5309
ISSN : 2598-0491
Nomor Publikasi : 53090.2009
Katalog : 9302023.5309
Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm
Jumlah halaman : iv + 51
.id
Naskah :
go
Badan Pusat Statistik Kabupaten Flores Timur
s.
bp
b.
Gambar Kulit :
ka
Diterbitkan Oleh :
re
Dicetak Oleh :
tp
CV. CHRISEVEL
ht
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa dalam berbagai kendala ketersediaan input
data, BPS Kabupaten Flores Timur dapat menyelesaikan penyusunan publikasi “Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Flores Timur Menurut Pengeluaran Tahun 2015-2019”
Adapun isi dari publikasi ini antara lain memaparkan tinjauan teoritis mengenai komponen
PDRB menurut penggunaan dan batasannya serta data dan perkembangan PDRB Penggunaan yaitu
tahun 2015-2019. Kami sadari bahwa publikasi ini masih mengandung kelemahan, sehingga
diharapkan masukan dari berbagai pihak demi penyempurnaannya di masa yang akan datang.
id
o.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga dapat terwujudnya
.g
ps
publikasi ini, diucapkan terima kasih. .b
kab
ur
im
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
id
o.
2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) 15
.g
ps
2.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah 17
.b
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 20
k ab
2.6 Ekspor-Impor 26
st
re
lo
BAB III TINJUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN FLORES TIMUR MENURUT PDRB PENGELUARAN
//f
2015-2019 29
s:
BAB V PENUTUP 51
iv
ht
tp
s:
//flo
re
stim
ur
ka
b.
bp
s.
go
.id
BAB I
PENDAHULUAN
ht
tp
s:
//flo
re
stim
ur
ka
b.
bp
s.
go
.id
1.1 PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto menurut pengeluaran (PDRB Pengeluaran) merupakan salah
satu bentuk tampilan data ekonomi suatu wilayah, di samping bentuk tampilan lain seperti PDRB
menurut lapangan usaha, Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi, dan Neraca Arus
Dana. Di dalam sistem kerangka kerja (frame work) data ekonomi suatu wilayah, PDRB Pengeluaran
merupakan ukuran dasar (basic measure) yang menggambarkan penggunaanatas barang dan jasa
(product) yang dihasilkan melalui aktivitas produksi. Dalam konteks ini, PDRB Pengeluaran
itumenggambarkanhasil “akhir”dari proses produksi yang berlangsung dalam batas-batas teritori
suatu wilayah. Berbagai jenis barang dan jasa akhir tersebut akandigunakan untuk memenuhi
permintaan akhir oleh pelaku ekonomi domestik maupun pelaku ekonomi dari luar wilayah bahkan
id
dari luar negeri. Beberapaagregat penting dapat diturunkan dari PDRB Pengeluaranini seperti
o.
.g
variabel Pengeluaran Konsumsi Akhir, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik, serta
ps
ekspor dan impor. .b
ab
PDRB Pengeluaran diestimasi secara independen dengan menggunakan data dasar yang relatif
st
re
barang dan jasa yang diproduksi tersebut.Melalui PDRB Pengeluaran juga dapat dilihat
ht
keterkaitannya dengan penyediaan barang dan jasa yang berasal dari domestik maupun dari
impor.Melalui hubungan ini terlihat titik keseimbangan makro antara sisi penyediaan(supply side)
dan sisi permintaan (demand side) barang dan jasa.
1Termasuk di dalamnya penyusutan dan pajak tidak langsung “neto” (pajak tidak langsung dikurangi subsidi)
2Handbook of National Accounting. Accounting for Production: Sources and Methods (Series F no 30 United Nations)
PDRB Kabupaten Flores Timur Menurut Pengeluaran 3
2015 - 2019
Secara spesifik, yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan barang dan jasa yang
tidak dimaksukan untuk diproses lebih lanjut (dikonsumsi habis).Penggunaan produk akhir
tersebutdiwujudkandalam bentuk “permintaan akhir”. Permintaan akhir yang dimaksud terdiri dari
komponen-komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi
Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumahtangga (PK-LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Akhir
Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Perubahan Inventori (PI), serta
komponen Ekspor barang dan jasa.
Dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan akhir masyarakat tersebut,
tidak terlepas dari ketergantungan pada produk yang berasal dari dari luar wilayah atau luar negeri
(impor). Berbagai barang dan jasa yang menjadi konsumsi akhir masyarakat di dalamnya
akanterkandung produk impor. Sehingga dalam mengukur besarnya nilai tambah domestik (PDRB),
id
o.
komponen impor barang dan jasa harus dikeluarkan atau dikurangkan dari penghitungan konsumsi
.g
atau permintaan akhir.Tingginya permintaan tidak selalu diimbangi oleh penyediaan
ps
.b
domestik,sehingga kondisi ini menjadi peluang bagi masuknya produk impor.Data empiris
ab
menunjukkanbahwa dari waktu ke waktu, perdagangan produk impor terus berkembang baik secara
k
ur
Secara konsep, PDRB Produksi (Y) sama besar dengan PDRB Pengeluaran (E), namun dalam
re
kenyataannya tidaklah demikian. Selain berbeda dalam struktur atau komposisi, pendekatan
lo
//f
pengukuran antar keduanya juga berbeda.Dalam penyajian data PDRB, perbedaan inidiletakkan
s:
dan basis pengukuran, metoda dan cakupanpengukuran, serta data dasar yang digunakanuntuk
estimasi. Melalui penjelasan inipara pengguna data PDRB tidak mempermasalahkan adanya
perbedaan (statistical descrepancy) tersebut.
