E Book Manajemen
E Book Manajemen
STRATEGI MANAJEMEN
PENGELOLAAN RESIKO
PERUSAHAAN
Penulis
Puji Muniarty | Septina Dwi Retnandari | Tri Endi Ardiansyah P.S|
Iqbal Arraniri | Agus Yulistiyono | Robi Awaluddin | Dede Djuniardi
| Lukman Nuzul Hakim | Sukarman Purba | Sufyati HS|
Penulis
Puji Muniarty | Septina Dwi Retnandari | Tri Endi Ardiansyah P.S |
Iqbal Arraniri | Agus Yulistiyono | Robi Awaluddin | Dede Djuniardi
| Lukman Nuzul Hakim | Sukarman Purba | Sufyati HS|
Editor
Edison H Manurung
Desain Cover
Muhammad Iqbal Al-Ghozali
Lay Out
Team Penerbit Insania
ISBN
978-623-96449-6-3
17,6 x 25 cm; v + 201 hal
Diterbitkan oleh:
PENERBIT INSANIA
Grup Publikasi Yayasan Insan Shoqidin Gunung Jati
Anggota IKAPI
KATA PENGANTAR
Editor
v
Strategi Manajemen Pengelolaan Resiko Perusahaan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB 1 PENTINGNYA MANAJEMEN RESIKO DALAM
PERUSAHAAN 1
Puji Muniarty
BAB 2 MODEL PENCIPTAAN NILAI PERUSAHAAN
18
Septina Dwi Retnandari
BAB 3 MANAJEMEN STRATEGIK
37
Tri Endi Ardiansyah P.S
BAB 4 IMPLEMENTASI ENTERPRISE RISK MANAJEMEN
(ERM) 81
Iqbal Arraniri
BAB 5 BALANCE SCORE CARD
97
Agus Yulistiyono
BAB 6 METODE MENGHADAPI HAMBATAN DALAM
UPAYA PERUBAHAN 114
Robi Awaluddin
BAB 7 REGULASI BASEL
126
Dede Djuniardi
BAB 8 PENGELOLAAN RESIKO SECARA TERINTEGRASI
141
Lukman Nuzul Hakim
BAB 9 GOOD CORPORATE GOVERNANCE
155
Sukarman Purba
BAB 10 RENTABILITAS DAN ASPEK PERMODALAN
176
Sufyati HS
BAB 1 PENTINGNYA MANAJEMEN RESIKO DALAM PERUSAHAAN 1
BAB 1
PENTINGNYA MANAJEMEN RESIKO DALAM
PERUSAHAAN
oleh sebab itu peran manajer keuangan dalam sebuah bisnis sangat
penting setidaknya dapat meminimalisir resiko yang terjadi pada
perusahaan.
Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya akan penuh
ketidakpastian ditambah lagi dengan sistuasi lingkungan internal
maupun eksternal turut serta memberikan dampak resiko dalam
menjalankan bisnis. Faktor tersebut sangat mempengaruhi keadaan
dan perkembangan bisnis perusahaan. Untuk menanggulangi
semua resiko yang mungkin terjadi diperlukan sebuah proses yang
biasanya disebut sebagai manajemen resiko. Menurut
Djojosoedarso (1999) manajemen resiko adalah pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen dalam penanggulan risiko, terutama risiko yang
dihadapi oleh oragnisasi, perusahaan, keluarga, dan masyarakat.
Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun,
memimpin/mengkoordinir dan mengawasi program
penanggulangan resiko. Sedangkan menurut Fahmi (2010 : 2)
manajemen resiko adalah suatu tahapan ilmu yang telah membahas
tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam
memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan
mempersiapkan berbagai pendekatan manajemen secara lengkap
dan sistematis. Sehingga disini dapat disimpulkan bahwa
manajemen risiko merupakan suatu proses untuk mengelola risiko
dengan mencegah atau meminimalkan akibat yang berdampak
kerugian.
Faktor penyebab terjadinya resiko yaitu bencaba (perils) dan
bahaya (hazard). Berbagai resiko yang terjadi pada perusahaan
memberikan dampak yang cukup signifikan adapun contoh
dampak yang secara langsung yang memberikan kerugian yaitu
bencana banjir, tanah longsor, gempa dan gelombang laut tinggi.
Menurut Kasidi, 2010) beberapa jenis bahaya dari sebuah resiko
sebagai berikut :
1. Bahaya Fisik (Physical Hazard) misalnya berhubungan dengan
fasilitas bangunan suatu perusahaan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan manajemen risiko meliputi aktivitas
operasional yang berkaitan dengan manajemen risiko. Proses
identifikasi dan pemngukuran risiko kemudian diteruskan
dengan pengelolaan risiko yang merupakan aktivitas
operasional yang utama dari manajemen risiko.
a. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi
risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu perusahaan
dimana dalam hal ini mengidentifikasi risiko dan
mempelajari karakteristik risiko, mengukur risiko dengan
melihat seberapa besar dampak risiko tersebut terhadap
kinerja perusahaaann dan menentukan prioritas risiko.
