Anda di halaman 1dari 72

KALIMAT IMPERATIF DALAM NOVEL GADIS PANTAI

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Maria Fransina Karen Rettob
NIM : 174114046

i
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
APRIL 2021

ii
Skripsi
KALIMAT IMPERATIF DALAM NOVEL GADIS PANTAI
KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Oleh
Maria Fransina Karen Rettob
NIM: 174114046

Telah disetujui oleh

Pembimbing I

Sony Christian Sudarsono, S.S.,M.A. tanggal……….

Pembimbing II

Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S.,M.A. tanggal………

iii
Skripsi

KALIMAT IMPERATIF DALAM NOVEL GADIS PANTAI


KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Dipersiapkan dan ditulis oleh


Maria Fransina Karen Rettob
NIM: 174114046

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji


Pada tanggal…..
Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua

Sekretaris

Anggota

Yogyakarta,……..
Fakultas Sastra
Universitas Sanata Dharma

………………………………
Dekan

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,…………………

Penulis

Maria Fransina Karen Rettob

v
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan
Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata


Dharma :
Nama : Maria Fransina Karen Rettob
NIM : 174114046

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul KALIMAT
IMPERATIF DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA
ANANTA TOER beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata


Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal………..
Yang menyatakan

Maria Fransina Karen Rettob

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1.Untuk papa dan mama saya, Johannes Rettob dan Susana Suzy Herawati

terima kasih atas doa dan dukungan papa dan mama sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

2. Untuk kakak-kakak saya Thendra Cendana (alm), Maria Elisabeth, Maria

Veronika, dan Robert Charles (alm) yang selalu ada dan menjadi

penyemangat.

3. Untuk sahabatku Regina dan keluarga besar yang telah memberikan

perhatian dan dukungan.

4. Untuk teman-teman Sastra Indonesia 2017 yang telah menjadi teman dan

menjadi motivasi untuk penulis.

5. Untuk Pak Rahmat dan Bude Yanti yang sudah menjaga dan

memperhatikan penulis.

Penulis

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas rahmat Tuhan yang Mahaesa yang telah memberikan
Kesehatan dan rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.
Skripsi berjudul “Kalimat Imperatif Dalam Novel Gadis Pantai Karya
Pramoedya Ananta Toer” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
gelar Sarjana S-1 Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta. Setelah melalui proses yang panjang, skripsi ini
akhirnya dapat selesai tepat waktu walaupun di tengah pandemi Covid-19 ini
tidak membuat penulis patah semangat dan skripsi ini dapat terselesikan dengan
baik. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah menjadi perpanjangan kasih Tuhan berikut.
1. Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A. yang berkenan menjadi
pembimbing I penulis dalam menyusun skripsi ini. Beliau memberikan
banyak masukan dan pinjaman buku bagi penulis yang berguna baik
dalam penyusunan skrpisi ini.
2. M.M. Sinta Wardani, S.S., M.A. yang berkenan menjadi pembimbing II
penulis dalam Menyusun skripsi ini. Beliau juga telah memberikan
masukan dan semangat selama menyusun skripsi.
3. Seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia yang belum disebut : S.E.
Peni Adji, S.S., M. Hum., Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Drs.
B. Rahmanto, M.Hum, Dr.Y.Yapi Taum, M.Hum, dan F.X. Sinungharjo,
S.S., M.A serta dosen-dosen pengampu mata kuliah tertentu yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.

Yogyakarta, April 2021

Maria Fransina Karen Rettob

viii
ABSTRAK

Rettob, Maria Fransina K. 2021. “Kalimat Imperatif Dalam Novel Gadis


Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer”. Skripsi strata satu (S-1).
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma.

Skripsi ini membahas kalimat imperatif dalam novel Gadis Pantai karya
Pramoedya Ananta Toer. Kajian kalimat imperatif ini dilakukan untuk mengetahui
jenis dan fungsi kalimat imperatif dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya
Ananta Toer.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode simak atau metode obeservasi. Metode analisis data yang digunakan
adalah metode padan, metode yang alat penentunya di luar terlepas dan tidak
menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Metode penyajian hasil
analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode informal atau verbal
adalah penyajian kaidah penggunaan bahasa dengan kata-kata atau kalimat.
Hasil penelitian ini adalah jenis-jenis kalimat imperatif dalam novel Gadis
Pantai yang ditemukan sebagai berikut : kalimat imperatif ditemukan sebanyak
dua puluh lima (25), kalimat persilahan ditemukan sebanyak lima (5), kalimat
ajakan ditemukan sebanyak delapan (8), dan kalimat larangan ditemukan
sebanyak tiga belas (13). Fungsi kalimat imperatif dalam novel Gadis Pantai yang
ditemukan sebagai berikut : kalimat perintah ditemukan sebanyak sembilan (9),
kalimat undangan ditemukan sebanyak tiga belas (13), kalimat harapan ditemukan
sebanyak lima (5), dan kalimat peringatan ditemukan sebanyak empat puluh lima
(45).

Kata kunci : kalimat imperatif, novel, sintaksis

ix
ABSTRACT

Rettob, Maria Fransina K. 2021. "Imperative sentence In The Novel Beach


Girl By Pramoedya Ananta Toer”. First degree thesis (S-1).
Indonesian Literature Study Program, Faculty of Literature, Sanata
Dharma University.

This thesis discusses the imperative sentence in the novel Gadis Pantai by
Pramoedya Ananta Toer. The study of imperative sentences was conducted to
determine the type and function of imperative sentences in the novel Gadis Pantai
by Pramoedya Ananta Toer.
The method of data collection used in this study is the simak method or
obeservation method. The method of data analysis used is the padan method, the
method by which the determinant is outside detached and does not become part of
the language (langue) in question. The method of presenting the results of data
analysis used in this thesis is an informal or verbal method is the presentation of
the rules of use of language with words or sentences.
The results of this study are the types of imperative sentences in the novel
Gadis Pantai found as follows: imperative sentences found as many as twenty-five
(25), sentences found as many as five (5), sentences of invitation found as many
as eight (8), and prohibition sentences found as many as thirteen (13). The
function of the imperative sentence in the novel Gadis Pantai is found as follows:
the command sentence was found as many as nine (9), the invitation sentence was
found as many as thirteen (13), the sentence of hope was found as many as five
(5), and the warning sentence was found as many as forty-five (45).

Keywords : imperative sentences, novel, syntactic

x
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN DEPAN................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS...............................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.4 Manfaat Hasil Penelitian...........................................................................4
1.5 Tinjauan Pustaka...........................................................................................5
1.6 Landasan Teori..............................................................................................9
1.6.2 Kalimat Deklaratif......................................................................................9
1.6.4 Kalimat Imperatif.....................................................................................11
1.6.5 Kalimat Persilahan...................................................................................12
1.6.6 Kalimat Ajakan........................................................................................12
1.6.7 Kalimat Larangan.....................................................................................13
1.6.8 Kalimat Interogatif...................................................................................13
1.6.9 Kalimat Eksklamatif.................................................................................19
1.6.1.10 Fungsi Kalimat Imperatif....................................................................20
1.6.1.11 Perintah...............................................................................................21
1.6.1.12 Undangan............................................................................................21
1.6.13 Keinginan...............................................................................................21
1.6.14 Peringatan...............................................................................................22
1.7 Metode Penelitian........................................................................................22
1.7.1 Metode Pengumpulan data.......................................................................22

xi
1.7.2 Metode Analisis Data...............................................................................23
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data.....................................................24
1.8 Sistematika Penyajian.................................................................................24
BAB III JENIS KALIMAT IMPERATIF DALAM NOVEL GADIS PANTAI
KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER.......................................................18
2.1 Pengantar.....................................................................................................18
2.2 Kalimat Imperatif........................................................................................18
2.3 Kalimat Persilahan......................................................................................22
2.4 Kalimat Ajakan...........................................................................................23
2.1.4 Kalimat larangan......................................................................................25
BAB III FUNGSI KALIMAT IMPERATIF DALAM NOVEL GADIS
PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER.......................................33
3.1 Pengantar.....................................................................................................33
3.2 Perintah.......................................................................................................33
3.3 Undangan....................................................................................................35
3.4 Keinginan....................................................................................................39
BAB IV PENUTUP..............................................................................................49
4.1 Kesimpulan..................................................................................................49
4.2 Saran............................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata imperatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008)

memiliki beberapa arti atau pengertian. Arti pertama adalah perkataan yang

bermaksud menyuruh melakukan sesuatu. Misalnya, seorang majikan menyuruh

anak buahnya menyiapkan serta melayani majikannya makan. Perintah dari sang

majikan tersebut sifatnya imperatif kategoris (sesuatu yang harus dilakukan dan

sifatnya wajib). Arti kedua merupakan aba-aba, dan komando. Arti ketiga

merupakan aturan dari pihak atas yang harus dilakukan.

Dari penjelasan berdasarkan KBBI, kalimat imperatif adalah kalimat yang

mengandung makna memerintah atau meminta seseorang untuk melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Kalimat ini sering digunakan

dalam percakapan sehari-hari. Kalimat ini menjadi bermakna jikalau dikaji dalam

hubungan relasional dengan orang lain. Kalimat ini sering kita gunakan atau temui

dalam keluarga, sekolah, atau lingkungan tempat tinggal dan tempat-tempat umum.

Contohnya, perintah yang sering kita temui adalah, “Jangan membawa senjata

tajam!”, “Jangan membuang sampah di sembarang tempat!”, “Tolong sampaikan

permohonan maafku kepada teman-teman”, “Waspada! Pencuri datang di waktu

yang tidak terduga”.

1
2

Novel adalah sebuah karya sastra yang berbentuk prosa yang panjang serta

mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (KBBI,

2008:1079). Menurut Drs. Jakob Sumardjo, novel ialah sebuah bentuk sastra yang

sangat populer di dunia karya sastra yang satu ini paling banyak beredar serta juga

dicetak sebab daya komunitasnya yang sangat luas di dalam masyarakat (Noor,

2017 : 62). Yang menarik dari karya sastra karena di sana ada paradigma

kehidupan, ada model-model kehidupan, sehingga orang tinggal mengambil. Karya

sastra terbedakan dengan nasihat, anjuran, dan ajaran. Anjuran, ajaran, dan nasihat

adalah membuat orang sulit untuk mencernanya, sementara hal ini berbeda dengan

karya sastra. Itulah mengapa teladan atau kesaksian hidup lebih berdaya ubah atau

berguna dari pada nasihat.