Dari sudut pandang lain, PDRBPengeluaran juga menjelaskan penggunaan dari sebagian besar
produk domestik bruto untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir, atau dengan istilah yang
berbeda disebut sebagai “output akhir (final output)”. Mengkaitkan antara pendapatan
3. - Yang dimaksud adalah rumahtangga, pemerintah, lembaga non profit yang melayani rumah tangga serta sektor produksi (produsen) di wilayah
domestik
- Disebut sebagai pendekatan “riil”
- Siklus ekonomi secara umum yang menjelaskan tentang hubungan antara balas jasa faktor produksi (pendapatan) dengan pengeluaran atas
penggunaan berbagai produk barang dan jasa oleh faktor produksi tersebut
4 PDRB Kabupaten Flores Timur Menurut Pengeluaran
Tahun 2015 - 2019
danpengeluaran untuk pembelianbarang dan jasadari produk domestik maupun impor (termasuk
untuk diekspor) merupakan bentuk analisis yang sederhana dari data PDRB. Keharusan memiliki
jumlah yang sama pada kedua model pendekatan PDRB tersebut, secara simultan dapat ditunjukkan
melalui model atau persamaan Keynesian sbb :
Y = C + GFCF + Δ Inventori + X – M
id
GFCF (Gross Fixed Capital Formation) = Pembentukan Modal Tetap Bruto
o.
Δ Inventori = Perubahan Inventori
.g
ps
X = Ekspor
.b
M = Impor
kab
ur
im
konsumsi akhir, dan GFCF serta Δ Inventori merupakan bentuk investasi fisik, maka selisih antara
//f
s:
ekspor dengan impor menggambarkan surplus atau defisit dari aktivitas perdagangan barang dan
tp
ht
jasa antarwilayah, baik dengan wilayah lain ataupun dengan luar negeri.
Melalui pendekatan ini dapat diketahui perilaku masyarakat dalam menggunakan pendapatan,
apakah hanya untuk tujuan konsumsi (akhir) atau juga untuk tujuan investasi (fisik).Selain itu juga
dapat diketahui besarnya ketergantungan ekonomi wilayah (domestik) terhadap luar negeri dalam
bentuk perdagangan internasional (external transaction). Selisih antara ekspor dan impor juga disebut
sebagai “ekspor neto”.
Sebagaimana PDRB Produksi, dari PDRB Pengeluaran juga dapat diturunkan berbagai data
agregat terntang perekonomian wilayah seperti nilai nominal, struktur atau distribusi
pengeluarankonsumsi akhir, pertumbuhan “riil”, serta indeks harga implisit. Data yang dimaksud
tersediabaik untuk masing-masing komponen PDRB Pengeluaran maupun untuk total
perekonomian.
Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada kondisi perekonomian
global maupun lokal, yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial
global yang terjadi tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN (CAFTA),
perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional, serta semakin meluasnya jasa layanan
pasar modal merupakan beberapa contoh perubahan yang perlu diantisipasi dalam mekanisme
pencatatan data statistik nasional.
Satu bentuk implementasi dari System of National Accounts(SNA) adalah melakukan perubahan
id
tahun dasar PDB/PDRB.Di Indonesia kegiatan perubahan tahun dasar dari tahun 2000 ke
o.
.g
2010dilakukan bersamaan dengan upaya mengimplementasirekomendasi Perserikatan Bangsa-
ps
Bangsa (PBB) yang tertuang dalam buku panduan SNA2008. Kegiatan inidiawali dengan menyusun
.b
ab
kerangka kerja dalam bentukSupply and Use Tables (SUT) Indonesia untuk tahun data 2010.Dari
k
ur
PDB maupun komponennya ini dijadikan sebagai acuan (benchmark) ketika BPS Provinsi maupun
st
penghitungan PDB, makaperubahan tahun dasar PDRB dilakukan secara simultan dengan
//f
s:
SNA dirancang guna menyediakan informasi tentang aktivitas yang dilakukan oleh para pelaku
ekonomi, utamanya aktivitas produksi, konsumsi, dan aktivitas akumulasi aset fisik.SNA dapat
dimanfaatkan antara lainuntuk kepentingan analisis, perencanaan dan penetapan kebijakan ekonomi.
Melalui kerangka SNA, fenomena suatu perekonomi wilayah dapat dijelaskan dan dipahami dengan
lebih baik.
id
pendapatan(dari wilayah berpendapatan rendah menjadi menengah atau tinggi), serta
o.