Sebagai contoh Kompor ditaruh dekat penyimpanan
minyak tanah. Api merupakan sumber risiko, kompor
yang ditaruh dekat minyak tanah merupakan kondisi
yang meningkatkan terjadinya kecelakaan, bangunan
yang bisa terbakar merupakan eksposur yang dihadapi
perusahaan.
b. Evaluasi Dan Pengukuran Risiko
3. Pengendalian
Tahap berikutnya dari proses manajemen risiko
adalah pengendalian yang meliputi evaluasi secara periodik
pelaksanaan manajemen risiko, output pelaporan yang
dihasilkan oleh manajemen risiko dan umpan balik
(feedback). Format pelaporan manajemen risiko bervariasi
dari satu organisasi ke oraganisasi lainnya dan dari satu
organisasi ke organisasi lainnya dan dari satu kegiatan-
kegiatan lainnya.
Disisi lain Djohanputro (2008) menjelaskan beberapa
proses ataupun tahapan manajemen risiko yaitu :
1. Identifikasi Risiko
Tahap ini mengidentifikasi apa saja risiko yang
dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dalam
mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak
yang berkepentingan (stakeholders). Langkah kedua dapat
menggunakan 7S dari McKenzie yaitu shared vakue,
strategy, structure, staff, skill, sistem dan style.
2. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu
kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif risiko menyangkut
berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap
risiko. Sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan
suatu risiko muncul semakin tinggi kemungkinan risiko
terjadi maka semakin tinggi pula risikonya.
3. Pemetaan Risiko
Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan
prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi
perusahaan. Adanya prioritas dikarenakan perusahaan
meimiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia dan
jumlah uang sehingga perusahaan perlu menetapkan mana
yang perlu dihadapi terlebih dahulu mana yang dinomor
duakan dan mana yang perlu diabaikan. Selain itu prioritas
juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak
pada tujuan perusahaan.
4. Pengelolaan Risiko
Pengelolaan risiko terdapat beberapa macam
diantaranya pengelolaan risiko secara konvensional
penetapan model risiko struktur oragnisasi pengeleolaan
dan lain-lain.
menggunakan tabel
mordibilitas
Risiko teknologi Perubahan teknologi Analisis skenario
mempunyai konsenkuensi
megatif terhadap perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
BAB 2
PENCIPTAAN NILAI PERUSAHAAN
terburuk dari hal ini adalah jika perusahaan tidak likuid dan tidak
solvabel.
Kondisi di mana perusahaan mampu menghasilkan laba dari
kegiatan usahanya disebut sebagai rentabilitas usaha. Berdasarkan
struktur modal yang ada, maka dikenal dua jenis rentabilitas yaitu
rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri. Yang
membedakan adalah jika rentabilitas ekonomi membicarakan
tentang bagaimana modal asing (lebih dimaknai dengan long-term
debt) bisa bekerja secara efisien dalam menghasilkan laba;
sementara rentabilitas modal sendiri berbicara tentang perusahaan
yang berlaba atas kekuatan modal yang dimilikinya.
Kinerja keuangan perusahaan akan sampai pada pemikiran
bagaimana tambahan dana dari luar yang akan menambah modal
usaha bisa secara sehat meningkatkan kondisi sehat sebuah usaha.
Tambahan dana ini hanya akan dilakukan bila rentabilitas modal
sendiri lebih besar dibandingkan dengan tambahan dana dari
pinjaman (debt). Dengan demikian keputusan penambahan dana
akan terkait dengan likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
di mana:
NOPAT = Laba operasi bersih setelah pajak
CC = Biaya modal
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
Septina Dwi
Retnandari adalah alumni
Program S1 Administrasi Niaga
Universitas Diponegoro (1990)
dan Program S2 Ilmu
Administrasi UNTAG Semarang
(2009) dengan konsentrasi Ilmu
Administrasi Bisnis. Penulis
menjadi dosen tahun 1990 di
Program Studi Administrasi Bisnis
FISIP UNTAG Semarang. Jabatan yang ia
pernah pegang adalah menjadi Sekretaris Program Studi dan Ketua
Program Studi Administrasi Bisnis. Tahun 2013 menjadi dosen di
Program Studi Ketalaksanaan Pelayaran dan Kepelabuhanan (KPN),
Jurusan Bisnis Maritim, Politeknik Maritim Negeri Indonesia
(Polimarin) Semarang. Di Polimarin ditunjuk sebagai Kepala Pusat
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat periode 2013-2019,
anggota di Kantor Urusan Internasional (KUI) Polimarin (2017-2020)
dan sebagai Kepala Bagian Manajemen Mutu di Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) Polimarin (sejak 2020).
