Anda di halaman 1dari 2

Nama : Teqwi Ghana P

NPM : 5118500139

Arbitrase menurut Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Perjanjian
arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian
tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang
dibuat para pihak setelah timbul sengketa. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak
yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk
memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.
Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan
putusan mengenai sengketa tertentu; lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang
mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa. UU 30 tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mengatur tentang penyelesaian sengketa
atau beda pendapat antar para pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu yang telah mengadakan
perjanjian arbitrase yang secara tegas menyatakan bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang
timbul atau yang mungkin timbul dari hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara
arbitrase atau melalui alternatif penyelesaian sengketa.

UU 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa didalamnya mengatur:

1) alternatif penyelesaian sengketa melalui cara musyawarah para pihak yang bersengketa;

2) khtisar khusus dari persyaratan yang harus dipenuhi untuk arbitrase dan syarat pengangkatan arbiter
serta mengatur mengenai hak ingkar dari para pihak yang bersengketa;

3) tata cara untuk beracara di hadapan majelis arbitrase dan dimungkinkannya arbiter dapat mengambil
putusan provisionil atau putusan sela lainnya termasuk menetapkan sita jaminan, memerintahkan
penitipan barang, atau menjual barang yang sudah rusak serta mendengarkan keterangan saksi dan
saksi ahli;

4) syarat lain yang berlaku mengenai putusan arbitrase; pengaturan pelaksanaan putusan sekaligus
dalam satu paket, agar Undang-undang ini dapat dioperasionalkan sampai pelaksanaan putusan, baik
yang menyangkut masalah arbitrase nasional maupun internasional dan hal ini secara sistem hukum
dibenarkan;

5) pembatalan putusan arbitrase;

6) berakhirnya tugas arbiter;

7) biaya arbitrasi yang ditentukan oleh arbiter; dan


8) ketentuan peralihan terhadap sengketa yang sudah diajukan namun belum diproses, sengketa yang
sedang dalam proses atau yang sudah diputuskan dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Anda mungkin juga menyukai