.g
pergeseran struktur ekonomi;
ps
b. Perubahan besaran indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio investasi dan
.b
ab
tabungan, neraca perdagangan, serta struktur dan pertumbuhan ekonomi;
k
Terpilihnya tahun 2010 sebagai tahun dasar didasarkan atas beberapa alasan sbb:
//f
s:
4SNA1993, para 16.76: “constant price series should not be allowed to run for more than five, or at the most, ten years without rebasing”
PDRB Kabupaten Flores Timur Menurut Pengeluaran 7
2015 - 2019
Implementasi SNA 2008 dalam PDRB tahun dasar 2010
Terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA sebelumnya, dan 44 diantaranya merupakan revisi
yang utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam penghitungan PDB/PDRB tahun dasar 2010 antara
lainadalah:
a. Sumber daya hayati (cultivated biological resources/CBR). CBR merupakan nilai aset alam
hasil budidaya manusia, yang diperlakukan sebagai bagian dari output pertanian dan
PMTB. Contohnilai tegakan padi, kelapa sawit dan karet yang belum dipanen, serta nilai
sapi perah yang belum menghasilkan.
b. Sistem persenjataan (military weapon systems/MWS). MWS merupakan nilai pengeluaran
id
pemerintah untuk pengadaan alatpertahanan dan keamanan, yang diperlakukan sebagai
o.
.g
bagian dari output industri peralatan militer dan PMTB seperti pesawat tempur, kendaraan
ps
lapis baja, dan peluru kendali. .b
ab
c. Penelitian dan pengembangan (research and development/RnD). RnD merupakan nilai
k
bagian dari output industri yang melakukannya dan PMTB seperti RnD tentang varietas
st
nilai pengeluaran untuk aktivitas eksplorasi dan evaluasi barang tambang dan mineral,
s:
tp
tanpa memperhitungkan apakah berhasil atau tidak menemukan cadangan tambang atau
ht
mineral. Biaya eksplorasi dan evaluasi diperlakukan sebagai bagian dari output industri
pertambangan dan PMTB.
e. Bank Sentral (Central Bank/CB).Aktivitas Bank Indonesia yang terkait dengan penyediaan
jasa kebijakan moneter dan pengawasan dipisahkan dari jasa intermediasi keuangan.
Aktivitas tersebut digabungkan dengan aktivitas penyediaan jasa regulasi yang dihasilkan
pemerintahan.
f. Komputer software (computer software and databases/CSD).CSD merupakan nilai pembelian
atau biaya pembangunan databases,yang diperlakukan sebagai bagian dari output industri
yang melakukannya dan PMTB.
g. Produk kekayaan intelektual (entertainment, literary or artistic originals/ELA). ELAmerupakan
nilai pembelian atau biaya pembangunannya,yang diperlakukan sebagai bagian dari output
industri yang melakukannya dan PMTB.
Metodologi
Output jasa intermediasi keuangan.Output industri ini diestimasi dengan metoda FISIM
(Financial intermediation services indirectly measured / FISIM).FISIMdihitung berdasarkan tingkat
suku bunga simpanan (deposits), bunga pinjaman (loans), dansuku bunga referensi (reference).
Metoda ini menggantikan metodaImputed Bank Services Charge (IBSC).
id
Valuasi
o.
.g
Nilai tambah bruto lapangan usaha dinilai dengan harga dasar (Basic Price).Harga dasar
ps
merupakan harga keekonomian suatu barang atau jasa pada tingkat produsen, sebelum ada
.b
ab
intervensi pemerintah dalam bentuk pajak dan subsidi atas produk.
k
ur
Klasifikasi
im
st
Klasifikasi yang digunakan adalah Internasional Standard Industrial Classification (ISIC rev.4)
re
dan Central Product Classification (CPC rev.2).BPS mengadopsi kedua jenis klasifikasi tersebut
lo
//f
Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2000 dan 2010
ht
.id
go
s.
bp
b.
ka
ur
tim
s
re
//flo
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//flo
re
stim
ur
ka
b.
bp
s.
go
.id
2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAHTANGGA (PK-RT)
i. Pendahuluan
.id
barang dan jasa oleh rumahtangga untuk tujuan konsumsi.Rumahtangga didefinisikan
go
sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan
s.
bp
tempat tinggal.Mereka mengumpulkan pendapatan, memiliki harta dan kewajiban, serta
b.
mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama utamanya kelompok makanan dan
ka
perumahan.
ur
tim
iii. Cakupan
s
re
flo
PK-RT mencakup pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumahtangga residen, baik
//
yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region.Jenis barang dan
s:
tp
(COICOP), sbb:
1
Untuk Kabupaten/Kota yang mempunyai hasil tambang/industri/perkebunan dan nilai ekspornya sangat tinggi, umumnyanilai
konsumsi rumahtangganya relatif lebih rendah
PDRB Kabupaten Flores Timur Menurut Pengeluaran 13
2015 - 2019
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel
12. Barang dan jasa lainnya
Namun dalam publikasi ini, PK-RT hanya diklasifikasi ke dalam7 COICOP, yaitu:
.id
iv. Sumber Data
go
s.
