan nilai -1.
Jika ukuran >50mm dan tidak memiliki kerutan maka beri nilai 0.
4. Dada. Palpasi jaringan dada dan nilai.
5. Mata dan Telinga. Bagian ini biasa dilakukan pada bayi yang sangat prematur.
6. Genitalia. Nilai sesuai dengan diagram.

Gambar 3 : Diagram physical maturity NBS5

Klasifikasi Berat Lahir – Usia Gestasi6

Berat lahir bayi dibagi menjadi berat bayi lahir lebih (BBLL), BERAT BAYI LAHIR
CUKUP (BBLC), berat bayi lahir rendah (BBLR), berat bayi lahir sangat rendah
(BBLSR), berat bayi lahir sangat amat rendah (BBLSAR). Lalu untuk usia kehamilan
dibagi menjadi prematur, aterm, postterm. Pemeriksaan kehidupan perkembangan
intrauterina dapat ditentukan dari plotting BBL neonatus terhadap usia kehamilan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan menggunakan kurva Lubchenco dimana mengklasifikasi
menjadi 3 yakni sesuai masa kehamilan (SMK), Kurang masa kehamilan (KMK), dan
Besar masa kehamilan (BMK). Pada keadaan KMK neonatus memiliki berat lahir kurang
dari 10 persentil. Pada keadaan BMK neonatus yang berat lahir lebih dari 90 persentil.
Pada keadaan SMK neonatus yang memiliki berat badan lahir bayi antara 10-90 persentil.

11
Gambar 4 : Kurva Lubchenco6

Diagnosa Kerja

BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Istilah bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) digunakan untuk berat
lahir kurang dari 1500 gram dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR)
digunakan untuk berat lahir kurang dari 1000 gram.7

Epidemiologi8

Frekuensi kejadian bayi yang lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu menurut
Collaborative Perinatal Study adalah 7,1% untuk kulit putih dan 17,9% untuk kulit
berwarna. Kira – kira 1/3 – ½ BBLR mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih.
Di Negara maju angka kejadian bayi premature adalah 6-7%. Di Negara berkembang
angka kejadian ini lebih kurang 3 kali lipat.
12
Hasil penelitian Atih Suratin (2008) di Rumah Sakit Islam Jakarta ditemukan
angka kejadian BBLR 10,3%. Penelitian lain menunjukan berbagai angka kejadian
BBLR di berbagai tempat di Indonesia, Sulastri (2008) menemukan kejadian BBLR
14,05% dari ibu bersalin di RSUD Banyumas.

Etiologi 9

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah


A. Faktor ibu
1. Penyakit
o Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
o Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
o Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2. Ibu
o Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
o Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
o Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3. Keadaan sosial ekonomi
o Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
o Aktivitas fisik yang berlebihan
o Perkawinan yang tidak sah

B. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
C. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
D. Faktor lingkungan
13
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.

Permasalahan pada BBLR7

BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang


banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil.
Permasalahan yang akan timbul antaralain :
1. Ketidakstabilan suhu tubuh
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C-37°C dan segera

setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.

Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan

kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot- otot

yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak

subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum

matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih

besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

2. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang
lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek batuk,
hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.

3. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta
selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu
ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan
pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir
membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah
menderita infeksi.
4. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
14
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun, lambatnya
pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang,
defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor,
protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing
Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat
badan bayi.
5. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan timbulnya
hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya
enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna dan
kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke
hepar berkurang.
6. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu
karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian
glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72
jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum
mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress
dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah
berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis
anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi
hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang
rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.
7. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai system kekebalan tubuh yang terbatas, dan rentan
terkena infeksi.
8. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity yang disebabkan
karena ketidakmatangan retina.