Setelah membahas secara singkat pengertian kalimat imperatif dan novel di

atas, penulis mencoba membuat kajian atau penelitian kalimat imperatif dalam

novel Gadis Pantai karya Promoedya Ananta Toer. Kalimat imperatif berdasarkan

fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat imperatif mengharapkan tanggapan

yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara (Ramlan, 2005 : 39). Berikut

ini contoh kalimat imperatif yang terdapat dalam novel Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer:

(1) Tidurlah, nak.


(2) Diamlah, diam!
(3) Cepat!
3

Kata tidurlah, diamlah, dan cepat pada contoh (1), (2), dan (3) termasuk

kalimat imperatif karena mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang

yang diajak berbicara dan diikuti partikel lah pada P-nya.

Topik analisis kalimat imperatif dalam novel Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer dipilih berdasarkan pada dua alasan. Petama, penelitian

sebelumnya menggunakan kebanyakan karya sastra populer, sedangkan penulis

menggunakan karya sastra klasik. Kedua, belum banyak penelitian yang dilakukan

berkaitan dengan analisis kalimat imperatif pada novel terutama dalam kajian

sintaksis.

Masalah sintaksis menarik untuk dibicarakan karena dalam ruang lingkup

sintaksis tidak hanya membicarakan kata, frasa, klausa, tetapi juga kalimat. Melihat

ruang lingkup sintaksis yang cukup luas, penulis memfokuskan penelitian pada

kajian mengenai kalimat (analisis kalimat), yaitu tentang kalimat imperatif dan

pengklasifikasian bentuk kalimat suruh. Kalimat imperatif banyak ditemukan di

dalam novel. Alasannya karena bahasa tulis dalam novel berfungsi untuk

memberikan efek imajinasi bagi pembaca dan sebagai ungkapan perasaan tokoh

dan semua itu berwujud kalimat imperatif.

Bentuk kalimat imperatif yang terdapat dalam novel digunakan sebagai

kata-kata yang dapat menimbulkan imajinasi pembaca, yang diharapkan nantinya

pembaca mampu menyelami cerita yang dikisahkan dalam novel tersebut.

Sehubungan dengan hal itu, tulisan ini akan mencoba membahas tentang kalimat

imperatif yang ada pada novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Penulis
4

juga akan memaparkan jenis-jenis kalimat imperatif yang terdapat dalam novel

tersebut.

Kalimat ini memang sudah sangat luas digunakan dalam praktik hidup

sehari-hari, tetapi tidak semua orang memiliki pengetahuan yang komprehensif

tentang apa saja kalimat imperatif dan fungsinya. Penulis mencoba mengangkat dan

mengulasnya dengan menggunakan novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta

Toer sehingga semakin memperkaya pemahaman tentang kalimat imperatif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan singkat dalam latar belakang, permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut :

1.2.1 Apa saja jenis-jenis kalimat imperatif dalam novel Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer?

1.2.2 Apa fungsi kalimat imperatif dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya

Ananta Toer.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak diperoleh dari penelitian ini adalah :

1.3.1 Menguraikan jenis-jenis kalimat imperatif yang terdapat dalam

novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

1.3.2 Menjelaskan fungsi kalimat imperatif yang terdapat dalam novel

Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.


5

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian adalah memberikan penjelasan mengenai jenis kalimat

imperatif dan fungsinya. Adapun manfaat-manfaatnya sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini memberikan ilmu dan pengetahuan baru

terhadap bidang sintaksis berkaitan dengan analisis kalimat imperatif dalam novel

khususnya karya sastra klasik.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini adalah dimungkinkannya hasil penelitian

untuk dijadikan acuan terhadap penelitian lebih lanjut, khususnya bidang sintaksis

perihal analisis kalimat imperatif dalam novel.

1.5 Tinjauan Pustaka

Kalimat imperatif merupakan kalimat yang isinya menginformasikan pesan

agar orang lain melakukan atau meninggalkan perbuatan yang dikehendaki oleh

penuturnya. Kalimat imperatif adalah bentuk kalimat atau verba untuk

mengungkapkan perintah atau keharusan atau larangan melaksanakan perbuatan.


6

Konsep gramatikal ini harus dibedakan dari perintah yang merupakan konsep

semantis (Kridalaksana, 2008: 91).

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga mengacu pada beberapa penelitian

sebelumnya yang mendeskripsikan tentang analisis kalimat imperatif. Penulis

menemukan ada empat penelitian tersebut yang ditulis oleh Wenzen (2016), Erni

Fitriana (2013), Wulandari (2021), Susanti (2020), dan Karepouwan (2013).

Pertama, Wenzen (2016) dengan judul skripsi “Kalimat Imperatif dalam

Film Spy Karya Paul Feig” menggambarkan kalimat imperatif dan fungsinya dalam

komunikasi yang terdapat dalam film Spy. Peneliti memilih film Spy sebagai objek

penelitian, dan membaca buku-buku yang berhubungan dengan judul penelitian,

yaitu kalimat imperatif. Kemudian peneliti mengunduh naskah dialog film Spy di

situs springfield.co.uk dan menonton film Spy lebih dari sepuluh kali untuk lebih

memahami isi dalam film, lebih khususnya cara berkomunikasi di dalam film. Hasil

dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Bentuk-bentuk kalimat imperatif dalam

film Spy yang ditemukan sebagai berikut: kalimat imperatif tanpa subjek ditemukan

sebanyak seratus enam puluh sembilan (169), kalimat imperatif menggunakan

subjek terdapat tiga puluh satu (31), kalimat imperatif menggunakan let terdapat

dua puluh enam (26), kalimat imperatif negatif terdapat dua puluh tiga (23), kalimat

imperatif persuasif tidak ditemukan di dalam film Spy. Kalimat imperatif persuasif

tidak ditemukan di dalam film Spy karena dalam kehidupan para mata-mata

dituntut untuk tegas. Dalam film Spy tidak terdapat kalimat imperatif persuasif

yaitu kalimat berbentuk ajakan yang di awali dengan kata do.


7

Dalam fungsi kalimat imperatif sebagai perintah terdapat sembilan puluh

delapan (98), sebagai harapan terdapat lima puluh (50), sebagai undangan terdapat

dua puluh lima (25), sebagai peringatan terdapat enam puluh dua (62) fungsi

kalimat yang ditemukan di dalam film. (Fungsi kalimat Perintah ditemukan paling

banyak dalam film Spy karena konteks film Spy adalah tentang agen pemerintahan

yang menuntut para agen 12 atau mata-mata untuk saling memperingatkan sesama

agen dengan menggunakan kalimat perintah pada percakapan mereka dalam setiap

misi yang dijalankan).

Kedua, Karepouwan (2013) dengan judul skripsi “Kalimat Imperatif Dalam

Novel The Kill Order Karya James Dashner”. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif, artinya penelitian ini menekankan pada penggambaran kalimat imperatif

dan fungsinya dalam komunikasi pada novel The Kill Order karya James Dashner.

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut : Kalimat imperatif yang hanya terdiri

dari satu verba ditemukan satu contoh dalam novel. Kalimat imperatif yang terdiri

lebih dari satu kata, terbagi atas tiga; verba frasa terdapat satu contoh yang

ditemukan dalam novel, verba frasa berpreposisi terdapat dua contoh, verba +

nomina + idiom preposisi terdapat satu contoh. Kalimat imperatif dalam bentuk

klausa terdapat dua contoh. Bentuk-bentuk kalimat imperatif lain, yaitu : Bentuk

ingkar : Do not + infinitif +unsur pelengkap ditemukan sebanyak satu buah. Fungsi

kalimat imperatif dalam komunikasi yang digunakan James Dashner, yaitu :

perintah, harapan, undangan, peringatan, dan keinginan.

Ketiga, Wulandari (2021) dalam artikel dengan judul “Kalimat Imperatif

dalam Novel Selena Karya Tere Liye” meneliti wujud dan makna kalimat imperatif
8

yang ada di novel Selena karya Tere Liye. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui wujud dan makna kalimat imperatif dalam novel Selena karya

Tere Liye. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak melalui teknik catat.

Hasil penelitian menunjukkan adanya kesimpulan dalam novel Selena

karya Tere Liye yaitu menemukan wujud kalimat imperatif intransitif dan

ditemukan 8 makna yaitu kalimat imperatif permohonan, kalimat imperatif

permintaan, kalimat imperatif harapan, kalimat imperatif larangan, kalimat

imperatif pembiaran, kalimat imperatif ajakan, kalimat impratif imbauan.

Dari paparan data ditemukan 80 kalimat imperatif. Yang paling banyak

ditemukan yaitu kalimat imperatif permohonan sebanyak 48 data, sedangkan

yang paling sedikit adalah kalimat imperatif pembiaran sebanyak 2 data.

Keempat, Fitriana (2013) meneliti kalimat perintah pada novel Perahu

Kertas karya Dewi Lestari. Metode penelitian yang digunakan adalah padan

intalingual, sedangkan untuk validitas data menggunakan metode trianggulasi teori.

Hasil penelitian Fitriana menunjukkan ada empat jenis kalimat perintah yang

terdapat dalam novel Perahu Kertas. Keempat jenis kalimat perintah yang

ditemukan meliputi kalimat perintah sebenarnya, kalimat perintah ajakan, kalimat

perintah persilahan, dan kalimat perintah larangan. Novel Perahu Kertas karya

Dewi Lestari didominasi oleh penggunaan kalimat perintah yang sebenarnya.