Data dasar yang digunakan untuk mengestimasikomponen PK-RT bersumber dari :
bp
Survei Sosial Ekonomi Nasional/Daerah (Susenas/Suseda), BPS
b.
ka
v. Metoda Estimasi
tp
ht
i Pendahuluan
.id
sektor tersendiri di dalam perekonomian suatu wilayah.Sektor ini berperan dalam
go
menyediakan barang dan jasa bagianggota maupun bagi kelompok rumahtanggatertentu
s.
secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi.Harga yang tak
bp
b.
berarti secara ekonomi artinya hargayang ditawarkan dibawah tingkat harga pasar
ka
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP).Untuk diketahui, sesuai
flo
dengan fungsinya LNP dapat dibedakan atas LNP yang melayani rumahtangga (LNPRT)
//
s:
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggota atau rumahtangga, serta tidak
dikontrol oleh pemerintah.Anggota yang dimaksud bukan berbentuk badan
usaha.LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan,
Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/kebudayaan/olahraga/hobi,
Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan
kemanusiaan/beasiswa.
iii. Cakupan
Nilai PK-LNPRT merupakan nilai output non-pasar yang dihasilkan oleh LNPRT.
Nilai output non-pasardiestimasiberdasarkan nilai pengeluaran LNPRT dalam rangka
melakukan kegiatan operasional. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :
a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis dan barang cetakan; pembayaran
rekening listrik, air, telepon, teleks, faksimili; biaya rapat, seminar, perjamuan;
.id
d. Indeks Harga Konsumen, BPS
go
s.
v. Metoda Estimasi
bp
b.
Komponen PK-LNPRT Tahunan diestimasi dengan metoda sbb:
ka
ur
2. Hasil dari poin 1 dikalikan dengan banyaknya lembaga pada pertengahan tahun
s
re
4. Diperoleh nilai PK-LNPRT tahunan atas dasar harga berlaku (atas dasar
hargaBerlaku);
5. Susun Indeks implisit PK-LNPRT berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota
terdekat);
6. Nilai PK-LNPRT atas dasar harga Konstan (ADHK) diperoleh dengan membagi
hasil poin 4 dengan poin 5.
Catatan :
i. Pendahuluan
Unit pemerintah merupakan unit institusi yang terbentuk melalui proses politik,
serta mempunyai kekuasaan di bidang legislatif, yudikatif, dan eksekutif atas unit
institusi lain yang berada di dalam batas-batas teritori suatu wilayah atau negara.
Pemerintahjuga berperan sebagai penyediabarang dan jasa bagi individu atau kelompok
rumahtangga tertentu, pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lainnya,
sertaberfungsi untuk mendistribusikan pendapatan melalui aktivitas transfer. Dari sudut
pandang lain, unit pemerintahterlibat dalam produksi non-pasar.
.id
go
produsen barang dan jasa, serta sebagai regulator yang menetapkan kebijakan di bidang
s.
fiskal maupun moneter.Sebagai konsumen, pemerintah akanmelakukan aktivitas
bp
konsumsi.Sedangkan sebagai produsen, pemerintah melakukan aktivitas produksi dan
b.
ka
investasi.
ur
tim
Nilai PK-P merupakanbesarnya nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh
flo
dengan pendekatan pengeluaran, yakni sebesarnilai pembelian barang dan jasa yang
tp
ht
iii. Cakupan
Sektor pemerintah terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
melakukan aktivitasnya, pemerintah kabupaten/kota mengacu pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing.
.id
iv. Sumber Data
go
s.
Data dasar yang digunakan untuk mengestimasiPK-P kabupaten/kota tahunan
adalah: bp
b.
ka
v. Metoda Estimasi
PK-P atas dasar hargaBerlaku =Output – Penjualan barang dan jasa + Social transfer
in kind purchased market production + Output Bank Indonesia
Output non pasar dihitung melalui pendekatan biaya operasional, seperti belanja
pegawai, belanja barang, belanja bantuan sosial dan belanja lain-lain.
Catatan :
.id
ekspor
go
s.
Penerimaan barang dan jasa IHK umum Prov atau Kab/Kota terdekat
i Pendahuluan
.id
go
ii Konsep dan definisi
s.
bp
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan barang modal yang
b.
ada pada unit produksi dalam kurun waktu tertentu.Penambahan barang modal
ka
baru dari dalam negeri, serta barang modal baru maupunbarang modal bekas dari luar
s
negeri (termasuk perbaikan besar, transfer dan barter), serta pertumbuhan aset
re
flo
pengurangan barang modal mencakup penjualan,transfer atau barter, serta sewa beli
s:
tp
(financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain.Dalam hal pengurangan barang
ht
modal yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta mengalami
penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto”mengindikasikan bahwa di
dalamnya mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal
(Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal karena
digunakan dalam proses produksi secara normal selama periode tertentu.
iii Cakupan
PMTB mencakup :
2. Biaya alih kepemilikan atas aset non-finansial yang tidak diproduksi seperti lahan
dan aset yang dipatenkan;
iv Sumber Data
.id
a. Output industri konstruksi, BPS
go
b. Nilai impor 2 digit HS, BPS
s.
c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang, BPS bp
b.
d. Laporan Keuangan Perusahaan, Data Sekunder dari luar BPS
ka
v Metoda estimasi
Metoda Langsung:
PMTB atas dasar harga Berlaku (Domestik) = Barang Modal Domestik + TTM +
Pajak atas Produk (PPN) + Biaya Instalasi
PMTB atas dasar harga Berlaku (Impor)= Barang Modal Impor + TTM +Bea Impor
+ Biaya Instalasi
PMTB atas dasar harga Konstan diperoleh dengan cara men-deflate PMTB atas
dasar harga Berlaku dengan IHPB sbb:
IHPB yang digunakan adalah IHPB Nasional (2010=100) sesuai jenis barang
modal.