Faktor Resiko10

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR yaitu faktor intrinsik (faktor


15
yang terdapat pada janin) dan faktor ekstrinsik ( faktor yang terdapat pada ibu ).
Adapun faktor janin (faktor intrinsik) meliputi faktor genetik, ras, plasenta dan jenis
kelamin. Sedangkan faktor ibu (faktor ekstrinsik) terbagi 2 yaitu faktor biologik
yang terdiri dari faktor umur ibu, paritas, tinggi badan, berat badan sebelum
melahirkan, penambahan berat badan selama hamil, parameter antropometik dan
faktor lingkungan yang terdiri dari status sosial ekonomi, status gizi, jarak kelahiran,
infeksi, pekerjaan aktivitas fisik, perawatan kesehatan, daerah dataran tinggi,
kebiasaan merokok dan kebiasaan minum alcohol.
Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Umur ibu
Umur ibu sangat berpengaruh dalam kehamilan. Umur ibu yang terlalu mudah

terlalu tua merupakan factor resiko untuk terjadinya hasil kehamilan yang tidak

diinginkan. Masa antara umur 20 sampai 35 tahun adalah tahun – tahun terbaik

untuk mempunyai keturunan yang berarti bahwa kemungkinan untuk terjadinya

gangguan pada kehamilan dan persalinan adalah rendah atau kecil sekali.

Sedangkan kehamilan yang terjadi di usia resiko tinggi yaitu kehamilan usia

muda 15 sampai 19 tahun dan pada usia lanjut 36 sampai 44 tahun kemungkinan

adanya gangguan bertambah besar. Umur 35 tahun telah memiliki resiko tinggi

bila masih melahirkan, pada umur tersebut akan terjadi proses perubahan pada

jaringan alat reproduksi dan jalan lahir akan cencerung berakibat buruk pada

proses persalinan yang akan menyebabkan prosetase kematian bayi dan ibu lebih

tinggi.

2. Pendidikan
Wiegel et, al (1991), menyatakan bahwa pendidikan ibu merupakan factor yang

berpengaruh kuat terhadap intake makanan dengan menyediakan makanan yang

memenuhi standar gizi selama kehamilan diharapkan ibu melahirkan bayi yang

normal. Pada wanita usia muda didapatkan angka kejadian BBLR yang tinggi karena

16
mereka kurang lama mengenyam pedidikan sehingga ilmu pengetahuan khususnya

mengenai kebutuhan-kebutuhan ibu hamil dan janinnya tidak diketahuinya sama

sekali. Selain itu perkembangan emosi dan psikologis dari seorang ibu muda masih

kurang sehingga akan kesulitan dalam menerima nasehat dari tenaga kesehatan

mengenai kehamilannya.

3. Paritas
Jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama hidupnya sangat mempengaruhi

kesehatan. Kelahiran pertama mempunyai resiko terhadap bahaya-bahaya

komplikasi. Komplikasi yang terjadi ini dapat mengganggu pertumbuhan janin

dimana pertumbuhan janin terhambat sehingga bayi lahir dengan berat rendah,

bahkan juga dapat mengakibatkan kematian bayi dan juga ibunya. Selain itu jumlah

anak yang dilahirkan seorang ibu lebih dari empat juga akan meningkatkan resiko

melahirkan BBLR, karena semakin banyak anak maka rahim ibu semakin lemah.

(Depkes, 2000).

4. Anemia
Dalam kehamilan darah akan bertambah banyak yang lazim disebut hidremia atau
hypervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah tidak sebanding dengan
bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut
berbanding sebagai berikut , plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.
WHO (1993), menetapkan batasan ibu menderita anemia dengan Hb < 11 gr %.
Meskipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi
dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim yang salah satunya
mengakibatkan BBLR.
5. Riwayat penyakit Sebelumnya
Riwayat penyakit yang dimaksud adalah penyakit yang diderita ibu pada saat dan
selama terjadi kehamilan misalnya : Hipertensi, Diabetes Mellitus, Jantung, Asthma,
Ginjal, Pau-paru yang dapat menyebabkan persalinan BBLR. Pengaruh penyakit
hipertensi yang disertai proteinuria dan oedema dapat mengakibatkan pre -

