Anda di halaman 1dari 9

Handout Ujian 3 Aljabar Linear

1 Hasil Kali Dalam


Definisi 1 Hasil kali dalam pada ruang vektor V atas lapangan F adalah pemetaan

h., .i : V × V → F

dengan pengaitan
(x, y) 7→ hx, yi
untuk semua (x, y) ∈ V × V , dan untuk setiap vektor x,y dan z di V , dan c di F berlaku:
1. hx, yi = hy, xi,
2. hcx, yi = c hx, yi,
3. hx + z, yi = hx, yi + hz, yi,
4. hx, xi > 0 untuk x 6= 0.

Corollary 1 Ruang hasil kali dalam (V, h., .i) atas lapangan F memenuhi sifat berikut:
1. hx, cyi = c hx, yi untuk setiap c ∈ F dan x, y ∈ V ,
2. hx, y + zi = hx, yi + hx, zi untuk setiap x,y dan z di V .

Definsi 2 Jika A suatu matriks kompleks m × n, adjoin dari A adalah matriks n × m A∗ = (A)t , yaitu
transpose dari matriks yang berisi konjugat unsur-unsur A.

Perhatikan bahwa jika x,y adalah vektor kolom di F n , maka hasil kali titik dapat dituliskan sebagai
hx, yi = y∗ x.

Misalkan V = Mn (F ) dan A, B ∈ V , definisikan

hA, Bi = tr(B ∗ A)

Hasil kali dalam diatas memiliki nama hasil kali dalam Frobenius.

Teorema 1 Misalkan V suatu ruang hasil kali dalam. Maka untuk setiap x, y, z ∈ V berlaku:
1. hx, 0i = h0, xi = 0,
2. hx, xi = 0 jika dan hanya jika x = 0,
3. Jika hx, yi = hx, zi untuk setiap x ∈ V , maka y = z.

Definisi 3 Suatu norm pada ruang vektor V adalah pemetaan

k.k : V → R

yang memenuhi:
1. (Sifat Definisi Positif) kxk ≥ 0 untuk setiap x ∈ V dan kxk = 0 jika dan hanya jika x = 0,
2. kcxk = |c| kxk untuk setiap skalar c dan x ∈ V ,
3. (Ketaksamaan Segitiga) kx + yk ≤ kxk + kyk untuk setiap x, y ∈ V .

1
Definisi
p 4 Jika V suatu ruang vektor, x ∈ V , dan h, i suatu hasil kali dalam di V , definisikan kxk =
hx, xi. Fungsi k.k : V → R dinamakan norm yang bersesuaian dengan h, i.

Teorema 2 (Ketaksamaan Schwarz) Misalkan V suatu ruang hasil kali dalam h, i. Untuk x, y ∈ V ,

| hx, yi | ≤ kxk kyk

Kesamaan berlaku jika dan hanya jika x = cy untuk suatu skalar c.

Bukti Untuk y = 0 didapat


| hx, yi | = 0 = kxk kyk
Jadi, ketaksamaan berlaku.

Sekarang akan dibuktikan untuk y 6= 0. Pandang vektor


hx, yi
z=x− y.
hy, yi
Dari sifat definit positif norm, diperoleh
2
0 ≤ kzk = hz, zi
 
hx, yi hx, yi
= x− y, x − y
hy, yi hy, yi
hx, yi . hx, yi
= hx, xi −
hy, yi
Sehingga
2 2
| hx, yi |2 ≤ kxk kyk
atau
| hx, yi | ≤ kxk kyk
Kesamaan terjadi ketika z = 0 atau x = cy untuk suatu skalar c. Dengan demikian, ketaksamaan
Schwarz terbukti.