Pendekatan Supply : PMTB atas dasar harga Berlaku = Total Supply Barang x
Rasio PMTB
Pendekatan Ekstrapolasi:PMTB atas dasar harga Konstan (t) = PMTB atas dasar
hargak (t-1) x Indeks Produksi (t)
.id
go
s.
bp
b.
ka
ur
s tim
re
//flo
s:
tp
ht
i Pendahuluan
.id
investasi.
go
s.
ii Konsep dan definisi
bp
b.
Pengertian sederhana dari inventori adalah barang yang dikuasai oleh produsen
ka
untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang lainnya, yang
ur
tim
mempunyai nilai ekonomi atau manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian
s
tersebut adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta
re
flo
barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh produsen.
//
s:
iii Cakupan
.id
c. Barang jadi, mencakup barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum
go
s.
digunakan termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada
waktu dibeli; bp
b.
ka
d. Barang setengah jadi, yang mencakup barang yang sebagian telah diolah atau
ur
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang untuk tujuan dijual;
s
re
iv Sumber Data
1. Laporan keuangan perusahaan hasil kegiatan survei atau website Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id);
2. Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD, Data Sekunder dari luar BPS
3. Data komoditas pertambangan, Statistik Pertambangan dan Penggalian BPS;
4. Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang, BPS;
5. Data komoditas perkebunan;
6. Indeks harga implisit PDRB industri terpilih;
v Metoda Estimasi
a. MetodaRevaluasi
Metoda ini digunakan untuk komoditas pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan dan pertambangan.
.id
PI atas dasar harga Berlaku =Volumenventori (t)– Volume inventori (t-1)) x Harga
go
per unit
s.
bp
PI atas dasar hargaKonstan = PI atas dasar harga Berlaku / IHPB
b.
ka
b. Metoda Deflasi
ur
tim
Metoda ini digunakan untuk komoditas industri pengolahan dan komoditas lainnya.
s
re
PI atas dasar harga Berlaku = PI atas dasar hargaKonstanx IHPB rata-rata (t)
i Pendahuluan
Aktivitas ekspor-impor dari danke suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama,
bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan.Ragam barang
dan jasa yang diproduksi maupun disparitas harganya menjadi faktor utama munculnya
aktivitas tersebut.Wilayah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha
untuk mendatangkan dari luar wilayah atau bahkan dari luar negeri. Di sisi lain, wilayah
yang memproduksi barang dan jasa melebihikebutuhan domestik-nya, terdorong untuk
memperluas pasar ke luar wilayah atau bahkan ke luar negeri.
.id
go
berbagai barang dan jasa semakin meningkat.Kemajuan di bidang transportasi dan
s.
komunikasi juga turut memperlancar arus dan distribusi barang dan jasa.Kondisi ini
bp
semakin mendorong aktivitas ekspor-impor dari dan kesuatu wilayah.
b.
ka
wilayah tersebut dengan non-residen(yang berada di luar wilayah atau luar negeri).
//
s:
tp
iii Cakupan
ht
.id
go
s.
bp
b.
ka
ur
tim
s
re
flo
//
s:
tp
ht
.id
PENGELUARAN
go
s.
bp 2015-2019
b.
ka
ur
tim
s
re
//flo
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//flo
re
stim
ur
ka
b.
bp
s.
go
.id
3.1 PERKEMBANGAN PDRB PENGELUARAN
.id
go
akhir (demand side).
s.
bp
Pada periode tahun 2015-2019 PDRB kabupaten Flotim atas dasar harga berlaku
b.
meningkat cukup signifikan yakni sebesar 3,813.03 miliar Rupiah(2015); 4,163.25 miliar
ka
ur
Rupiah(2016); 4,511.12 miliar Rupiah(2017); 4,901.29 miliar Rupiah(2018) dan 5,252.18 miliar
tim
Rupiah(2019). Peningkatan ini dipengaruhi baik oleh perubahan harga maupun perubahan
s
volume. Peningkatan PDRB sisi produksi diikuti oleh peningkatan PDRB dari sisi
re
flo
pengeluaran Kabupaten Flores Timur pada periode 2015-2019 dapat di lihat pada tabel 1.
tp
ht
Tabel 1. PDRB Aatas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kabupaten Flores
Timur 2015 – 2019
(Miliar Rp)
KOMPONEN 2015 2016 2017 2018 2019
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kabupaten Flores
Timur 2015 – 2019 (Miliar Rp)
.id
KOMPONEN 2015 2016 2017 2018 2019
go
s.
1. Konsumsi Rumah 2,276.94 2,387.29 2,539.44 2,674.12 2,809.91
Tangga
bp
b.
2. Konsumsi Lembaga 105.07 110.70 120.39 126.84 130.83
ka
Swasta Nirlaba
ur
Tetap Bruto
flo
Dari tabel 2, terlihat bahwa nilai PDRB atas dasar harga Konstan di Kabupaten Flores
Timur meningkat, yakni sebesar 2,915.83 miliar Rupiah (2015); 3,045.56 miliar Rupiah
(2016); 3,182.46 miliar Rupiah (2017); 3,333.58 miliar Rupiah (2018) dan 3,495.50 miliar
Rupiah (2019).
