Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PROBIOTIK LEUCONOSTOC MESENTEROIDES TERHADAP

EKSPRESI IL 17 PADA ILEUM

THE EFFECT OF LEUCONOSTOC MESENTEROIDES PROBIOTICS ON IL 17


EXPRESSION IN ILEUM
Shavira Nuzula Hani1, Susilorini2, Pujiati Abbas3
1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang;
2 Dosen Bagian Ilmu Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan
Agung
3 Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan
Agung
*Korespondensi : Shavira nuzula hani, Mahasiswa Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung, Jl. Kaligawe KM 4 Semarang 50012 Telp (+6224) 6583584 Fax
(+6224) 6594366, email : nuzula99@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran nafas di
mana banyak sel yang berperan, termasuk sel mast, eosinofil, dan lain sebagainya
yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup. Asma
sejatinya dapat dikontrol dengan mengonsumsi obat-obatan pengontrol dan
menjauhi faktor pencentusnya. Salah satu yang diharapkan bisa mengontrol asma
adalah dengan pemberian probiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian probiotic Leuconostoc mesenteroides terhadap ekspresi IL 17
pada tikus model asma.
Metode: Penelitian eksperimental post-test only control group design ini
menggunakan 18 tikus Sprague-Dawley. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok secara
random yaitu kelompok control (KI), perlakuan asma (KII), perlakuan asma dengan
Leuconostoc mesenteroides (KIII). Sensitisasi asma dengan OVA melalui injeksi
intraperitoneal pada hari ke-0 dan ke-14 dan melalui inhalasi pada hari ke-21 sampai
dengan hari ke-63. Pemberian dengan Leuconostoc mesenteroides per oral per hari
pada hari ke-21 sampai dengan hari ke-63 setelah inhalasi OVA. Jaringan ileum
diambil pada hari ke-64 dan diukur ekspresi IL-17 dengan metode imunohistokimia
dan skoring menggunakan Allred score. Analisa data menggunakan uji Kruskal
Wallis tanpa dilanjutkan uji Mann-Whitney.

Hasil: Nilai median Allred score berturut turut pada tiap kelompok adalah
sebagai berikut K(-) 0,00±0,40 K(+) 1,50±1,64 P 0,00±1,22. Hasil uji Kruskall-wallis
didapatkan nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,019 (p>0,05) sehingga tidak dilanjutkan
ke uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
median Allred dari setiap kelompok tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

Kesimpulan: Pemberian probiotik Leuconostoc mesenteroides tidak


berpengaruh terhadap ekspresi IL-17 pada ileum tikus yang diinduksi asma.

Kata Kunci: Leuconostoc mesenteroides , IL-17, Probiotik, Asma

ABSTRACT
Background: Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways where many
cells play a role, including mast cells, eosinophils, etc., which if not handled properly
can interfere with the quality of life. Asthma can actually be controlled by taking
control drugs and staying away from the trigger factors. One thing that is expected to
control asthma is by giving probiotics. This study aims to determine the effect of
probiotic Leuconostoc mesenteroides on IL 17 expression in asthma mice.
Methods: This post-test only control group design experimental study used 18
Sprague-Dawley rats. Rats were randomly divided into 3 groups, namely the control
group (KI), the asthma treatment (KII), the asthma treatment with Leuconostoc
mesenteroides (KIII). Sensitization of asthma with OVA through intraperitoneal
injection on days 0 and 14 and by inhalation on days 21 to 63 days. Administration
with Leuconostoc mesenteroides orally per day on day 21 to day 63 after inhalation
of OVA. The ileal tissue was taken on the 64th day and the IL-17 expression was
measured by immunohistochemical methods and scoring using the Allred score.
Data analysis used the Kruskal Wallis test without being followed by the Mann-
Whitney test.
Results: The median Allred score in each group was as follows: K (-) 0.00 ± 0.40 K
(+) 1.50 ± 1.64 P 0.00 ± 1.22. The Kruskall-wallis test results obtained a significance
value (Sig.) Of 0.019 (p> 0.05) so it was not continued to the Mann Whitney test.
Based on these results it can be concluded that Allred's median value from each
group does not have a significant difference.
Conclusion: Probiotic Leuconostoc mesenteroides did not affect IL-17 expression in
rat ileum induced by asthma.
Keywords: Leuconostoc mesenteroides, IL-17, Probiotics, Asthma

PENDAHULUAN
Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran nafas di
mana banyak sel yang berperan, termasuk sel mast, eosinofil, dan lain
sebagainya yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mengganggu kualitas hidup (Asher & Pearce, 2014). Inflamasi saluran
napas pada asma memicu limfosit sel Th-2. Sitokin yang dilepaskan Th-
2 penting untuk sintesis Ig E, produksi kemokin, eosinofilia saluran
napas, hiperplasi otot polos, produksi mukus, dan hiperesponsivitas
saluran napas. Selain Th-2, terdapat sitokin lain yang sangat berperan
terhadap patogenesis asma yaitu Th-17 dimana Th-17 berperan pada
inflamasi neutrofilia asma akut. Munculnya sitokin pro inflamasi seperti
Th-2 ini akan memicu respon imun untuk menginduksi sitokin anti
inflamasi untuk menekan inflamasi yang terjadi(Park & Lee, 2010). IL-17
adalah salah satu sitokin pro inflamasi yang diinduksi kuat oleh IL 6,
selain itu IL 23, sel NK, IL 1 juga merupakan sitokin yang bisa
menginduksi IL 17. Pada asma IL 17 akan memicu sintesis dari IgE ,
produksi kemokin, eosinofil, hyperplasia otot polos, dan produksi mukus.
(Park & Lee, 2010)
Salah satu yang diharapkan bisa mengontrol asma adalah dengan
pemberian probioitk. Leuconostoc mesenteroides merupakan salah satu
probiotik yang dapat menstimulasi produksi dari sitokin. Dibandingkan
probiotik lain, leuconostoc mesenteroides menjadi yang paing poten
untuk menginduksi produksi TNF-α, IL 12, IFN- γ, dan IL 10 (Kekkonen
et al., 2008).
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas dan mempertimbangkan
peran Leuconostoc mesenteroides dalam menurunkan ekspresi IL 17 di
ileum maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Pengaruh
probiotik Leuconostoc mesenteroides terhadap ekspresi IL 17 pada
ileum tikus model asma .

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam peletian ini adalah penelitian
eksperimental post-test only control group design ini menggunakan 18 tikus
Sprague-Dawley. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok secara random yaitu kelompok
control K(-), perlakuan asma K(+), perlakuan asma dengan Leuconostoc
mesenteroides (P).

Tabel 1 Pembagian kelompok berdasarkan pemberian perlakuan


Kelompok Perlakuan
K(-) Tidak ada perlakuan (normal)

K(+) OVA

P OVA + Leuconostoc mesenteroides

Sensitisasi asma dengan OVA melalui injeksi intraperitoneal pada hari ke-0 dan
ke-14 dan melalui inhalasi pada hari ke-21 sampai dengan hari ke-63. Pemberian
dengan Leuconostoc mesenteroides per oral per hari pada hari ke-21 sampai
dengan hari ke-63 setelah inhalasi OVA. Jaringan ileum diambil pada hari ke-64 dan
diukur ekspresi IL-17. Ekspresi IL 17 yang tercat dengan antibody merk Bioenzy
pada sitoplasma mukosa ileum diamati menggunakan mikroskop cahaya merk
OLYMPUS CX21 pembesaran 400x (lensa objective 40x, lensa ocular 10x) yang
terhubung dengan kamera optilab dan software optilab imaging viewer. Pengukuran
ekspresi IL 17 di ileum menggunakan metode imunohistokimia. Metode skoring yang
digunakan adalah Allred score yaitu penjumlahan proportion score dan intensity
score dari ekspresi IL-17 yang dilihat pada bagian sitoplasma sel epitel ileum
dengan metode imunohistokimia dan skoring menggunakan Allred score.
Data yang diperoleh selanjutnya akan dilakukan uji statistik Kruskal-Wallis.
Kriteria inklusi pada penelitian ini diantaranya yaitu tikus Sprague-Dawley betina
yang sehat meliputi kondisi mata bersinar, bulu tidak kusam, aktif dan nafsu makan
baik; berat badan ± 30 gram; umur 6-8 minggu. Sedangkan kriteria eksklusi pada
penelitian ini yaitu tikus dengan kelainan bawaan atau cacat fisik.

HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini didapatkan ekspresi IL-17 pada ileum tercat warna cokelat pada
sitoplasma mukosa seperti pada gambar 1. Tabel 2 menunjukkan Allred score pada
masing-masing kelompok. Deskripsi data yang dipakai menggunakan nilai median
ditunjukkan pada gambar 2. Analisis data menggunakan uji non parametrik Kruskal
Wallis dikarenakan distribusi data tidak normal ditampilkan pada tabel 2. Pada uji
Kruskal Wallis didapatkan nilai p sebesar 0,019 (p>0,05), artinya tidak terdapat
perbedaan signifikan Allred Score ekspresi IL-17 antar seluruh kelompok. Tidak
dilakukan uji Mann Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki
perbedaan signifikan.

Keterangan : panah berwarna putih menunjukkan ekspresi IL-17


Gambar 1. Gambaran Histologi Ileum tikus Betina Pengecatan Imunohistokimia
dengan perbesaran 400x. (A) kelompok K(-), (B) kelompok K(+), (C) kelompok P
Gambar diatas menunjukkan hasil gambaran histopatologi dari tiap
kelompok. Pada kelompok K (-) yang tidak diberi perlakuan, menunjukkan tidak
adanya ekspresi dari IL-17. Kelompok K (+) yaitu yang hanya diberi ovalbumin
terlihat ekspresi IL-17 secara lema, dan yang terakhir kelompok P tidak terlihat
adanya ekspresi IL-17.
Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Allred Score
Allred score
No
K (-) K (+) P
1 0 3 0
2 0 0 0
3 1 3 3
4 0 0 0
5 0 3 0
6 0 0 0

Interpretasi Allred Score

0-1 : Negatif
2-3 : Lemah
4-6 : Sedang
Gambar7-8 : Kuat Median Allred Score
1 Diagram
MEDIAN
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
MEDIAN
1.00
0.50
0.00
1 2 3
MEDIAN 0.00 1.50 0.00

Tabel 1 Hasil Uji Kruskal Wallis Allred Score

Median (min- Kruskal


Kelompok
maks) Wallis
KI 0.00 (0.00-0.10) 0,019

KII 1.50 (0.00-3.00)


KIII 0.00 (0.00-0.30)

Hasil Uji Kruskal Wallis menghasilkan nilai p sebesar 0,019; karena nilai p >
0,05 artinya tidak terdapat perbedaan ekspresi IL-17 diantara ketiga kelompok, yang
juga menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak. Dimana H1 adalah terdapat
pengaruh pemberian Leuconostoc mesenteroides terhadap ekspresi interleukin 17 di
Ileum.

PEMBAHASAN
Hasil uji Beda ekspresi IL-17 (Allred Score dan intensity score) tidak
menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok penelitian (p >0.05). Hal
ini menunjukkan bahwa pada pemberian probiotik Leuconostoc mesenteroides
selama 42 hari dapat menurunkan ekspresi IL-17 akan tetapi tidak ada
perbedaan secara statistik antara kelompok K(-) dan kelompok perlakuan.
Analisis pengaruh pada kelompok K (-) tidak ada ekspresi IL 17 (normal),
hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa tidak adanya ekspresi IL
17 pada usus yang normal. Hal ini dikarenakan IL 17 merupakan salah satu
sitokin pro inflamasi dimana ekspresinya akan muncul apabila terdapat
rangsangan yang memicu respon inflamasi. (Disease, 2003).
Analisis pengaruh pada kelompok K (+) menunjukkan ekspresi IL 17
derajat ringan di ileum. Menurut Setyowati & Aphridasari (2016), pada asma
selain terdapat gangguan regulasi dari Th 1 dan Th 2 juga terdapat gangguan
dari Th 17. Th 17 berfungsi memproduksi beberapa sitokin proinflamasi yang
salah satunya adalah IL 17. Fungsi IL 17 adalah untuk menginduksi ekspresi
berbagai mediator inflamasi terutama yang terlibat dalam proliferasi, maturasi,
dan kemotaksis neutrofil. Sumber IL-17 yang lain adalah sel Th-2, sel T CD8+ ,
sel T γδ, sel NK, eosinofil, neutrofil, makrofag alveolar, dan migrasi monosit.
Interleukin-17 berperan penting pada migrasi neutrofil ke dalam saluran napas.
Peningkatan ekspresi IL-17 pada pasien asma ditunjukkan pada sputum, sel
paru, cairan bronchoalveolar lavage (BAL), dan darah perifer. Peningkatan
kadar IL-17A messenger ribonucleid acid (mRNA) dan jumlah neutrofil sputum
yang tinggi terdapat pada pasien asma berat (Setyowati & Aphridasari, 2016).
Analisis pengaruh pada kelompok perlakuan menunjukkan tidak adanya
ekspresi IL-17 . Hal ini berarti bahwa pemberian probiotik Leuconostoc
mesenteroides dapat menurunkan ekspresi IL 17 akan tetapi tidak ada
perbedaan secara statistik dengan kelompok K(-). Penurunan ekspresi IL 17 ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya, bahwa probiotik Leuconostoc
mesenteroides mampu menginduksi beberapa sitokin anti inflamasi, salah
satunya adalah IL 10 yang berfungsi menurunkan regulasi respon inflamasi dan
menginduksi respon imun yang dimediasi antibodi (Kekkonen et al., 2008).
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara pemberian probiotik Leuconostoc mesenteroides terhadap ekspresi IL-
17 di ileum pada tiap kelompok. Hal ini dapat diakibatkan karena probiotik
Leuconostoc mesenteroides hanya diberikan murni tanpa adanya tambahan
prebioitk. Dimana penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pemberian
prebiotik sebagai tambahan probiotik dapat meningkatkan kemampuan bakteri
untuk tetap hidup di saluran cerna (Setiarto et al., 2016) Salah satu contoh
prebiotik alami yang banyak digunakan adalah inulin yang dapat diperoleh dari
berbagai tanaman. Inulin adalah komponen bahan pangan yang tidak dapat
terhidrolisis oleh asam lambung ataupun enzim di saluran cerna dan dapat
meningkatkan pertumbuhan serta aktivitas bakteri probiotik ynag ada dalam
saluran cerna. (Setiarto et al., 2016)
Probiotik dapat menstimulasi system imun yang ada di usus apabila
mampu bertahan dari enzim yang ada di cavum oral, seperti amylase dan
lisozim, pH rendah di lambung, pankreas jus dan juga mukus yang ada di usus
halus. Apabila bakteri berhasil bertahan sampai di usus, bakteri juga harus
mampu untuk berikatan dengan jaringan epitel usus. Sehingga dosis akan
sangat berperan dalam proses ini untuk menjaga jumlah bakteri agar jumlah
bakteri yang sampai di usus cukup untuk menstimulasi respon imun. (Galdeano
& Perdigón, 2004). Beberapa laporan menyebutkan bahwa sel probiotik dalam
kondisi bebas cenderung memiliki survival yang rendah (de Vos et al., 2010).
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengatasi hal tersebut. Islam et al.
(2010) mengemukakan mikroenkapsulasi merupakan salah satu sistem yang
sesuai bagi sel probiotik agar mampu bertahan pada saluran cerna.
Enkapsulasi merupakan proses penyalutan kontinyu terhadap matriks inti
dalam dinding kapsul dan merupakan proses imobilisasi matriks (Kailasapathy,
2002).Teknik ini bersifat melindungi bahan terenkapsulasi dari lingkungan
eksternal, memerangkap bakteri probiotik dari kondisi lambung yang keras
untuk sampai ke lokasi target dengan laju survival yang lebih baik (Chang,
2005).
Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap efikasi atau
kemanjuran dari bakteri probiotik. Beberapa faktor mulai dari preparasi dan
pemeliharaan bakteri, kondisi produk matriks konsumen, genetik, diet, budaya,
dan kesehatan konsumen yang berbeda-beda dapat memengaruhi aktivitas sel
probiotik dan mungkin juga dapat berpengaruh kepada interaksi spesifik antara
host-mikoba yang dibutuhkan untuk efek probiotik pada saluran pencernaan.
Gambar 4.2. Faktor Ligkungan yang Memengaruhi Efikasi Bakteri Probiotik

Hasil studi menunjukkan bahwa produk olahan susu merupakan produk


matriks yang paling seering digunakan untuk mengantarkan probiotik.
Formulasi dari produk matriks dapat memberikan efek langsung terhadap
bakteri probiotik seperti untuk menyediakan pelindung fisikokimia untuk
melawan asam lambung. Faktor nutrisi dan diet juga memengaruhi dari efikasi
bakteri pobiotik dimana aktivitas probiotik pada saluran pencernaan biasanya
hanya berfokus pada organisme probiotik secara umum bukan pada variable
spesifik yang berhubungan dengan host. Beberapa variabel ini, yang paling
memiliki efek yang signifikan adalah diet, karena dapat memengarruhi
komposisi flora residen di usus. Efek diet pada performa probiotik berhubungan
dengan komponen diet pada setiap individu, dimana penelitian menunjukkan
bahwa suplementasi laktosa dapat meningkatkan kolonisasi probiotik di usus.
Studi menunjukkan bahwa konversi dari komponen diet saluran cerna menjadi
bentuk bioaktif sangat penting untuk mempengaruhi jalannya respon imun.
(Marco & Tachon, 2013).
Lemahnya ekspresi IL-17 di ileum juga dapat dipengaruhi oleh model tikus
yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hylkema
et al., 2002 , dimana setelah dilakukan perbandingan antar tikus Sprague
Dawley dan Brown Norwegian yang keduanya sama-sama sudah diinduksi
ovalbumin, terlihat bahwa tikus Sprague Dawley ekspresi eosinofilnya jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan tikus Brown Norwegian, dimana menurut
(Setyowati & Aphridasari, 2016) eosinofil adalah salah satu sumber dari IL-17.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian menggunakan tikus model lain untuk
mendapat hasil yang lebih maksimal.
Sampai saat ini penelitian terdahulu mengenai probiotik leuconostoc
mesenteroides masih berfokus pada bagimana memodulasi respon imun,
produksi asam organik dan zat antimikroba, interaksi bakteri dengan host,
peningkatan barriers mukosa saliran intestinal, tetapi penelitian mengenai
potensi probiotik terhadap kesehatan manusia dan cara penggunaan yang
benar masih belum diteliti, sehingga penelitian ini memiliki novelty sebagai
penelitian pertama yang menginvestigasi pengaruh probiotik leuconostoc
mesenteroides terhadap ekspresi IL 17 yang berperan sebagai penanda
inflamasi. (Mora-Villalobos et al., 2020)
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian yang dilakukan pada kelompok K(+) belum menunjukkan ekspresi IL-
17 yang lemah dan pada kelompok perlakuan pemberian probiotik leuconostoc
mesenteroides dapat menurunkan ekspresi IL-17 walaupun tidak bermakna
karena tidak ada perbedaan secara statistik dengna kelompok K (-). Sehingga,
dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari pemberian
probiotik Leuconostoc mesenteroides terhadap ekspresi IL-17 di ileum.
DAFTAR PUSTAKA

Agache, I., Ciobanu, C., Agache, C., & Anghel, M. (2010). Increased serum IL-17 is
an independent risk factor for severe asthma. Respiratory Medicine, 104(8),
1131–1137. https://doi.org/10.1016/j.rmed.2010.02.018

Asher, I., & Pearce, N. (2014). Global burden of asthma among children.
International Journal of Tuberculosis and Lung Disease, 18(11), 1269–1278.
https://doi.org/10.5588/ijtld.14.0170

Asthma and Leaky Gut Syndrome. (2016). 110.

Bermudez-Brito, M., Plaza-Díaz, J., Muñoz-Quezada, S., Gómez-Llorente, C., & Gil,
A. (2012). Probiotic mechanisms of action. Annals of Nutrition and
Metabolism, 61(2), 160–174. https://doi.org/10.1159/000342079

Chesné, J., Braza, F., Mahay, G., Brouard, S., Aronica, M., & Magnan, A. (2014). IL-
17 in severe asthma: Where do we stand? American Journal of Respiratory
and Critical Care Medicine, 190(10), 1094–1101.
https://doi.org/10.1164/rccm.201405-0859PP

Dharmayanti, I., Hapsari, D., & Azhar, K. (2015). Asma pada anak Indonesia:
Penyebab dan Pencetus. Kesmas: National Public Health Journal, 9(4), 320.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v9i4.738

Frati, F., Salvatori, C., Incorvaia, C., Bellucci, A., Di Cara, G., Marcucci, F., &
Esposito, S. (2019). The role of the microbiome in asthma: The gut–lung axis.
International Journal of Molecular Sciences, 20(1), 1–12.
https://doi.org/10.3390/ijms20010123

H, S. H., Aisyah, S., & Diding, H. P. (2012). Ekstrak Etanol Propolis Menurunkan
Kadar IL-17 Serum pada Mencit Balb / C Model Asma Kronik Ethanolic
Extract of Propolis Decreases Serum IL-17 Levels in Balb / C Model of
Chronic Asthma. 45(4), 213–217.

He, Y., Luo, Y., Huang, Q., Zhou, H., Qian, M., Guan, Z., Liu, Q., & Zhao, Q. (2020).
Effect of Xiaoning Liquid on Gut Microbiota in Asthmatic Mice by 16s RDNA
High - Throughput Sequencing. 1–17. https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-
38586/v1

Hermana, I., Kusmarwati, A., & Indriati, N. (2015). Mikroenkapsulasi Strain Probiotik
Leuconostoc mesenteroides ssp. Cremonis BN12 Menggunakan Berbagai
Penyalut. Jurnal Pascapanen Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan,
10(2), 133. https://doi.org/10.15578/jpbkp.v10i2.400

Hylkema, M. N., Hoekstra, M. O., Luinge, M., & Timens, W. (2002). The strength of
the OVA-induced airway inflammation in rats is strain dependent. Clinical and
Experimental Immunology, 129(3), 390–396. https://doi.org/10.1046/j.1365-
2249.2002.01938.x

Ivanov, I. I., Frutos, R. de L., Manel, N., Yoshinaga, K., Rifkin, D. B., Sartor, R. B.,
Finlay, B. B., & Littman, D. R. (2008). Specific Microbiota Direct the
Differentiation of IL-17-Producing T-Helper Cells in the Mucosa of the Small
Intestine. Cell Host and Microbe, 4(4), 337–349.
https://doi.org/10.1016/j.chom.2008.09.009

Kang, H., Myung, E. J., Ahn, K. S., Eom, H. J., Han, N. S., Kim, Y. B., Kim, Y. J., &
Sohn, N. W. (2009). Induction of Th1 cytokines by Leuconostoc
mesenteroides subsp. mesenteroides (KCTC 3100) under Th2-type
conditions and the requirement of NF-κB and p38/JNK. Cytokine, 46(2), 283–
289. https://doi.org/10.1016/j.cyto.2009.02.005

Kay, A. B. (2003). Immunomodulation in asthma: Mechanisms and possible pitfalls.


Current Opinion in Pharmacology, 3(3), 220–226.
https://doi.org/10.1016/S1471-4892(03)00038-9

Kekkonen, R. A., Kajasto, E., Miettinen, M., Veckman, V., Korpela, R., & Julkunen, I.
(2008). Probiotic Leuconostoc mesenteroides ssp. cremoris and
Streptococcus thermophilus induce IL-12 and IFN-γ production. World Journal
of Gastroenterology, 14(8), 1192–1203. https://doi.org/10.3748/wjg.14.1192

Kuwabara, T., Ishikawa, F., Kondo, M., & Kakiuchi, T. (2017). The Role of IL-17 and
Related Cytokines in Inflammatory Autoimmune Diseases. Mediators of
Inflammation, 2017. https://doi.org/10.1155/2017/3908061

Mahdi, L. H., Hussein, N. H., Taha, B. M., Auda, I. G., Zwain, L. A. H., & Mater, H. N.
(2019). Immunostimulatory and antibacterial activity of Leuconostoc
mesenteroides and its purified exopolysaccharide against extended-spectrum
beta-lactamase producing Burkholderia cepacia. Reviews in Medical
Microbiology, 30(3), 161–172.
https://doi.org/10.1097/MRM.0000000000000172

Moseley, T. A., Haudenschild, D. R., Rose, L., & Reddi, A. H. (2003). Interleukin-17
family and IL-17 receptors. Cytokine and Growth Factor Reviews, 14(2), 155–
174. https://doi.org/10.1016/S1359-6101(03)00002-9

Park, S. J., & Lee, Y. C. (2010). Interleukin-17 regulation: An attractive therapeutic


approach for asthma. Respiratory Research, 11, 1–11.
https://doi.org/10.1186/1465-9921-11-78

Randolph, C. (2018). Early probiotic supplementation for eczema and asthma


prevention: A randomized controlled trial. Pediatrics, 142(3), S213.
https://doi.org/10.1542/peds.2018-2420K

SAPUTRA, A. (2017). Media Pembelajaran Video Pembelajaran Berbasis Animasi


2d Instalasi Proxy Server Dan Web Server untuk Siswa Kelas XI TKJ di SMK
Negeri 2 Surabaya. It-Edu, 2(02), 218–222.

Schnyder-Candrian, S., Togbe, D., Couillin, I., Mercier, I., Brombacher, F.,
Quesniaux, V., Fossiez, F., Ryffel, B., & Schnyder, B. (2006). Interleukin-17 is
a negative regulator of established allergic asthma. Journal of Experimental
Medicine, 203(12), 2715–2725. https://doi.org/10.1084/jem.20061401
Setyowati, A., & Aphridasari, J. (2016). Peran Sel T- Helper 17 pada Asma. Uns,
36(4), 257–266.

Wilkins, T., & Sequoia, J. (2017). Probiotics for Gastrointestinal Conditions: A


Summary of the Evidence. American Family Physician, 96(3), 170–178.

Anda mungkin juga menyukai