Anda di halaman 1dari 7

LOMBA ESSAY TINGKAT NASIONAL UIN WALISONGO SEMARANG

LIMAFISBO (LIGHT MAGNETIC FISHING BOAT) : INOVASI KAPAL


NELAYAN RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS MAGNETO HYDRO
DINAMIC (MHD) YANG DILENGKAPI METODE LIGHT FISHING
DENGAN SUMBER PHOTOVOLTAIC GUNA MEWUJUDKAN
SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
DI ERA NEW NORMAL

Disusun Oleh :
Safri S Sihombing 7163210060

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEDAN
2020
Satu hal penting dalam keberlangsungan hidup nelayan adalah teknologi
penangkapan, baik dalam bentuk alat tangkap maupun alat bantu penangkapan (perahu).
Ketergantungan terhadap teknologi penangkapan sangat tinggi karena kondisi sumber
daya perikanan yang bersifat mobile, yaitu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
yang lain, juga membutuhkan sarana bantu untuk dapat bertahan lama di atas air. Saat
ini, lebih dari 50% nelayan Indonesia masih menggunakan perahu motor berbahan bakar
solar atau bensin, baik in board (motor dalam) maupun out board (motor tempel) (KKP,
2011). Hal ini menyebabkan bahan bakar solar dan bensin menjadi bagian terpenting
dalam operasional kapal-kapal penangkap ikan di Indonesia. Padahal, penggunaan
sumber daya tak terbarukan memiliki dampak tidak hanya pada pencemaran lingkungan
(melalui emisi karbon) yang dihasilkan oleh motor melainkan juga pada aspek ekonomi
dan sosial.
Biaya total operasional kapal motor, sebesar 60% digunakan untuk mencukupi
kebutuhan bahan bakar untuk nelayan dapat pulang pergi melaut. Dengan naiknya harga
bahan bakar solar dan bensin menyebabkan meningkatnya biaya operasional. Disisi
lain, sejak tahun 2005 produksi dan konsumsi minyak bumi tidak berimbang. Bahkan
hingga saat ini, jumlah konsumsi minyak bumi di Indonesia meningkat drastis
sedangkan produksi kian menurun sehingga menyebabkan timbulnya krisis nasional di
bidang energi yang berdampak langsung pada nelayan. Hal ini menyebabkan adanya
pembatasan pasokan minyak melalui SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak
untuk Nelayan). Dengan pasokan yang terbatas seringkali menimbulkan kelangkaan,
sehingga nelayan terpaksa tidak dapat melaut. Pada akhirnya, kondisi ini turut
memberikan pengaruh pada tingginya angka kemiskinan masyarakat nelayan, yang
mencapai 7,84 juta jiwa atau 25,14% dari jumlah penduduk miskin di Indonesia (KKP,
2011).
Penggantian bahan bakar solar dan bensin dengan energi terbarukan akan
berpengaruh besar pada penurunan pencemaran lingkungan (melalui emisi karbon)
sekaligus meningkatkan aspek ekonomi dan sosial bagi masyarakat nelayan. Energi
terbarukan yang pernah ditawarkan yaitu penggunaan energi listrik yang diperoleh dari
konversi energi cahaya matahari dan energi angin, yang selanjutnya disalurkan pada
motor sebagai penggerak propeller. Konsep ini memerlukan baterai aki yang sangat
besar sebagai penyimpan energi listrik ketika digunakan oleh perahu selama melaut.

1
Namun, kebutuhan daya listrik yang diperlukan oleh motor untuk menggerakkan
propeller sangat besar sedangkan kapasitas baterai terbatas. Keadaan tersebut menjadi
kekhawatiran nelayan jika seandainya perahu tiba-tiba berhenti akibat kehabisan energi
listrik.
Selain keterbatasan teknologi pada kapal, nelayan di Indonesia juga mengalami
keterbatasan teknologi pada alat pendukung penangkapan ikan. Selama ini, nelayan
masih menggunakan lampu pijar untuk menarik perhatian ikan. Padahal lampu pijar
merupakan alat yang boros energi. Menggunakan lampu pijar sama dengan
meningkatkan biaya operasional nelayan. Berdasarkan uraian diatas, penggunaan
sumber energi terbarukan berupa energi listrik yang berasal dari konversi energi cahaya
matahari dan energi angin belum optimal jika masih menggunakan motor sebagai
penggerak propeller. Hal ini didasarkan adanya keterbatasan disamping keunggulan
yang didapatkan dari sumber energi terbarukan di atas.
Nelayan Indonesia hingga saat ini masih belum memanfaatkan teknologi secara
optimal. Perlu adanya teknologi yang mampu menyelesaikan permasalahan nelayan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis memberikan solusi yang dapat diterapkan
yaitu penggantian penggerak kapal yang berupa motor dengan teknologi mutakhir
“Magneto Hydro Dynamic” dan dilengkapi dengan metode LED Fishing di kapal
nelayan. Teknologi ini diberi nama LIMAFISBO (Light Magnetic Fishing Boat).
LIMAFISBO terdiri dari tiga bagian penting yaitu mesin penggerak berupa MHD
(Magneto Hydro Dynamic), LED yang dapat mengoptimalkan penangkapan ikan, dan
photovoltaic sebagai catu daya mesin penggerak serta supply energi listrik pada LED.
Kapal yang pada umumnya menggunakan motor sebagai alat penggerak, penulis ganti
menggunakan teknologi mutakhir yaitu Magneto Hydro Dynamic (MHD). Cara kerja
MHD sendiri tidaklah rumit. Saat SMA kita semua sudah dijelaskan dengan “hukum
Lorentz” yang dirumuskan sebagai F = nB x I x L, dimana suatu gaya dapat dihasilkan
oleh muatan yang bergerak atau arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet.
Lebih sederhananya jika ada sebuah penghantar yang dialiri oleh arus listrik dan
penghantar tersebut berada dalam medan magnet maka akan timbul gaya. Gaya ini lah
yang selanjutnya akan mendorong kapal.

2
Gambar 1. Cara Kerja Magneto Hydro Dynamic (MHD)

(Sumber: Penulis)

Penggunaan teknologi Magneto Hydro Dynamic sebagai penggerak kapal masih


tergolong baru dan prospek karena belum banyak yang menggunakan. Selama ini,
masyarakat pada umumnya masih menggunakan motor baik untuk alat transportasi
kapal, motor, mobil, bahkan pesawat. Padahal teknologi ini yang nantinya akan
menggantikan motor (motor diesel maupun motor listrik) di masa mendatang. Saat ini,
konsep Magneto Hydro Dynamic sudah diterapkan pada kapal selam buatan Jepang.
Dan sudah tentu bisa diterapkan pada kapal nelayan. Nelayan juga bisa mengatur
kecepatan kapal nelayan hanya dengan menaik-turunkan besarnya arus listrik yang
melewati penghantar hal ini karena besar gaya dorong berbanding lurus dengan arus
listrik yang sudah dirumuskan dalam persamaan Lorentz. Selanjutnya penggunaan
metode LED Fishing yang penulis terapkan dan terintegrasi akan menggantikan
penggunaan lampu pijar dalam mendukung penangkapan ikan. Penggunaan LED yang
terintegrasi ini lah yang akan memicu ikan untuk berkumpul di bawah cahaya.
Penggunaan LED lebih diunggulkan daripada lampu pijar. Selain lampu pijar yang
mudah panas, penggunaan energi lampu pijar juga lebih boros jika dibandingkan
dengan LED. Hal ini tentu menambah biaya operasional nelayan dan pada akhirnya
memberatkan nelayan. Penerapan teknologi MHD dan LED yang membutuhkan energi
listrik akan disuplai oleh photovoltaic (solar panel) yang ditempatkan pada bagian atas
kapal nelayan.

3
Gambar 2. Desain LIMAFISBO (Light Magnetic Fishing Boat)

(Sumber: Penulis)

Oleh karena itu, inovasi kapal nelayan LIMAFISBO dengan memanfaatkan


tenaga pendorong berupa MHD (Magneto Hydro Dynamic) dan photovoltaic yang
ramah lingkungan tanpa menggunakan bahan bakar yang terintegrasi dengan LED
Fishing sangat dibutuhkan nelayan. Konsep MHD memanfaatkan medan dari magnet
neodymium dan suplai tegangan dari photovoltaic sehingga menghasilkan gaya dorong
oleh aliran air laut yang dapat menggerakkan kapal. Di Indonesia sendiri penerapan
teknologi Magneto Hydro Dinamic pada kapal masih belum ada. Kapal ramah
lingkungan yang berbasis MHD dan photovoltaic ini memiliki keunggulan karena
menggunakan sumber energi listrik yang berasal energi terbarukan (photovoltaic) tanpa
bahan bakar dan motor sebagai penggerak propeller. Selain itu, teknologi MHD
menggunakan sedikit alat atau teknologi yang diterapkan pada kapal sehingga dapat
mengurangi gesekan dan bunyi yang terjadi. Dengan sedikit alat yang digunakan juga
berdampak pada lebih mudahnya perawatan. Kapasitas dari MHD juga dapat
disesuaikan dengan spesifikasi (ukuran) kapal. Dengan begitu sistem penggerak yang
dirancang akan memberikan hasil yang optimal, baik dalam penggunaan energi maupun
penerapannya pada kapal nelayan.
Penggunaan LIMAFISBO akan jauh lebih efektif dan effisien bagi nelayan karena
tidak memerlukan bahan bakar yang biayanya mahal namun menggunakan energi baru
dan terbarukan (EBT) dan mampu didapatkan secara langsung dari potensi cahaya
matahari di Indonesia. Di sisi lain, penggunaan LIMAFISBO akan mengurangi
ketergantungan nelayan pada bahan bakar minyak bumi, dan turut membantu
pemerintah dalam pemangkasan serta pengaturan penggunaan subsidi BBM. Pada
akhirnya, perlu kita ketahui dan kita sadari, di era industri ke-4 dimana teknologi baru
4
bermunculan dan berkembang semakin pesat maka jika kita tidak mampu bersaing dan
mengikuti perkembangan, kita akan mudah tersingkirkan dengan sendirinya. Hal ini
tidak terkecuali bagi nelayan, sudah saatnya teknologi baru yang ramah lingkungan
serta berdampak panjang bisa hadir di tengah-tengah para nelayan Indonesia sebagai
upaya mensejahterahkan kehidupan nelayan dan mendorong terwujudnya Sustainable
Development Goals (SDGS) 2030. “Bagaimana Indonesia akan menjadi poros
maritim ? Jika teknologi kelautannya saja masih jauh tertinggal”

5
DAFTAR PUSTAKA

Alawi, M., (2015), Teknologi Perkapalan, Unimed Press, Medan.

Harun, R., Singh, M., Forde, G.M., dan Danquah, M.K., (2010), Bioprocess
engineering of microalgae to produce a variety of consumer products”,
Renewable and Sustainable Energy Reviews, 14, hal 1037–1047.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberdayaan_masyarakat. Diakses 18 Agustus 2020.

KKP., (2011), Statistik Perikanan Tangkap Indonesia, Ditjen Perikanan Tangkap KKP,
Jakarta.
Santoso et al.2011. “Mikro Alga Untuk Penyerapan Emisi CO2 Dan Pengolahan
Limbah Cair Di Lokasi Industri”. Jurnal Ilmu dan Teknologi kelautan Tropis,
Vol.3, 62-70.

Spolaore, P., Joannis-Cassan, C., Duran, E., dan Isambert, A., (2006), “Commercial
Applications of Microalgae”, Journal of Bioscience and Bioengineering, 101,
hal 87-96.

Anda mungkin juga menyukai