Kelima, Susanti (2020) meneliti kalimat imperatif dalam novel Matahari

karya Tere liye. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
9

Teknik pengumpulan data penelitian yaitu simak catat dan dokumentasi yang

dicatat dan diperiksa berdasarkan jenis-jenis kalimat imperatif. Alat pengumpulan

data menggunakan dokumen dan kartu data. Berdasarkan hasil penelitian, Jenis

kalimat imperatif dalam novel Matahari karya Tere Liye meliputi jenis kalimat

imperatif yang sebenarnya yang terdapat dua puluh satu kalimat, jenis kalimat

imperatif ajakan terdapat tiga belas kalimat, jenis kalimat imperatif larangan

terdapat delapan kalimat dan jenis kalimat imperatif persilaan terdapat tujuh

kalimat, sehingga keseluruhan jumlah kalimat imperatif yang digunakan dalam

novel Matahari karya Tere Liye berjumlah empat puluh sembilan kalimat. Lebih

banyaknya temuan kalimat yang sesuai dengan jenisnya menandakan novel

Matahari menggunakan banyak kalimat imperatif yang berdasarkan isinya.

Setelah melakukan tinjauan pustaka saya mengambil kesimpulan bahwa

analisis kalimat imperatif bermacam ragamnya ada yang menganalisis novel, film,

bahasa lisan dilakukan. Banyak analisis yang sudah dilakukan, penulis mengamati

lebih pada karya sastra populer. Dalam penelitian ini, penulis memilih karya sastra

klasik.

1.6 Landasan Teori

Untuk mendukung penelitian ini digunakan teori-teori yang relevan. Sehingga

dapat memperkuat teori dan keakuratan data. Teori yang digunakan adalah (a)

kalimat imperatif, (b) fungsi kalimat imperatif, (c) kalimat berdasarkan bentuk

sintaksisnya.

1.6.1 Kalimat Berdasarkan Bentuk Sintaksisnya


10

Dilihat dari bentuk sintaksisnya dibagi atas (1) kalimat deklaratif, (2)

interogatif, (3) kalimat imperatif, dan (4) kalimat eksklamatif.

1.6.2 Kalimat Deklaratif

Kalimat deklaratif, yang juga dikenal dengan nama kalimat berita dalam

buku Tata Bahasa Indonesia, secara formal jika dibandingkan dengan ketiga jenis

kalimat yang lainnya tidak bermarkah khusus. Dalam pemakaian bahasa bentuk

deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara/penulis untuk membuat pernyataan

sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya (Alwi dkk,

2010 : 360-361).

Jika pada suatu saat kita mengetahui ada kecelakaan lalu lintas dan

kemudian kita menyampaikan peristiwa itu kepada orang lain, maka kita dapat

memberitakan kejadian itu dengan menggunakan bermacam-macam bentuk kalimat

deklaratif antara lain :

(4) Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat monas.


(5) Saya lihat ada bus masuk ciliwung tadi pagi.
(6) Tadi pagi ada sedan fiat mulus yang ditabrak bus PPD.

Dari segi bentuknya kalimat diatas bermacam-macam. Ada yang

memperlihatkan inversi, ada yang bentuk aktif, ada yang pasif dan sebagainya.

Akan tetapi, jika dilihat dari fungsi komunikatifnya, maka kalimat di atas adalah

sama, yakni semuanya merupakan kalimat berita. Dengan demikian kalimat berita

dapat berupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitaan. Dalam

bentuk tulisnya kalimat berita dengan tanda titik. Dalam bentuk lisan suara

berakhir dengan nada turun ( Alwi dkk, 2010 : 360-361).


11

1.6.3 Kalimat Imperatif

Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat imperatif

mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara.

Berdasarkan ciri formalnya kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda

dengan pola intonasi kalimat berita dan kalimat tanya. Pola intonasinya ialah 2 3 #

atau 2 3 2 # jika diikuti partikel lah pada P-nya (Ramlan, 2005 : 39). Misalnya :

(7) Pergi!

23#

(8) Pergilah!

232#

(9) Baca buku itu!

2 3 // 2 1#

(10) Bacalah buku itu!

2 3 2 // 2 1#

Di sini pola intonasi kalimat imperatif itu ditandai dengan tanda (!).

Berdasarkan strukturnya, Ramlan (2005: 40) membagi kalimat imperatif menjadi

empat golongan, yaitu (a) kalimat imperatif sebenarnya, (b) kalimat persilahan, (c)

kalimat ajakan, dan (d) kalimat larangan. Adapun dalam penelitian ini, kalimat

imperatif sebenarnya cukup disebut dengan kalimat imperatif.


12

1.6.4 Kalimat Imperatif

Kalimat imperatif ditandai oleh pola intonasi suruh. Selain daripada itu,

apabila P-nya terdiri dari kata verbal intransitif bentuk verbal itu tetap hanya

partikel lah dapat ditambahkan pada kata verbal untuk menghaluskan perintah. S-

nya yang berupa persona orang kedua boleh dibuangkan boleh juga tidak (Ramlan,

2005: 40). Misalnya :

(11) Duduk!
(12) Beristirahatlah!
(13) Datanglah engkau ke rumahku!
(14) Tertawalah engkau sepuas-puasnya!
(15) Berangkatlah sekarang juga!

Apabila P-nya terdiri dari kata verbal transitif, kalimat suruh yang

sebenarnya itu, selain ditandai oleh pola intonasi suruh juga oleh tidak adanya

prefiks meN- pada kata verbal transitif itu. Partikel lah dapat ditambahkan pada

kata verbal itu untuk menghaluskan suruhan. Misalnya :

(16) Belilah buku ke toko buku pembangunan!


(17) Carilah buku baru ke perpustakaan!
(18) Pakai baju yang bersih!

1.6.5 Kalimat Persilahan

Selain ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat persilahan ditandai juga

oleh penambahan kata silahkan yang diletakkan di awal kalimat. Misalnya:

(4) Silahkan Bapak duduk di sini!


(5) Silahkan Tuan mengambil buku sendiri!
(6) Silahkan datang ke rumahku!
13

1.6.6 Kalimat Ajakan

Sama halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat imperatif, kalimat

ajakan ini berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi juga mengharapkan suatu

tanggapan yang berupa tindakan hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan

hanya dilakukan oleh orang yang diajak, melainkan juga orang yang bicara atau

penuturnya. Dengan kata lain tindakan dilakukan oleh kita (Ramlan, 2005 : 42).

Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat ini ditandai juga oleh

adanya kata-kata ajakan, ialah mari dan ayo yang diletakkan di awal kalimat.

Partikel lah dapat ditambahkan pada kedua kata itu menjadi marilah dan ayolah.

Misalnya :

(7) Mari kita berangkat sekarang!


(8) Marilah belajar ke perpustakaan pusat!
(9) Ayo kita bermain sepak bola!
(10) Ayolah duduk di depan!

1.6.7 Kalimat Larangan

Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat larangan ditandai juga

oleh adanya kata jangan di awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan pada kata

tersebut untuk memperhalus larangan. Misalnya :

(11) Jangan engkau membaca buku itu!


(12) Janganlah engkau berangkat sendiri!
(13) Jangan suka menyakiti hati orang!
(14) Jangan dibawa pulang buku itu!

1.6.8 Kalimat Interogatif

Kalimat interogatif, yang juga dikenal dengan nama kalimat tanya, secara

formal ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, kenapa, kapan, dan
14

bagaimana dengan atau tanpa partikel-kah sebagai penegas. Kalimat interogatif

diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan

suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat

interogatif biasanya digunakan untuk meminta (1) jawaban “ ya” atau “ tidak” atau

(2) informasi mengenai sesuatu atau seseorang lawan bicara atau pembaca (Alwi

dkk, 2010 :366-370).

Ada empat cara untuk membentuk kalimat interogatif dari kalimat deklaratif

(1) dengan menambahkan partikel penanya apa, yang harus dibedakan dan kata

tanya apa, (2) dengan membalikkan susunan kata, (3) dengan menggunakan kata

bukan (kah) atau tidak (kah), dan (4) dengan mengubah intonasi menjadi naik.

Kalimat deklaratif dengan bentuk apapun (aktif, pasif, ekatransitif, dwitransitif, dan

sebagainya) dapat diubah menjadi kalimat tanya dengan menambahkan partikel

apa pada kalimat tersebut. Partikel-kah dapat ditambahkan pada partikel penanya

itu untuk mempertegas pertanyaan itu. Intonasi yang dipakai dapat sama dengan

intonasi kalimat berita. Perhatikan contoh berikut.

(15) a. Dia istri Pak Bambang.


b. Apa dia istri Pak Bambang?

(16) a. Pemerintah akan memungut pajak deposito.


b. Apa pemerintah akan memungut pajak deposito?

(17) a. Suaminya ditangkap minggu lalu.


b. Apakah suaminya ditangkap minggu lalu?

(18) a. Perbuatannya ketahuan istrinya.


b. Apakah perbuatannya ketahuan istrinya?
15

Semua kalimat (b) dalam contoh (15-17) memerlukan jawaban “ya” atau

“tidak”. Demikian pula dengan contoh-contoh yang berikut. Cara kedua untuk

membentuk kalimat tanya adalah dengan mengubah urutan kata dari kalimat

deklaratif. Ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam hal ini.

a. Jika dalam kalimat deklaratif terdapat kata seperti dapat, bisa, harus,

sudah,dan mau kata itu dapat dipindahkan ke awal kalimat dan ditambah

partikel-kah. Perhatikan contoh berikut.

(19) a. Dia dapat pergi sekarang.


b. Dapatkah dia pergi sekarang?

(20) a. Narti harus segera kawin.


b. Haruskah Narti segera kawin?

(21) a. Dia sudah selesai kuliahnya.


b. Sudahkah dia selesai kuliahnya?

Bentuk seperti sedang, akan, dan telah umumnya tidak dipakai dalam

kalimat seperti ini.

b. Dalam kalimat yang predikatnya nomina atau adjektiva, urutan

subjek dan predikatnya dapat dibalikkan dan kemudian partikel-kah

ditambahkan pada frasa yang telah dipindahkan ke muka. Perhatikan contoh

berikut.

(22) a. Masalah ini urusan Pak Ali.


b. Urusan Pak Alikah masalah ini?

(23) a. Linda pacar Rudy.


b. Pacar Rudykah Linda?

(24) a. Ayahnya sedang sakit.


b. Sedang sakitkah ayahnya ?
16

(25) a. Anakanya malas.


b. Malaskah anaknya?

c. Jika predikat kalimat adalah verba taktransitif, ekatransitif atau semitransitif,

verba beserta objek atau pelengkapnya dapat dipindahkan ke awal kalimat dan

kemudian ditambah partikel-kah. Perhatikan contoh berikut :

(26) a. Dia menangis kemarin.


b. Menangiskah dia kemarin?

