0.teori Ekonomi Mikro
0.teori Ekonomi Mikro
Ekonomi Mikro I
Dra. Rusmijati, M.Si.
ii | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
TEORI
Ekonomi Mikro I
Dra. Rusmijati, M.Si.
Graha Cendekia
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau isi seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
17 x 25 cm
iv | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
KATA PENGANTAR
Isi dari buku ini disesuaikan dengan materi dalam diskripsi mata kuliah
viii | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB I
PENDAHULUAN
1. Kebutuhan-kebutuhan manusia
2. Sumber-sumber
3. Teknik-teknik produksi
A. Kebutuhan-kebutuhan manusia
Kebutuhan manusia merupakan pendorong dari kegiatan ekonomi.
B. Sumber-sumber
Sumber-sumber adalah alat yang tersedia untuk menghasilkan
suatu barang.
C. Teknik Produksi
Teknik produksi meliputi cara-cara dan alat-alat phisik untuk proses
produksi.
nal Product (GNP), yaitu jumlah nilai seluruh barang dan jasa dari suatu
produk yang dihasilkan oleh seluruh kegitan dalam suatu negara dalam
periode tertentu.
Teori Ekonomi Mikro juga sering disebut Teori Harga (Price Teory). Hal ini
maupun input pasti akan memiliki harga. Seandainya barang itu tidak
input. Input dan output bagi semua perusahaan yang ada tidak sama, ter-
sumen
penting diantaranya :
ekonomi.
tuan tingkat harga baik itu output maupun harga input selalu di-
penentuan tentang :
Bahwa seorang atau konsumen akan membeli lebih banyak pada suatu
waktu kalau harga itu lebih rendah dengan asumsi cateris paribus (hal-hal
lain tetap).
a) Hukum dari pada permintaan ini terjadi pada suatu waktu tertentu.
suatu periode akan berlainan dengan tindakan pada saat yang lain.
Gambar 2.1
P1 A
P2 B
P3 C
P4 D
Q/UT
0 Q1 Q2 Q3 Q4
bergeser ke kiri.
Gambar 2.2.
P
P1
D2 Do D1
0 Q2 QO Q1
Asumsi yang berlaku di sini : tingkat harga tetap pada P1. Bila Y
dari Do ke D2. Lain halnya apabila kita berhadapan dengan barang inferior.
Dalam hal ini apabila tingkat pendapatan konsumen naik, justru permintaan
P1
D2 D1
0 Q1 Q2 Q
barang inferior. Bila tingkat pendapatan (Y) naik maka permintaan terhadap
2) Selera Konsumen
Apabila selera konsumen berubah maka kurve demand akan
P
A B
P1 P1
D2 D2
D1 D1
Q Q
0 Q1 Q2 0 Q1 Q2
(PB) naik akan berakibat permintaan terhadap barang tertentu (QA) naik
sebaliknya.
4) Jumlah Konsumen
Apabila jumlah konsumen berubah maka permintaan juga akan
berubah pula. Dari uraian tentang ceteris paribus di atas, maka dapat
Dimana :
berslope negatif.
1. Barang Giffen
lebih rendah bila dibanding dengan barang inferior. Barang giffen ini
tersebut.
P D
P2
P1
0 Q1 Q2 Q
harganya naik maka jumlah yang diminta juga akan naik. Sebagai
semakin rendah maka semakin sedikit jumlah barang yang penjual mau
10 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar 2.7.
P
S
P2
P1
Po
0 Q/UT
Qo Q1 Q2
Pada gambar ini Nampak bahwa pada harga P2 penjual mau melepas
barang sebanyak Q2, namun pada harga P1 hanya bersedia melepas sejumlah
barangnya pada berbagai tingkat harga juga mempunyai ceteris paribus. Yang
1) Teknik Produksi
Dengan adanya teknik produksi yang baru pada suatu perusahaan maka
variabel cost nya akan lebih rendah sehingga kurve penawarannya akan
bergeser ke bawah.
S1 S2
P1
0 Q/t
Q1 Q2
Dengan teknik produksi baru akan terjadi efisiensi yang lebih tinggi
P So S1 P So S1
Po Po
Q/t Q/UT
0 Qo Q1 0 Qo Q1
12 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
3) Tingkat Pajak/Subsidi
Gambar 2.11. Gambar 2.12.
Ada pajak : S kekiri dari So ke S1 Ada subsidi : S kekanan dari So ke S1
P P
S1 S1
So So
0 Q/UT 0 Q/UT
4) Jangka Waktu
Dalam jangka waktu yang berbeda maka penawaran akan berubah pula.
akan merupakan fungsi dari harga barang itu sendiri, supply inputnya,
berikut :
QsA = f (PA, Si, T, X, W)
Dimana :
QsA = penawaran barang A
PA = harga barang itu sendiri
Si = Supply input nya
T = Teknologi
X = Pajak
W = Periode waktu
quantita dan harga, baik untuk demand maupun untuk supply. Salah satu bagian
yang mempelajari adalah apa yang dinamakan elastisitas. Elastisitas dari pada
jumlah barang yang dibeli terhadap perubahan harga dari suatu Kurve
coefisien elastisitas.
Qoef.El. (E) = = /
= X
Apabila Elastisitas dihitung antara dua titik yang terpisah pada suatu
elastisita yang dihitung pada suatu titik pada satu kurve untuk perubahan yang
sangat kecil dalam harga adalah “point elasticity”. Dimana point elasticity ini
lebih penting dari pada arc elasticity. Untuk arc elasticity terlihat pada gambar
berikut :
P1 L
P2 B
Q/UT
0 Q1 Q2
berbagai cara :
antara satu dengan yang lain. Sedangkan untuk point elasticity dimulai dari
Gambar 3.2
P N
M A
Demand
K
O L Q/UT
16 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
1. Besarnya E > 1 , maka permintaan disebut elastis
untuk curve demand yang tidak linier (merupakan garis lengkung) maka harus
Gambar 3.4.
A
D
B
Q/UT
O G
maka dibuat garis singgung BC melalui A, kemudian dibuat garis proyeksi AG,
inelastis. Hal ini disebabkan karena apabila barangnya elastis atau besarnya
coefisien elastisitas >1 maka bila harganya diturunkan Total Revenue nya (TR)
akan naik, demikian sebaliknya bila harga dinaikkan justru TR nya menurun.
Sedangkan apabila barang yang dimiliki termasuk inelastis maka bila harga
diturunkan justru akan menurunkan TR dan bila harga dinaikkan maka akan
menaikkan TR nya.
Gambar 3.5.
P
E>1
B
E=1
E<1
Q/UT
O A C
E >1 P / TR /
E = 1 TR
E < 1 R TR
18 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Sedangkan bila keadaan kurve permintaan adalah berbentuk hiperbola
dengan kata lain mempunyai elastisitas selalu sama dengan satu di sepanjang
kurve, maka perubahan harga tersebut baik naik maupun turun tidak akan
Gambar 3.6.
P D
Po A
P1 B
D
O Qo Q1 Q/UT
coefisien elastisitas baik pada titik A maupun B atau pad titik lain sepanjang curve
maka bila harga barang A naik akan berakibat quantitas A terjual turun
turun maka quantita terjual akan naik lebih cepat bila disbanding
Apabila harga daging naik maka quantita daging akan menurun lebih
besar bila disbanding dengan harga tempe naik, maka quantita tempe
berikut :
C.E = / = X
Elastisitas Penawaran
Pengertiannya hampir sama dengan elastisitas permintaan. Hanya saja
20 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Elastisitas pendapatan adalah ukuran seberapa jauh pengaruh perubahan dari
koefisien elastisitas dari pada pendapatan adalah positif untuk barang normal
= X
demikian. Ada yang berslope negatif dan ada yang berslope positif.
guna ini didekati/diapproach melalui dua dasar titik tolak yang berbeda, yaitu :
1. Teori utility/kepuasan itu dapat diukur. Teori ini disebut Cardinal Utility.
Teori ini digunakan oleh aliran klasik dan disebut dengan teori klasik.
Ordinal.
kepuasan yang dapat diukur. Dalam teori ini terdapat dua pengertian yaitu
semakin besar pula kepuasaan yang diperoleh, sampai pada suatu titik tertentu
total utility akan mencapai tingkat yang maksimum. Apabila sudah mencapai
tambahan jumlah barang ini akan mengurangi besarnya total utility yang sudah
jenuh.
Gambar 4.1.
TUA
Titik Jenuh
30
28
25 TUA
20
18
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 QA
24 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Tabel 4.1.
QA TUA MUA
0 0
1 10 10
2 18 8
3 24 6
4 28 4
5 30 2
6 30 0
7 28 -2
8 24 -4
Gambar 4.2
MUA
10 (a)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 QA
-2
-3
-4 (b) MUA
MU = =
tujuan tertentu yang dihadapinya. Konsumen bertindak rasional dalam arti dia
masing barang yang berbeda-beda itu akan dikonsumir sehingga ia akan dapat
Tabel 4.2.
BARANG A BARANG B
UNIT MUA URUTAN UNIT B MUB URUTAN
A PEMBELIAN PEMBELIAN
1 40 1 1 30 4
2 36 2 2 29 5
3 32 3 3 28 6
4 28 7 4 27 8
5 24 12 5 26 9
6 20 6 25 10
7 12 7 24 11
8 4 8 20
26 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Cara penyelesaian soal di atas adalah :
Dari data tabel di atas dapat dimasukkan kedalam persamaan (1) dan (2)
tersebut.
dari urutan prioritas tersebut untuk barang A pembelian sampai pada unit yang
sebanyak 7 unit.
perubahan di dalam quantita yang diminta. Hal ini disebabkan karena adanya
murah. Sedangkan Income Efffect timbul karena berkurangnya income riil dari
barang B atau mengurangi barang A. Untuk menurunkan MUB tidak pasti harus
menurun dan total outly untuk barang A menurun dan total outly barang B naik
dengan asumsi harga barang B tetap sehingga jumlah barang B yang terbeli
barang A naik, tidak akan mengakibatkan perubahan baik pada total outly
untuk barang A maupun total outly untuk pembelian barang B. Namun bila
besarnya ℓ A < 1 atau dengan kata lain barang A mempunyai permintaan yang
inelastis, bila harga barang A naik maka total outly untuk barang A naik
walaupun jumlah yang membeli barang berkurang jumlahnya dan ini berakibat
total outly untuk barang B menurun dan berari jumlahnya barang B yang terbeli
juga menurun.
Biasanya substitution effect lebih kuat dari pada income effect. Sebab
income effect.
Substitution effect dan income effect tidak selalu bergerak dalam arah yang
sama tergantung jenis barangnya. Untuk barang normal, substitution effect dan
28 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB V
TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PERSEORANGAN
MELALUI PENDEKATAN KURVE INDIFERENCE
B1 K IC4
B4 N IC3
B2 L IC2
B3 M
IC1
O A1 A2 A4 A3 A
karena terletak dalam satu kurve. Sedangkan tingkat kepuasan pada titik N
lebih besar daripada titik K, L, M karena terletak pada I.C yang lebih tinggi.
Gambar 5.2
B/UT
I/PB L
B1 E
IC1
M ICo
Budget Line
0 A1 I/PA QA/UT
Antara I/PB dan I/PA jika dihubungkan akan memperoleh satu garis
30 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Bila indifference curve masih memotong budget line maka tingkat kepuasaan
maksimum belum dapat dicapai yaitu pada titik L & M. Sedangkan apabila
terjadi persinggungan antara IC1 dengan garis anggaran/budget line. Maka pada
ringan garis anggaran tergantung pada harga barang A dan harga barang B.
patan.
Gambar 5.3 Gambar 5.4.
I (Income)
B
Engel Curve
I3/PB
Y3 M
I2/PB
I1/PB ICC
Y2 L
B3 IC3
B2 IC2
B1 IC1 Y1 K
Gambar 5.5
B/UT
I/PB
L P.C.C
R
IC2
IC1
Apabila harga barang A menurun dari PA1 menjadi PA2, maka jika
32 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar 5.6.
B/UT
I/PB
B3 M
B1 IC2
K
B2 L IC1
A/UT
0 A! A3 A2 I/PA1 I/PA2
Pada gambar di atas, tingkat kepuasan pada titik K & L adalah sama, namun
ini. Income Effect timbul karena berkurangnya Income Riil dari konsumen bila
Substituion Effect dan Income Effect untuk barang normal, barang inferior
dan barang giffen masing-masing berbeda. Untuk barang normal, baik Income
Effect maupun Substitution Effect positif yang berarti bergerak searah, sehingga
melebihi Substitution Effect yang positif sehingga total effectnya masih akan tetap
positif.
Yang terakhir untuk barang giffen Income Effect negatif dan negatif ini
cukup besar sehingga melebihi Substitution Effect yang positif namun relatif
kecil.
B/UT
I/PB
B1 K
B3 M PCC
B2 L LC2
LC1
SE IE
TE A/UT
O A1 A2 A3 I/PA1 I/PA2
barang normal, dimana S.E dan I.E berjalan searah dan positif sehingga T.E
S.E = A1 --- A2
I.E = A2 --- A3
------------------- +
T.E = A1 --- A3 (positif besar)
Gambar 5.8
B/UT
I/PB
M PCC
B3 K
B1 IC2
L
B2 IC1
SE IE
TE
O A1 A3 A2 I/PA1 1/PA2 A/UT
34 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar di atas menunjukkan Income Effect dan Susbtitution Effect untuk
barang inferior, dimana S.E positif dan I.E negatif, namun T.E masih positif.
S.E = A1 --- A2
I.E = A2 --- A3
----------------------- +
T.E = A1 --- A3 (positif)
Gambar 5.9
B/UT
I/PB PCC
M
B3
IC2
B1 K
L
B2 IC1
TE
IE
0 SE A/UT
A3 A1 A2 I/PA1 I/PA2
pada barang giffen, dimana S.E positif namun T.E negatif, sehingga T.E
menjadi negatif.
S.E = --- A2
I.E = A2 --- A3
----------------------- +
T.E = A1 --- A3 (negatif)
Dari gambar 5.7, 5.8 dan 5 .9 dapat pula diketahui arah dari pada Price
arah turun dari kiri atas ke kanan bawah. Untuk barang inferior mempunyai
arah dari kiri bawah ke kanan atas atas, dan untuk barang giffen P.C.C
juga mengenai arah dari pada curve demand masing-masing. P.C.C atau Price
halnya, sebab curve demand sendiri dapat dibuat dengan cara menurunkan dari
Gambar 5.10
B/UT
I/PB
K
B1 M PCC
B3
B2 L
O A1 A2 A3 I/PA1 I/PA2
harga barang B tetap, berarti dengan berkurangnya jumlah barang B yang dibeli
36 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Bila PA turun sedangkan TO nya naik berarti barang A mempunyai permintaan
yang elastis ( ℓ >1 ), demikian pula untuk barang inferior dan barang giffen,
Pertukaran (Exhange)
Untuk pertukaran ini dapat dianalisa dengan menggunakan pendekatan
Gambar 5.11
QA
B 14 12 10 8 6 4 2 0 K
QB
12 2
10 4
6 H 8
G L
4 1 10
3 F
2 2 IC2L 12
3
IC1L
Q3 0L 2 3 4 6 8 10 12 14 A
QA
untuk memperoleh satu (1) unit tambahan barang A dari pada yang diperlukan
timbul pertukaran.
akan rugi karena total utilitynya tetap meskipuns dia mengurangi B dan
menambah A. Tetapi bagi K total utility akan naik karena dia berada pada IC
yang lebih tinggi. Pertukaran akan terus dilakukan sampai pada titik G. Bila
pertukaran terus dilakukan maka dari L kepuasannya akan tetap, tetapi bagi K
berhenti pada titik G dimana MRSAB untuk L = MRSAB untuk K. Bagi individu K
bila mengikuti I C2 maka analog akan berhenti pada titik H. Jadi titik G dan H
H adalah titik akhir dari pada pertukaran antara individu K dan L, sebab hanya
satu pihak saja yang beruntung. Maka akan didapatkan suatu titik dimana K
Aplikasi
Gambar 5.12.
M
R
M1
M3 G L IC2
IC
M2
0 A1 A3 A2 A
incomenya pada 0A1 maka uang yang dibelanjakan adalah MM1 dan yang
38 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Untuk meringankan beban masyarakat tersebut pemerintah mempunyai
dua pilihan yaitu berupa pemberian subsidi uang atau harga barang A, caranya:
2. Subsidi itu berupa uang yaitu dengan jalan memberikan uang pada
masyarakat.
kepuasan yang diperoleh akan sama dalam penerimaan subsidi tersebut, baik
membeli OA2.
subsidi harga.
Bila diperhatikan LH > RG. Dari ini dapat dikatakan bahwa subsidi uang
akan lebih murah bila dibandingkan dengan subsidi harga. Berarti lebih
pada berbagai tingkat income. Terdapat tiga tipe dari pada Engel Curve.
Y E.C
Y3
Y2
Y1
0 A1 A2 A3 A
40 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
2. Untuk barang-barang hiburan/lux
Gambar 5.14
Y
Engel Curve
Y4
Y3
Y2
Y1
0 A/UT
A1 A2 A3 A4
Y EC
Y4
Y3
Y2
Y1
A/UT
0 A1 A2 A3 A4
42 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB VI
TEORI PRODUKSI
ekonomi. Dalam banyak hal teori teori produksi sejajar dengan teori permintaan
konsumen individual.
dimana produsen bertindak rasional, biasanya dikenal tiga waktu yang berbeda
karena jangka waktunya sangat pendek sekali. Dalam waktu ini produsen tidak
Karena tidak dapat menambah outputnya maka kurve supply nya pun
tetap dan bersifat inelastis sempurna dan harga ditetapkan sepenuhnya oleh
P S
P3
P2 D3
D2
P1
D1
Q/UT
0 Q1
harganya, jumlah yang ditawarkan tetap pada Q1. Sebagai contoh keadaan ini
faktor produksi dapat dirubah walaupun tidak seluruhnya, artinya masih ada
nya karena faktor-faktor produksinya dapat dirubah. Dalam long run ini semua
44 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Cara Dalam Menjelaskan Teori Produksi
1. Fungsi Produksi
A = F (a, b, c, ……………… )
A = Output
Dimana :
A, b, c, …….. = input
kombinasinya
b. Teknik produksinya
dengan kenaikan yang sama persatuan waktu, maka total product (TP)
akan semakin berkurang. Apabila salah satu faktor produksi ada yang
tetap maka akan berlaku Law of diminishing return/ the law of variable
sedangkan input lainnya tetap, maka output total (TP) akan bertambah,
tetapi sampai suatu titik tertentu bertambahnya output ini akan semakin
berkurang.
TP
TP
0 Labour
menunjukkan hasil yang maksimum dari kombinasi dua input. Pada titik
stage yang ada di dalam fungsi produksi dibuat tabel sebagai berikut :
Tabel 6.1
46 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
MPPL adalah suatu tambahan produksi yang diakibatkan karena tambahan satu
= =
TP Total Product
= ---- = ------------------
QL Quantita input
Pada tabel di atas terlihat bahwa pada waktu tambahan tenaga kerja
menjadi 3 unit, maka berlaku law of diminishing return. Dari tabel di atas dapat
TP
22
21 C
20
19
18
17
16
15 B
14 I II III TP
13
12
11
10
9 A
8
7
6
5
4
3
2
1
0 TK/Ha.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tanah
6
5
4
3
2
1 APL
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TK/Ha
MPPL Tanah
48 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Pada OA (gambar 6.3), dimana MPPL masih naik, disebabkan karena
jumlah input variabel yang dipakai adalah sangat kecil bila dibandingkan
dengan input yang tetap (fixed). Dengan input variable yang terus ditambah maka
total product akan terus bertambah dengan tambahan yang semakin besar.
Tetapi lewat titik A dengan pertambahan input variable dengan satuan yang
ditambah terus maka TP akan semakin berkurang atau MPPL menjadi negatif.
1. Stage I ditandai dengan APL yang naik, berarti efisiensi tenaga kerja
terdapat di sini. Disamping itu nampak pula efisiensi dari pada input
tetap (Land) menaik. Dengan kata lain pada Stage I ini ditandai oleh
kenaikan efisiensi di dua input (dalam hal ini tanah dan tenaga kerja).
2. Stage II. Pada stage ini ditandai oleh effisiensi tenaga kerja yang semakin
3. Stage III. Ditandai dengan effisiensi tenaga kerja yang berkurang , MPPL
mana yang merupakan stage yang terpenting, yaitu stage II yang letaknya antara
Seandainya faktor produksi tanah konstan tidak mempunyai harga, maka dimana
Produksi akan dijalankan sampai dimana facktor tenaga kerja yang tidak gratis
paling efisien, yaitu pada perbatasan antara stage I dan II dimana APL
maksimum atau kombinasi tenaga kerja dan tanah yang menimbulkan efisiensi
tenaga kerja yang maksimum terletak antara batas stage I dan II.
Bila keadaannya dibalik, yaitu faktor produksi tanah dibeli sedangkan tenaga kerja tidak
Faktor produksi tanah akan digunakan sampai dimana efisiensi tanah itu paling
tinggi. Dalam hal ini efisiensi tanah yang paling tinggi yaitu perbatasan antara
stage II dan III atau dengan kata lain kombinasi labour dan land yang
Perbatasan antara stage I dan III serta stage II dan III disebut efisiensi margin dan
harga tenaga kerja dan tanah. Apabila harga tenaga kerja relatif mahal daripada
harga tanah maka produksi akan lebih mendekati stage I dan stage II. Apabila
harga tanah relatif lebih mahal dari pada harga tenaga kerja maka produksi
akan mendekati stage II dan stage III. Berarti di sini produksi terjadi pada stage
II.
2. Isoquant Curve
Produksi dengan dua input variable, melalui Isoquant curve dan Isocost
approach. Pendekatan melalui Isoquant curve dan Isocost curve ini pada dasarnya
tentang prinsip yang menjadi dasar bagi ongkos-ongkos, penentuan harga dan
50 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
penggunaan sumber-sumber serta alokasinya dan pembagian produk. Jadi
Isoquant adalah berbagai macam koordinasi dari dua input dalam suatu
daerah relevant atau disebut dengan Ridge line. Kedua garis tersebut masing-
pada saat MPPa dan MPPb masing-masing sama dengan nol dan MRTSab adalah
tidak terhingga.
kombinasi dan input a dan b yang dibeli oleh sebuah firm persatuan
waktu tertentu.
Isocost identik dengan budget line pada konsumen yang membeli barang
barang konsumsi.
52 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
isoquantnya, yaitu mencapai jumlah produk yang terbesar dari
Pada gambar 6.5. Dengan biaya yang tersedia sebesar TO1 dapat
diperoleh produk sebanyak yang ditunjuk oleh titik D dan pada total
oleh titik N dan dengan TO3 produk sebesar yang ditunjukkan oleh titik
K.
1. Jangka pendek
2. Jangka panjang
ada sumber produksi yang tetap. Jadi di dalam jangka pendek terdapat fixed
sewa gedung setiap bulan. Sedangkan variabel cost adalah beaya yang
dihubungkan dengan input yang variabel, misalnya bahan mentah, gaji pegawai
dan sebagainya.
(VC). Selanjutnya beaya total (TC) akan sama dengan penjumlahan dari
sumber yang variabel dan beaya ini harus naik apabila output dari
bertambah.
Tabel 7.1
Q TFC TVC TC
0 60 0 60
1 60 30 90
2 60 40 100
3 60 45 105
4 60 55 115
5 60 75 135
6 60 120 180
56 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar 7.1
80
60
TFC
40
20
0 1 2 3 4 5 6
Q
1 2 3 4 5 6 7 8
Q TFC TVC TC AFC AVC AC MC
1 60 30 90 60 30 90
10
2 60 40 100 30 20 50
5
3 60 45 105 20 15 35
10
4 60 55 115 15 13,75 28,75
20
5 60 75 135 12 15 27
45
6 60 120 180 10 20 30
Gambar 7.2
Cost
90
80
70
60
50 MC
40
AC
30
AVC
20
AFC
10
0 1 2 3 4 5 6 Q
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa minimum AVC terletak pada quantita
output yang lebih kecil bila dibandingkan minimum AC, hal ini disebabkan
karena naiknya AVC lebih dahulu jika dibandingkan AC, karena VC yang
58 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
semakin menurun, atau dengan kata lain naiknya AVC < dari pada turunnya
tambahan satu unit output. Dari pengertian di atas dapat dituliskan rumus :
MC =
Marginal Cost, mula-mula menurun kemudian lewat titik tertentu akan menaik.
tidak ada Total Fixed Cost (TFC) dan Average Fixed Cost (AFC). Sedangkan jangka
pendek yang memungkinkan firm itu bergerak. Misalnya dalam sebuah firm ada
sebagai berikut :
Tabel 7.4
Dari tabel di atas dapat dibuat diagram SAC dan LAC dalam satu grafik
sebagai berikut :
Cost
20
SAC4 LAC
18 A SAC1
16
SAC2
14 SAC3
B D
12
C
10
4
ECONOMIES OF DIS ECONOMIES OF
2 SCALE SCALE
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Q
1. Apabila perusahaan berproduksi sampai dua unit saja maka lebih efisien
2. Bila akan berproduksi sampai empat unit maka akan lebih efisien bila
maka akan lebih efisien bila menggunakan skala ketiga dengan beaya
60 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
4. Namun bila akan berproduksi sampai pad unit yang ke 12 akan lebih
dihubungkan maka akan menunjukkan keadaan beaya rata-rata per unit untuk
jangka panjang (LAC) setiap titik pada LAC akan memenuhi Least Cost
Combination.
Long Average Cost merupakan kurve amplop (envelope curve) dari pada
sesudah titik tertentu akan menaik kembali. AC yang menurun ini disebabkan
akan menurun. Skala yang besar lebih efisien dari pada skala yang kecil,
terjadi karena :
Sesudah titik tertentu AC akan manaik lagi karena dis economies of scale,
biasanya karena kontrol yang semakin berkurang sehingga ongkos naik.
Firm
Suatu firm adalah suatu individual business concern curve permintaan yang
dihadapi oleh suatu firm akan produknya menunjukkan berbagai jumlah yang
dapat dijualnya pada berbagai kemungkinan harga dengan ceteris paribus. Sifat
dari pada kurve ini tergantung pada macamnya pasar tempat menjual barang
itu.
