B1A018105 Iqbal Auni Rahman Arif Hidayat 4 I2
B1A018105 Iqbal Auni Rahman Arif Hidayat 4 I2
NIM : B1A018105
ASISTEN : ARIF HIDAYAT
KELOMPOK :4
ROMBONGAN :I
ACARA : FERMENTASI ASAM ASETAT
ACARA 2
FERMENTASI ASAM ASETAT
Asam asetat (C2H4O2 atau CH3COOH), disebut juga asam etanoat, vinegar atau
asam cuka, adalah asam organik yang mengandung gugus asam karboksilat. Senyawa ini
berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan
larut di dalam air, alkohol, gliserol, eter. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas
di bidang industri dan pangan. Selain digunakan dalam industri pangan, asam asetat juga
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat cair
digunakan dalam produksi polimer, selulosa asetat, polivinil asetat, maupun berbagai
macam serat dan kain. Asam asetat dalam kehidupan rumah tangga juga sering digunakan
sebagai bahan pelunak air. Produksi asam asetat seperti Gluconobacter, Acetomonas, dan
Acetobacter menggunakan substrat etanol yang diproduksi dari tahapan fermentasi alkohol
(Supharoek et al., 2018).
Hasil yang telah diperoleh menunjukkan bahwa pada dua hari setelah fermentasi
kadar asam asetat terhitung sebesar 3,6% dengan volume NaOH sebanyak 0,6 ml,
kemudian pada hari keenam meningkat menjadi 7,2% dengan volume NaOH 1,2 ml. Hari
kedua belas meningkat kembali menjadi 43,8% dengan volume NaOH terhitung 7,3 ml,
dan yang terakhir pada pengamatan hari kedua puluh kadar asam asetat tercatat sebesar
81,6% dengan volume NaOH 13,6 ml. Hasil tersebut dapat dijesakan bahwa semakin lama
proses fermentasi maka semakin besar kadar asam asetatnya. Lama fermentasi
berpengaruh terhadap kadar cuka hasil fermentasi, karena semakin lama fermentasi kadar
alkohol akan meningkat. Namun bila fermentasi terlalu lama nutrisi dalam substrat akan
habis dan khamir Saccharomyces cerevisiae tidak lagi dapat memfermentasi bahan (Putri
et al., 2016).
Peningkatan kadar asam cuka disebabkan karena jumlah Acetobacter aceti yang
merombak etanol menjadi asam asetat, selain itu kadar alkohol sebelum fermentasi dengan
Acetobacter aceti juga mempengaruhi kadar asam cuka. Penurunan kadar alkohol sisa
fermentasi yang terjadi disebabkan karena alkohol digunakan oleh Acetobacter aceti
sebagai sumber energi untuk menghasilkan asam asetat serta CO2. Kecepatan aerasi juga
mempengaruhi kualitas asam cuka yang dihasilkan. Aerasi yang baik akan menghasilkan
asam cuka yang tinggi namun dapat berkurang karena terjadinya overoxidizing sehingga
asam cuka berubah menjadi CO2 dan H2O (Rachmawati et al., 2019). Kadar asam asetat
yang meningkat akibat dari semakin lamanya waktu fermentasi, menyebabkan semakin
banyak alkohol yang diubah menjadi asam oleh mikroba sehingga kondisi fermentasi
menjadi asam yang menyebabkan pH menurun (Nurismanto et al., 2014).
DAFTAR REFERENSI
Nurismanto, R., Mulyani, T. & Tias, D. I. N., 2014. Pembuatan Asam Cuka Pisang Kepok
(Musa paradisiaca L.) dengan Kajian Lama Fermentasi dan Konsentrasi
Inokulum (Acetobacter aceti). Jurnal Reka Pangan, 8(2), pp. 149-155.
Putri, A. A. S. I. M., Putra, G. & Arnata, W., 2016. Pengaruh Penambahan Inokulum
Saccharomyces cerevisiae dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Cuka
Fermentasi dari Cairan Pulpa Hasil Samping Fermentasi Biji Kakao (Theobrama
cacao L.). Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 4(3), pp. 71-84.
Rachmawati, N., Nurlaily, F. A. & Wijatniko, B. D., 2019. Pengaruh Waktu Fermentasi
dan Penambahan Konsentrasi Inokulum (Acetobacter aceti) terhadap Kualitas
Asam Cuka dari Buah Kersen (Muntingia calabura L). Indonesian Journal of
Halal science, 1(1), pp. 12-17.
Supharoek, S., Ponhong, K., Siriangkhawut, W. & Grudpan, K., 2018. Employing Natural
Reagents from Turmeric and Lime for Acetic Acid Determination in Vinegar
Sample. Journal of Food and Drug Analysis, 26(2), pp. 583-590.