(27) a. Mereka bekerja di pabrik roti.


b. Bekerjakah mereka di pabrik roti?

(28) a. Dia mencuri uang itu.


b. Mencuri uang itukah dia?

(29) a. Orang itu membunuh adiknya.


b. Membunuh adiknyakah orang itu?

Perlu dicatat di sini bahwa meskipun kalimat-kalimat di atas terdapat dalam

bahasa kita, kalimat yang berobjek dan berpelengkap seperti ini lebih umum diubah

menjadi kalimat tanya dengan memakai parikel apa(kah): Apa (kah) dia mencuri

uang itu?

Cara ketiga untuk membentuk kalimat interogatif adalah dengan

menempatkan kata bukan/bukankah, (apa/atau) belum atau tidak. Perhatikan cara

pemakaian kata kata itu pada contoh berikut.

(27) a. Dia sakit.


b. Dia sakit ,bukan?
c. Bukankah dia sakit?

(28) a. Atma Jaya sudah mulai kuliahnya.


b. Atma Jaya sudah mulai kuliahnya, bukan?
c. Bukankah Atma Jaya sudah mulai kuliahnya?
17

(29) a. Para anggota tidak setuju.


b. Para anggota tidak setuju, bukan?
c. Bukankah para anggota tidak setuju?

(30) a. Para peserta sudah datang.


b. Para peserta sudah datang, (apa/ atau) tidak?

(31) a. Rahasianya sudah ketahuan.


b. Rahasianya sudah ketahuan, (apa/ atau) belum?

(32) a. Kamu mengerti soal ini.


b. Kamu mengerti soal ini, (apa/ atau) tidak?

(33) a. Paket ini akan dikirim.


b. Paket ini akan dikirim, (apa/ atau) tidak?

Pada contoh di atas tampak bahwa kata-kata bukan, dan tidak

ditempatkan di akhir kalimat dan didahului oleh koma. Kata belum dan

tidak dapat didahului apa atau atau. Sementara itu, tampak bahwa kata

bukankah seperti pada (27c), (28c), dan (29c) selalu ada di awal kalimat.

Kalimat yang diakhiri dengan kata ingkar bukan, belum, atau tidak

dinamakan kalimat interogatif embelan.

Cara keempat yang dipakai untuk membentuk kalimat interogatif

adalah dengan mempertahankan urutan kalimatnya seperti urutan kalimat

deklaratif, tetapi dengan intonasi yang berbeda, yakni intonasi yang naik.

Urutan kata dalam contoh yang berikut adalah urutan kalimat deklaratif,

tetapi, jika diucapkan dengan intonasi yang naik, maka berubahlah menjadi

kalimat interogatif.

(30) Jawabannya sudah diterima?


(31) Dia jadi pergi ke Medan?
(32) Penjahat itu belum tertangkap?
18

Cara terakhir untuk membentuk kalimat interogatif adalah dengan

memakai kata tanya seperti apa, berapa, siapa, kapan, dan mengapa. Sebagian

besar dari kata tanya itu dapat menanyakan unsur wajib dalam kalimat seperti

pada (33) dan (34), Sebagian lain menanyakan unsur takwajib seperti pada (35)

dan (36) jawaban atas berbagai pertanyaan itu bukan “ya” atau “tidak”.

(33) a. Dia mencari Pak Achmad.


b. Dia mencari siapa?

(34) a. Pak Tarigan membaca buku.


b. Pak Tarigan membaca apa?

(35) a. Minggu depan mereka akan berangkat ke Amerika.


b. Kapan mereka akan berangkat ke Amerika?

(36) a. Keluarga Daryanto akan pindah ke Surabaya.


b. Keluarga Daryanto akan pindah ke mana?

(37) a. Dia menceritakan masalah itu dengan baik.


b. Bagaimana dia memecahkan masalah itu?

Letak sebagian besar kata tanya itu dapat berpindah tanpa mengakibatkan

perubahan apapun. Dengan demikian, kalimat keluarga Daryanto akan pindah ke

mana? dapat dibuah menjadi kemana keluarga Daryanto akan pindah? dan

seterusnya. Sebagian yang lain, seperti bagaimana mempunyai letak yang tegar,

yakni di awal kalimat. Jadi kalimat, (37b) tidak dapat diubah menjadi *Dia

memecahkan masalah itu bagaimana?. Kalimat interogatif yang memakai kata

tanya siapa atau apa yang juga menggantikan unsur wajib dalam kalimat

mengakibatkan perubahan struktur kalimat jika dipindahkan ke bagian depan.


19

Perhatikan kembali kalimat (33b) dan (34b) di atas. Jika siapa dan apa kita

pindahkan ke depan, seluruh konstruksi kalimat berubah.

(37) a. Dia mencari siapa?


b. Siapa yang dicari?
(38) a. Pak Tarigan membaca apa?
b. Apa yang dibaca Pak Tarigan?

Penempatan siapa dan apa di awal kalimat mengakibatkan dua hal : (1) kata
sambung relatif yang harus muncul dan (2) kalimat sesudah kata sambung itu
harus dalam bentuk pasif. Sebagai akibat perpindahan itu, urutannya menjadi
predikat dan subjek seperti terlihat pada diagram berikut.
Siapa yang dia cari?
P S

Apa yang sedang dibaca Pak Ton?


P S
Kata tanya siapa dan apa pada contoh di atas menggantikan objek kalimat
yang kemudian dipindahkan ke depan. Ada pula pemakaian lain dari kedua nkata
itu, yakni untuk menggantgikan subjek kalimat. Perhatikan contoh berikut.
(39) a. Icuk memenangi pertandingan itu.
b. Siapa yang memenangi pertandingan itu?

(40) a. Topan Susie menghancurkan desa mereka.


b. Apa yang menghancurkan desa mereka?

Pada contoh (b) di atas, siapa dan apa masing-masing mengantikan

subjek Icuk dan topan Susie. Akan tetapi dari contoh di atas tampak pula

bahwa kata sambung yang umumnya juga harus muncul. Perlu dicatat pula

bahwa apa dan siapa dalam kalimat (39b) dan (40b) itu menjadi predikat,

sedangkan sisa kalimat menjadi subjek.

Perlu dicatat pula bahwa jika kalimat interogatif dijadikan bagian dari

kalimat deklaratif, kalimat interogatif itu kehilangan sifat keinterogatifnya


20

sehingga tanda baca yang dipakai pun adalah tanda titik, dan bukan tanda

tanya. Perhatikan contoh berikut.

(41) Saya tidak tahu kapan mereka akan berangkat.


(42) Kami mengerti bagaimana perasaan dia.
(43) Pak Menteri tidak pedulu apa anda setuju atau tidak.

1.6.9 Kalimat Eksklamatif

Kalimat eksklamatif yang juga dikenal dengan nama kalimat seru,

secara formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, atau bukan main pada

kalimat berpredikat adjectiva. Kalimat eksklamatif ini, yang juga dinamakan

kalimat interjeksi bisa digunakan untuk menyatakan perasaan kagum dan

heran (Alwi dkk, 2010 : 370-371).

Cara pembentukkan kalimat eksklamatif dari kalimat deklaratif

mengikuti langkah sebagai berikut.

a. Balikkan urutan unsur kalimat dari S-P menjadi P-S.

b. Tambahkan partikel-nya pada (adjektiva) P.

c. Tambahkan kata (seru) alangkah, bukan main, atau betapa

di muka P jika dianggap perlu.

Dengan menerapkan kaidah di atas, kita dapat membuat kalimat

eksklamatif dari kalimat deklaratif seperti pada contoh berikut.

(44) a. pergaulan mereka bebas

b.i *Bebas pergaulan mereka. (kaidah a)

ii. Bebasnya pergaulan mereka! (kaidah b)

iii. Alangkah bebasnya pegaulan mereka! (kaidah c)


21

Bukan main bebasnya pergaulan mereka!

Betapa bebasnya pergaulan mereka!

Dengan cara yang sama, kita dapat memperoleh kalimat eksklamatif

(b) dari kalimat deklaratif (a) pada contoh-contoh berikut.

(45) a. Pandangannya revolusioner.


b.(Alangkah/Bukan main/ Betapa) revolusioner pandangannya!
(46) a. Anak itu memang bodoh.
b. (Alangkah/Bukan main/ Betapa) bodohnya anak itu!

1.6.1.10 Fungsi Kalimat Imperatif

Menurut Aarts dan Aarts (1982: 95) fungsi kalimat imperatif dibagi menjadi

empat fungsi, yaitu perintah, keinginan, undangan, dan peringatan.

1.6.1.11 Perintah

Fungsi kalimat perintah mengandung maksud memerintah atau meminta,

dimana penutur meminta mitra tutur agar mitra melakukan sesuatu sebagaimana

diinginkan penutur. Kalimat ini mengandung kata kerja imperative mood. Mood

yaitu mengekspersikan dengan sebuah perintah secara langsung kepada sesorang

atau beberapa orang (Aarts dan Aarts, 1982: 95). Misalnya :

(47) Ambilah buku itu!


(48) Pergilah dari sini!
(49) Carilah baju itu!
(50) Makanlah makanan itu!

1.6.1.12 Undangan

Fungsi dari kalimat undangan dipakai sebagai tuturan yang dimaksudkan

untuk meminta seseorang mengikuti sang penutur atau berniat agar seseorang bisa

memenuhi ajakan yang dimaksudkan. Misalnya :


22

(51) Ayo kita pergi bermain!


(52) Mari ikut saya!
(53) Ayolah kita pergi!
(54) Mari kita pergi tidur!

1.6.13 Keinginan

Fungsi dari kalimat keinginan adalah untuk mengekspresikan maksud dan

keinginan dari sang penutur dengan tujuan agar seseorang bisa memenuhi apa yang

diminta terlepas dari niat untuk memerintah. Misalnya :

(55) Tolong buatkan aku makanan!


(56) Tolong cuci sepeda saya!
(57) Tolonglah saya!
(58) Tolong cuci kamar mandi itu!

1.6.14 Peringatan

Fungsi kalimat peringatan adalah sang penutur melontorkan kalimat tersebut

dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas situasi yang akan terjadi

selanjutnya. Lebih tepatnya adalah agar apa yang telah dikatakan oleh penutur

sebaiknya didengar agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Misalnya :

(59) Jangan merokok!