Mata kuliah yang diampu adalah Kewirausahaan, Akuntansi
Dasar, Akuntansi Lanjutan, Akuntansi Biaya, Kebijakan Bisnis,
Business Correspondence, Metode Penelitian, Perdagangan
Internasional, Bimbingan Karya Ilmiah dan Hukum Bisnis.
BAB 3
MANAJEMEN STRATEGIK
2. Strategi Bisnis
Perusahaan yang menghasilkan berbagai jenis produk
akanbersaing diberbagai tingkatan bisnis atau pasar. Dengan
demikian strategi bisnis dapat ditekankan pada Strategic
business Units (SBU). Pada prinsipnya Strategic Business
Units (SBU) memiliki karakteristik sebagai berikut,yaitu:
menghasilkan misi dan strategi, menghasilkan produk atau
jasa yang berkaitan dengan misi dan strategi, menghasilkan
produk atau jasa secara spesifik, bersaing dengan pesaing
yang telah diketahui dengan jelas. Strategi bisnis pada
umumnya menekankan pada peningkatan margin laba dari
produk dan penjualan, dan harus mengintegrasikan berbagai
aktivitas fungsi, sehingga tujuan tingkat divisi dapat dicapai.
3. Strategi Fungsional
Strategi fungsional ini lebih bersifat operasional
karena langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi
manajemen yang ada dibawah tanggung jawabnya, seperti
BUSINESS ENVIRONMENT
Mendapatkan
JABARAN KONSEP
informasi dan data
STRATEGI
Atas analisis PERUSAHAAN
situasi
Evaluasi analisis
Pemahaman faktor eksternal (
informasi Peluang & ancaman)
Identifikasi data
Perekeman data
Analisis masalah
dan faktor
prnghambat
lainnya
H. Analisis Pasar
Dalam melakukan analisis ekonomi, perusahaan umumnya
melakukan pendekatan pasar dengan membandingkan analisis
ekonomi pesaing pada industri sejenis (Fandy Tjiptono: 2012). Pada
saat analisis menggunakan pendekatan pasar, selanjutnya analisis
ini berkembang menjadi analisis strategi pemasaran. Di sisi lain
perusahaan memperkirakan pengaruh setiap peluang pemasaran
terhadap kemungkinan mendapatkan laba. Analisis ekonomi
terdiri atas analisis terhadap komitmen yang diperlukan. Beberapa
faktor yang menjadi kunci analisis adalah faktor internal
perusahaan , faktor eksternal perusahaan, analisis pasar, analisis
ekonomi secara mikro dan membandingkan dengan sasaran tujuan
dan formulasi strategi yang terbentuk.
Analisis pasar dilakukan dengan menggunakan pendekatan
evalusasi skema Segmentasi, Konsep produk, Perilaku Pembelian
yang terdiri dari analisis pilihan tempat pembelian, kebutuhan
informasi, kebutuhan akan jaminan, dan kebutuhan akan
pelayanan. Di samping itu ukuran pasar, kecenderungan pasar,
pertimbangan aspek hukum, posisi pasar pesaing, faktor
perdagangan, analisis biaya/marjin, penjualan kembali,dukungan
yang diperlukan dan komitmen yang bertentangan memberikan
kontribusi data dan informasi yang relevan dan menjadi
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
BAB 4
Implementasi Enterprise Risk Manajemen (ERM)
A. Pendahuluan
Memahami apa yang mendorong pengembangan nilai dan
apa yang menghancurkannya penting untuk memberikan panduan
strategis bagi perusahaan. Akibatnya, mengejar peluang
membutuhkan pemahaman tentang risiko yang harus diambil serta
risiko yang harus dihindari. Akibatnya, setiap pertumbuhan bisnis
memerlukan penilaian dan penerimaan risiko. Kemampuan
perusahaan untuk berkembang dalam menghadapi risiko
sementara juga bereaksi terhadap insiden yang tidak direncanakan,
baik atau buruk, adalah ukuran utama daya saingnya. Eksposur
risiko, di sisi lain, meningkat, menjadi lebih bernuansa, beragam,
dan dinamis.
Perkembangan pesat dalam teknologi, kecepatan
komunikasi, globalisasi industri, dan laju perubahan di dalam
pasar semuanya berkontribusi terhadap hal ini. Jika dibandingkan
dengan sepuluh tahun yang lalu, bisnis saat ini bekerja di dunia
yang sangat berbeda. Bahaya juga bisa datang dari dalam
perusahaan saat berusaha untuk ekspansi. Akuisisi, investasi di
pasar negara berkembang, reformasi organisasi besar, proses kunci
outsourcing, program pengeluaran modal besar, dan
pengembangan produk baru secara substansial adalah contoh
strategi pertumbuhan yang dapat meningkatkan eksposur risiko
perusahaan.