17
ekslampsia. Penanganan kehamilan yang disertai penyakit ginjal pengawasan dengan
pemeriksaan laboratorium karena sering terjadi uremia dan dapat terjadi kejang
sehingga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan janin dan dapat mengakibatkan
kematian bayi. Sedangkan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi, karena
kehamilan memberatkan penyakit jantung, sering terjadi sianosis yang dapat
menghambat pertumbuhan janin dalan kandungan. Bila ibu hamil disertai penyakit
diabetes mellitus merupakan penyakit yang mengakibatkan gangguan metabolisme
gula dan pembentukan glikogen akibatnya kadar gula dalam darah tinggi yang dapat
mempengaruhi metabolism tubuh secara menyeluruhdan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin, bila tidak segera mendapat penanganan akan
terjadi persalinan premature dan kematian janin
6. Usia kehamilan
Selama masa kehamilan terjadi proses penambahan berat badan. Pada masa-masa
awal kehamilan, penambahan berat badan yang terjadi sebagian besar diperuntukan
bagi persiapan organ-organ tubuh ibu. Pada tahap selanjutnya, penambahan berat
badan lebih terpusat pada penambahan berat badan janin, sehingga semakin tua usia
kehamilan, maka akan semakin berat bayi yang dilahirkan dan semakain muda usia
kehamilan maka akan semakin kecil bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan
sebelum 37 minggu ( dihitung hari pertama haid terakhir ) dinamakan bayi
premature.
7. Jarak Kehamilan
Secara teori jarak kehamilan yang pendek dengan sebelumnya dapat menyebabkan
hasil kehamilan yang tidak menguntungkan. Hal ini disebakan karena kekurangan
nutrisi dan pemulihan factor hormonal. Penelitian lain menyatakan semakin kecil
jarak kehamilan maka kemungkinan melahirkan BBLR semakin besar. Ibu yang
mempumyai jarak kelahiran kurang dari 18 bulan akan melahirkan bayi dengan
BBLR 2,77 kali lebih besar dibandingkan dengan jarak lebih dari 48 bulan.

8. Riwayat persalinan BBLR


Pengalaman sebelumnya dalam persalinan sangat erat hubungannya dengan proses

kelahiran berikutnya. Ibu yang memiliki riwayat persalinan preterm atau BBLR

mempunyai resiko tinggi terjadi hal serupa kecuali telah diketahui gen penyebabnya

18
dan telah dihilangkan. Menurut Linda Wheeler, 2004 wanita yang pernah melahirkan

bayi yang kecil beresiko kembali melahirkan bayi yang kecil.

9. Jenis kelamin Bayi


Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi berat badan bayi saat lahir. Oxorn, et al

(1996) menyatakan bahwa berat rata-rata janin laki-laki pada waktu lahir 3400 gram,

sedikit lebih besar daripada janin perempuan.

Yuyum Rumdasih (2002) memperoleh hasil dimana kejadian BBLR lebih banyak
terjadi pada bayi laki-laki, yaitu sebesar 19,7 % dibanding dengan bayi perempuan
yaitu sebesar 17,5 %.
10. Ras/Suku
Bayi kulit hitam mempunyai resiko kematian dua kali lebih besar daripada bayi kulit
putih pada bulan pertama kehidupan leh karena berhubungan dengan tingginya
insiden BBLR pada wanita kulit hitam. Resiko kejadian BBLR pada kulit hitam 9,7
kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita kulit putih.

Gambar. Faktor resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Patofisiologi10

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
19
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang
ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan
melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada
ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis
pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi
atau penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan
untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi
dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan
BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga
lebih besar (Nelson, 2010).

