Anda di halaman 1dari 18

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

Makalah
Disusun untuk memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Ditujukan Kepada Bapak Raharjo, S.Pd, M.Sc.

Disusun oleh Kelompok IV


Anggota:

Aditya Eko Prabowo (F0120004)


Bening Atma Saputra (F0120035)
Christine Widya Ruth Sella ( F0120043)
Deasti Anggraeni (F0120045)
Rahma Yeni Rosada (F0120105)
Rosida Mutmainah (F0120113)
Sidah Idrus (F0120123)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikannya
sehingga tugas makalah kelompok IV Pendidikan Pancasila dengan tema “Pancasila sebagai
filsafat berbangsa dan bernegara” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini
dibuat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Raharjo,S.Pd,M.Sc. selaku


dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan bimbingan kepada kelompok
kami dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menambah
wawasan mengenai filsafat pancasila berbangsa dan bernegara.

Penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam susunan makalah ini,sehingga kritik
dam saran dari pembaca sangat diharapkan untuk dapat memperbaiki kekurangan dalam susunan
makalah ini dipenyusunan makalah berikutnya. Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf
bila ada kata-kata dalam penyampaian yang kurang berkenan. Sekian dan terima kasih.

Tangerang, Febuari 2021

Kelompok IV
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................II
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................III
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................3
KAJIAN TEORI..............................................................................................................................3
A. Pengertian Pancasila...................................................................................................................3
1. Secara Etimologis........................................................................................................................3
2. Seara Historis...............................................................................................................................4
3. Secara Terminologis....................................................................................................................4
B. Pengertian Filsafat.......................................................................................................................4
C. Pengertian Sistem Filsahat..........................................................................................................5
BAB III............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Pancasila Sebagai Filsafat...........................................................................................................6
B. Dasar-Dasar Pancasila Sebagai Filsafat......................................................................................7
1. Dasar ontologis Pancasila..............................................................................................7
2. Dasar Epistemologis Pancasila......................................................................................7
3. Dasar Aksiologis Pancasila...........................................................................................8
C. Fungsi Filsafat Pancasila.............................................................................................................9
D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Sistem Filsafat..............................................................10
E. Studi dan Analisis Kasus Filsafat Pancasila..............................................................................11
a. Ditinjau dari sila pertama............................................................................................11
b. Ditinjau dari sila kedua...............................................................................................11
BAB III..........................................................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................................13
B. Saranin.......................................................................................................................................13
DAFATR PUSTAKA....................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara di dunia ini pasti memiliki ideologi masing-masing yang menyokong negara
tersebut agar tetap berdiri kokoh, memiliki arah tujuan yang jelas, serta tidak terombang-
ambing oleh globalisasi yang dapat melunturkan nilai-nilai luhur budaya negara tersebut.
Negara tanpa ideologi akan rapuh dan perlahan-lahan hancur seiring perkembangan
zaman yang semakin kompleks. Oleh karena itu, ideologi sangat penting bagi suatu
negara agar dapat melangsungkan hidup. Indonesia sendiri memiliki idologi yang
dipegang erat sejak kemerdekaannya dan sering kita sebut Pancasila.
Sistem nilai atau filsafat suatu negara merupakan pandangan hidup negara yang
dianut dan diyakini kebenarannya serta diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan suatu materi para tokoh nasionalis untuk
merenungkan dan memikirkan upaya dalam menemukan nilai-nilai filosofis Pancasila.
Nilai-nilai filosofis tersebut dapat menjadi identitas bangsa Indonesia dalam menentukan
pandangan hidup masyarakat untuk menghadapi masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat
kedudukan manusia, etika dan tata krama pergaulan, serta hakikat hubungan antar
manusia.
Sistem nilai atau filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau negara merupakan nilai
atau filsafat dari masyarakat, budaya, dan bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan
sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyakarat, bangsa, dan
negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalma menentukan pandangan hidup suatu
masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat, dan sifat hidup, hakikat kerja,
hakikat kedudukan manusia, erika dan tata krama pergaulan, serta hakikat hubugan
manusia dengan manusia lain.
Filsafat pancasila sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan inti dari
pengertian nya secara mendasar dan menyeluruh. Kekhasan nilai filsafat yang terkandung
dalam pancasila berkembang dalam budaya dan asas kerohanian bangsa dalam
perjuangan kemerdekaan bangsa indonesia. Sebagai filsafat, pancasila memiliki

1
2

karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya,yaitu


sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan
pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-
pisah maka itu bukan pancasila.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut adalah sebagai berikut.
1. Apa itu filsafat dan Pancasila?
2. Bagaimana Pancasila bisa disebut sebagai filsafat negara?
3. Bagaimana Pancasila melalui pendekatan dasar Ontologis, Epistemologis, serta
aksikologis?
4. Bagaimana keterkaitan setiap nilai dalam setiap sila di Pancasila?