Oleh karena jenis risikonya beragam, maka manajemen
risiko memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif. Dewan
direksi terkadang ditekan oleh pemangku kepentingan dan
regulator untuk menangani risiko secara lebih komprehensif, ketat,
dan sistematis. Perusahaan yang menganggap manajemen risiko
2. Volatilitas
Volatilitas adalah ukuran ketidakpastian atau kisaran
hasil yang mungkin dicapai. Volatilitas didefinisikan sebagai
besarnya potensi naik atau turun risiko.
3. Probabilitas
Semakin besar risiko yang ditimbulkan oleh suatu kasus,
semakin besar kemungkinannya — dengan kata lain, semakin
besar peluangnya. Perubahan suku bunga dan default kartu
kredit sangat umum sehingga bisnis harus mempersiapkannya
sebagai hal yang biasa.
4. Severity
Tidak seperti keterpaparan, yang dicirikan dalam
skenario kasus terburuk, tingkat keparahan didefinisikan
sebagai jumlah kerusakan yang mungkin terjadi.
5. Horizon Waktu
Periode eksposur risiko, atau berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk membatalkan konsekuensi dari suatu
keputusan atau insiden, disebut sebagai time horizon. Semakin
tinggi kemungkinan eksposur, semakin lama itu berlangsung.
6. Korelasi
Cara ancaman dalam sebuah perusahaan dibandingkan
satu sama lain disebut sebagai korelasi. Dua risiko dikatakan
7. Modal
Perusahaan menyimpan uang karena dua alasan utama:
Pertama, untuk memenuhi kebutuhan kas seperti akuisisi dan
pengeluaran. Kedua, untuk menutupi kerugian yang tidak
terduga akibat eksposur risiko.
DAFTAR PUSTAKA
Crouhy, M., Galai, D. and Mark, R. (2014) The Esentials of Risk Management.
Nasr, A. K. et al. (2019) ‘How enterprise risk management (ERM) can affect
on short-term and long-term firm performance: Evidence from the
Iranian banking system’, Entrepreneurship and Sustainability Issues,
7(2), pp. 1387–1403. doi: 10.9770/jesi.2019.7.2(41).
PROFIL PENULIS
BAB 5
BALANCE SCORE CARD
a. Kapabilitas pekerja
Kapabilitas pekerja adalah merupakan bagian
kontribusi pekerja pada perusahaan. Sehubungan dengan
kapabilitas pekerja, ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh
manajemen:
1) Kepuasan pekerja.
Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk
meningkatkan produktivitas, tanggungjawab, kualitas,
dan pelayanan kepada konsumen. Unsur yang dapat
diukur dalam kepuasan pekerja adalah keterlibatan
pekerja dalam mengambil keputusan, pengakuan,
akses untuk mendapatkan informasi, dorongan untuk
bekerja kreatif, dan menggunakan inisiatif, serta
dukungan dari atasan.
2) Retensi pekerja.
Retensi pekerja adalah kemampuan untuk
mempertahankan pekerja terbaik dalam perusahaan. Di
mana kita mengetahui pekerja merupakan investasi
jangka panjang bagi perusahaan. Jadi, keluarnya
seorang pekerja yang bukan karena keinginan
perusahaan merupakan loss pada intellectual capital dari
perusahaan. Retensi pekerja diukur dengan persentase
turnover di perusahaan.
3) Produktivitas pekerja.
Produktivitas pekerja merupakan hasil dari
pengaruh keseluruhan dari peningkatan keahlian dan
moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan
pelanggan. Tujuannya adalah untuk menghubungkan
output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah
pekerja yang seharusnya untuk menghasilkan output
tersebut.
b. Kapabilitas sistem informasi
Adapun yang menjadi tolak ukur untuk
kapabilitas sistem inforaiasi adalah tingkat ketersediaan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.jurnal.id/id/blog/balanced-scorecard/
Benková, E., Gallo, P., Balogová, B., & Nemec, J. (2020). Factors that
influence the use of the Balanced Scorecard in measuring company
performance. Sustainability (Switzerland).
https://doi.org/10.3390/su12031178
Frederico, GF, Garza-Reyes, JA, Kumar, A., & Kumar, V. (2020). Supply
chain performance measurement in the Industry 4.0 era: a balanced
scorecard approach. International Journal of Productivity and
Performance Management. https://doi.org/10.1108/IJPPM-08-2019-
0400 Guix, M., & Font, X. (2020).
Martunis, A., Dalimunthe, R., Amalia, K., Juanita, J., Syahputra, H., Adam,
M., & Masyudi, M. (2020). Adaptation of the balanced scorecard
model to measure the performance of departments at Dr Zainoel
Abidin Regional Hospital, Banda Aceh. Journal of Modeling in
Management. https://doi.org/10.1108/JM2-09-2018-0149
Rafiq, M., Zhang, XP, Yuan, J., Naz, S., & Maqbool, S. (2020). Impact of the
Balanced Scorecard as a strategic management system tool to enhance
PROFIL PENULIS
BAB 6
METODE MENGHADAPI HAMBATAN DALAM
UPAYA PERUBAHAN
orang yang berasal dari bidang bisnis yang lain untuk Bersama
memaksimalkan efektivitas dalam upaya meraih perubahan
kea rah yang lebih baik. Koalisi dapat membantu kita
menyebarkan pesan ke seluruh organisasi, mendelegasikan
tugas dan memastikan adanya dukungan untuk perubahan di
seluruh elemen organisasi. Anggota organisasi yang turut serta
berkolaborasi harus saling saling melengkapi dan dapat
memotivasi satu sama lain untuk bersama bekerja lebih keras
dan cerdas sehingga tingkat keberhasilan dalam upaya
perubahan ini tercapai dengan maksimal.