20
Gambar. Gambaran kasus pada BBLR.

Adaptasi Fisiologis Neonatus2

a. Sistem Respiratori
Kejadian ini dimulai dengan perkembangan organ paru, lalu diikuti oleh
perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, dan alvoelus dalam kehidupan
intrauterina. Saat bayi lahir, pernafasan dimulai dengan keadaan hipoxia yang
kemudian merangsang pusat respiratori pada medulla oblongata otak. Hal ini
terjadinya akibat tekanan pada rongga dada selama proses persalinan sehingga
mengakibatkan masuknya udara ke dalam paru. Adanya surfaktan dan hidupnya
sistem respirasi, menyebabkan keluarnya cairan dalam paru dan mengembangkan

21
jaringan alveoli. Oleh karena itu juga berfungsi utnuk menstabilkan dinding
alveolus dan mencegah terjadinya kolaps alveolus.
b. Sistem Kardiovaskular
Pada saat postpartum, proses pertukaran O2 ke seluruh jaringan tubuh dimulai.
Hal tersebut mengakibatkan penutupannya foramen ovale pada atrium jantung
dan terjadinya penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta. Pada
proses ini pun terjadinya peningkatan sirkulasi parusehingga menyebabkan
meningkatnya volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Oleh karena itu
menyebabkan menurunnya tekanan atrium kiri, foramen ovale yang menutup.
Dengan meningkatnya kadar O2 dalam dalam darah dapat mengakibatkan duktus
arteriosus mengalami kontriksi dan menutup.
c. Sistem Thermoregulasi
Ketika bayi lahir dan memulai kehidupan ekstrauterina, bayi akan
berhubungan dengan lingkungan yang lebih dingin. Hal ini menyebabkan air
ketuban yang menguap melalui kulit untuk mendinginkan darah bayi. Pada saat
terpapar lingkungan dingin, maka akan terjadinya pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil sebagai cara untuk mendapatkan kembali panas tubuh
dengan meggunakan lemak cokelat untuk produksi panas. Terdapatnya timbunan
lemak menyebabkan panas tubuh bayi meningkat. Dalam proses pembakaran
panas, bayi akan menggunakan glukosa. Kemudian cadangan lemak tersebut akan
habis, jika hal ini tidak ditangani segera bayi dapat mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis.
d. Sistem Gastrointestinal
Proses mengisap dan menelan sebelum lahir sudah dimulai. Refleks gumoh
dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir. Kemampuan menelan dan mencerna
makanan masih terbatas, dikarenakan hubungan antara esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang dapat masih menyebabkan gumoh dan
kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30cc. Pada saat bayi berada
dikehidupan ekstrauterina, kemampuan absorpsi nutrien dan enzim-enzim digestif
teraktivasi. Pengeluaran mekonium berupa feses berwarna hitam kehijauan,
lengket, dan mengandung darah samar diekskresikan dalam 24 jam pertama, lalu
untuk feses normal biasa diekskresikan pada hari keempat.

22
e. Sistem Imunitas
Ketika bayi baru lahir, fungsi makrofag masih kurang. Hal tersebut menyebabkan
sistem kekebalan tubuh bayi yang masih rentan. Respon kemotaktik pun masih
kurang sehingga juga memungkinkan terjadinya infeksi pada bayi. Daya lisis
masih rendah yang mengakibatkan pembentukan antibodi spesifik terhadap
antigen tertentu masih kurang.

Manifestasi Klinis10

Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah:

a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada
kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.

Komplikasi10

Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah :

a. Sindrom aspirasi mekonium


Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar
waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL.
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama
pada laki-laki.

23
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi,
tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi
untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning.

Penatalaksanaan dan Perawatan3,5

Asuhan Segera Bayi Baru Lahir

 Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah
kelahiran.
 Sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan
sedikit bantuan/gangguan.
 Oleh karena itu PENTING diperhatikan dalam memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga
bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin.

1. Membersihkan jalan nafas


 Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di atas perut
ibu.
 Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering/ kassa.
 Periksa ulang pernafasan.
 Bayi akan segera menagis dalam waktu 30 detik pertama setelah lahir.

  Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan:


 Letakkkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
 Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi ekstensi.

24
 Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
 Tepuk telapak kaki bayi sebanyak 2-3x/ gosok kulit bayi dengan kain kering dan
kasar.

Penghisapan lendir 
 Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yang steril, sediakan juga
tabung oksigen dan selangnya.
 Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
 Memantau mencatat usaha nafas yang pertama.
 Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut harus diperhatikan.

2. Perawatan tali pusat 


Setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.
Cara :
 Celupkan tangan yang masih meggunakan sarung tangan ke dalam klorin 0,5%
untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya.
 Bilas tangan dengan air matang /DTT.
 Keringkan tangan (bersarung tangan).
 Letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat.
 Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan benang DTT.
Lakukan simpul kunci/ jepitkan.
 Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat &lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian TP pada sisi
yang berlawanan.
 Lepaskan klem penjepit dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
 Selimuti bayi dengan kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup.
3. Mempertahankan suhu tubuh
Dengan cara :
 Keringkan bayi secara seksama.
 Selimuti bayi dg selimut/kain bersih, kering dan hangat.
25
 Tutup bagian kepala bayi.
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
 Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian.
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
4. Pencegahan infeksi
 Memberikan obat tetes mata/salep
 diberikan 1 jam pertama bayi lahir yaitu : eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.
 Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin dan langsung diteteskan
pada mata bayi segera setelah bayi lahir.

Bayi baru lahir sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal
dalam perawatannya. 
 Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi.
 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
 Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan
bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih.
 Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam
keadaan bersih.
 Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya
akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi setelah
digunakan).

Asuhan Bayi 1-24 jam Setelah Lahir

Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL ygmemerlukan
perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugaskesehatan

Pemantauan 2 jam pertama meliputi :


 Kemampuan menghisap (kuat/lemah)
 Bayi tampak aktif/lunglai
 Bayi kemerahan /biru
26
Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :
1. Pemberian nutrisi
 Berikan asi sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)
 Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
 Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum
memberikanzat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran
mekonium. 
 Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan.

2. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi


 Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC.
 Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu .
 Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya
botol berisi air panas.
3. Mencegah infeksi 
 Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet
untuk BAK/BAB.
 Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah
tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera
ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah
atau bau busuk.
 Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi
setiaphari.
 Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabunsetiap
hari.
 Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang
memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu.

Kesimpulan

27
Saat setelah bayi lahir, yang pertama di lihat adalah APGAR score kemudian bisa juga
kita lakukan pemeriksaan maturity indeks menggunakan New Ballard scoring. Hasil dari
pemeriksaan didapatkan bahwa kelahiran cukup bulan dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) yang merupakan keadaan berat badan dibawah 2500 gr. Keadaan ini paling
umum di jumpai pada kelahiran premature, namun pada kasus ini BBLR dialami dengan
kelahiran cukup bulan, hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti faktor ibu,
janin maupun lingkungan. Dengan penanganan yang paling baik yaitu menjaga keadaan
suhu bayi normal dan pemantauan yang berkala.

28
Daftar Pustaka

1. Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam: Kosim
MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2010.h.11-5.
2. Gleadle J. Anamnesis dan Pemeriksaan Obstetrik. Dalam At a Glance :Anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga;2005.h.35.
3. Ilmu Kesehatan Anak. Perinatalogi. Dalam : Bahan Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak.Jilid 3. Jakarta:Infomedika: 2007;h.1044-64.
4. Mcdonald S. Pemeriksaan praktis bayi baru lahir. Dalam: Lorna D. Pemeriksaan
kesehatan ba Cunningham FG, et al. Williams obstetrics. 23th ed. Jakarta:
EGC;2013.h.616-28.
5. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD, penyunting. Buku ajar pediatri rudolph.
Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2007. h. 229-63.
6. Neil D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2008. h. 45.
7. Saifuddin, Bari A. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Cetakan V. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2009. h376
8. Atin Suratin. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RS Islam
Jakarta tahun 2008. Jurnal kesehatan.
9. Sumber : Manuaba, IBG, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan kb untuk
pendidikan bidan, Jakarta: EGC.2010
10. Triana A, Damayanti IP, Afni R, Yanti JS. Buku ajar kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal. Yogyakarta:deeplubliser. 2015

29

Anda mungkin juga menyukai