(60) Jangan membuang sampah sembarangan!
(61) Jangan ribut!
(62) Jangan menginjak rumput itu!

1.7 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

Bogman dan Taylor dijelaskan bahwa metode kulitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang atau perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007 : 4). Dalam penelitian ini

penulis mencoba mengungkapkan data-data yang berupa kata dan kalimat yang ada
23

dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Penelitian ini melalui

tiga tahap yaitu, pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian data.

Berikut penjelasannya.

1.7.1 Metode Pengumpulan data

Objek dari penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam novel Gadis Pantai

karya Pramoedya Ananta Toer. Sumber data dalam penelitian adalah novel Gadis

Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

adalah tuturan yang berkaitan dengan perintah. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak atau metode observasi.

Metode simak adalah metode dengan cara mengumpulkan data bahasa dengan

mendengarkan atau membaca penggunaan bahasa. Metode observasi dapat

digunakan untuk mengumpulkan data bahasa lisan dan data bahasa tulis

(Sudaryanto dalam Kesuma, 2015: 15).

1.7.2 Metode Analisis Data

Langkah kedua adalah menganalisis data. Data yang sudah dikumpulkan

kemudian dibagi menurut jenis dan fungsinya. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode padan. Metode padan adalah metode yang alat

penentunya di luar terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang

bersangkutan (Sudaryanto, 2015 :15). Jenis metode yang digunakan adalah metode

padan pragmatis. Metode padan pragmatis adalah metode yang alat penentunya

lawan atau mitra wicara. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya
24

kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau

mitra wicaranya. Ketika satu kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara (Kesuma,

2007 : 49).

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam menganalisis adalah

sebagai berikut. (1) membaca novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer

secara keseluruhan, (2) menandai data yang tergolong sesuai dengan jenis dan

fungsi kalimat imperatif, (3) mendeskripsikan tindak tutur yang dituturkan oleh

tokoh dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer, (4) menarik

kesimpulan dari analisis yang dilakukan mengenai jenis dan fungsi kalimat

imperatif, dan (5) memberikan saran.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah tahap menganalisis data, selanjutnya adalah tahap penyajian hasil

analisis. Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penulisan ini

adalah metode informal atau verbal adalah penyajian kaidah penggunaan bahasa

dengan kata-kata atau kalimat. Dalam penyajian ini berupa kutipan percakapan

novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer dengan menggunakan kata-kata

dan dapat langsung dipahami.

1.8 Sistematika Penyajian

Tugas akhir ini terdiri atas empat bab berikut akan diuraikan satu persatu.

Bab I diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian.


25

Bab II diuraikan tentang jenis-jenis kalimat suruh dalam novel Gadis Pantai

karya Pramoedya Ananta Toer.

Bab III ini diuraikan tentang fungsi kalimat suruh dalam novel Gadis

Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

Bab IV berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.


BAB II

JENIS KALIMAT IMPERATIF DALAM NOVEL GADIS PANTAI

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

2.1 Pengantar

Pada bab ini dibahas jenis-jenis kalimat imperatif dalam novel Gadis

Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan

empat jenis kalimat imperatif dalam novel tersebut, yaitu kalimat imperatif,

kalimat persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan. Berikut analisis kalimat

suruh dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

2.2 Kalimat Imperatif

Kalimat imperatif adalah kalimat yang secara konvensional mengharapkan

tanggapan berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur (Alwi dkk., 2008:

353). Kalimat ini ditandai dengan intonasi suruh. Apabila P-nya terdiri dari kata

verbal intransitif bentuk verbal itu tetap hanya partikel lah dapat ditambahkan

pada kata verbal untuk menghaluskan perintah. S-nya yang berupa persona orang

kedua boleh dibuangkan boleh juga tidak (Ramlan, 2005 : 40). Berikut

penemuaan kalimat impertif yang sebenarnya dalam novel Gadis Pantai:

(63) Ambilah ini buat mak.


(64) Tanyailah Bendoro rotinya apa pakai lapis coklat, gula kembang
selai….
(65) Katakanlah pada Mas Nganten.
(66) Pergilah. Adukan sekarang juga.
(67) Lihatlah kuda sahaya, bendoro putri.
(68) Tidurlah, tidur.

18
(69) Baik-baik, carilah hakim itu, biar dia adili kau sendiri.
(70) Makanlah, Mas Nganten ! mengapa melamun saja?
(71) Jadi pergilah dari sini. Yang aku butuhkan hanya pelayan
(72) Keluar!
(73) Ambilah kalau suka.
(74) Antarkan!

Kalimat (63) termasuk dalam kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu mengambil. Intonasi

suruh ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang

berupa persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditambahkan dan partikel–lah

dalam kata ambillah digunakan untuk memperhalus perintah.

Kalimat (64) termasuk kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu menanyai. Intonasi

suruh ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang

berupa persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditambahkan dan partikel–lah

dalam kata tanyailah digunakan untuk memperhalus perintah.

Kalimat (65) termasuk kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu mengatakan. Intonasi

suruh ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang

berupa persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditampilkan dan partikel–lah

dalam kata katakanlah digunakan untuk memperhalus perintah.

Kalimat (66) termasuk kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu pergi. Intonasi suruh

ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang berupa

19
persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditampilkan dan partikel-lah dalam

kata pergilah digunakan untuk memperhalus perintah.

Kalimat (67) termasuk kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu lihat. Intonasi suruh

ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang berupa

persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditampilkan dan partikel–lah dalam

kata lihatlah digunakan untuk memperhalus perintah.

Kalimat (69) adalah termasuk kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu tidur. Intonasi suruh

ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang berupa

persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditampilkan dan partikel–lah dalam

kata tidurlah digunakan untuk memperhalus perintah.

Kalimat (69) adalah kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu mencari. Intonasi

suruh ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang

berupa persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditampilkan dan partikel–lah

dalam kata carilah digunakan untuk memperhalus perintah.

Kalimat (70) adalah kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu makan. Intonasi suruh

ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang berupa

persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditampilkan dan partikel–lah dalam

kata makanlah digunakan untuk memperhalus perintah.

20
Kalimat (71) adalah kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu pergi. Intonasi suruh

ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang berupa

persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditampilkan dan partikel–lah dalam

kata pergilah digunakan untuk memperhalus perintah.

Kalimat (72) adalah kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu keluar. Intonasi suruh

ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang berupa

persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditampilkan dan partikel–lah dalam

kata pergilah digunakan untuk memperhalus perintah.

Kalimat (73) adalah kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu mengambil. Intonasi

suruh ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang

berupa persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditampilkan dan partikel–lah

dalam kata ambilah digunakan untuk memperhalus perintah.

Kalimat (74) adalah kalimat imperatif karena berintonasi suruh

mengharapkan tanggapan berupa tindakan mitra tutur, yaitu mengantar. Intonasi

suruh ditandai dengan adanya tanda seru (!) pada akhir kalimat. Adapun S yang

berupa persona kedua dalam kalimat tersebut tidak ditampilkan dan partikel–lah

dalam kata antarkanlah digunakan untuk memperhalus perintah.

21
2.3 Kalimat Persilahan

Kalimat persilahan selain ditandai dengan pola intonasi suruh juga

ditandai oleh penambahan kata silakan yang diletakkan pada awal kalimat.

Kalimat persilahan mengharapkan tanggapan berupa tindakan yang dilakukan

oleh mitra tutur. Bedanya dengan kalimat imperatif pada bagian sebelumnya,

dalam kalimat persilaan penutur memperbolehkan mitra tutur melakukan sesuatu.

Artinya, tindakan yang akan dilakukan mitra tutur terjadi setelah penutur

mempersilakannya (Ramlan, 2005 : 42).

(75) Silakan minum, silakan, katanya sambil membungkuk kemudian


mundur-mundur ke belakang untuk meninggalkan kamar.
(76) Silakan naik, Mas Nganten. Dia memang cerdik, cepat benar
segarnya kalau tuannya bakal kena tembakau.
(77) Silakan berdiri, Bendoro Putri. Mereka akan antarkan Bendoro
Putri. Ragu-ragu Mardinah berdiri.
(78) Silakan pergi Bendoro Putri ! Ayoh silakan pergi ! di semak-semak
bakau sana ada tempat.
(79) Silakan Bendoro Putri, kalua tak suka pergi, terpaksa sahaya seret
keluar.

Kalimat (75) termasuk kalimat persilahan karena ditandai dengan

penambahan kata silakan yang terletak di awal kalimat. Penggunaan partikel

silakan dalam kalimat menunjukkan maksud memerintah seseorang dengan cara

halus dan sopan. Kalimat (75) adalah penutur mempersilahkan mitra tutur untuk

minum.

Kalimat (76) termasuk kalimat persilahan karena ditandai dengan

penambahan kata silakan yang terletak di awal kalimat. Penggunaan partikel

silakan dalam kalimat menunjukkan maksud memerintah seseorang dengan cara

22
halus dan sopan. Kalimat (76) penutur mempersilahkan mitra tutur untuk naik ke

dokar.

Kalimat (77) termasuk kalimat persilahan karena ditandai dengan

penambahan kata silakan yang terletak di awal kalimat. Penggunaan partikel

silakan dalam kalimat menunjukkan maksud memerintah seseorang dengan cara

halus dan sopan. Kalimat (77) penutur mempersilahkan mitra tutur untuk berdiri.

Kalimat (78) termasuk kalimat persilahan ditandai dengan penambahan

kata silakan yang terletak di awal kalimat. Penggunaan partikel silakan dalam

kalimat menunjukkan maksud memerintah seseorang dengan cara halus dan

sopan. Kalimat (78) penutur mempersilahkan mitra tutur untuk pergi ke semak-

semak bakau untuk bersembunyi.

Kalimat (79) termasuk kalimat persilahan ditandai dengan penambahan

kata silakan yang terletak di awal kalimat. Penggunaan partikel silakan dalam

kalimat menunjukkan maksud memerintah seseorang dengan cara halus dan

sopan. Kalimat (79) penutur mempersilahkan mitra tutur untuk pergi.