C. Tujuan
Tujuan makalah berdasarkan latar belakang yang tertulis adalah sebagai berikut.
1. Menetahui apa itu filsafat dan Pancasila
2. Mengetahui aladan Pancasila bisa disebut sebagau filsafat negara
3. Mengetahui Pancasila melalui pendekatan dasar Ontologis, Epistemologis, serta
aksikologis
4. Mengetahui keterkaitan setiap nilai dalam setiap sila di Pancasila
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pancasila

Menurut Muhammad Yamin, Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan
sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau pengaturan tingkah laku yang penting dan baik.
Dengan demikian pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang
tingkah laku yang penting dan baik.
Sedangkan menurut Ir. Soekarno dalam buku karanagn Ronto, yang berjudul Pancasila
Sebagai Ideologi dan Dasar Negara, Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun
menurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan
demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa
Indonesia.
Sedangkan menurut Notonegoro dalam buku karyanya yang berjudul Pancasila Dasar
Filsafat Negara, ia menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
Pancasila juga diartikan sebagai dasar Negara karena dalam pancasila mengandung
makna-makna yang dipegang dalam kehidupan sehari hari dan dijadikan sebagai landasan
dasar dalam penyelenggaraan berbangsa dan berrnegara. Nilai dasar Pancasila bersifat
abstrak dan normatif. Pancasila sebagai dasar negara berarti seluruh pelaksanaan dan
penyelenggaraan pemerintahan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan tidak
bolehbertentangan dengan Pancasila
1. Secara Etimologis
Secara etimologis, istilah Pancasila berasal dari Sansekerta dari India yang merupakan
bahasa kaum Brahmana, adapun dalam bahasa rakyat biasa yaitu bahasa Prakerta. Menurut
Muh. Yamin, Pancasila dalam bahasa Sansekerta memiliki dua artian, yaitu “panca” yang
berarti lima, dan”syila” yang berarti dasar.

3
Oleh karena itu, menurut Notonagoro, secara etimologis kata Pancasila yang dimaksud
adalah kata “Panca Syiila” yang memiliki makna lesikal “berbatu sendi lima” atau secara

4
4

harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun arti “Panca Syiila” dengan menggunakan
huruf Dewanggari i bermakna “5 aturan tingkah laku yang penting”.
2. Seara Historis
Perumusan Pancasila sebagai dasar negara, tidak lepas dari sejarah perjuanagan merebut
kemerdekaan Indonesia. Proses perumusan Pancasila dilakukan saat sidang BPUPKI
pertama yang diketuai oleh dr. Radjiman Widyodiningrat. Ia mengusulkan suatu masalah,
yaitu tentang calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian
tampillah pada sidang tersebut tiga pengusul dasar negara, yaitu Mohammad Yamin,
Soepomo, dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut, Ir. Soekarno berpidato menenai calon
rumusan dasar negara Indoensia, yang kemudian diberu nama “Pancasila” yang berarti lima
dasar, atas saran dari seorang temannya yang seorang ahli bahasa.
Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaan,
kemudian sehari setelahnya diadakan rapat PPKI dan dalam rapat tersebut disahkannya
UUD 1945 termasuk pembukaan UUD 1945 dimana didalamnya termuat isi rumusan dasar
negara yang diberi nama Pancasila.
3. Secara Terminologis
Proklamasi kemerdeaan yang dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945, telah melahirkan
bangsa Indoensia. Sebagai suatu bangsa dan negara, sudah selazimnya memiliki alat-alat
perlengakapan negara, maka dari itu PPKI segera mengadakan sidang, yang menghasilkan
pengesahan UUD 1945. Adapun isi dari UUD 1945 yang terdiri dari 37 pasal, 1 aturan
peralihan yang terdiri dari 4 pasal dan 1 aturan tambahan yang terdiri dari 2 ayat.
Dalam Pembukaan UUD 1945 tang terdiri dari empat alinea tersebut tercantum rumusan
Pancasila, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah secara kontitusional
sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang
mewakili rakyat Indonesia.

B. Pengertian Filsafat

Secara umum filsafat adalah studi tentang seluruh peristiwa ataupun fenomena dari
kehidupan dan pemikiran oleh manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
Kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab ‫فلسفة‬. Kata
filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini
5

lebih mirip dengan kata aslinya, yang diambil dari bahasa Yunani (philosophia). Arti
harafiahnya adalah seorang "pencinta kebijaksanaan" atau "ilmu".
Menurut D. Runes, filsafat berarti ilmu yang paling umum yang menagndung usaha
mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan. Filsafat tidak hanya menyelidiki struktur
obyeknya seperti ilmu pada umumnya, melainkan selalu menyelidiki obyeknya, mencari inti
hakekatnya, dan berpikir sedalam-dalamnya secara mendasar sampai pada akar-akarnya
yang terakhir.

C. Pengertian Sistem Filsahat

Pancasila sebagai Sistem Filsafat adalah kesatuan dari berbagai unsur yang memiliki
fungsi tersendiri, tujuan yang sama, saling keterikatan dan ketergantungan. Filsafat adalah
upaya manusia mencari kebijaksanaan hidup dalam membangun peradaban manusia Suatu
sistem filsafat hams komprehensive, dalam arti tidak ada sesuatu hal yang_di luar
jangkauannya. Kalau tidak demikian- malta hanya memandang realitas dari satu samping
atau tidak memadai. Suatu sistem filsafat dikatakan memadai kalau mencakup suatu
penjelasan terhadap semua gejala (Kattso£t: 1964).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Filsafat


Pancasila sebagai suatu filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang bisa
menjadi substansi dan pembentukan isi dari ideologi Pancasila. Menurut Ruslan Abdulgani,
Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) bangsa
Indonesia. Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh
para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem, yang kita ketahui sebagai
sistem filsafat. Sedangkan menurut Notonegoro, filsafat Pancasila ini memberikan
pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat Pancasila.
Pancasila yang berisi lima sila, saling berhubungan membentuk satu kesatuan sistem yang
dalam proses bekerjanya saling melengkapi dalam mencapai tujuan. Meskipun setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, memiliki fungsi sendiri-sendiri, namun memiliki tuj
uan tertentu yang sama, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasil
a.
Selanjutnya, Pancasila dapat dipahami sebagai sistem filsafat yang mengandung pemikira
n tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dan
dengan masyarakat sebagai sebuah bangsa. Beragam hubungan ini, secara teoretik dimiliki Pan
casila. Oleh sebab itu, sebagai sistem filsafat, Pancasila memiliki ciri khas yang berbeda denga
n sistem-sistem filsafat lain yang ada di dunia, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, li
beralisme, komunisme dan lain sebagainya.Kekhasan nilai filsafat yang terkandung dalam Pan
casila berkembang dalam budaya dan peradaban Indonesia, terutama sebagai jiwa dan asas ker
ohanian bangsa dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Filsafat pancasila
dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat pancasila tidak hanya mengandung
pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran
yang berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari
(way of life atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan
lahir dan batin, baik dunia maupun di akhirat (Salam, 1988:23-24).

6
7

Oleh karena itu, pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir atau pemi
kiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini se
bagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana, dan paling sesuai de
ngan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia.

B. Dasar-Dasar Pancasila Sebagai Filsafat

Sebagai sistem filsafat, Pancasila memiliki dasar ontologis, epistemologis, dan aksiologis,
seperti diuraikan di bawah ini.
1. Dasar ontologis Pancasila
Dasar-dasar ontologis Pancasila menunjukkan secara jelas bahwa Pancasila itu bena
r-benar ada dalam realitas dengan identitas dan entitas yang jelas. Melalui tinjauan filsafa
t, dasar ontologis Pancasila mengungkap status istilah yang digunakan, isi dan susunan sil
asila, tata hubungan, serta kedudukannya. Dengan kata lain, pengungkapan secara ontolo
gis itu dapat memperjelas identitas dan entitas Pancasila secara filosofis.
Hubungan :
a. Sila Pertama : Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan adalah mutlak,
sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula sebagai pengatur tata tertib alam
(Notonagoro, 1975:78)
b. Sila Kedua : kemanusiaan yg adil dan beradab, negara adalah lembaga kemanusiaan, yg
diadakan oleh manusia (Notonagoro, 1975:55)
c. Sila Ketiga : persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat adanya manusia
sebagai makhluk tuhan yg maha esa,adapun hasil persatuan adalah rakyat sehingga
rakyat adalah merupakan unsur pokok negara
d. Sila keempat : maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu kesesuaiannya dengan
hakikat rakyat
e. Sila kelima : dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari dan dijiwai oleh sila
kedua yaitu kemanusiaan yg adil dan beradab (Notonagoro, 1975:140,141)
2. Dasar Epistemologis Pancasila
Dasar epistemologis Pancasila terkait dengan sumber dasar pengetahuan Pancasila.
Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai – nilai dasarnya yaitu filsafat
pancasilaa (Soeryanto, 1991:51). Demikian juga, eksistensi Pancasila dibangun sebagai
8

abstraksi dan penyederhanaan terhadap realitas yang ada dalam masyarakat Indonesi
a dengan lingkungan yang heterogen, multikultur, dan multietnik dengan cara menggali n
ilai-nilai yang memiliki kemiripan dan kesamaan untuk memecahkan masalah yang dihad
api masyarakat bangsa Indonesia. Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi yaitu: pertama tentang sumber pengethuan manusia, kedua tentang teori
kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia (titus,
1984:20).
Hubungan :
Dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat tujuan Indonesia yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa dan negara, sedangkan UUD 1945 sendiri berlandaskan Pancasila.
3. Dasar Aksiologis Pancasila
Aksiologi terkait erat dengan penelaahan atas nilai. Dari aspek aksiologi, Pancasila ti
dak bisa dilepaskan dari manusia Indonesia sebagai latar belakang, karena Pancasila buka
n nilai yang ada dengan sendirinya (given value) melainkan nilai yang diciptakan (created
value) oleh manusia Indonesia. Nilai-nilai dalam Pancasila hanya bisa dimengerti dengan
mengenal manusia Indonesia dan latar belakangnya.Pancasila mengandung nilai, baik intr
insik maupun ekstrinsik atau instrumental. Nilai intrinsik Pancasila adalah hasil perpadua
n antara nilai asli milik bangsa Indonesia dan nilai yang diambil dari budaya luar Indones
ia, baik yang diserap pada saat Indonesia memasuki masa sejarah abad IV Masehi, masa i
mperialis, maupun yang diambil oleh para kaum cendekiawan Soekarno, Muhammad Hat
ta, Ki Hajar Dewantara, dan para pejuang kemerdekaan lainnya yang mengambil nilai-nil
ai modern saat belajar ke negara Belanda.
Pancasila sebagai falsafah negara mengandung makna bahwa setiap aspek kehidupan
kebangsaan, kemanusiaan, persatuan, kenyataan, dan keadilan.
Hubungan :
Dalam menyelidiki makna dari suatu nilai terdapat norma-norma masyarakat yang
sudah mendarah daging yang menupakan way of life dan ciri khas Bangsa Indonesia,
sedangkanPancasila sendiri merupakan cerminan Bangsa Indonesia. Adapun seperti
kepercayaan kepada Tuhan termasuk dalam nilai axiologi, yang sejak dulu leluhur kita
sudah menciptakan berbagai hal yang sesuai dengan kepercayaan.
9

C. Fungsi Filsafat Pancasila

1. Sebagai jiwa bangsa indonesia


Bagi bangsa indonesia pancasila merupakan pedoman dan peranan penting dalam
kehidupan.
2. Sebagai kepribadian bangsa indonesia
Filsafat pancasila berperan dalam membentuk kepribadian dan identitas bngsa
indonesia dalam mata dunia.
3. Sebagai sumber dari segala sumber hukum
Indonesia merupakan negara hukum yang menegakkan hukum secara adil dan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Butir-butir pancasila dijadikan sebagai acuan nilai dasar sedangkan hukum adalah
nilai instrumental mengenai sila pancasila.
4. Sebagai dasar negara
Filsafat pancasila berfungsi sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan
penyelenggaraan negara.segala sesuatu dalam aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara harus didasarkan pada pancasila.
5. Memberi hakikat kehidupan bernegara
Filsafat pancasila memberikan jawaban dari segala pertanyaan yang mendasar
mengenai kehidupan bernegara.
6. Memberi substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan bernegara.
Dengan filsafat pancasila kita dapat menemukan kebenaran mengenai sifat negara,
gagasan negara,dan tujuan negaa indonesia. Hal ini dikarenakan adanya substansi
yang memiliki kebenran universal bagi bangsa indonesia selama berabad-abad.
7. Menjadi perngkat ilmu kenegaraan
Filsafat pancasila sebagai perangkat ilmu pengetahuan yang berbeda, khususnya ilmu
pengetahuan yang berlkaitan dengan kehidupan negara. Hal ini dapat tercermin dalam
berbagai contoh pancasila sebagai pengetahan ilmiah.
10

D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Meskipun Pancasila tersiri dari lima sila, namun kelima sila tersebut merupakan satu
kesatuan utuh dan bulat. Masing-masing sila tidak dapat berdiri sendiri, setiap sila saling
bekaitan dan memiliki hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya.
Diungkapkan ileh Notonagoro (1984: 61 dan 1975: 52, 57) bahwa hakikat adanya
Tuhan ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima. Oleh karena itu segala
sesuatu yang ada merupakan akibat sebagi adanya tuhan (sila pertama). Adapun manusia
sebagai subjek ciptaan manusia pendukung pokok negara, karena negara adalah lambang
kemanusiaan, negara adalah sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah
manusia (sila kedua). Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adanya manusia
yang bersatu (sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah persekutuan hidup yang dinamakan
rakyat. Rakyat merupakan totalitas individuindividu dalam negara yang bersatu (sila
keempat). Adapun keadilan yang pada hakikatnya merupakan tujuan bersama atau
keadilan sosial (sila kelima) pada hakikatnya sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama
yang disebut negara
Hubungan sila-sila Pancasila yang saling mengisi sebagai kesatuan, dirumuskan
juga dalam kerangka hubungan hirarki piramidal sepertti yang disampaikan oleh
Notonagoro di atas. Dalam rumusan ini, setiap sila mengandung empat sila lainnya.
Berikut kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi :
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan yang
berKetuhanan Yang Maha Esa, yang berpesatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia.
11

d. Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam Permusyawaratan/


Perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, Berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
e. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah keadilan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan bearadab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/
perwakilan (Notonagoro, 1975:43-44)

E. Studi dan Analisis Kasus Filsafat Pancasila

Kasus Pembunuhan Marsinah, Buruh Pabrik Sidoarjo


a. Ditinjau dari sila pertama
Kasus pembenuhan diatas termasuk melanggar sila pertama yang dimana
dijelaskan bahwa Indonesia merupakan negara beragama. Membnuh sama dengan
mengambil nyawa seseorang dengan sengaja maupun tidak sengaja, dimana dalam semua
agama tindak pembunuhan dilarang, dimana melanggar nilai-nilai agama. Manusia
diciptakan oleh Tuhan untuk saling menjaga, menhasihi,dan saling menyayangi antar
manusia.
b. Ditinjau dari sila kedua
Kasus pembunuhan ini juga termasuk pelanggaran dalam sila kedua, dimana
dalam sila kedua dijelaskan bahwa setiap masyarakat indonesia diperlakukan secara adil
dan beradap dengan cara saling mengasihi sesama masyarakat, saling toleransi, dan
menjunjung tinggi kemanusiaan. Dalam kasus pembunuhan ini sangat bertolak belakang
dengan nilai dari sila kedua Pancasila, dimana perbuatan ini tidak menunjukkan rasa
kemanusiaan terhadap rakyat Indonesia yang menjunjung Pancasila sebagai pedoman
bernegara.
Kasus pembunuhan ini melanggar nilai Pancasila, terutama sila pertama dan sila
kedua. Sesama rakyat Indonesia yang memiliki pedoman Pancasila dalam bernegara,
seharusnya mencerminkan Pancasila itu sendiri dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan cara saling menghargai, memiliki sikap toleransi dalam keberagaman
budaya dan agama, bukan dengan cara merampas hak milik orang lain, seharusnya
masyarakat Indonesia menjaga satu sama lain. Rakyat Indonesia seharusnya memiliki
12

kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai moral dan norma yang berlandaskan
Pancasila dan memperlakukan hal sebagai mana mestinya.
Makna pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara RI mengandung arti bahwa
dalam setiap aspek kehidupan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan harus
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.Dari
kasus yang terjadi di Tasikmalaya, pelaku melanggar nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
Dari kasus ini menjadi pembelajaran bagi rakyat Indonesia untuk bersama-sama
menjunjung tinggi pancasila yang merupakan pedoman bangsa Indonesia. Masyarakat
juga harus bersama-sama menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, emlakukan kegiatan
kemanusiaan yang berani membela kebenaran dan keadilan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan, dan merupakan suatu dasar nilai dan norma untuk mengatur bangsa.
Pancasila merupakan sumber dari segala hukum yang berlaku di Indonesia yang secara
kontitusional mengatur Negara Republik Indonesia serta seluruh unsur-unsurnya.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidu bangsa dan negara
Indonesia. Serta filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode
dan sistem.
Oleh karena itu, Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat negara Indonesia sebagai
landasan. Pancasila sebagai filsafat negara yaitu merupakan hasul dari pemikiran mendalam
dari bangsa Indonesia, yang dianggap dan diyakini sebagai kenyataan nilai dan norma yang
benar, dan adil untuk bangsa dan negara. Keseluruhan ciri khas bangsa Indoensia adalah
pencerminan dari garis perkembangan dan pertumbuhan bangsa Indonesia sepanjang masa.

B. Saranin

Warga Indonesia merupakan orang-orang yang hidup dan berkumpul di negara Indonesia.
Oleh karena itu, sebaiknya warga Indonesia harus lebih meyakini, menghormati, menghargai,
menjaga, memahami, dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan
khususnya dalam memahami bahwa filsafat Indonesia adalah sebagai dasar filsafat negara
Indoensia.

13
DAFATR PUSTAKA

Ronto. (2012). Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jawa Timur : PT Balai Pustaka.
Gesmi, Irwan, &Yun, Hendri. (2018). Buku Ajar Pendidikan Pancasila. Ponorogo : Uwais
Inspirasi Indonesia.
Notonagoro. (1977). Pancasila Dasar Falsafah Negara Republik Indonesia. Indonesia :
C.V.Pantja.
Syamsudin, M., dkk. (2009). Pnedidikan Pancasila : Menempatkan Pancasila dalam Konteks
Keislaman dan Keindonesiaan. Yogyakarta : Total Media.
Herdiawanto, Heri., & Jumanta, Hamdayama. (2010). Cerdas, Kritis, Dan Aktif Berwarganegara
(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi). ERLANGGA : Jakarta.
Kaelan,M., S. (2016). Pendidikan Pancasila (Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-nilai
Pancasila, Rasa Kebangsaan dan Cita-cita Tanah Air Sesuai Dengan SK. Dirjen DIKTI
NO.43/DIKTI/KEP/2006 Sesuai Dengan KKNI bdg PT 2013). PARADIGMA :
Yogyakarta.
Windia, Wayan., Wayan, Kesieg., Adi, Wisnyana., & Wirya, Agung. (2014). Modul Pendidikan
Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa. UDAYANA PRESS : Kampus
Sudirman Denpasar
Chandrawinata., & Andhyn. Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis, & Terminologis.
http://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html. Diakses pada tanggal 30 Maret
2021.
Maulidi., Achmad. (2016). Pengertian Filsafat (Filosofi).
http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-filosofi.html. Diakses pada
tanggal 1 Maret 2021.
Tama, Dwi., Rizco. (2012). Pengertian Filsafat Pancasila, Objek, Cabang Filsafat dan
Kedudukan Dalam Ilmu-ilmu Lain. http://icounipa.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-
filsafatpancasila-objek.html. Diakses pada tanggal 1 Maret 2021.

Mahadi, Samala. (2020). Misteri 10 Kasus Pembunuhan Paling Sadis Di Indonesia Yang Belum
Terpecahkan. https://www.99.co/blog/indonesia/kasus-pembunuhan-sadis-indonesia/.
Diakses pada tanggal 1 Maret 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai