Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN KUALITAS HIDUP DAN CONTOH KOMUNIKASI

KEPERAWATAN PALIATIF

Disusun oleh:

MITA PRATIWI (P1337420717002)

KELAS : PARIKESIT

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KUALITAS HIDUP

1. Pengertian Kualitas Hidup

Quality of life adalah suatu terminologi yang menunjukkan tentang


kesehatan, fisik, sosial dan emosi seseorang serta kemampuannya
melaksanakan tugas sehari-hari (Cummins dalam Imanda, 2016). Kualitas
hidup didefinisikan sebagai kondisi hidup yang baik yang bersama-sama
dengan kesejahteraan subjektif positif (Zapf dalam Noll, 2012). Kualitas hidup
didefinisikan sebagai hubungan antara dua elemen subjektif atau berbasis
manusia dan satu set keadaan obyektif (Noll, 2012).
Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam
kehidupan, dalam konteks budaya, dan nilai dimana mereka hidup dan dalam
hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standard dan perhatian (Putri,
2014). Menurut Polonsky (dalam Putri, 2014) kualitas hidup adalah perasaan
individu tentang kesehatan dan kesejahteraannya dalam area yang luas
meliputi fungsi fisik, fungsi psikologis dan fungsi sosial.
Menurut World Health Organization (dalam Setyaningsih, Setiyawan
dan Saelan, 2017) kualitas hidup menurut adalah persepsi seseorang dalam
konteks budaya dan norma sesuai dengan tempat hidup orang tersebut
berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama hidupnya.
Kualitas hidup adalah persepsi individu dalam kemampuan, keterbatasan,
gejala serta sifat psikososial hidupnya dalam konteks budaya dan sistem nilai
untuk menjalankan peran dan fungsinya (World Health Organization, Murphy
dan Zadeh dalam Nurchayati, 2016). Kualitas hidup adalah perbedaan antara
apa yang seharusnya dan apa yang ada di dalam masyarakat, perbedaan antara
tujuan dan status penilaian (Schwab dalam Massam, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
hidup adalah persepsi atau pandangan subjektif individu terhadap
kehidupannya dalam konteks budaya dan nilai yang dianut oleh individu
dalam hubungannya dengan tujuan personal, harapan, standar hidup dan
perhatian yang mempengaruhi kemampuan fisik, psikologis, tingkat
kemandirian, hubungan sosial dan lingkungan.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Terdapat penelitian-penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas hidup. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
terdiri dari faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu sebagai berikut :
1) Kesejahteraan kesehatan tubuh.
Kesejahteraan kesehatan tubuh seperti, banyaknya jumlah hari sakit,
absensi kerja, kunjungan kedokter, dan rawat inap sebagai indicator
kepuasan hidup yang dapat mempengaruhi 15 kualitas hidup.
2) Kepatuhan minum obat, terapi farmakologis dan non farmakologis.
Kepatuhan orang dengan hipertensi dalam menjalani pengobatan dan
minum obat dapat meningkatkan kualitas hidup.
3) Domain fisik.
Domain fisik terdiri dari simtom fisik yang mengganggu dan
mengakibatkan penurunan kesehatan seperti pusing, permasalahan
seksual, peningkatan rasa dahaga, sakit kepala kronis, vertigo,
pandangan mata kabur atau berkunang, mimisan, telinga berdengung,
mual, rasa beratditengkuk, detakjantungmeningkat, sesaknafas, dan
kelelahan mempengaruhi kualitas hidup pada individu dengan
hipertensi. (Purnomo dan Retno wati, 2010 dalam Raudatus salamah
dan Fitri, 2012)
4) Domain mental.
Domain mental yang terganggu pada individu dengan hipertensi yaitu:
kegelisahan, energy tubuh berkurang berakibat berkurangnya
kebugaran dan muncul kelelahan (Liang et al, 2006), kehilangan
semangat, emosi meledak dan amarah tertekan (Purnomo dan Retno
wati, 2010 dalam Raudatus salamah dan Fitri, 2012)
5) Mengembangkankompetensidiri.
Kualitas hidup penderita hipertensi dapat ditingkatkan adanya
kompetensi diri yaitu melalui meningkatkan spiritualitas, mengubah
kebiasaan hidup, meningkatkan kemandirian, pengetahuan yang
mencakup pemaknaan budaya, mengelola keyakinan 16 (Raudatus
salamah, 2010 dalam tim penulis fakultas Psikologi UIN SUSKA,
2012).
6) Optimisme.
Secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup (Wrosch dan
Scheier, 2003; Rose, Fliege, Hildebrandt, Schiop, Klapp, 2002; Aska,
2009)
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu sebagai berikut:
1) Hubungan sosial.
Hubungan social terutama dukungan dari keluarga mempengaruhi
kualitas hidup (Renwick dan Friefeld, 1996 dalam Raudatussalamah
dan Fitri, 2012).
2) Pekerjaan.
Pekerjaan yang meliputi : pekerjaan dengan gaji, tunjangan, dan
lingkungan kerja yang layak. Hal tersebut diantarai oleh kepuasan
hidup dalam mempengaruhi kualitas hidup (Renwick dan Friefeld,
1996 dalam Raudatussalamah dan Fitri, 2012).
3) Material.
Faktor material terdiri atas rumah dan komunitas tempat tinggal,
sekolah mencakup bahan ajar dan tugas sekolah yang tepat,
keterampilan
4) Fungsional, integrasi kegiatan di kelas dan waktu luang
mempengaruhi kualitas hidup (Renwick dan Friefeld, 1996 dalam
Raudatussalamah dan Fitri, 2012).
Dapat di simpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup terdiri
dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain kesejahteraan
kesehatan tubuh, kepatuhan minum obat dan terapi famakologis dan non
farmakologis, domain fisik, domain mental, kompetensi diri dan 17
optimisme. Faktor eksternal antara lain hubungan sosial, pekerjaan, dan
material.
3. Faktor Pengaruh kualitas Hidup Lansia
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia, diantaranya adalah:
a. Usia; usia sangat mempengarhui kualitas hidup individu, individu yang
semakin tua akan semakin turun kualitas hidupnya. Semakin
bertambahnya usia, munculnya rasa putus asa akan terjadi hal-hal yang
lebih baik dimasa yang akan dating.
b. Pendidikan; Kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya
tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Hal tersebut terjadi
karena individu yang memiliki pendidikan yang rendah akan merasa tidak
percaya diri dan merasa bahwa dirinya tidak berguna.
c. Status pernikahan; Individu yang telah menikah kualitas hidup yang lebih
tinggi dari pada individu yang tidak menikah. Karena pasangan yang
menikah akan merasa lebih ahaia dengan adanya pasangan yang selalu ada
menemaninya. Secara umum individu yang menikah memiliki kualitas
hidup yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak menikah, bercerai,
ataupun janda atau duda akibat pasangan meninggal.
d. Keluarga; Keluarga juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup. Individu yang memiliki keluarga yang utuh dan harmonis akan
lebih tinggi kualitas hidupnya. Dikarenakan keluarga dapat memberikan
dukungan dan kasih sayang untuk meningkatkan kualitas hidup dan.
e. Finansial; Aspek finansial merupakan salah satu aspek yang berperan
penting mempengaruhi kualitas hidup individu yang tidak bekerja.
Finansial yang baik akan membuat individu semakin tinggi kualitas
hidupnya.

4. Cakupan Kualitas Hidup


Dikutip dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan
Harvey Schipper (1999), Kualitas hidup mencakup :
a. Gejala fisik
b. Kemampuan fungsional (aktivitas)
c. Kesejahteraan keluarga
d. Spiritual
e. Fungsisosial
f. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)
g. Orientasi masa depan
h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri
i. Fungsi dalam bekerja

5. Layanan Keperawatan Paliatif


Menurut WHO, perawatan paliatif (palliative care) merupakan
pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
pasien dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan penyakit yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan pemulihan penderitaan dengan cara
deteksi dini dan penilaian pengobatan dan rasa nyeri, serta masalah lain
tentang psikososial dan spiritual. Perawatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan membuat pasien lebih tenang, bahagia, dan nyaman
ketika menjalani pengobatan.
Layanan yang dapat diperoleh dari perawatan paliatif adalah:

a. Penanggulangan nyeri

b. Penanganan gangguan salurannafas, saluran cerna, saluran kemih, ber-


aktivitas, dan lain-lain

c. Konsultasi gizi

d. Konsultasi psikososial

e. Kunjungan rumah (home care)

f. Pelayanan rehabilitasi medis

Perawatan paliatif sebenarnya tidak hanya untuk kasus penyakit kanker, na-
mun beberapa penyakit degeneratif lainnya seperti stroke, diabetes melitus,
gagal ginjal kronis, dan penyakit jantung juga membutuhkan bagian ini.
Diharapkan dengan perawatan paliatif, pasien mendapatkan keuntungan
sebagai berikut :

a. Mampu beradaptasi dengan pengobatan yang diterima dan dapat


menjalani pengobatan denganbaik
b. Membantu menanggulangi rasa nyeri yang timbul pada pasien

c. Memfasilitasi dukungan spiritual dan emosional

Contoh Komunikasi dengan pasien paliatif

Di ruang paliatif terdapat seorang pasien bernama supriyadi yang sedang menjalani
perawatan dari penyakit kanker otak stadium akhir. Perawat dan rohaniawan datang
untuk mengunjungi pasien. Di ruangan tersebut ada istri pasien yang bernama yunta.
Rohaniawan : assalamualaikum
Perawat : selamat pagi pak supri
Pasien : waalaikum salam
Istri : selamat pagi
Perawat : perkenalkan nama saya perawat Mita dan rekan saya bapak nurman,
beliau adalah rohaniawan di rumah sakit ini. Pagi ini saya dan rekan saya, akan
menemani bapak selama menjalani perawatan.
Pasien : iya pak nurman & mba Mita
Rohaniawan : Bagaimana kabarnya pak?
Perawat : apa yang dirasakan hari ini pak supri?
Pasien : yah.. begini pak, kepala saya pusing bu.
Perawat : apakah semalam bisa tidur?
Pasien : sebentar mba
Istri : mengeluh pusing katanya bu semalam minta pijitin kepalanya pak
Perawat : baik, ada keluhan lain pak supri?
Pasien : pusing sekali bu, mual juga
Perawat : baik, akan saya catat ya..
Rohaniawan : bagaimana makannya bapak bu yunta?
Istri : mau tapi sedikit pak
Rohaniawan : baik.
Istri : kalo makan buah naga boleh ga suster? Bapaknya kepingin.
Perawat 2 : buah naga ya.. Hm.. Boleh saja bu..
Istri : kalo makan sarimi boleh ga bu?
Perawat 1 : makan mie boleh bu... Tapi sedikit saja.
Kemudian datanglah petugas gizi yang membawakan sarapan pagi. ”Selamat pagi pak
supri, ini sarapannya sudah siap. Silahkan dinikmati ya... Saya taruh disini ya pak..”
Istri & pasien : terimakasih bu..
Istri : ku suapin ya pak..
Pasien : iya
Perawat : baik kalo begitu kami tinggal dulu ya pak.. Bu.. Permisi
Pasien : iya terimakasih suster
Tiba-tiba terdengar suara gaduh memanggil dari ruangan. Istri pasien datang dengan
tergopoh-gopoh.
Istri : dokter suster.. Tolong suami saya..
Suster : pak supri kenapa bu?
Istri : bapak diem aja saya panggil-panggil, eh.. kakinya kok dingin.
Sehabis makan saya kira bapak tidur. pas saatnya sholat mau saya bangunin ga jawab.
Perawat : baik saya panggilkan doker untuk mengecek bapak ya bu..
Dokter datang kemudian memeriksa kondisi pasien. Selepas itu berkatalah dokter
kepada istri pasien
Dokter : bu, Seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya. Bahwa penyakit
pasien sudah memasuki stadium akhir. Dan saat ini Organ-organ penting yang dibu
tuhkan untuk bertahan sudah tidak mampu untuk berfungsi lagi, bapak saat ini dalam
masa kritis..
Istri : bagaimana ini suster.. Apa yang harus saya lakukan.
Perawat : saya akan panggilkan pak nurman ya bu.. Untuk membimbing bapak.
Rohaniawan : assalamualaikum..
Istri : waalaikum salam
Rohaniawan : pak supri.. Saya akan menuntun bapak. Tolong apabila pak supri bisa
mendengar saya, maka tirukan suara saya..
Pasien mengedipkan matanya.
Rohaniawan : Allah.. Allah ..laa..ilaha illallah
Pasien : Allah..
Sementara dibelakang perawat berusaha untuk menenangkan istri pasien yang tampak
mulai meneteskan air mata.
Perawat : ibu yang sabar ya.. bagaimana kalau kita hubungi sanak keluarga
bapak, barangkali bapak ingin berada disamping sanak saudara.
Istri : ya suster, saya akan telpon kakaknya.
Perawat : Semoga Allah memberikan ketabahan kepada keluarga ibu.
Istri : amin.. Suster
Tak berapa lama datanglah sanak keluarga pasien, dan pasien meninggal.

Anda mungkin juga menyukai