2 Keortogonalan
Definisi 5 Misalkan x, y ∈ V dan h, i suatu hasil kali dalam di V. Vektor x dan y dikatakan ortogonal,
dilambangkan dengan x ⊥ y, jika hx, yi = 0. Subhimpunan S dari V dikatakan ortogonal jika setiap
dua vektor di S saling ortogonal. Suatu vektor x di V disebut vektor unit jika kxk = 1. Subhimpunan
S dari V dikatakan ortonormal jika S ortogonal dan terdiri dari vektor-vektor unit.

Definisi 6 Misalkan h, i merupakan hasil kali dalam di ruang vektor V . Suatu basis u1 , ..., un dina-
makan basis ortogonal untuk V jika hui , uj i = 0 untuk i 6= j. Jika berlaku kui k = 1 untuk setiap i,
basis tersebut dinaman basis ortonormal.

Teorema 3 Misalkan S = {u1 , ..., un } himpunan ortogonal di ruang vektor V dengan hasil kali dalam
h, i. Maka untuk setiap x ∈ span(S) berlaku

x = a1 u1 + a2 u2 + ... + an un

dengan
hx, ui i
ai = 2 .
kui k
Khususnya, jika S ortonormal, maka untuk setiap x ∈ span(S) berlaku x = a1 u1 + a2 u2 + ... + an un
dengan ai = hx, ui i .

Corollary 2 Misalkan v1 , v2 , ..., vn vektor-vektor yang saling ortogonal di ruang vektor V dengan hasil
kali dalam h, i. Maka v1 , v2 , ..., vn bebas linear.

2
Teorema 4 (Teorema Gram-Schmidt) Misalkan w1 , ..., wm saling ortogonal dan taknol di ruang
hasil kali dalam (V, h, i). Misalkan y ∈ V dan
m
X hy, wj i
wm+1 = y − wj
j=1
hw j , wj i
m
X
=y− projwj (y).
j=1

Maka w1 , ..., wm , wm+1 saling ortogonal dan span({w1 , ..., wm , y}) = span({w1 , ..., wm , wm+1 }). Lebih
lanjut, wm+1 = 0 jika dan hanya jika y ∈ span({w1 , ..., wm }).

Teorema 5 Setiap ruang hasil kali dalam berdimensi hingga V memiliki basis ortogonal (dan juga
basis ortonormal).

Corollary 3 Misalkan V ruang hasil kali dalam dengan basis ortonormal B = {v1 , ..., vn }. Misalkan
T suatu operator linear pada V , dan A = [T ]B . Maka untuk setiap i dan j, Aij = hT (vj ), vi i .

Definisi 7 Misalkan B suatu subhimpunan ortonormal (boleh tak hingga) dari suatu ruang hasil kali
dalam V dan x ∈ V . Definisikan koefisien Fourier dari x relatif terhadap basis B sebagai skalar hx, yi
dengan y ∈ B.

Definisi 8 Misalkan V suatu ruang hasil kali dalam dan S suatu subhimpunan dari V . Suatu kom-
plemen ortogonal dari S di V didefinisikan sebagai subruang

S ⊥ = {v ∈ V | hv, wi = 0 untuk setiap w ∈ S}

Teorema 6 Misalkan W suatu subruang berdimensi hingga dari ruang vektor V dengan hasil kali
dalam h, i. Maka setiap y ∈ V dapat ditulis sebagai

y = w + w0

dengan w ∈ W dan w0 ∈ W ⊥ ; yaitu V = W + W ⊥ . Lebih lanjut, jika {v1 , ..., vk } basis ortonormal dari
W , maka
Xk
w= hy, vi i vi .
i=1

Corollary 4 Vektor w adalah satu-satunya vektor di W yang terdekat dari y, yaitu untuk setiap
x ∈ W , ky − xk ≥ ky − wk, dan ketidaksamaan ini menjadi kesamaan jika dan hanya jika x = w.
Vektor w di atas dinamakan projeksi ortogonal dari y pada W .