2.4 Kalimat Ajakan

Sama halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat imperatif, kalimat

ajakan ini berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi juga mengharapkan

suatu tanggapan yang berupa tindakan hanya perbedaanya tindakan itu di sini

bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak, melainkan juga orang yang bicara

atau penuturnya. Dengan kata lain tindakan dilakukan oleh kita (Ramlan, 2005:

42). Berikut temuan kalimat ajakan dalam novel Gadis Pantai.

23
(80) Mari ke kamar mandi.
(81) Ayoh, kembalikan itu uang!
(82) Sinilah sebentar, gadis pantai memanggil.
(83) Ayolah, naik ke atas Mas Nganten.
(84) Ayolah, kau bisa angkut yang mana, man?
(85) Ayoh nyanyi!
(86) Ayoh, mari ikut semua. Ayoh, mak sama-sama ikut.

Kalimat (80) termasuk kalimat ajakan karena mengharapkan tanggapan

berupa tindakan yang dilakukan penutur bersama mitra tutur, yaitu tindakan pergi

ke kamar mandi. Selain itu, kalimat (80) ditandai dengan adanya kata mari pada

awal kalimat.

Kalimat (81) termasuk kalimat ajakan karena mengharapkan tanggapan

berupa tindakan yang dilakukan penutur bersama mitra tutur, yaitu tindakan

mengembalikan uang. Selain itu, kalimat (81) ditandai dengan adanya kata ayoh

pada awal kalimat.

Kalimat (82) termasuk kalimat ajakan karena mengharapkan tanggapan

berupa tindakan yang dilakukan penutur bersama mitra tutur, yaitu tindakan

memanggil. Selain itu, kalimat (82) ditandai dengan adanya kata sinilah pada awal

kalimat.

Kalimat (83) termasuk kalimat ajakan karena mengharapkan tanggapan

berupa tindakan yang dilakukan penutur bersama mitra tutur, yaitu tindakan pergi

ke kamar mandi. Selain itu, kalimat (83) ditandai dengan adanya kata ayohlah

pada awal kalimat.

24
Kalimat (84) termasuk kalimat ajakan karena mengharapkan tanggapan

berupa tindakan yang dilakukan penutur bersama mitra tutur, yaitu tindakan

mengangkut barang. Selain itu, kalimat (84) ditandai dengan adanya kata ayohlah

pada awal kalimat.

Kalimat (85) termasuk kalimat ajakan karena mengharapkan tanggapan

berupa tindakan yang dilakukan penutur bersama mitra tutur, yaitu tindakan

menyanyi. Selain itu, kalimat (85) ditandai dengan adanya kata ayoh pada awal

kalimat.

Kalimat (86) termasuk kalimat ajakan karena mengharapkan tanggapan

berupa tindakan yang dilakukan penutur bersama mitra tutur, yaitu tindakan pergi

ke kamar mandi. Selain itu, kalimat (86) ditandai dengan adanya kata ayoh pada

awal kalimat.

2.1.4 Kalimat larangan

Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat perintah ditandai

juga oleh adanya kata jangan di awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan

pada kata tersebut untuk memperhalus larangan. Berikut penemuan kalimat

larangan dalam novel Gadis Pantai :

(87) Jangan main bola Haram! Haram!


(88) Jangan aku ditinggal emak.
(89) Jangan buru-buru pergi.
(90) Jangan berlaku seperti orang kampung, kau istri priyayi.
(91) Jangan buat bising! Kembali kau ke kamarmu sendiri.
(92) Janganlah siksa sahaya ini, Mas Nganten.
(93) Jangan mempergunakan sahaya itu mBok.
(94) Jangan panggil begitu, kau bukan bocah lagi.
(95) Jangan biarkan sahaya seorang diri Mas Nganten.
(96) Jangan pikirkan orang lelaki, mas nganten biarpun bapak sendiri.

25
(97) Jangan ulangi lagi mas nganten.
(98) Jangan lagi ke dapur mas nganten.
(99) Jangan gusar padaku, mbok. Aku hanya bertanya.
(100) Jangan teruskan bicara dengannya. Aku adukan pada bendoro.
(101) Jangan dengan sabun.
(102) Jangan kuatir tak ada bajak semalam.
(103) Jangan menyindir.
(104) Jangan pikir-pikir seperti itu, mas ganten itu syirik!
(105) Gus, jangan susahkan Mas Nganten.
(106) Jangan ikut masak Bendoro Putri.
(107) Jangan kasari dia.
(108) Jangan, jangan datangkan polisi ke mari.
(109) Jangan apa-apakan si Dul itu.
(110) Ya, jangan lupa kudanya
(111) Jangan marah.
(112) Janganlah begitu keras kepadaku.
(113) Jangan pergi dulu, pijiti aku. Bukan di bawah, tengkuku saja.
(114) Jangan tinggalkan dulu aku.

Kalimat (87) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah main bola Haram!

Haram!. Dalam kalimat (87) penutur melarang mitra tutur untuk bermain bola

karena haram.

Kalimat (88) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah aku ditinggal emak.

Dalam kalimat (88) penutur melarang mitra tutur untuk meninggalkan penutur.

Kalimat (89) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah buru-buru pergi. Dalam

kalimat (89) penutur melarang mitra tutur untuk tidak buru-buru pergi.

26
Kalimat (90) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah berlaku seperti orang

kampung, kau istri priyayi. Dalam kalimat (90) penutur melarang mitra tutur

untuk tidak berlaku seperti orang kampung.

Kalimat (91) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah buat bising ! Kembali

kau ke kamarmu sendiri. Dalam kalimat (91) penutur melarang mitra tutur untuk

tidak bising.

Kalimat (92) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah siksa sahaya ini, Mas

Nganten. Dalam kalimat (92) penutur melarang mitra tutur untuk tidak

menghukumnya.

Kalimat (93) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah mempergunakan

sahaya itu mBok. Dalam kalimat (93) penutur melarang untuk tidak menggunakan

alasan untuk membantu.

Kalimat (94) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah panggil begitu, kau

27
bukan bocah lagi. Dalam kalimat (94) penutur melarang mitra tutur untuk

memanggil kata emak karena mitra tutur sudah besar.

Kalimat (95) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah biarkan sahaya seorang

diri Mas Nganten. Dalam kalimat (95) penutur melarang mitra tutur untuk

meninggalkan mitra tutur sendirian.

Kalimat (96) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan pikirkan orang lelaki, mas

nganten biarpun bapak sendiri. Lelaki tahu bahwa diri, biarpun neraka. Dalam

kalimat (96) penutur melarang mitra tutur untuk tidak memikirkan laki-laki.

Kalimat (97) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah ulangi lagi mas

nganten. Dalam kalimat (97) penutur melarang mitra tutur untuk tidak

mengulangi.

Kalimat (98) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah lagi ke dapur mas

nganten. Dalam kalimat (98) penutur melarang mitra tutur untuk pergi ke dapur.

28
Kalimat (99) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah gusar padaku, mbok.

Aku hanya bertanya. Dalam kalimat (99) penutur melarang mitra tutur untuk tidak

marah.

Kalimat (100) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah teruskan bicara

dengannya. Aku adukan pada bendoro. Dalam kalimat (100) penutur melarang

mitra tutur untuk tidak meneruskan bicaranya.

Kalimat (101) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah dengan sabun. Dalam

kalimat (101) penutur melarang mitra tutur mandi menggunakan sabun karena

tidak mudah terbasuh.

Kalimat (102) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah kuatir tak ada bajak

semalam. Dalam kalimat (102) penutur melarang mitra tutur untuk tidak kuatir.

Kalimat (103) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah menyindir. Dalam

kalimat (103) penutur melarang mitra tutur untuk menyindir.

29
Kalimat (104) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah pikir-pikir seperti itu,

mas ganten itu syirik!. Dalam kalimat (104) penutur melarang mitra tutur untuk

tidak berpikir yang tidak-tidak.

Kalimat (105) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Gus, jangan-lah susahkan Mas

Nganten. Dalam kalimat (105) penutur melarang mitra tutur untuk menyusahkan

penutur.

Kalimat (106) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah ikut masak Bendoro

Putri. Dalam kalimat (106) penutur melarang mitra tutur untuk tidak ikut masak.

Kalimat (107) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah kasari dia. Dalam

kalimat (107) penutur melarang mitra tutur untuk tidak berbuat kasar kepadanya.

Kalimat (108) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah, jangan datangkan

polisi ke mari. Dalam kalimat (108) penutur melarang mitra tutur untuk tidak

datangkan polisi.

30
Kalimat (109) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah apa-apakan si Dul itu.

Dalam kalimat (109) penutur melarang mitra tutur untuk tidak mengapa-apakan

Dul.

Kalimat (110) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Ya, Jangan-lah lupa kudanya.

Dalam kalimat (110) penutur melarang mitra tutur untuk tidak lupa dengan

kudanya.

Kalimat (111) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah marah. Dalam kalimat

(111) penutur melarang mitra tutur untuk tidak marah.

Kalimat (112) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah begitu keras kepadaku.

Dalam kalimat (112) penutur menyuruh mitra tutur untuk tidak membantah

penutur.

Kalimat (113) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah pergi dulu, pijiti aku.

31
Bukan di bawah, tengkuku saja. Dalam kalimat (113) penutur melarang mitra

tutur untuk pergi.

Kalimat (114) termasuk kalimat larangan karena ditandai pola intonasi

suruh ditandai dengan tanda /!/ dan menggunakan kata jangan di awal kalimat.

Partikel-lah juga dapat ditambahkan menjadi, Jangan-lah tinggalkan dulu aku.

Dalam kalimat (114) penutur melarang mitra tutur untuk meninggalkan penutur.

Dari penelitian di atas, penulis melihat bahwa novel Gadis Pantai secara

gamblang menampilkan pengunaan kalimat imperatif, persilahan, ajakan, dan

larangan dalam novelnya. Penggunaan keempat jenis kalimat ini tersebar dalam

seluruh narasi kisah novel ini. Keempat jenis kalimat ini digunakan dengan

maksud atau tujuaannya, sebagaimana yang terdapat dalam setiap analisis yang

dipaparkan dalam analisis di atas. Setiap bentuk kalimat imperatif, persilahan,

ajakan, larangan berfungsi untuk mengajak pendengar atau mitra tutur melakukan

perintah yang dikatakan oleh penutur. Sementara itu, analisis di atas bertujuan

untuk membantu kita dalam mengklasifikasi jenis-jenis kalimat imperatif dan

fungsinya, khususnya dalam novel.

32
BAB III

FUNGSI KALIMAT IMPERATIF DALAM NOVEL GADIS PANTAI

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

3.1 Pengantar

Pada bab ini dibahas tentang fungsi kalimat imperatif dalam novel Gadis

Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Menurut Aarts dan Aarts (1982 : 49)

fungsi kalimat imperatif dibagi menjadi empat fungsi, yaitu perintah, keinginan,

undangan, dan peringatan. Berikut analisis fungsi kalimat imperatif dalam novel

Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

3.2 Perintah

Menurut Aarts dan Aarts (1982: 95) Fungsi kalimat perintah mengandung

maksud memerintah atau meminta, di mana penutur meminta mitra tutur agar

mitra melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan penutur. Kalimat ini

mengandung kata kerja imperative mood. Mood yaitu mengekspersikan dengan

sebuah perintah secara langsung kepada seseorang atau beberapa orang. Berikut

temuan kalimat perintah dalam novel Gadis Pantai.

(115) mBok suka? Ambilah.


(116) Ambilah gelang itu! atau kaluang.
(117) Katakanlah, dari siapa?
(118) keluar!
(119) Pergi, cepat!
(120) Pergilah pada mereka! kalau sudah cukup ikan kau tangkap,
nanti kau bikin rumahmu sendiri
(121) Pergi!
(122) Tahan dia!
(123) Masaklah.

33
Kalimat (115) merupakan fungsi dari kalimat perintah karena ditandai

dengan penggunaan kata kerja imperative mood yaitu ambilah. Dalam kalimat

(115) penutur mengekspresikan sebuah perintah secara langsung kepada mitra

tutur untuk mengambil barang saat itu juga.

Kalimat (116) merupakan fungsi dari kalimat perintah karena ditandai

dengan penggunaan kata kerja imperative mood yaitu Ambilah. Dalam kalimat

(116) penutur mengekspresikan sebuah perintah secara langsung kepada kepada

mitra tutur untuk mengambil gelang atau kalung saat itu juga.

Kalimat (117) merupakan fungsi dari kalimat perintah karena ditandai

dengan penggunaan kata kerja imperative mood yaitu Katakanlah. Dalam kalimat

(117) penutur mengekspresikan sebuah perintah secara langsung kepada mitra

tutur untuk mengatakan dari siapa dia tahu saat itu juga.

Kalimat (118) merupakan fungsi dari kalimat perintah karena ditandai

dengan penggunaan kata kerja imperative mood yaitu keluar!. Dalam kalimat

(118) penutu mengekspresikan sebuah perintah secara langsung kepada mitra

tutur untuk keluar saat itu juga.

Kalimat (119) merupakan kalimat perintah karena ditandai dengan

penggunaan kata kerja imperative mood yaitu Pergi, cepat!. Dalam kalimat (119)

penutur mengekspresikan sebuah perintah secara langsung kepada mitra tutur

untuk pergi secepatnya saat itu juga.

34
Kalimat (120) merupakan fungsi dari kalimat perintah karena ditandai

dengan penggunaan kata kerja imperative mood yaitu Pergilah. Dalam kalimat

(121) penutur mengekspresikan sebuah perintah secara langsung kepada mitra

tutur untuk pergi mencari ikan saat itu juga.

Kalimat (123) merupakan fungsi dari kalimat perintah karena ditandai

dengan penggunaan kata kerja imperative mood yaitu Pergi. Dalam kalimat (123)

penutur mengekspresikan sebuah perintah secara langsung kepada mitra tutur

untuk pergi saat itu juga.

Kalimat (124) merupakan kalimat perintah karena ditandai dengan

penggunaan kata kerja imperative mood yaitu Tahan dia!. Dalam kalimat (125)

penutur mengekspresikan sebuah perintah secara langsung kepada mitra tutur

untuk menahan seseorang.

Kalimat (126) merupakan fungsi dari kalimat perintah karena ditandai

dengan penggunaan kata kerja imperative mood yaitu Masaklah. Dalam kalimat

(126) penutur mengekspresikan sebuah perintah secara langsung kepada mitra

tutur untuk masak.

3.3 Undangan

Fungsi dari kalimat undangan dipakai sebagai tuturan yang dimaksudkan

untuk meminta seseorang mengikuti sang penutur atau berniat agar seseorang bisa

memenuhi ajakan yang dimaksudkan. Berikut penemuan yang terdapat dalam

novel Gadis Pantai.

(127) Mengucaplah.
(128) Berceritalah.

35
(129) Naiklah ke ranjang, Mas Nganten.
(130) Dekatlah, sini.
(131) Naiklah. Aku lebih suka bicara dengan kusir.
(132) Mari ke kamar mandi.
(133) Ayoh, kembalikan itu uang!.
(134) Sinilah sebentar, gadis pantai memanggil.
(135) Ayolah, naik ke atas Mas Nganten.
(136) Ayolah, kau bisa angkut yang mana, man?
(137) Ayoh nyanyi!
(138) Ayoh, mari ikut semua. Ayoh, mak sama-sama ikut.
(139) Mari kita berangkat.

Kalimat (127) merupakan kalimat undangan yang dipakai sebagai tuturan

yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang penutur atau berniat

agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan yaitu, mengucaplah.

Dalam kalimat (127) penutur meminta kepada mitra tutur untuk memenuhi ajakan

penutur untuk mengucap atau mengatakan sesuatu.

Kalimat (128) merupakan kalimat undangan yang dipakai sebagai tuturan

yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang penutur atau berniat

agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan yaitu, berceritalah.

Dalam kalimat (128) adalah penutur meminta kepada mitra tutur untuk memenuhi

ajakan penutur untuk bercerita.

Kalimat (129) merupakan kalimat undangan yang dipakai sebagai tuturan

yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang penutur atau berniat

agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan yaitu, naiklah ke

ranjang, Mas Nganten. Dalam kalimat (129) penutur meminta kepada mitra tutur

untuk memenuhi ajakan penutur untuk naik ke ranjang.

36
Kalimat (130) merupakan kalimat undangan yang dipakai sebagai tuturan

yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang penutur atau berniat

agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan yaitu, dekatlah,sini.

Dalam kalimat (130) penutur meminta kepada mitra tutur untuk memenuhi ajakan

penutur untuk mendekat.

Kalimat (131) merupakan kalimat undangan yang dipakai sebagai tuturan

yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang penutur atau berniat

agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan yaitu, Naiklah Aku lebih

suka bicara dengan kusir. Dalam kalimat (131) penutur meminta kepada mitra

tutur untuk memenuhi ajakan penutur untuk naik ke dokar.

Kalimat (132) merupakan fungsi kalimat undangan yang dipakai sebagai

tuturan yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang penutur atau

berniat agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan yaitu, Mari ke

kamar mandi. Dalam kalimat (132) penutur meminta kepada mitra tutur untuk

memenuhi ajakan penutur untuk ke kamar mandi.

Kalimat (133) merupakan fungsi dari kalimat undangan yang dipakai

sebagai tuturan yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang

penutur atau berniat agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan

yaitu, Ayoh, kembalikan itu uang. Dalam kalimat (133) penutur meminta kepada

mitra tutur untuk memenuhi ajakan penutur untuk mengembalikan uang.

Kalimat (134) merupakan fungsi dari kalimat undangan yang dipakai

sebagai tuturan yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang

penutur atau berniat agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan

37
yaitu, Sinilah sebentar, gadis pantai memanggil. Dalam kalimat (134) penutur

meminta kepada mitra tutur untuk memenuhi ajakan penutur untuk menemui

penutur.

Kalimat (135) merupakan fungsi dari kalimat undangan yang dipakai

sebagai tuturan yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang

penutur atau berniat agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan

yaitu, Ayolah, naik ke atas Mas Nganten. Dalam kalimat (135) penutur meminta

kepada mitra tutur untuk memenuhi ajakan penutur untuk berpindah tempat.

Kalimat (136) merupakan fungsi dari kalimat undangan yang dipakai

sebagai tuturan yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang

penutur atau berniat agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan

yaitu, Ayolah, kau bisa angkut yang mana, man. Dalam kalimat (136) penutur

meminta kepada mitra tutur untuk memenuhi ajakan penutur untuk mengangkat

barang bawaan.

Kalimat (137) merupakan fungsi dari kalimat undangan yang dipakai

sebagai tuturan yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang

penutur atau berniat agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan

yaitu, Ayoh nyanyi. Dalam kalimat (137) penutur meminta kepada mitra tutur

untuk memenuhi ajakan penutur untuk bernyanyi.

Kalimat (138) merupakan fungsi dari kalimat undangan yang dipakai

sebagai tuturan yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang

penutur atau berniat agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan

yaitu, Ayoh, mari ikut semua. Ayoh, mak sama-sama ikut. Dalam kalimat (130)

38
penutur meminta kepada mitra tutur untuk memenuhi ajakan penutur untuk ikut

serta bersama penutur.

Kalimat (139) merupakan fungsi dari kalimat undangan yang dipakai

sebagai tuturan yang dimaksudkan untuk meminta seseorang mengikuti sang

penutur atau berniat agar seseorang bisa memenuhi ajakan yang dimaksudkan

yaitu, Mari kita berangkat. Dalam kalimat (139) penutur meminta kepada mitra

tutur untuk memenuhi ajakan penutur untuk berangkat.

3.4 Keinginan

Fungsi dari kalimat keinginan adalah untuk mengekspresikan maksud dan

keinginan dari sang penutur dengan tujuan agar seseorang bisa memenuhi apa

yang diminta terlepas dari niat untuk memerintah. Berikut temuan kalimat

keinginan dalam novel Gadis Pantai.

(140) mBok, tolonglah aku.


(141) Tolong aku panggilkan dia, bisik Gadis Pantai.
(142) Tolong panggilkan.
(143) Biarlah aku jadi seperti yang lain-lain.
(144) Biarlah sahaya kerjakan sendiri.