setiap hari agari proses perubahan tidak luput oleh waktu dan
dapat mengakar menjadi budaya organisasi yang baru dengan
target perubahan yang sudah ditentukan. Sehingga organisasi
dapat dengan optimis menghadapi tantangan yang sangat
dinamis terutama pada saat pandemic covid-19 dan tranformasi
teknologi yang begitu pesat menuju society 5.0 karena
organisasi telah mampu beradaptasi dengan proses perubahan
yang dapat diterima oleh seluruh elemen organisasi yang
berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
H. Robi Awaluddin,
S.Pd., M.M. yang akrab disapa
Kang Robi Pertama kali melihat
dunia pada tanggal 31 Oktober
1990. Mengenyam Pendidikan
dasar hingga menengah di kota
kesayangannya Kuningan, Jawa
Barat. Kang Robi kemudian
melanjutkan Pendidikan Jenjang
S1 di Universitas Pendidikan
Indonesia pada program studi
Pendidikan Ekonomi, pada saat kuliah S1, Kang Robi melanjutkan
aktivitas keorganisasiannya setelah di SMAN 1 Garawangi Kuningan
aktif sebagai ketua Ikatan Remaja Masjid dan Pengurus OSIS, lalu
Ketika kuliah aktif pada organisasi kemahasiswaan seperti pernah
diberikan amanah sebagai Direktur Unit Kegiatan Mahasiswa
Lembaga Penelitian dan Pengkajian Intelektual Mahasiswa (Leppim
UPI), Menteri Pendidikan BEM Republik Mahasiswa UPI, Ketua
Umum / ra’is A’am Keluarga Besar Pesantren Mahasiswa Daarut
Tauhiid Bandung Pimpinan KH. Abdullah Gymnastiar. Kang Robi lalu
melanjutkan studi S2 pada program Pascasarjana Manajemen dan
Bisnis, Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor atau IPB University,
selain aktif di organisasi, Penulis juga pernah mendapatkan beasiswa
seperti beasiswa penelitian mahasiswa dan beasiswa lainnya, juga
pernah menjadi finalis pada PIMNAS 2012 di Unhas Makassar. Penulis
kini aktif sebagai dosen di Universitas Kuningan dengan aktivitas
tambahan sebagai konsultan bisnis, selain aktif melakukan tri dharma
perguruan tinggi, penulis juga memiliki hobi menulis, Robi juga
memiliki channel youtube dengan nama Robi Awaluddin Official, dan
web blog smartbis.id, pada dua kanal ini Ini Robi biasanya berbagi
seputar edukasi dalam bidang bisnis, manajemen dan kewirausahaan.
BAB 7
REGULASI BASEL
A. Pendahuluan
Bank merupakan entitas perusahaan yang istimewa karena
aturan dan pengelolaannya yang sangat ketat. Pemerintah
mengatur, mengawasi dan mengendalikan sektor perbankan
karena industi ini berkaitan dengan situasi perekonomian. Bahkan
pengaturan perbankan merujuk pada standar peraturan yang
berlaku secara internasional. Bank merupakan perantara keuangan
terpenting disemua negara, karena perannya sebagai penjamin
likuiditas, pemantau keuangan dan produsen informasi (Santos,
2000)
Regulasi Basel merupakan standar perbankan yang
dikeluarkan oleh Basel Committee on Banking Supervision yang
merupakan bagian dari Bank for International Settlements (BIS)
yang mengeluarkan dan menetapkan standar standar pengaturan
perbankan dan forum kerjasama terkait pengawasan perbankan.
BCBS beranggotakan 45 bank sentral dan otoritas pengawasan
bank di 29 negara (OJK, 2020).
