Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

TATA TERTIB e-UAS


1. Peserta ujian wajib mengikuti e-UAS sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan Fakultas.
2. Jadwal ujian disesuaikan dengan jadwal
perkuliahan seperti biasa.
3. Peserta ujian wajib melampirkan foto kartu ujian
peserta dan apabila tidak bisa menunjukan kartu
ujian peserta dianggap tidak mengikuti ujian.
4. File soal ujian akan dikirimkan melalui Whatsapp
Group per Kelas sesuai dengan jadwal ujian yang
telah ditentukan.
5. Peserta ujian mengerjakan soal - soal di lembar
jawaban yang telah disediakan.
6. File hasil ujian dikoordinir oleh komting (dalam
bentuk rar) dan komting WAJIB mengirimkan file
hasil ujian ke email: fhupstegal@gmail.com.
7. Mahasiswa yang berhalangan atau tidak mengikuti
e-UAS pada waktu yang telah ditentukan dapat
langsung menghubungi dosen pengampu untuk
mengikuti e-UAS Susulan.
8. Peserta ujian yang tidak mematuhi point 1 sampai
8, dianggap gugur dan tidak memperoleh penilaian.

PANITIA
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Mata Uji : KEJAHATAN KORPORASI


Semester : VIII (DELAPAN) PIDANA PAGI
Hari/Tanggal : Selasa, 5 Juli 2022
Waktu : 13.00-14.40
Dosen Penguji : Fajar Dian Aryani, SH, MH
Petunjuk : Peserta ujian dilarang kerjasama apabila ada jawaban
yang sama persis dengan peserta ujian yang lain maka
keduanya tidak akan diberi nilai.

1. a. Jelaskan 3 sistem pertanggungjawaban korporasi menurut doktrin strict liability,


vicarious
liability dan identifikas!
b.    Berikan 3 contoh untuk menjelaskan jawaban saudara!
2. a. apakah menurut saudara korporasi dapat dikenai pertanggungjawaban pidana jika
melakukan tindak pidana?
b. Uraikan kelemahan pengaturan pertanggungjawaban pidana yang diatur dalam
undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana
perdagangan orang!
c. Uraikan kelemahan pengaturan pertanggungjawaban pidana yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang pemberantasan tindak pidana
pencucian uang!

SELAMAT MENGERJAKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Lembar Jawab e – UAS Genap Tahun Akademik 2021/2022

Nama : Teqwi Ghana Priyagung


NPM : 5118500139
Semester :8D
Mata Kuliah / Kelas : Kejahatan Korporasi
Tanggal Ujian : Selasa, 5 Juli 2022

1) A.)Doktrin strict liability atau liability without fault adalah pembebanan


tanggung-jawab pidana kepada pelakunya sekalipun pelakunya tidak memiliki
mens rea yang dipersyaratkan. Substansi dari doktrin ini adalah pelaku sudah
dapat dijatuhi pidana apabila pelaku telah dapat dibuktikan melakukan
perbuatan yang dilarang oleh ketentuan pidana (actus reus) tanpa melihat sikap
bathinnya.
Penerapan doktrin strict liability secara luas ternyata banyak mendapat
penentangan karena tindak pidana (kejahatan) mensyaratkan sekap bathin bagi
pelakunya sehingga korporasi tidak mungkin memiliki mens rea. Sebagai suatu
fiksi hukum, korporasi tidak mungkin melakukan perbuatan hukum sendiri
melainkan perbuatan yang mengikat dirinya dilakukan oleh pengurusnya yang
bertindak untuk dan atas nama korporasi. Solusinya adalah dengan
mengeluarkan kebijakan legislasi yang memberikan legitimasi bahwa
korporasi dapat dipertanggungjawabkan semata karena telah melakukan
perbuatan melawan hukum tanpa memperhatikan kesalahannya.
Dalam konteks korporasi, doktrin Vicarious liability menetapkan apabila
seseorang agen atau pekerja korporasi bertindak dalam lingkup pekerjaannya
dan dengan maksud untuk menguntungkan korporasi, melakukan suatu
kejahatan, maka tanggung jawab pidananya dapat dibebankan kepada
perusahaan dengan tidak perlu mempertimbangkan apakah perusahaan tersebut
secara nyata memperoleh keuntungan atau tidak, atau apakah aktivitas tersebut
telah dilarang oleh perusahaan atau tidak.

B.)contoh dari kasus Doktrin strict liability, yaitu kasus jiwa seraya , kasus
ACT dan kasus Garuda Indonesia
Contoh dari kasus Doktrin Vicarious liability, yaitu kasus RCEP, kasus PT.
SAE soal Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

2) A.) Korporasi dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana sesuai dengan


ketentuan pidana korporasi dalam undang-undang yang mengatur tentang
Korporasi tersebut, misalnya UU Tipikor atau UU Lingkungan Hidup.
B.) UU No. 21 Tahun 2007 telah memuat rumusan Tindak Pidana Perdagangan
orang, namun kebijakan hukum pidana yang dimuat belum memadai untuk
memberantas perdagangan orang namun belum diformulasikan berdasarkan
modus operandi dan prediksi perkembangan kejahatan perdagangan orang di
wilayah perbatasan, sehingga perlu dilakukan pembaharuan.
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

C.) Masih belum ditegaskan bahwa TPPU adalah independent crimes


(kejahatan tunggal). Selain itu, masih terbatasnya pelapor yang disebabkan
belum adanya kewajiban pelaporan bagi pihak yang rentan untuk menjadi gate
keeper. serta Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) masih terdapat kendala
baik dalam hal hukum substantif (hukum materil) maupun dalam hal hukum
acaranya (hukum formil) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010. Kendala dimaksud adalah yang berakitan dengan pembuktian
terhadap tindak pidana awal (predicate offence) dimana terdapat ketidak
selarasan (kontradiktif) antara Pasal 2, 3, 4, dan 5 dengan Pasal 69. Timbul
keraguan apakah KPK berwenang melakukan penuntutan terhadap tindak
pidana pencucian uang. Kontradiktif antara Pasal 3, 4, dan 5 dengan penjelasan
Pasal 5 ayat (1) mengenai unsure kesengajaan atau kelalaian (culpa) dan yang
berkaitan dengan belum diaturnya ketentuan mengenai pembuktian terbalik
dan konsekuensinya
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Anda mungkin juga menyukai