Kalimat (140) merupakan kalimat keinginan untuk mengekspresikan

maksud dan keinginan dari sang penutur dengan tujuan agar seseorang bisa

memenuhi apa yang diminta terlepas dari niat untuk memerintah. Dalam kalimat

(140) memenuhi keinginan penutur terlepas dari niat untuk memerintah yaitu

untuk menolongnya.

39
Kalimat (141) merupakan kalimat keinginan yaitu mengekspresikan

maksud dan keinginan dari sang penutur dengan tujuan agar seseorang bisa

memenuhi apa yang diminta terlepas dari niat untuk memerintah. Dalam kalimat

(141) memenuhi keinginan penutur terlepas dari niat untuk memerintah yaitu

untuk memanggil seseorang.

Kalimat (142) merupakan kalimat keinginan yaitu mengekspresikan

maksud dan keinginan dari sang penutur dengan tujuan agar seseorang bisa

memenuhi apa yang diminta terlepas dari niat untuk memerintah. Dalam kalimat

(142) memenuhi keinginan penutur terlepas dari niat untuk memerimtah yaitu

untuk panggilkan seseorang.

Kalimat (143) merupakan kalimat keinginan yaitu mengekspresikan

maksud dan keinginan dari sang penutur dengan tujuan agar seseorang bisa

memenuhi apa yang diminta terlepas dari niat untuk memerintah. Dalam kalimat

(143) memenuhi keinginan penutur terlepas dari niat untuk memerintah yaitu

untuk membiarkannya bebas menjadi dirinya sendiri.

Kalimat (144) merupakan kalimat keinginan mengekspresikan maksud

dan keinginan dari sang penutur dengan tujuan agar seseorang bisa memenuhi apa

yang diminta terlepas dari niat untuk memerintah. Dalam kalimat (144) adalah

untuk memenuhi keinginan penutur terlepas dari niat untuk memerimtah yaitu

untuk membiarkannya mengerjakan sendiri.

3.5 Peringatan

Fungsi kalimat peringatan adalah sang penutur melontarkan kalimat

tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas situasi yang akan

40
terjadi selanjutnya. Lebih tepatnya adalah agar apa yang telah dikatakan oleh

penutur sebaiknya didengar agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.

Berikut penemuan kalimat peringatan dalam novel Gadis Pantai.

(146) Sst.Jangan keras-keras.


(147) Jangan panggil begitu, kau bukan bocah lagi.
(148) Jangan buat bising ! Kembali kau ke kamarmu sendiri.
(149) Jangan berlaku seperti orang kampung, kau istri priyayi.
(150) Jangan buru-buru pergi.
(151) Jangan pikirkan orang lelaki, mas nganten biarpun bapak sendiri.
(152) Jangan ulangi lagi mas nganten.
(153) Jangan lagi ke dapur mas nganten.
(154) Jangan gusar padaku, mbok. Aku hanya bertanya.
(155) Jangan teruskan bicara dengannya. Aku adukan pada bendoro.
(156) Jangan dengan sabun.
(157) Jangan kuatir tak ada bajak semalam.
(158) Jangan menyindir.
(159) Jangan aku ditinggal emak.
(160) Jangan main bola Haram ! Haram !.
(161) Janganlah siksa sahaya ini, Mas Nganten.
(162) Jangan mempergunakan sahaya itu mBok.
(163) Jangan biarkan sahaya seorang diri Mas Nganten.
(164) Jangan apa-apakan si Dul itu.
(165) Ya, jangan lupa kudanya.
(166) Jangan, jangan pergi.
(167) Jangan, jangan datangkan polisi ke mari.
(168) Jangan marah.
(169) Janganlah begitu keras kepadaku.
(170) Jangan pergi dulu, pijiti aku. Bukan di bawah, tengkuku saja.
(171) Jangan tinggalkan dulu aku.
(172) Jangan bertanya, nak jangan bertanya. Kita akan pergi sekarang.

Kalimat (146) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (146) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak berbicara dengan keras.

41
Kalimat (147) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (147) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak memanggil dengan menggunakan kata emak

karena mitra tutur sudah besar.

Kalimat (148) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (148) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak berisik.

Kalimat (149) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (149) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak berlaku seperti orang kampung.

Kalimat (150) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (150) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak buru-buru pergi.

42
Kalimat (151) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (151) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak memikirkan laki-laki.

Kalimat (152) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (152) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi ya g akan

terjadi selanjtunya untuk tidak mengulangi tindakan yang menyimpang.

Kalimat (153) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontorkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (153) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak ke dapur.

Kalimat (154) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (154) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak marah.

Kalimat (155) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (155) peringatan yang

43
dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak meneruskan bicaranya.

Kalimat (156) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (156) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak menggunakan sabun karena tidak mudah terbasuh.

Kalimat (157) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (157) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak kuatir.

Kalimat (158) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (158) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak menyindir.

Kalimat (159) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (159) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjtunya untuk tidak meninggalkan penutur.

44
Kalimat (160) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (160) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjtunya untuk tidak bermain bola.

Kalimat (161) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (161) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak menyiksa mitra tutur.

Kalimat (162) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (162) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya menggunakan alasan untuk membantu.

Kalimat (163) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (163) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak meninggalkan penutur.

Kalimat (164) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (164) peringatan yang

45
dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bis waspada atas situasi yang terjadi

selanjutnya untuk tidak melakukan apapun kepada Dul.

Kalimat (165) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (165) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak melupakan kudanya.

Kalimat (166) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (166) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bias waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak pergi.

Kalimat (167) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (167) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak mendatangkan polisi.

Kalimat (168) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (168) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak marah terhadap penutur.

46
Kalimat (169) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (169) peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang terjadi

selanjutnya untuk tidak membantah penutur.

Kalimat (170) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (170) adalah peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk tidak pergi dulu karena penutur mau

pijit.

Kalimat (171) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (171) adalah peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak meninggalkan mitra tutur.

Kalimat (172) merupakan kalimat peringatan yaitu sang penutur

melontarkan kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas

situasi yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kalimat (180) adalah peringatan yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk bisa waspada atas situasi yang akan

terjadi selanjutnya untuk tidak bertanya karena akan pergi sekarang.

Dari penelitian di atas, penulis melihat bahwa novel Gadis Pantai secara

gamblang menampilkan pengunaan kalimat perintah, undangan, keinginan, dan

peringatan dalam novelnya. Penggunaan keempat jenis kalimat ini tersebar dalam

47
seluruh narasi kisah novel ini. Keempat jenis kalimat ini digunakan dengan

maksud atau tujuaannya, sebagaimana yang terdapat dalam setiap analisis yang

dipaparkan dalam analisis di atas.

Setiap bentuk kalimat perintah, keinginan, undangan, peringatan berfungsi

untuk mengajak pendengar atau mitra tutur melakukan perintah yang dikatakan

oleh penutur. Sementara itu, analisis di atas bertujuan untuk membantu kita dalam

mengklasifikasi fungsi-fungsi kalimat imperatif, khususnya dalam bentuk novel.

48
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis berdasarkan jenis dan fungsi kalimat imperatif

dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer, maka kesimpulannya

adalah sebagai berikut.

Pertama, jenis-jenis kalimat imperatif dalam novel Gadis Pantai meliputi

kalimat imperatif (ditemukan sebanyak dua belas kalimat), kalimat persilahan

(lima kalimat), kalimat ajakan (tujuh kalimat), dan kalimat larangan (dua puluh

delapan kalimat).

Kedua, fungsi kalimat imperatif dalan novel Gadis Pantai mencakup

perintah (sembilan contoh), undangan (tiga belas contoh), harapan (lima contoh),

dan peringatan (empat puluh lima contoh).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kalimat

imperatif dan fungsi kalimat imperatif ditemukan dalam seluruh novel ini. Namun

yang paling dominan ditemukan dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya

Ananta Toer adalah kalimat larangan di mana kalimat itu mengandung larangan

untuk melakukan sesuatu.

Fungsi yang paling banyak ditemukan dalam novel Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer adalah fungsi peringatan yaitu sang penutur melontarkan

kalimat tersebut dengan maksud agar seseorang bisa waspada atas situasi yang

akan terjadi selanjutnya.

49
4.2 Saran

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada jenis dan fungsi kalimat

imperatif pada novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Berdasarkan

penelitian, peneliti menemukan bahwa konsep yang dikemukan Aarts dan Aarts

dan Ramlan sesuai dengan penggunaan dalam kalimat imperatif sesuai dengan

jenis dan fungsinya. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada penelitiaan

selanjutnya untuk meneliti kalimat imperatif pada novel agar penelitian kalimat

imperatif dalam novel klasik dapat bertambah dan bisa dijadikan penelitian

selanjutnya.

50
DAFTAR PUSTAKA

Aarts, F. A. 1982. English Syntatic Structue : Function of imperative Sentence in

Communication. Oxford: Pergamon Press.

Alwi,Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa dan

Balai Pustaka.

Karepouwan, V. 2013. "Kalimat Imperatif Dalam Novel The Kill Order Karya

James Dashner". Skripsi Pada Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sam Ratulangi.

Kesuma, T. M. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta:

Carasvatibooks.

Kridalaksana, H. 2008. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : PT

Gramedia.

L, M. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya.

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta:

C.V."KARYONO".

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknis Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata

Dharma University Press.

Sukini. 2010. Sintaksis Sebuah Panduan Praktis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sulstyawati, W. T. 2019. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: UHAMKA Press.

Tarigan, H. G. 2015. Pengajaran Sintaksis. Bandung: CV Angkasa.

51
Wenzen, N. 2016. "Kalimat Imperatif Dalam Film Spy Karya Paul Feig". Skripsi

Pada Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sam Ratulangi.

Worotikan, F. 2015. "Kalimat Imperatif Dalam Film The Great Gatsby. Skripsi

Pada Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sam Ratulangi.

Wulandari, S. 2021. "Kalimat Imperatif Dalam Novel Selena Karya Tere Liye.

Dalam Jurnal Kansasi, Vol. 5, No.2, Oktober 2020, hlm. 206-217.

52

Anda mungkin juga menyukai