Periode tahun 1970-1980, regulasi keuangan dan perbankan
yang dilakukan oleh pemerintah lebih berfokus pada:
1. Pemberian izin untuk mendirikan lembaga keuangan
2. Pembatasan yang tegas mengenai aktifitas yang diperbolehkan
dan tidak diperbolehkan pada masing masing institusi
keuangan
3. Definisi dari rasio rasio pada neraca dan persyaratan giro wajib
minimum atau menjaga tingkat aktiva yang harus disediakan
dalam obligasi pemerintah
Pada periode tersebut regulasi yang berlaku lebih
memperlihatkan peran otoritas Bank Sentral dalam industry
keuangan, sehingga jika terjadi masalah pada pelaku industry
keuangan, maka masalah itu akan kembali kepada Bank Sentral
Sumber: https://www.bis.org/bcbs/organ_and_gov.htm?m=3%7C14%7C573%7C73
B. Basel I
Dikenal sebagai Basel Capital Accord, dibentuk pada tahun
1988. Basel I dibentuk sebagai tanggapan atas pertumbuhan jumlah
Sumber: https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/implementasi-basel/Pages/Road-
Map.aspx
Gambar 7.2 Basel I
C. Basel II
Merupakan perpanjangan dari Basel I, diperkenalkan pada
tahun 2004. Basel II mencakup penambahan peraturan baru dan
berpusat pada peningkatan tiga masalah utama - persyaratan
modal minimum, mekanisme pengawasan dan transparansi, dan
disiplin pasar. Basel II menciptakan kerangka kerja manajemen
risiko yang lebih komprehensif. Itu dilakukan dengan membuat
ukuran standar untuk risiko kredit, operasional, dan pasar. Bank
wajib menggunakan langkah-langkah ini untuk menentukan
persyaratan modal minimum mereka. Basel II dilatarbelakangi
perubahan yang terjadi pada industry perbankan dan pasar
keuangan termasuk krisis keuangan yang terjadi di Asia Tenggara
dan Asia Selatan tahun 1997-1998.
Batasan utama Basel I adalah bahwa persyaratan modal
minimum ditentukan hanya dengan melihat risiko kredit. Ini
memberikan sistem manajemen risiko parsial, karena risiko
operasional dan pasar diabaikan. Basel II membuat ukuran standar
untuk mengukur risiko operasional. Ini juga berfokus pada nilai
pasar, bukan nilai buku, ketika melihat eksposur kredit. Selain itu,
memperkuat mekanisme pengawasan dan transparansi pasar
dengan mengembangkan persyaratan pengungkapan untuk
mengawasi peraturan. Akhirnya, memastikan bahwa pelaku pasar
memperoleh akses yang lebih baik ke informasi.
Sumber: https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/implementasi-basel/Pages/Road-
Map.aspx
Gambar 7.3 Tiga Pilar Basel II
D. Basel III
Basel III merupakan standar terbaru dari Basel Accord dan
merupakan standar peraturan global yang ditetapkan mengenai
Sumber:https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/implementasi-basel/Pages/Road-
Map.aspx
Gambar 7.4 Basel III
1. Pemantauan
Transposisi standar regulasi Basel III menjadi regulasi
domestik dipantau setiap setengah tahun berdasarkan
informasi yang diberikan oleh masing-masing yurisdiksi
anggota. Anggota Komite Basel mengawasi setiap kemajuan
dalam mengadopsi standar Basel III.
2. Penilaian
Komite mengevaluasi konsistensi dan kelengkapan
standar yang diadopsi, termasuk signifikansi dari setiap
penyimpangan dari kerangka peraturan Basel III. Penilaian
konsistensi ini dilakukan berdasarkan yurisdiksi dan tematik:
a. Penilaian yurisdiksi (konsistensi) meninjau sejauh mana
peraturan domestik selaras dengan persyaratan Basel
minimum yang disetujui oleh Komite dan membantu
mengidentifikasi kesenjangan material dalam peraturan
tersebut.
b. Penilaian tindak lanjut meringkas tindakan yang diambil
atau direncanakan oleh anggota untuk menangani temuan
yang diidentifikasi dalam penilaian yurisdiksi.
c. Penilaian tematik (hasil) memeriksa penerapan persyaratan
Basel di tingkat bank individu dan berupaya memastikan
bahwa rasio kehati-hatian dihitung secara konsisten oleh
bank di seluruh yurisdiksi untuk meningkatkan
komparabilitas di seluruh hasil.
E. Penutup
Sebagai sebuah standar peraturan yang diterapkan secara
global, regulasi Basel menarik perhatian untuk diteliti dampaknya
terhadap perbankan. Penelitian yang dilakukan Siljeström (2013)
pada perbankan di 16 negara OECD dengan periode tahun 1992
sampai dengan 2009, mengevaluasi apakah peningkatan capital
requirement berdampak negative terhadap profitabilitas. Temuan
dalam penelitian ini menunjukan bahwa modal Tier 1 dan asset
tertimbang menurut risiko berpengaruh negative terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Ferreira, C., Jenkinson, N., & Wilson, C. (2019). From Basel I to Basel
III. IMF Working Papers, 19(127), 66–70.
https://doi.org/10.5089/9781498315227.001
Website:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/implementasi-
basel/Pages/Road-Map.aspx diakses tanggal 27 Februari 2021
https://www.bis.org/bcbs/organ_and_gov.htm?m=3%7C14%7C573
%7C73 diakses tanggal 27 Februari 2021
PROFIL PENULIS
BAB 8
PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO SECARA
TERINTEGRASI
1. Perencanaan
Perencanaan manajemen risiko bisa dimulai dengan
menetapkan visi, misi, dan tujuan yang berkaitan dengan
manajemen risiko. Kemudian perencanaan manajemen risiko
bisa diteruskan dengan penetapan target, kebijakan, dan
prosedur tersebut dituangkan secara tertulis. Dokumen tertulis
semacam itu memudahkan pengarahan, sekaligus menegaskan
dukungan manajemen terhadap program manajemen risiko.