Macam-macam pasar
1. Persaingan Sempurna
2. Monopoli Murni
3. Oligopoli
4. Persaingan Monopolistis
Persaingan Sempurna
Ciri-ciri dari pada pasar persaingan sempurna :
- Tidak ada batasan dari pemerintah
- Firm bebas keluar masuk
- Banyak penjual dan pembeli, namun masing-masing tidak dapat
mempengaruhi harga sehingga harga akan merupakan datum
- Barangnya homogen
Dari ciri-ciri di atas secara diagram dapat digambarkan kurve permintaan
baik yang dihadapi oleh masing-masing firm maupun industri/pasar.
Gambar 8.1
Firm
P P Pasar S
d
P P1
0 Q 0 Q
Gambar 8.2
D = P = AR = MR
P1
0 Q
64 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
1). TR = P x Q
P =
P = AR
AR =
maka apabila ada tambahan satu unit penjualan maka tambahan itu
Tabel 8.1
Q P TR TTC TOTAL
PROFIT
0 8 0 800 - 800
100 8 800 2000 - 1200
200 8 1600 2300 - 700
300 8 2400 2400 0
400 8 3200 2525 675
500 8 4000 2775 1225
600 8 4800 3200 1600
650 8 5200 3500 1700
700 8 5600 4000 1600
800 8 6400 6400 0
Rp
TR
TC
E
6000
5000
4000
D
3000
B
2000
A
800
0
100 300 500 700 900 Q
200 400 600 800
Rp
D1
1600
800
B E1
100 300 650 800 Q
- 800
-1200 A1
66 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Pada gambar 8.3 di atas dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut :
bawah TR maka terdapat profit maksimum yaitu terlihat pada titik D dan
D1.
Total Revenue (TR) dan Total Cost (TC), hanya saja di sini penjelasan
melalui Average Cost dan Marginal Cost serta Marginal Revenue. Sebagai
Q P = MR MC AC PROFIT/ TOTAL
UNIT PROFITS
100 8 12 20 - 12 - 1200
200 8 3 11,5 - 3,5 - 700
300 8 1 8 0 0
400 8 1,25 6,31 1,7 680
500 8 2,5 6,55 1,5 750
600 8 4,25 5,33 2,7 1620
650 8 8 5,4 2,6 1690
700 8 8 5,7 2,3 1610
800 8 24 8 0 0
Rp
MC
12
11
10 AC
9
8 N K d= MR
7 L
6
5
4
3
2
1
0 Q
100 200 300 400 500 600 700 800 900
650
Dengan adanya supernormal profit, maka banyak firm yang masuk dalam
68 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
menurun. Keuntungan akan tergantung dari efisiensi dan teknologi dari
ongkos-ongkos variabel.
Gambar 8.5
Rp
X
MC
AC
M A AVC PX1 = D = AR = MR
L K PX2 = D1 = AR1 = MR1
C PX3 = D” = AR” = MR”
P PX4 = D”’ = AR”’ = MR”’
0 X2 X1 X
2) Bila harga berada pada PX2 berarti firm tidak akan memperoleh laba
tetapi juga tidak mengalami kerugian atau dengan kata lain disebut
dengan normal profit. Dalam keadaan ini firm lebih baik jalan terus
karena masih tetap dapat menutup baik fixed cost maupun variabel
costnya.
3) Bila harga pasar berada pada PX3 yaitu terjadi pada minimum variabel
cost (pada titik C), dalam keadaan ini firm mengalami kerugian sebesar
ataukah jalan terus sama saja, karena baik berproduksi atau tidak fixed
costnya harus tetap dibeayai. Keadaan ini disebut dengan “shut down
point”.
4) Bila harga terjadi pada Px4 atau pada keseimbangan MR dan MC pada
titik F, maka firm akan sangat merugi, baik fixed cost maupun variable
cost nya tidak tertutup semuanya. Jelas dalam hal ini bagi firm yang
usahanya saja.
Di dalam jangka panjang equilibrium dalam satau firm adalah pada profit
normal.
Gambar 8.6
P($)
20 SMC1 SMC3
18 LMC
16 SAC3 d1 = MR1
14 LAC
12 SAC1 SMC2
10 SAC2
8 d2 = MR2
6
4
2
0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 Q
70 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB IX
PASAR MONOPOLI
Bentuk pasar monopoli adalah bentuk pasar dimana hanya satu penjual dari
suatu barang tertentu untuk mana tidak ada barang pengganti yang baik.
Produk yang dijual oleh monopolis harus jelas berbeda dari produk lain yang
dijual dalam pasar oleh lainnya. Berubahnya harga-harga dan output dari
barang lain yang dijual dalam pasar tidak mempengaruhi monopolis atau apa-
apa yang dilakukan monopolis di dalam menentukan harga adalah bebas dan
industri monopoli. Untuk mencegah masuk firm dalam industri antara lain
dengan cara :
Demand pasar sama dengan demand firm itu sendiri. Demand yang
$
SMC
12
9
8 A B SAC
7
6
C D = AR
MR
1 L K
Q
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pangkal. Sifat monopolis yang penting adalah akan terlihat pada hubungan
MR = AR ( 1 - )
TR = P x Q
TR = U.V
MR = = U.V1 + U1 .V
= +Q
= p.1 + Q.
= p(1+ ‘ )
72 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
= p(1– )
Karena P = AR maka MR = AR ( 1 – )
Dalam menentukan harga output tidak ada perbedaan antara bentuk pasar
tinggi. Namun perlu diketahui bahwa dalam pasar persaingan sempurna harga
tidak ditentukan sendiri oleh firm tetapi oleh pasar/industri, sedangkan dalam
input nya, baik itu di dalam pasar monopoli maupun dalam pasar persaingan
dapat berproduksi pada optimum scala of plant serta pada output yang
optimum.
Laba adalah merupakan sisa dari Total Revenue (TR) dikurangi dengan
Total Cost (TC). Mungkin seorang monopolis itu akan dapat menguasai
akan pernah sama dengan nol, sehingga apabila profit maximum akan
harus beroperasi pada daerah E > 1 (Elastisitas lebih besar dari satu). Di
daerah ini apabila harga dinaikkan maka Total Revenue (TR) akan semakin
Diskriminasi Harga
Diskriminasi harga adalah tindakan seorang monopolis untuk mencapai
kwantitas penjualannya.
1. Diskriminasi harga derajat satu, terjadi apabila setiap unit penjualan dikena-
dalam penjualannya :
74 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
2. Diskriminasi harga derajat dua, ini merupakan diskriminasi harga dengan
Bila konsumen membeli 100 unit maka harga per unit Rp 100.000,00
Bila konsumen membeli 500 unit maka harga per unit Rp 125.000,00
Bila konsumen membeli 1000 unit maka harga per unit Rp 150.000,00
Pada derajat ini perbedaan harga tidak didasarkan pada kuantitas barang,
dijual dalam dua pasar dengan harga berbeda. Diskriminasi harga derajat
tiga ini dapat berjalan apabila terpenuhi dua syarat di bawah ini :
Gambar 9.2
P1 MC
P2 AC
C E
rata-rata setinggi OC dan harga yang terjadi pada pasar satu setinggi OP1.
Apabila ternyata beaya produksi besarnya sama dengan nol maka produsen
= 0.
76 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB X
PASAR OLIGOPOLI DAN PERSAINGAN MONOPOLISTIS
penjual dan banyak pembeli di dalam pasar. Karena hanya ada beberapa
penjual maka perilaku setiap penjual akan saling mempengaruhi. Untuk dapat
yang kuat dalam modal dan teknologi menjadi leader atau pemimpin dalam
dalam kekuatan modal dan juga teknologi akan mengikuti harga jual yang
promosi, misalnya memasang advertensi pada surat kabar, radio, televisi atau
dibagi menjadi dua bagian pada titik harga yang berlaku. Kurve tersebut
bagian pasarnya, hingga tingkat kepatahan yang terjadi tergantung pada besar
P1
P* Klink
P2 Permintaan inelastis
AR
O Q1 Q* Q2 Q
menuju titik P*. Keuntungan maksimum ditetapkan atas dasar Marginal Cost
persaingan sempurna, yaitu bahwa produk yang dijual tidak bersifat homogeny,
walaupun perbedaan antara produk yang satu dengan produk yang lain kecil
sekali, tetapi bagi konsumen merasakan adanya perbedaan itu. Seperti adanya
78 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
perbedaan merk, bungkusnya dan mungkin aromanya. Sehingga tidak ada
substitusi yang sempurna antara produk yang dihasilkan oleh pengusaha satu
MC.
Richard H Lefwich, The Price System anda Resources Allocation, 7 th Edition, The
Dryden Press Hinsdale, Illinois, 1979.
Boediono & Peter Mc.Cowley, Bunga Rampai Ekonomi Mikro, Gama Press,
Yogyakarta, 1976.