Anda di halaman 1dari 8

RAHASIA KEDOKTERAN

Dudut Rustyadi
Abstrak
Pengertian Rahasia kedokteran menurut PermenkesNo. 36 tahun 2012 adalah data
daninformasitentangkesehatanseseorang yang diperoleh tenaga kesehatan pada waktu
menjalankan pekerjaan atau profesinya yang meliputi ;
a. Identitas pasien;
b. Anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis,
pengobatan dan/ tindakan kedokteran; dan
c. Hal lain yang berkenaan dengan pasien.
Kewajiban dokter menyimpan rahasia kedokteran merupakan kewajiban moral
dan hukum. Kewajiban moral yang berlandaskan atas KODEKI yaitu Sumpah Dokter
Indonesia, dan kewajiban hukum yang berlandaskan peraturan perundang-undangan yaitu
Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Permenkes No 36
tahun 2012 tentang Rahasia kedokteran.
Pembukaan Rahasia Kedokteran oleh dokter dapat dilakukan tanpa terkena sanksi
hukum yaitu atas seijin pasien atau tanpa seijin pasien. Membuka rahasia kedokteran atas
seijin pasien adalah bila pasien meminta sendiri kepada dokter untuk membuka rahasia
kedokteran atau bila pasien sendiri mengungkapkan mengenai penyakitnya kepada orang
lain sehingga secara tidak langsung telah mengungkapkan rahasia kedokteran. Akan
tetapi dokter dapat membuka rahasia kedokteran tanpa seijin pasien dan tidak mendapat
sanksi hukum pada keadaan terpaksa dan melaksanankan ketentuan undang-undang.

Kata Kunci ; Rahasia Kedokteran, kewajiban hukum, pembukaan rahasia


kedokteran

RAHASIA KEDOKTERAN
Pendahuluan
Para petugas kesehatan pada masa sekarang sudah memahami tentang adanya
kewajiban untuk menyimpan sebagai rahasia segala sesuatu yang ia ketahui selama
bekerja di bidang kedokteran yang dikenal dengan nama rahasia kedokteran. Kewajiban
untuk menyimpan rahasia tersebut sudah ada sejak jaman Hippocrates yang dirumuskan
dalam sumpah Hippocrates. Pada perkembangan selanjutnya kewajiban untuk
menyimpan rahasia kedokteran yang pada mulanya adalah merupakan kewajiban moral,
selanjutnya juga menjadi kewajiban hukum karena telah ada peraturan dan Undang-
Undang yang mengaturnya dengan sanksi bagi yang melanggarnya. 1, 3

1
Definisi Rahasia Kedokteran
Rahasia Kedokteran adalah segala sesuatu yang diketahui pada saat atau karena
melakukan pekerjaan di bidang kedokteran, sedangkan pada pasal 1 dan 2 Peraturan
Pemerintah No. 10 tahun 1966 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan rahasia
kedokteran adalah segala sesuatu yang diketahui oleh tenaga kesehatan, mahasiswa
kedokteran dan siswa yang bertugas di bidang pemeriksaan, pengobatan dan atau
perawatan serta orang-orang yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan pada waktu atau
selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran. 10
Sedangkan menurut Pasal 1 PermenkesNo. 36 tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran
,adalah data daninformasitentangkesehatanseseorang yang diperoleh tenaga kesehatan
pada waktu menjalankanpekerjaanatauprofesinya.
Dasar Rahasia Kedokteran
A. Etika dan Moral
Sejak jaman Hippocrates (469-377) kewajiban dokter secara moral untuk
menyimpan rahasia untuk menyimpan rahasia kedokteran telah ada yaitu berdasarkan
sumpah Hippocrates yang bunyi kalimatnya adalah :
What I see or hear in the course of the treatment..., which on no account one must apread
abroad, I will keep to my self.
(segala sesuatu yang kulihat dan kudengar dalam melakukan praktekku, akan kusimpan
sebagai rahasia)
Kewajiban dokter secara moral untuk menyimpan rahasia kedokteran juga
berdasarkan atas Sumpah Dokter Indonesia pada Peraturan Pemerintah No.26 Tahun
1960 yang salah satu ayatnya mengatakan sebagai berikut : “Saya akan merahasiakan
segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai
dokter”.
Adapun secara etika kewajiban dokter untuk menyimpan rahasia kedokteran
dasarnya adalah dicantumkannya tentang kewajiban dokter untuk menyimpan rahasia
kedokteran dalam Bab II KODEKI antara lain: “ Seorang dokter wajib merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien karena kepercayaan yang diberikan
kepadanya, bahkan juga setelah pasien meninggal dunia”.1,10

2
Kewajiban dokter untuk menyimpan rahasia kedokteran bila hanya didasarkan
atas sumpah dokter diatas, sangatlah tergantung dari pribadi masing-masing dokter,
sehingga tidak ada sanksi yang dapat diterapkan untuk memaksa mematuhi kewajiban
menyimpan rahasia kedokteran. Oleh karenanya perlu ada kewajiban hukum dalam
menyimpan rahasia kedokteran yang dianut oleh hampir semua masyarakat di dunia
kedokteran. Di Indonesia ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran diatur
dalam Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966, dan adanya sanksi bagi yang melanggar
sesuai dengan pasal 322 KUHAP. 10

B. Dasar Hukum
Ketentuan tentang wajib simpan rahasia kedokteran diatur secara lengkap dalam
Peraturan Pemerintah no.10 tahun 1966, pasal 322 KUHP dan dalam Permenkes no 36
tahun 20012 menerangkan dengan ancaman hukuman.
Pasal 1 PP No.10 tahun 1966
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang diketahuioleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.
Pasal 2 PP No.10 tahun 1966
Pengetahuan tesebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut ddlam
pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi dari pada PP
ini menentukan lain.
Pasal 3 PP No.10 tahun 1966
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah :
a. tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenag kesehatan
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang diterapkan oleh menteri
kesehatan.

Sedangkan menurut Pasal 4 permenkes no 36 tahun 2012 yang dikenai


kewajibanmenyimpan Rahasia Kedokteran adalah ;
a. Dokter, Drg & nakes lain serta tenaga lain yang memiliki akses terhadap data dan
informasi kesehatan pasien;

3
b. Tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan yankes;
c. Fasyankes/RS dan pimpinannya
d. Mahasiswa/siswa yang bertugas dalam pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan/atau
manajemen informasi di fasyankes
Pasal 4 P No.10 tahun 1966
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak
arau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan
dapat melakukan tindakan administratip berdasarkan pasal UU tentang tenaga kesehatan.
10

Pasal 322 KUHP


(1) Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan
pidana penjar paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan
ribu rupiah. 14
Pasal 79 huruf c Undang-Undang Praktik kedokteran menyatakan bahwa
“Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang :
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
huruf c (menyimpan rahasia kedokteran)”

Isi Rahasia Kedokteran


Menurut Pasal 3 Permenkes no 36 tahun 2012, yang menjadi isi rahasia
kedokteran meliputi ;
a. Identitas pasien;
b. Anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis,
pengobatan dan/ tindakan kedokteran; dan
c. Hal lain yang berkenaan dengan pasien.
Dari penjelasan Pasal 1 PP No.10 tahun 1966 yang menjadi subyek perahasiaan
adalah segala fakta yang didapat pada pemeriksaan, interpretasi untuk menegakkan
diagnosis dan pengobatan. Ini meliputi hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, therapi maupun prognosisnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa

4
semua informasi tentang keadaan pasien selama dalam perawatan penyakitnya atau
1, 10
selama dalam pemeliharaan kesehatannya adalah menjadi isi rahasia kedokteran.
Data-data tersebut akan dicatat dalam RM sehingga semua staf Rumah Sakit akan
ikut terlibat dan bertanggung jawabdalam menjaga RM.

RekammedisdanRahasiaKedokteran
RM dan rahasia kedokteran sangatlah berhubungan, karena menurut Pasal
12Permenkes No 269 tahun 2008 tentang rekam Medi yang menyebutkan bahwa “berkas
RM adalah milik sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi RM adalah milik
pasien”.Olehkarenaisidarirekammedismemuatsegalainformasitentangapa yang
didapatkandaripasiendanapa yang dilakukanterhadappasien, termasukhal
yangbersifatsangatpribadi, maka berdasarkan PP No 10 tahun 1966 tentang Wajib
Simpan Rahasia Kedokteran bahwa : Semua petugas kesehatan wajib menyimpan rahasia
kedokteran termasuk berkas rekam medis.
Ketidak patuhan dokter maupun tenaga kesehatan lainya dapat dikenakan sangsi
terhadap pembukaan rahasia kedokteran. Sangsi terhadapnya dapat ditinjau dari segi
hukum pidana maupun perdata :
Hukum pidana pasal 112 KUHP karena kerahasiaan RM termasuk rahasia negara dan
pasal 322 KUHP ayat 1 :
(1) Barang siapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang wajib
menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannya baik yang sekarang maupun
yang dahulu dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan bulan atau
denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah.

Segi hukum perdata 1365 KUHPer


“ Setiap perbuatan yang melanggar hukum sehingga membawa kerugian bagi orang
lain, maka si pelaku yang menyebabkan kerugian tersebut berkewajiban untuk
menggantikan kerugian tersebut”. 4, 5, 7, 10
Pembukaan Rahasia Kedokteran
Pembukaan Rahasia Kedokteran oleh dokter atau tenaga kesehatan dapat
dilakukan tanpa terkena sanksi hukum yaitu atas seijin pasien atau tanpa seijin pasien.
Membuka rahasia kedokteran atas seijin pasien adalah bila pasien meminta sendiri

5
kepada dokter untuk membuka rahasia kedokteran atau bila pasien sendiri
mengungkapkan mengenai Penyakitnya kepada orang lain sehingga secara tidak langsung
telah mengungkapkan rahasia kedokteran. Akan tetapi dokter dapat membuka rahasia
kedokteran tanpa seijin pasien dan tidak mendapat sanksi hukum pada keadaan terpaksa
dan melaksanankan ketentuan undang-undang. Hal tesebut didasarkan atas pasal 2 PP
No. 10 tahun 1966, pasal 133 KUHAP, Pasal 49 KUHP, dan pasal 50 KUHP.
Pasal 2 PP No.10 tahun 1966
Pengetahuan tesebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam
pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi dari pada PP
ini menentukan lain.
Pasal 133 KUHAP ayat 1 :
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.10
Pasal 49 KUHP :
(1) Barang siapa melakukan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk orang
lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada
serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan
hukum, tidak dipidana.
(2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh
kegoncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak
dipidana.
Pasal 50 KUHP :
Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak
dipidana.
Visum et Repertum dengan Rahasia Kedokteran
Pembuatan Visum et Repertum berdasarkan data-data rekam medis bukan
merupakan perbuatan melanggar rahasia kedokteran. Dasar hukum yang melandasi hal
ini adalah :
Pasal 2 PP No 10/1966 :

6
“Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang tersebut dalam
pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi dari pada
PP ini menentukan lain”.
Dalam prosedur mediko-legal, PASAL 133 KUHAP merupakan dasar hukum pembuatan
VeR kedudukan pasal ini lebih tinggi dari PP No 10 tahun 1966. Kewajiban dokter
membuat VeR berdasarkan atas Undang-Undang (pasal 133 KUHAP) merupakan
ketentuan khusus dibandingkan dengan ketentuan wajib simpan rahasia kedokteran yang
bersifat umum (PP No 10 tahun 1966). Sesuai dengan adagium Lex spesialis derogate
lex generalis, maka ketentuan wajib simpan rahasia kedokteran bagi kepentingan
membantu peradilan atau untuk membuat Visum tidak berlaku bagi dokter yang
melaksanakannya.
Pembuatan Visum et Repertum adalah merupakan perbuatan melaksanakan
ketentuan Undang-Undang sesuai dengan PASAL 50 KUHP : “Barang siapa melakukan
perbuatan untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang tidak dipidana”. Pasal ini
yang menjadi faktor pemaaf pembebasan dari penyimpangan pengungkapan rahasia
kedokteran. 4, 5, 9, 10

TinjauanPustaka

BUKU
1. Habafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. 3 rd ed. Jakarta :
EGC ; 1999. 56 – 65.
2. Sampurna B. Makalah Bioetik dan Hukum Kedokteran, Sebuah Pengantar.
Jakarta :1997. 24-9.
3. Wahyono A, Alit IB, Atmadja DS. Peran Rekam Medis dalam Pelayanan
Forensik. Disampaikan pada Kongres Nasional III PDFI. Semarang : 25 – 27 Juli
2004.
4. IDI. Rekam Medis/Kesehatan (Medical Record ). Lampiran SK PB IDI No
315/PB/A.4/88.
5. Guwandi J. Trilogi Rahasia Kedokteran.Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1992. 31
– 8.

7
6. Dahlan S. Hukum Kesehatan, Rambu – rambu bagi Profesi Dokter. 3rd ed.
Semarang : Universitas Diponegoro ; 2001. 73 – 83.
7. PozgarDNS . Legal Aspects of Health care Administration. USA ; An Aspen
Publication ; 1996. 339 – 46.
8. Richards III EP, Rathburn KC. Law and the Physician, A practical Guide.
Boston/Toronto/London : Little Brown and Company ; 1993. 495 – 505.
9. Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia ; 1994. 17 – 24.
10. Departemen IlmuKedokteran Forensik dan Medikolegal. Kompilasi Peraturan
Perundang – undangan terkait PraktikKedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2014. 94 – 95.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentangPraktik Kedokteran (Lembaran Negara
RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
Permenkes RI No 269/Men.Kes/Per/III/2008tentangRekamMedis
Permenkes RI No 36/Men.Kes/Per/2012 tentang Rahasia kedokteran

Anda mungkin juga menyukai