b. Analisis Risiko
Analisis risiko adalah proses mengembangkan
pemahaman terhadap suatu risiko. Analisis risiko
memberikan masukan untuk proses evaluasi risiko dan dalam
mengambil keputusan apakah suatu risiko risiko perlu
dikendalikan danmemilih strategi dan metode pengendalian
yang tepat. Analisis risiko merupakan bagian dari tahap
assessmen risiko dalam proses manajemen risiko dan
dilakukan terhadap risiko-risiko yang telah diidentifikasi
dalam proses identifikasi risiko. Posisi analisis risiko dalam
proses manajemen risiko berdasarkan ISO 31000 adalah
sebagai berikut :
Gambar 7.3
Posisi Analisis Risiko dalam Proses Manajemen Risiko
3) Teknik Delphi
Teknik Delphi bertujuan untuk memperoleh
konsensus pendapat dari orang-orang yang pakar di
bidangnya. Perbedaan utama Teknik Delphidari
brainstormingadalah setiap pakar memberikan opininya
secara individu dan anonim namun dapat melihat
pandangan pakar lain selama Delphidilakukan.Teknik
Delphidapat dilakukan di tahapan manapun dalam
manajemen risiko di mana diperlukan konsesus opini dari
pakar-pakardi bidangnya.
4) Checklist
Checklistadalah daftar bahaya, risiko atau
kegagalan yang dibuat berdasarkan pengalaman, baik
melalui penilaian risiko terdahuluatau informasi
historikal. Checklist dapat digunakan untuk melakukan
d. Pengelolaan Risiko
Risiko harus dikelola dengan baik, jika tidak maka
konsekuensinya bisa cukup serius misalnya kerugian yang
cukup besar, Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara antara
lain dengan melakukan penghindaran, risiko tersebut ditahan,
melakukan diversifikasi, mentransfer risiko, dan
mengendalikan risiko dan mendanai kerugian sendiri.
1) Penghindaran
Cara paling mudah dan aman untuk mengelola
risiko adalah menghindar. Tetapi cara semacam ini
mungkin tidak optimal. Contoh : jika kita ingin
memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau
kita harus keluar dan menghadapi risiko tersebut.
e. Transfer Risiko
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah
memindahkan risiko ke pihak lain. Pihak lain tersebut
biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk
mengendalikan risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih
baik karena skala ekonomi yang lebih baik. Risiko transfer bisa
dilakukan melalui beberapa cara yaitu Asuransi, Headging,
Incorporated, dan lain-lain.
2. Pengendalian
Tahap selanjutnya dari manajemen risiko adalah
pengendalian yang meliputi evaluasi secara periodik
pelaksanaan manajemen risiko, output pelaporan yang
dihasilkan oleh manajemen risiko dan umpan balik (feedback).
Format pelaporan manajemen risiko bervariasi dari satu
organisasi ke organisasi lainnya dan dari satu kegiatan ke
kegiatan lainnya. Pengendalian risiko dilakuakan untuk
mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau
kejadian yang tidak kita inginkan. Untuk risiko yang tidak bisa
dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian risiko.
Dengan menggunakan dua dimensi yaitu probabilitas dan
severity. Pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi
probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat keseriusan
(Saverity) atau keduannya. Pengendalian risiko merupakan
permasalahan yang sering dilupakan disebabkan peluang
terjadinya risiko tidak dapat langsung diamati secara jelas. Oleh
sebab itu diperlukan penerapan manajemen risiko dalam
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
BAB 9
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
A. Pendahuluan
Good Corporate Governance merupakan salah satu prinsip di
dalam hukum perusahaan yang mengarahkan, mengendalikan,
mengelola bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan
utama dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan mempertinggi
nilai saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders. Good Corporate Governance mulai
berkembang di Indonesia pada tahun 1998 pada saat terjadi krisis
ekonomi. Pada masa persaingan global yang semakin kompetitif,
perusahaan dituntut harus mampu bersaing secara sehat dan
professional. Perusahaan harus memiliki strategi untuk dapat
mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan tersebut,
sehingga setiap perusahaan perlu terus meningkatkan kerja
kerasnya agar dapat mengambil manfaat dari penerapan tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
Pengelolaan perusahaan dengan menerapkan Good Corporate
Governance yang benar, pasti akan memberikan dampak yang
signifikan bagi perusahaan. Penerapan Good Corporate Governance
akan meningkatkan kinerja perusahaan dan merupakan kunci
sukses bagi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dalam
jangka panjang sehingga dapat bersaing dengan baik dalam bisnis
global (Suryanto, & Refianto, 2019). Ini berarti bahwa penerapan
Good Corporate Governance dalam bisnis perusahaan diharapkan
akan dapat meningkatkan nilai, melindungi kepentingan
stakeholders, dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan tersebut. Hasil penelitian telah membuktikan secara
empiris bahwa penerapan Good Corporate Governance akan
mempengaruhi kinerja perusahaan secara positif (Sakai & Asaoka
2003).
DAFTAR PUSTAKA
Hery. (2010). Potret Profesi Audit Internal (Di Perusahaan Swasta &
BUMN Terkemuka). Bandung: Alfabeta.
PROFIL PENULIS
BAB 10
RENTABILITAS DAN ASPEK PERMODALAN
A. Rentabilitas
Secara umum, tolak ukur keberhasilan sebuah
perusahaan seringkali didasarkan atas keuntungan atau laba besar
yang diperoleh oleh perusahaan. Masing-masing perusahaan
tentunya memiliki target laba yang akan dicapai dalam suatu
periode tertentu. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dan
efisiensi suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasional perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan
rasio rentabilitas.
1. Pengertian Rentabilitas
Rentabilitas didefinisikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu
yang dinyatakan dalam persentase terhadap modal yang
digunakan untuk laba tersebut (Padangaran, 2013).
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian rentabilitas
merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan atau laba selama periode tertentu,
dan secara umum dirumuskan sebagai berikut:
𝐿
× 100%
𝑀
𝐿𝑎𝑏𝑎
Rasio rentabilitas ekonomi = × 100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐸𝐴𝑇
Rasio Rentabilitas Modal Sendiri = × 100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
6. Pengukuran Rentabilitas
Untuk menghitung rasio rentabilitas, terdapat lima jenis
perhitungan yang dapat digunakan, diantaranya:
a. Profit Margin
Merupakan untuk menghitung kemampuan
perusahaan menghasilkan laba atau profit dalam tingkat
penjualan tertentu. Profit margin menganalisis dengan
melakukan perbandingan net operating income dengan net
sales dalam bentuk persen, atau dapat dirumuskan:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = × 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = × 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 (𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒)
=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
× 100%
6. Aspek Permodalan
Modal merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan bisnis/usaha, investasi, dan berbagai kegiatan yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau penghasilan.
Inti dasar dari suatu perusahaan agar dapat terus
menjalankan kegiatan usahanya adalah dengan adanya modal
usaha. Modal merupakan salah satu faktor terpenting dari
kegiatan perusahaan. Modal digunakan untuk menjalankan
“Strategi Manajemen Pengelolaan Resiko Perusahaan”
192 BAB 10 RENTABILITAS DAN ASPEK PERMODALAN
1. Pengertian Modal
Modal merupakan salah satu bagian terpenting dari
kegiatan perusahaan. Bagi perusahaan yang baru berdiri atau
mulai menjalankan usahanya, modal digunakan untuk dapat
menjalankan kegiatan usaha.
Beberapa ahli dibidang ilmu ekonomi memberikan
penjelasan mengenai definisi modal, di antaranya adalah:
a. Brigham (2006)
Modal adalah uang atau kekayaan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan barang dan jasa.
b. Bambang Riyanto (2001)
Menurut Bambang Riyanto, pengertian modal
adalah hasil produksi yang digunakan kembali untuk
memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya,
modal ditekankan pada nilai, daya beli, atau pun kekuasaan
menggunakan yang ada dalam barang-barang modal.
c. Bakker (1974)
Modal adalah, baik yang berupa barang konkret
yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang
terdapat dalam neraca sebelah debet maupun berupa biaya
daya beli/nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat di
sebelah kredit.
d. Polak (1950)
Modal adalah sebagai kekuasaan untuk
menggunakan barang modal, sehingga modal terdapat
dalam neraca kredit. Adapun barang yang dimaksud
dengan barang modal adalah barang yang ada dalam
perusahaan yang belum digunakan, jadi terdapat di neraca
sebelah kredit.
e. Lawrence J. Gitman (1997: 482)
2. Jenis Modal
a. Jenis Modal Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya modal dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu sumber modal internal dan modal
eksternal.
1) Modal Internal
Modal yang berasal dari sumber internal adalah
modal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam
perusahaan. Menurut Ching F Lee dan Joseph E. Finnerty
bahwa kebutuhan dana diperoleh dari dana internal
melibatkan tingkat arus kas dari penghasilan dan
4. Manfaat Modal
Ketersediaan modal adalah untuk membantu
memproduksi barang baru yang dibutuhkan manusia dengan
tujuan dijual untuk memperoleh keuntungan.Berikut ini adalah
beberapa manfaat modal bagi sebuah perusahaan:
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS