Anda di halaman 1dari 3

Pamdemik!

Covid-19 Mengguncang Dunia – Slavoj Zizek

Pandemic Covid-19 baru saja dan diperkirakan akan masih setahun dua tahun mengguncang
dunia. Pandemi telah ditetapkan oleh WHO, dan menurut Zhang, M.D sebagai dokter dan
penulis dari Wuhan, menyebut virus ini diperkirakan berasal dari kelelawar. Meskipun ada
pula yang menyatakan bahwa virus ini telah dimodifikasi demi melancarkan perang biologi,
kata Mardigu Wowiek. Betapapun, Covid-19 ini merupakan ujian dari Allah, yang jika kita
dapat meningkatkan derajat ketaqwaan kita, justru akan menjadi anugerah tersendiri, menurut
Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Corona Ujian Allah.

Baik itu dikarenakan wabah alami atau modifikasi elite global, yang jelas virus ini nyata telah
membuat umat manusia mengalami, bukan saja krisis kehidupan dan kesehatan, melainkan
pula kritis ekonomi dan psikologis. Richard Brodie dalam bukunya yang berjudul virus akal
Budi, menyebut bahwa virus terbagi atas 3 jenis, virus biologi seperti Covid-19, virus digital
yang merusak gadget, dan virus akal budi atau ideologi. Virus yang disebut terakhir adalah
virus yang paling berbahaya, kata Zizek. Karena virus tersebut menciptakan bukan saja krisis
kemanusiaan, melainkan pula kiamat ekologis (Slavoj Zizek, Pandemik! Covid-19
Mengguncang Dunia. Penerbit Independen, Yogyakarta. 2020, hal 75).

Virus Bernama Kapitalisme

Meskipun sama-sama tak kasat mata, tapi setidaknya virus Corona dapat dilihat
menggunakan bantuan teknologi medis. Itu artinya virus Corona merupakan sesuatu yang
memiliki realitas obyektif. Sementara virus kapitalisme tidak dapat kita lihat, karena
hakikatnya yang merupakan realitas intersubjektif, sesuatu yang tidak memiliki obyek,
namun diyakini keberadaanya oleh banyak orang. Maka, pekikan Marx bahwa Komunisme
adalah hantu yang menggentayangi Eropa dalam buku Komunis Manifesto, atau ilusi kaum
ahistoris masyarakat kita yang takut pada hantu komunisme menjadi tidak relevan di sini.
Justru kapitalismelah hantu yang mengerikan itu. Kapitalisme adalah hantu yang bisa
menggoda pejabat negara hingga kepada masyarakat biasa untuk belanja berlebih dan selalu
mendambakan akumulasi modal ataupun uang. Virus Corona tidak memahami hakikat
dirinya sendiri sebagai virus. Berbeda dengan Kapitalisme yang bukan saja memahami
hakikat dirinya, melainkan pula memahami targetnya, yakni umat manusia, lebih dari
manusia tersebut memahami dirinya sendiri.
Kapal Bernama Komunisme

Tapi semuanya terlanjur terjadi. Selain tubuh manusia terserang virus, ideologinya mengidap
virus kapitalisme, kini perangkat digital dan privasinya dikontrol pula oleh virus digital yang
siap mengontrol setiap aktivitas daring maupun luring dari umat manusia. Inilah new normal,
yang oleh Zizek hanya menyisakan dua pilihan; barbarisme pasar atau komunisme.
Komunisme adalah tawaran dari Zizek, karena kita kini berada di kapal yang sama. Seperti
sabda Rasulullah Saw, bahwa kecerobohan satu orang yang melubangi kapal, dapat
menyebabkan tenggelamnya seluruh umat yang ada dalam kapal tersebut. Zizek
menganalogikan umat manusia berada dalam kapal yang sama dikarenakan air bah Corona.
Apakah kita mau mementingkan diri sendiri atau bersatu dalam suatu solidaritas global?

Kelelahan kita diakibatkan keinginan menuntut lebih ala kapitalisme, kini menumpuk di
pundak tenaga medis (kelelahan fisik dan psikis) dan tenaga kerja harian (kelelahan psikis
dan ekonomi). Hal ini diperparah dengan rasisme yang mendera Amerika Serikat dan
pelbagai kelelahan lainnya di seluruh dunia. Dengan segala kegagalan liberalisme-
kapitalisme sejak zaman kolonialisme Eropa ke seluruh dunia hingga krisis kewargaan di
Amerika membuat kita merindukan suatu masyarakat alternatif yang bersatu di dalam kapal
yang berlayar menuju pulau kerja sama dan solidaritas global (ibid, hal 60).

What, Next?

Terdapat lima tahap epidemik yang dimodifikasi Zizek dari pandangan Elisabeth Kubler-
Ross. Pertama, negara maupun masyarakat menolak adanya krisis tersebut. Kedua, kita
kemudian marah terhadap keadaan krisis. Ketiga, kita lalu memilih tawar-menawar sebelum
kita benar-benar rugi dalam semua segi. Keempat, depresi kemudian memuncak akibat
ketidakmampuan mengelola krisis. Kelima, akhirnya kita menerima dan memilih berdamai
dengan krisis tersebut. Itulah mengapa pemerintah memilih berdamai dengan Covid-19, suatu
pilihan yang agak lucu bagi sebagian oposan.

Kita harus waspada, tapi jangan panik. Panik adalah reaksi berlebihan, sementara
menggampangkan adalah reaksi orang-orang bodoh. Maka waspada dengan menerapkan
literasi kesehatan menjadi hal yang mutlak perlu. Saatnya memikirkan kembali apa yang kita
dan utamanya kapitalisme lakukan pada alam. Deforestasi membuat wabah keluar dari hutan
dan menyerang hewan dan manusia. Dan bersiaplah menyebut wabah baru dan lebih
berbahaya, jika kita tidak mengubah perilaku kita yang antroposen dan eksploitatif pada
alam. Bagi kita virus itu berbahaya. Tapi bagi alam, manusialah virusnya.
Solidaritas sosial kita benar-benar diuji. Apakah jaring pengaman sosial, atau lebih
khususnya gotong-royong yang merupakan esensi Pancasila, benar-benar worthed? Atau
justru itu semua hanyalah cita-cita seorang dewasa yang bermimpi menjadi penyanyi cilik?
Absurd! Apakah kapitalisme memang takdir kita? Atau justru dikarenakan krisis
multidimensi ini membuat kita mendobrak sistem lama dan bersatu pada suatu sistem baru.
Yang jelas, dunia tidak akan sama seperti dulu lagi. Inilah new normal. Tanpa ada perubahan
dalam tindakan sehari-hari kita, maka kita lagi-lagi akan berhadapan dengan virus-virus
lainnya di masa depan.

Perspektif Resentor

Tawaran Zizek pada komunisme sebagai solusi atas krisis akibat Covid-19 sempat
ditertawakan oleh banyak orang. Hemat Resentor, komunisme yang dipraktikkan Uni Soviet
maupun China bukanlah solusi bagi bencana yang tengah mendera umat manusia dewasa ini.
Zizekpun menunjukkan beberapa ketidaksetujuan pada komunisme Soviet di masa lalu,
maupun komunisme China di masa sekarang. Zizek hanya mendambakan suatu masyarakat
alternatif yang bekerja sama dan bernaung dalam solidaritas global. Nama lain dari
pandangan Zizek terhadap konsep tersebut adalah ukhuwah-basyariah. Seperti dalam atsar
Imam Ali Kw; mereka yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam
kemanusiaan. Wahai umat manusia di seluruh dunia, bersatulah!

Anda mungkin juga menyukai