Teorema 7 Misalkan S = {v1 , ..., vk } himpunan ortonormal di ruang hasil kali dalam V berdimensi
n. Maka:
1. S dapat diperluas menjadi basis ortonormal {v1 , ..., vk , vk+1 , ..., vn } dari V ,
2. Jika W = span S, maka S1 = {vk+1 , ..., vn } adalah basis ortonormal bagi W ⊥ ,
3. Jika W subruang dari V , maka dim V = dim W + dim W ⊥ .

3 Adjoin dari Operator Linear


Teorema 8 Misalkan V ruang hasil kali dalam berdimensi hingga atas F , dan g : V → F pemetaan
linear. Maka terdapat secara tunggal y ∈ V sedemikian sehingga g(x) = hx, yi untuk setiap x ∈ V .

Teorema 9 Misalkan V ruang hasil kali dalam berdimensi hingga dan T operator linear pada V . Maka
terdapat secara tunggal fungsi T ∗ : V → V sedemikian sehingga hT (x), yi = hx, T ∗ (y)i untuk setiap
x, y ∈ V . Lebih lanjut, T ∗ linear. Operator T ∗ di atas dinamakan adjoin dari operator T.

3
Teorema 10 Misalkan V ruang hasil kali dalam berdimensi hingga dan B basos ortonormal bagi V .
Jika T operator linear pada V , maka
[T ∗ ]B = [T ]∗B .

Corollary 5 Misalkan A matriks n × n, maka TA∗ = (TA )∗ .

Teorema 11 Misalkan V ruang hasil kali dalam, dan T dan U operator linear pada V . Maka:
1. (T + U )∗ = T ∗ + U ∗ ,

2. (cT )∗ = cT ∗ untuk setiap c ∈ F ,


3. (T U )∗ = U ∗ T ∗ ,
4. T ∗∗ = T ,
5. I ∗ = I.

4 Aproksimasi Kuadrat Terkecil


Untuk x, y ∈ F n misalkan hx, yi n adalah hasil kali dalam standar vektor x dan y di F n . Ingat kembali
jika x dan y dipandang sebagai vektor kolom, maka hx, yi n = y∗ x.

Lema 1 Misalkan A ∈ Mm×n (F ), x ∈ F n , dan y ∈ F m . Maka

hAx, yi m = hx, A∗ yi n .

Lema 2 Misalkan A ∈ Mm×n (F ). Maka rank(A∗ A) = rank(A).

Corollary 6 Jika A matriks m × n sedemikian sehingga rank(A) = n, maka A∗ A invertible.

Teorema 12 Misalkan A ∈ Mm×n (F ), y ∈ F n . Maka terdapat x0 ∈ F n sedemikian sehingga


(A∗ A)x0 = A∗ y dan kAx0 − yk ≤ kAx − yk untuk setiap x ∈ F n . Lebih lanjut jika rank(A) = n,
maka x0 = (A∗ A)−1 A∗ y.

Suatu solusi s dari Ax = b dikatakan solusi minimal jika ksk ≤ kuk untuk semua solusi lain u.

Teorema 13 Misalkan A ∈ Mm×n (F ), b ∈ F m . Misalkan Ax = b konsisten. Maka:


1. Terdapat tepat satu solusi minimal s dari Ax = b, dengan s ∈ Im(TA∗ ).

2. Vektor s adalah satu-satunya solusi Ax = b yang terletak di Im(TA∗ ), yaitu jika u memenuhi
(AA∗ )u = b, maka s = A∗ u.

5 Operator Normal dan Self-Adjoint


Lema 3 Misalkan T operator linear pada ruang hasil kali dalam berdimensi hingga V . Jika T memiliki
vektor eigen, maka T ∗ juga memiliki vektor eigen. Suatu subruang W dari V dikatakan T -invarian jika
T (W ) ⊆ W . Jika W T -invarian, definisikan restriksi TW : W → W dengan TW (x) = T (x) untuk setiap
x ∈ W . Jelas bahwa TW linear.

Teorema 14 (Schur) Misalkan T operator linear pada ruang hasil kali dalam berdimensi hingga V .
Misalkan polinom karakteristik dari T terpisah. Maka terdapat basis ortonormal B dari V sehingga
matriks [T ]B segitiga atas.

Definisi 9 Misalkan V ruang hasil kali dalam dan T operator linear pada V . Operator T dikatakan
normal jika T T ∗ = T ∗ T . Suatu matriks A disebut normal jika AA∗ = A∗ A.

4
Teorema 15 Misalkan V ruang hasil kali dalam dan T operator normal di V . Maka:
1. kT (x)k = kT ∗ (x)k untuk setiap x ∈ V ,
2. T − cI normal untuk setiap c ∈ F ,

3. Jika x vektor eiegen T , maka x juga vektor eigen T ∗ . Jika T (x) = λx, maka T ∗ (x) = λx,
4. Jika λ1 dan λ2 nilai eigen yang berbeda dari T dengan vektor eigen x1 dan x2 , maka x1 dan x2
ortogonal.

Teorema 16 Misalkan T operator linear pada ruang hasil kali dalam kompleks berdimensi hingga V .
Maka T normal jika dan ganya jika terdapat basis ortonormal yang terdiri dari vektor-vektor eigen T.

Definisi 10 Misalkan T : V → V suatu operator linear di ruang hasil kali dalam V . Kita katakan T
self-adjoint (Hermit) jika T = T ∗ . Suatu matriks kompleks A n×n dikatakan self-adjoint (Hermit)
jika A∗ = A.

Lema 4

1. Setiap operator self-adjoint T : V → V pada ruang hasil kali dalam berdimensi hingga memiliki
nilai karakteristik real. Lebih lanjut semua nilai karakteristiknya adalah real.
2. Jika V ruang hasil kali dalam real dan T operator self-adjoint, maka polinom karakteristik dari T
terpisah.

Teorema 17 Misalkan T : V → V suatu operator linear, dimana V suatu ruang hasil kali dalam real
berdimensi hingga. Maka T self-adjoint jika dan hanya jika V memiliki suatu basis ortonormal yang
terdiri vektor-vektor karakteristik dari T .

Definisi 11 Suatu operator linear T pada ruang hasil kali dalam dikatakan definiti positif jika T
self-adjoint dan hT (x), xi > 0 untuk setiap x 6= 0 dan semidefinit positif jika T self-adjoint dan
hT (x), xi ≥ 0 untuk setiap x 6= 0.

Definisi 12 Suatu matriks A berukuran n × n dikatakan definit positif jika TA definit positif dan
semidefinit positif jika TA semidefinit positif.

6 Operator Uniter dan Ortogonal


Definisi 13 Misalkan T operator linear pada ruang hasil kali dalam berdimensi hingga V . Jika
kT (x)k = kxk untuk setiap x ∈ V , kita katakan T operator uniter jika F = C dan operator
ortogonal jika F = R.

Teorema 18 Misalkan T operator linear pada ruang hasil kali dalam berdimensi hingga V . Maka
pernyataan berikut ekuivalen:
1. T T ∗ = T ∗ T = I,

2. hT (x), T (y)i = hx, yi untuk setiap x, y ∈ V ,


3. Jika B basis ortonormal dari V , maka T (B) basis ortonormal dari V ,
4. Terdapat basis ortonormal B dari V sedemikian sehingga T (B) basis ortonormal dari V ,
5. kT (x)k = kxk untuk setiap x ∈ V .

Lema 5 Misalkan U operator self-adjoint pada ruang hasil kali dalam berdimensi hingga V . Jika
hx, U (x)i = 0 untuk setiap x ∈ V , maka U = 0.

5
Corollary 7 Misalkan T operator linear pada ruang hasil kali dalam real [kompleks] berdimensi hingga
V . Maka V memiliki basis ortonormal yang terdiri dari vektor-vektor eigen dari T dengan nilai eigen
bernilai mutlak 1 jika dan hanya jika T self-adjoint dan ortogonal [uniter].

Definisi 14 Suatu matriks real U berukuran n × n dikatakan ortogonal jika U U t = In , yaitu U


memiliki balikan dan U −1 = U t . Suatu matriks kompleks n × n U dikatakan uniter jika U U ∗ = In ,
yaitu U memiliki balikan dan U −1 = U ∗ .

Lema 6 Suatu matriks real U ortogonal jika dan hanya jika baris-barisnya (atau kolom-kolomnya)
ortonormal terhadap hasil kali titik di Rn . Suatu matriks kompleks U uniter jika dan hanya jika baris-
barisnya (atau kolom-kolomnya) ortonormal di ruang uniter Cn .

Definisi 15 Matriks-matriks kompleks [real] n × n A dan B dikatakan ekivalen uniter [ekivalen


ortogonal] jika dan hanya jika terdapat matriks uniter [ortogonal] P sehingga A = P ∗ BP .

Teorema 19 Misalkan A matriks kompleks [real] n × n. Maka A normal [simetri] jika dan hanya jika
A ekivalen uniter [ortogonal] dengan matriks diagonal [diagonal real].

Teorema 20 (Schur) Misalkan A ∈ Mn (F ) sedemikian sehingga polinom karakteristik dari A terpisah


atas F .
1. Jika F = C, maka A ekivalen uniter dengan suatu matriks segitiga atas kompleks.
2. Jika F = R, maka A ekivalen ortogonal dengan suatu matriks segitiga atas real.

7 Proyeksi Ortogonal dan Teorema Spektral


Definisi 16 Jika V = W1 ⊕ W2 , maka suatu operator linear T pada V adalah proyeksi pada W1
sepanjang W2 jika untuk x = x1 + x2 dengan x1 ∈ W1 dan x2 ∈ W2 berlaku T (x) = x1 . Jelas bahwa
Im(T ) = W1 dan Ker(T ) = W2 . Dengan demikian V = Im(T ) ⊕ Ker(T ).

Definisi 17 Misalkan V ruang hasil kali dalam dan T : V → V suatu projeksi. Kita katakan T
projeksi ortogonal jika Im(T )⊥ = Ker(T ) dan Ker(T )⊥ = Im(T ). Jika W subruang dari V , projeksi
ortogonal pada W dapat didefinisikan karena V = W ⊕ W ⊥ .

Teorema 21 Misalkan V ruang hasil kali dalam, dan T operator linear pada V . Maka T projeksi
ortogonal jika dan hanya jika T memiliki adjoin T ∗ dan T 2 = T = T ∗ .

Teorema 22 (Teorema Spektral) Misalkan T operator linear pada ruang hasil kali dalam berdimensi
hingga V atas F dengan nilai eigen berbeda λ1 , λ2 , ..., λk . Misalkan T normal jika F = C dan self-adjoint
jika F = R. Untuk setiap i (1 ≤ i ≤ k), misalkan Wi ruang eigen dari T bersesuaian dengan nilai eigen
λi , dan Ti projeksi ortogonal dari V pada Wi . Maka:

1. V = W1 ⊕ W2 ⊕ ... ⊕ Wk ,
2. Jika Wi0 adalah jumlah langsung subruang Wj dengan j 6= i, maka Wi⊥ = Wi0 ,
3. Ti Tj = δij Ti untuk i ≤ i, j ≤ k,

4. I = T1 + T2 + ... + Tk ,
5. T = λ1 T1 − λ2 T2 + ... + λk Tk .

Definisi 18 Himpunan {λ1 , λ2 , ..., λk } dinamakan spektrum dari T , penjumlahan I = T1 +T2 +...+Tk
dinamakan resolusi dari operator identitas yang diinduksi oleh T , dan penjumlahan T = λ1 T1 −
λ2 T2 + ... + λk Tk dinamakan dekomposisi spektral dari T .

Corollary 8 Jika F = C, maka T normal jika dan hanya jika T ∗ = g(T ) untuk suatu polinom g.

6
Corollary 9 Jika F = C, maka T uniter jika dan hanya jika T normal dan |λ| = 1 untuk setiap nilai
eigen λ dari T .

Corollary 10 Jika F = C dan T normal maka T self-adjoint jika dan hanya jika semua nilai eigennya
real.

Corollary 11 Misalkan T = λ1 T1 + λ2 T2 + ... + λk Tk . Maka untuk setiap j, Tj merupakan polinom


dalam T .

8 Dekomposisi Nilai Singular


Dalam subbab ini semua operator T yang memenuhi hT (x), T (y)i = hx, yi atau matriks A yang memenuhi
hAx, Ayi = hx, yi dinamakan uniter.

Teorema 23 (Teorema Nilai Singular) Misalkan V dan W ruang hasil kali dalam berdimensi hingga
dan T : V → W pemetaan linear dengan rank r. Maka terdapat basis ortonormal {v1 , ..., vn } dari V
dan {u1 , ..., um } dari W dan skalar positif σ1 ≥ σ2 ≥ ... ≥ σr sedemikian sehingga

σi ui jika 1 ≤ i ≤ r
T (vi ) =
0 jika i > r.
Jika kondisi diatas terpenuhi, maka untuk 1 ≤ i ≤ n, vi adalah vektor eigen dari T ∗ T dengan nilai eigen
σi2 jika 1 ≤ i ≤ r dan 0 jika i > r. Dengan demikian skalar σ1 , σ2 , ..., σr ditentukan secara tunggal oleh
T.

Definisi 19 Skalar σ1 , σ2 , ..., σr dinamakan nilai singular dari T . Jika r lebih kecil dari m dan n
maka nilai singular ditambahkan dengan σr+1 = ... = σk = 0, dengan k = min {m, n}.

Definisi 20 Misalkan A matriks m × n. Nilai singular bagi A didefinisikan sebagai nilai singular bagi
TA .

Teorema 24 (Dekomposisi Nilai Singular) Misalkan A matriks m × n dengan rank r dengan nilai
singular positif σ1 ≥ σ2 ≥ ... ≥ σr , dan misalkan Σ matriks m × n yang didefinisikan sebagai:

σi jika i = j ≤ r
Σij =
0 jika tidak.
Maka terdapat matriks uniter U m × m dan matriks uniter V n × n sedemikian sehingga
A = U ΣV ∗ .

Definisi 21 Misalkan A matriks m × n dengan rank r dan nilai singular positif σ1 ≥ σ2 ≥ .... ≥ σr .
Faktorisasi A = U ΣV ∗ dengan U dan V matriks uniter dan Σ matriks m × n didefinisikan seperti diatas
dinamakan dekomposisi nilai singular dari A.

Teorema 25 Untuk sembarang matriks persegi A terdapat matriks uniter W dan matriks semidefinit
positif P sedemikian sehingga A = W P . Lebih lanjut, jika A invertibel maka representasi ini tung-
gal. Faktorisasi matriks persegi A sebagai W P dengan W uniter dan P semidefiniti positif dinamakan
dekomposisi polar dari A.

9 Pseudoinvers
Definisi 22 Misalkan V dan W ruang hasil kali dalam berdimensi hingga dan T : V → W pemetaan
linear. Misalkan L : Ker(T )⊥ → Im(T ) pemetaan linear yang didefinisikan sebagai L(x) = T (x)
untuk setiap x ∈ Ker(T )⊥ . Pseudoinvers (atau Moore-Penrose generalized inverse) dari T , yaitu T +
didefinisikan sebagai pemetaan linear tinggal dari W ke V sedemikian sehingga
 −1
+ L (y) untuk y ∈ Im(T )
T (y) =
0 untuk y ∈ Im(T )⊥ .

7
Misalkan V dan W ruang hasil kali dalam berdimensi hingga dan T : V → W pemetaan linear
dengan rank r. Misalkan {v1 , ..., vn } dan {u1 , ..., um } basis ortonormal bagi V dan W . Misalkan
σ1 ≥ σ2 ≥ ... ≥ σr nilai singular tak nol dari T yang memenuhi Teorema Nilai Singular. Maka
• {v1 , v2 , ..., vr } basis bagi Ker(T )⊥ ,

• {vr+1 , vr+2 , ..., vn } basis bagi Ker(T ),


• {u1 , u2 , ..., ur } basis bagi Im(T ), dan
• {ur+1 , ur+2 , ..., um } basis bagi Im(T )⊥ .

Misalkan L restriksi T pada Ker(T )⊥ . Maka L−1 (ui ) = 1


σi vi untuk 1 ≤ i ≤ r. Dengan demikian
1

+ σi vi jika 1 ≤ i ≤ r
T (ui ) =
0 jika r < i ≤ m.

Misalkan A matriks m × n. Maka terdapat secara tunggal matriks B n × m sedemikian sehingga


(TA )+ : F m → F n sama dengan TB . Matriks B dinamakan pseudoinvers dari A dan dinotasikan
B = A+ . Maka
(TA )+ = TA+ .

Teorema 26 Misalkan A matriks m × n dengan rank r dan dekomposisi nilai singular A = U ΣV ∗ dan
nilai singular tak nol σ1 ≥ σ2 ≥ ... ≥ σr . Misalkan Σ+ matriks n × m yang didefinisikan sebagai:
 1
jika i = j ≤ r
Σ+ij = σi
0 jika tidak.

Maka A+ = V Σ+ U ∗ , dan bentuk ini adalah dekomposisi nilai singular dari A+ .

Lema 7 Misalkan V dan W ruang hasil kali dalam dan T : V → W linear. Maka:
1. T + T merupakan projeksi ortogonal dari V pada Ker(T )⊥ ,

2. T T + merupakan projeksi ortogonal dari W pada Im(T ).

Teorema 27 Pandang SPL Ax = b, dengan A matriks m × n dan b ∈ F m . Jika z = A+ b, maka z


memenuhi sifat-sifat berikut:
1. Jika Ax = b konsisten, maka z adalah solusi tunggal dengan norm minimum. Yaitu z adalah solusi
dan jika y solusi lain maka kzk ≤ kyk dan akan sama jika dan hanya jika z = y.
2. Jika Ax = b tidak konsisten, maka z adalah aproksimasi solusi terbaik tunggal dengan norm
minimum. Yaitu, kAz − bk ≤ kAy − bk untuk setiap y ∈ F n dan akan sama jika dan hanya jika
Az = Ay. Lebih lanjut jika Az = Ay, maka kzk ≤ kyk dan akan sama jika dan hanya jika z = y.

8
10 Rujukan
1. Arifin, A., 2017, Aljabar Linear, Penerbit ITB
2. Intan Muchtadi-Alamsyah, 2021, MA3022 Aljabar Linier; IV. Ruang Hasil Kali Dalam Bagian 1,
Algebra Research Group, Institut Teknologi Bandung

3. Intan Muchtadi-Alamsyah, 2021, MA3022 Aljabar Linier; IV. Ruang Hasil Kali Dalam Bagian 2,
Algebra Research Group, Institut Teknologi Bandung
4. Catatan Kuliah MA3022 Aljabar Linear kelas 02 semester II tahun ajaran 2020/2021
5. Friedberg, S. H., Insel, A. J., Spence, L. E. , 2003, Linear algebra, 4th edition, Pearson.

Anda mungkin juga menyukai