Nilai PDRB atas dasar harga Berlaku selalu lebih tinggi dari PDRB atas dasar harga Konstan.
Perbedaan tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan harga yang cenderung meningkat.
Sedangkan pada PDB atas dasar harga Konstan, pengaruh dari harga tersebut telah
ditiadakan. Sama halnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku, sebagian besar pengeluaran akhir
PDRB Atas dasar Harga Konstan juga menunjukan peningkatan.
.id
7. Impor 49.48 45.46 46.43 49.16 47.44
go
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
s.
bp
Terbentuknya total PDRB pengeluaran tidak terlepas dari kontribusi seluruh
b.
ka
komponen, yang terdiri dari komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-
ur
RT), Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (PK-
tim
Bruto (PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor minus impor barang dan jasa.
flo
//
Dari tabel 3 terlihat bahwa selama periode 2015-2019, PDRB Kabupaten Flores Timur,
s:
tp
sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumahtangga (PK-
ht
RT). Kontribusi pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB di tahun 2018 yakni
sekitar 76.15 - 77.70 persen.
Agregat makro lain yang diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB
atau pertumbuhan ekonomi (economic growth). Indikator ekonomi ini menggambarkan
kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah. Sebagaimana terlihat dari tabel 4, selama
periode tahun 2015 - 2019 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Flores Timur, yakni sebesar
4.61 persen (2015); 4.45 persen (2016); 4.49 persen(2017); dan 4.75 persen (2018) dan 4.86
persen (2019)
1. Konsumsi Rumah
4.78 4.85 6.37 5.30 5.08
Tangga
2. Konsumsi Lembaga
3.22 5.36 8.75 5.36 3.15
Swasta Nirlaba
3. Konsumsi
9,77 4.13 2.56 8.54 3.19
Pemerintah
4. Pembentukan
9.27 11.33 6.49 8.23 1.39
Modal Tetap Bruto
5. Perubahan
(15.20) (64.37) 12.91 46.14 11.54
Inventori
.id
13.01 (6.97) 6.50 10.99 1.61
go
7. Impor
s.
PDRB 4.61 4.45 4.49 4.75 4.86
bp
b.
ka
terjadi dari sisi konsumen (rumah tangga, LNPRT, pemerintah, dan perusahaan) akhir
tim
barang dan jasa, baik yang digunakan untuk keperluan konsumsi, investasi maupun
s
re
ekspor/impor. Dari tabel 5 akan terlihat tingkat kenaikan harga selama periode tahun
flo
2015- 2019, baik perubahan harga yang terjadi secara umum maupun pada masing-masing
//
s:
komponen.
tp
ht
1. Konsumsi Rumah
128.19 135.09 139.62 141.65 145.23
Tangga
2. Konsumsi Lembaga
126.61 129.66 134.20 142.99 149.08
Swasta Nirlaba
4. Pembentukan Modal
121.02 135.10 140.21 146.37 151.46
Tetap Bruto
.id
3.2.1. Konsumsi Akhir Rumahtangga
go
s.
Komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-RT) merupakan
bp
pengeluaran terbesar atas berbagai barang dan jasa yang tersedia. Data berikut
b.
menunjukkan bahwa dari seluruh nilai tambah bruto (PDRB) yang diciptakan di Kabupaten
ka
ur
Flores Timur, ternyata sebagian besar masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tim
konsumsi rumah tangga. Dengan kata lain, sebagian besar produk (domestik) yang
s
re
dihasilkan di wilayah Kabupaten Flores Timur, maupun produk (impor) yang didatangkan
flo
dari luar wilayah atau luar negeri akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
//
s:
Dalam suatu perekonomian, fungsi utama dari institusi rumahtangga adalah sebagai
konsumen akhir (final consumer) atas barang dan jasa yang tersedia, termasuk konsumsi
oleh rumahtangga khusus (seperti penjara, asrama dan lain-lain). Selanjutnya, berbagai
jenis barang dan jasa yang dikonsumsi tersebut akan diklasifikasikan menurut 7 (tujuh)
kelompok COICOP (Classification of Individual Consumption by Purpose),yaitu kelompok
makanan dan minuman selain restoran; pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya;
perumahan dan perlengkapan rumah tangga; kesehatan dan pendidikan; angkutan dan
komunikasi; restoran dan hotel; serta kelompok barang dan jasa lainnya.
Data berikut menunjukkan bahwa pada periode tahun 2015 – 2019 pengeluaran
konsumsi akhir rumahtangga mengalami peningkatan, baik dari sisi nominal (atas dasar
harga berlaku) maupun secara riil (atas dasar harga konstan).
.id
Pertumbuhan 4.78 4.85 6.37 5.30 5.08
go
Selama periode 2015 – 2019 proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap
s.
bp
total PDRB flukuatif 76.55 persen (2015); 77.46 persen (2016); 78.60 persen (2017) ; 77.28
b.
persen (2018) dan 77.70 persen (2019)
ka
ur
kenaikan baik menurut atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010.
s
re
Sementara itu, atas dasar harga Konstan (2010) rata-rata konsumsi per rumah tangga
flo
tumbuh setiap tahunnya dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar
//
s:
6.37 persen.
tp
ht
Kelompok Non
Makanan 49.03 45.81 45.49 44.31 43.85
makanan meningkat sebanyak 0.83 persen ditahun 2019 dibandingkan dengan kelompok
Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) adalah salah satu unit
institusi yang melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan akumulasi aset. Keberadaannya
diakui oleh hukum atau masyarakat, terpisah dari orang atau entitas lain yang memiliki
.id
mengatasi berbagai masalah sosial seperti kemiskinan dan lingkungan hidup.
go
s.
bp
Tabel 8. Perkembangan PengeluaranAkhir Konsumsi LNPRT
Kabupaten Flores Timur 2015 - 2019
b.
ka
ur
Uraian
2015 2016 2017 2018 2019
tim
Pertumbuhan(ADHK
3.22 5.36 8.75 5.36 3.15
2010)
tp
ht
mengalami peningkatan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Sedangkan pertumbuhan konsumsi LNPRT yang tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu
8.75 persen dan terendah pada tahun 2019 yaitu 3.15 persen.
PengeluaranKonsumsi Kolektif. Barang dan jasa individu merupakan barang dan jasa
privat, dimana ciri-ciri barang privat adalah a) Scarcity, yaitu ada kelangkaan/keterbatasan
dalam jumlah. b) Excludable consumption, yaitu konsumsi suatu barang dapat dibatasi hanya
pada mereka yang memenuhi persyaratan tertentu (biasanya harga). c) Rivalrous competition,
yaitu konsumsi oleh satu konsumen akan mengurangi atau menghilangkan kesempatan
pihak lain untuk melakukan hal serupa. Contoh barang dan jasa yang dihasilkan
.id
pemerintah dan tergolong sebagai barang dan jasa individu adalah jasa pelayanan
go
kesehatan pemerintah di rumah sakit/puskesmas dan jasa pendidikan di
s.
sekolah/universitas negeri.
bp
b.
ka
ur
Sedangkan barang dan jasa kolektif ekuivalen dengan barang publik yang memiliki
tim
ciri a) Non rivalry, yaitu pengeluaran satu konsumen terhadap suatu barang tidak
s
re
mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. b) Non
flo
//
s:
excludable, yaitu apabila suatu barang publik tersedia, maka tidak ada yang dapat
tp
ht
menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan kata
lain setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Contoh barang dan jasa yang dihasilkan
pemerintah dan tergolong sebagai barang dan jasa kolektif adalah jasapertahanan yang
tahun, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Hal ini
.id
mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan dari sisi kuantitas.
go
s.
Proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDB tahun Perkembangan
bp
b.
pengeluaran konsumsi akir pemerintah tahun 2015- 2019 berada di antara 29 persen sampai
ka
ur
pemerintah tahun 2019 sebesar 3.19 yang sebelumnya mengalami peningkatan yang
//
s:
Salah satu fungsi pemerintah adalah memberikan jasa layanan pada publik atau
masyarakat dalam bentuk jasa kolektif maupun individual. Dalam praktek, pengeluaran
pemerintah ini selalu dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada
secara langsung. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran
pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun tidak
langsung.
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang
direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan
sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai
investasi fisik (kapital). Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input)
di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari
produksi domestik maupun dari impor.
Pengelompokan PMTB pada PDRB tahun dasar 2010 dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok yaitu Bangunan dan Non Bangunan. Data di bawah ini menjelaskan bahwa,
.id
secara keseluruhan Nilai PMTB mengalami peningkatan setiap tahun. PMTB berdasarkan
go
ADHK dan ADHB dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, pertumbuhan PMTB
s.
tahun 2019 sebesar 1.39 persen, pertumbuhannya selalu mengelami peningkatan walaupun
bp
b.
peningkatan pertumbuhan melambat .
ka
ur
.id
bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum,
go
komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai
s.
bp
persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
b.
ka
ur
2015-2019
re
flo
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci,
perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam
pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji
lebih jauh sebagaimana dilakukan pada pada komponen pengeluaran lainnya. Pada tahun
2015 perubahan invektori atas dasar harga berlaku sebesar 22.26 miliar rupiah dan terus
berfluktuasi sampai di tahun 2019 tercatat sebesar 17.17 miliar rupiah. Besaran perubahan
invektori terbesar di tahun 2015 yaitu 22.26 miliar rupiah. Sejalan dengan komponen ini
di kabupaten Flotim mengalami fluktuasi. Proporsi perubahan invektori 0.58 persen (2015);
0.20 persen (2016); 0.22 persen (2017) ;0.31 persen (2018) dan 0.33 persen (2019).
.id
badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal (udara maupun laut)
go
yang singgah dan sebagainya.
s.
bp
b.
Tabel 12. Perkembangan Ekspor
ka
2015-2019
stim
Pertumbuhan
17.64 (2.39) 11.59 (0.39)
(51.57)
1. Secara total, dalam kurun waktu 2015-2019 rata-rata nilai ekspor barang dan jasa
atas menunjukkan fluktuasi setiap tahun. Pada tahun 2015 nilai ekspor barang dan
jasa sebesar 612.16 miliar rupiah meningkat menjadi 322.37 miliar rupiah di tahun
2016 selanjutnya pada tahun 2017 -2019 nilai ekspor sebesar 323.53 miliar
rupiah,379.51 miliar rupiah dan 383.51 miliar rupiah, sedangkan atas dasar harga
konstan nilai ekspor barang dan jasa pada tahun 2015-2019 menunjukan pola yang
sama masing-masing tahun sebesar 424.49 miliar rupiah (2015); 205.59 miliar rupiah
rupiah (2019).
.id
inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha (sektor).
go
Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan
s.
bp
penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari non residen.
b.
Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongan-nya bisa
ka
berbeda dengan ekspor. Komponen impor termasuk pembelian berbagai produk barang
ur
tim
dan jasa secara langsung (direct purchase) oleh penduduk (resident) Kabupaten Flores Timur
s
di luar domestik, baik yang berupa makanan maupun bukan makanan (termasuk jasa).
re
flo
Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor barang dan jasa dapat menunjukkan
//
seberapa besar ketergantungan Kabupaten Flores Timur terhadap ekonomi atau produk
s:
tp
wilayah lain, baik wilayah kabupaten/kota lain dalam satu provinsi, provinsi lain, maupun
ht
luar negeri.
Data pada tabel di bawah ini menunjukan bahwa secara total nilai impor barang
tahun 2015-2019 nilai impor Atas Dasar Harga Berlaku selalu mengalami peningkatan di
tahun 2015 ADHB impor sebesar 1,886.57 miliar rupiah (tahun 2015); 1,892.70 miliar rupiah
(tahun 2016), 2,094.63 miliar rupiah (tahun 2017), 2,409.38 miliar rupiah (tahun 2018) dan
menjadi 2,491.41 miliar rupiah (tahun 2019), sedangkan atas dasar harga konstan 2010 nilai
import berfluktuasi, nilai import berdasarkan ADHK tahun 2015-2019 yaitu 1,687.25 miliar
rupiah (Tahun 2015); 1,569.62 miliar rupiah (Tahun 2016); 1,671.69 miliar rupiah (2017),
1,855.38 miliar rupiah (2018) dan 1,885.16 miliar rupiah (2019)
Seperti terlihat pada tabel di atas bahwa nilai ekspor barang dan jasa Kabupaten
.id
go
Flores timur dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 selalu lebih kecil dibandingkan nilai
s.
bp
impor barang dan jasa. Dengan kata lain bahwa neraca perdagangan Kabupaten Flores
b.
ka
Timur adalah neraca perdagangan negatif. Artinya barang dan jasa yang berasal dari luar
ur
tim
wilayah lebih besar dibandingkan produk domestik yang dikirim keluar wilayah
s
re
.id
go
s.
KABUPATEN FLORES TIMUR
bp
b.
ka
ur
2015 - 2019
tim
s
re
//flo
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//flo
re
stim
ur
ka
b.
bp
s.
go
.id
4.1 PDRB (NOMINAL)
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam
wilayah ekonomi Kabupaten Flores Timur ,di mana di dalamnya masih terkandung nilai
penyusutan. PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan
kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3
(tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan.
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang
berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan
tenaga kerja).Untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, dapat dilihat
dari data PDRB perkapita
.id
Tabel 14. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita
go
Kabupaten Flores Timur
s.
Uraian 2015 bp
2016 2017 2018 2019
b.
Nilai PDRB (Miliar)
ka
PDRB perkapita Kabupaten Flores Timur selalu meningkat dari tahun ke tahun
seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukan bahwa secara
ekonomi setiap penduduk kabupaten Flores Timur mampu menciptakan PDRB atau
(nilai tambah) sebesar nilai perkapitanya pada tahun 2014-2018 PDRB perkapita Flores
Timur selalu mengalami peningkatan pada tahun 2019 sebesar 20,516.34 juta atas dasar
harga berlaku sedangkan atas dasar harga konstan sebesar 13,654.28 juta .
.id
dan perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud.
go
Analisis didasarkan pada indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran.
s.
bp
Analisis tersebut juga dilengkapi dengan indikator sosial demografi (seperti
b.
penduduk, rumah tangga, dan pegawai negeri), sehingga hasil analisis yang
ka
ur
3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2015 s.d 2019, sehingga
s
re
(rupiah, indeks, persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan
tp
ht
4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran,
dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi
makro lain seperti pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi
sederhana yang saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel
yang tersedia. Bahkan secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan
dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha
(industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan
Neraca Arus Dana (NAD).
5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar daerah (external account) secara
agregat disajikan disini, seperti ekspor dan impor. Transaksi eksternal ini
menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi Kabupaten Flores Timur
terhadap ekonomi luar daerah.
PDRB Kabupaten Flores Timur Menurut Pengeluaran 51
2015 - 2019
ht
tp
s:
//flo
re
stim
ur
ka
b.
bp
s.
go
.id
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik, Tabel Input Output Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
.id
4. Profil Ekonomi Rumahtangga 1998, Jakarta 1999.
go
s.
5. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands, 1992.
bp
b.
ka
6. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29,
ur
tim
WashingtonDC, 1979.
s
re
7. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital
// flo
8. , Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1, New York,
1973.
ht
tp
s:
//flo
re
stim
ur
ka
b.
bp
s.
go
.id
.id
go
s.
bp
b.
ka
ur
im
st
re
lo
//f
s:
tp
ht