Anda di halaman 1dari 26

MODUL PELATIHAN LABORATORIUM FOTOGRAMETRI DAN

PENGINDERAAN JAUH
“DASAR – DASAR DALAM PENGOLAHAN DATA FOTO UDARA”

Disusun oleh :

Asisten / Tentor Pelatihan Laboratorium Fotogrametri dan Penginderaan Jauh

LABORATORIUM FOTOGRAMETRI DAN PENGINDERAAN JAUH

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2018

1|La b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
# MEMBUKA PERANGKAT LUNAK AGISOFT PHOTOSCAN
PROFESSIONAL

1. Perangkat Agisoft Photoscan Professional, dapat dibuka dengan cara melakukan


klik pada ikon Agisoft Photoscan Professional pada dekstop atau dengan memilih

ikon pada Start – All Programs. Tampilan yang akan


muncul, dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tampilan Agisoft Photoscan Professional

2|La b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
# MENAMBAHKAN FOTO
2. Setelah membuka perangkat lunak tersebut, pengolahan foto hasil pemotretan
udara pada perangkat Agisoft Photoscan Professional, didahului dengan
menambahkan seluruh foto yang akan diolah pada perangkat lunak tersebut.
Langkah yang dilakukan untuk menambahkan foto adalah memilih menu

Workflow – Add Photos [ ]... pada toolbar. Setelah itu, pilih folder ataupun file
foto yang akan diproses dan selanjutnya pilih Open untuk menambahkan foto-foto
tersebut pada jendela perangkat lunak, seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Memilih foto yang akan dimasukkan dalam perangkat lunak Agisoft
Photoscan Professional

Foto akan ditambahkan dan proses penambahan foto dapat dilihat pada kotak
dialog yang muncul. Hasil dari penambahan foto dapat dilihat pada Gambar 3.

3|La b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
Gambar 3. Hasil penambahan foto pada perangkat lunak Agisoft Photoscan
Professional dan kenampakan titik-titik biru yang mengindikasikan posisi base (center)
untuk setiap foto yang ditambahkan.
Apabila foto telah memiliki koordinat pendekatan, maka setelah foto ditambahkan
pada perangkat, akan muncul kenampakan titik-titik berwarna biru yang
mengindikasikan posisi base (center) pengambilan foto tersebut.

4|La b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
# PENYELARASAN FOTO
3. Setelah seluruh foto yang akan diproses ditambahkan pada perangkat Agisoft
Photoscan Professional, proses selanjutnya yang harus dilakukan adalah
menyelarasakan foto-foto tersebut. Fungsi dari tahapan ini adalah menentukan
posisi kamera yang sesungguhnya pada saat pemotretan dan mengorientasikan
antara satu foto dengan foto yang lain sehingga dapat terbentuk titik-titik point
cloud model dari objek-objek yang sama antar foto walau masih jarang (sparse
point cloud model).
4. Langkah yang dilakukan untuk menyelaraskan foto adalah memilih menu
Workflow – Align Photos...

5. Setelah menu tersebut dipilih, maka akan muncul kotak dialog Align Photos
seperti pada Gambar 4. Pada kotak dialog tersebut, kita harus mengatur terlebih
dahulu parameter yang akan diterapkan pada proses penyelarasan foto.
a. Pada parameter akurasi (accuracy) kita dapat memilih apakah akurasi yang
akan kita gunakan Highest, High, Medium, Low atau Lowest. Semakin
tinggi akurasi yang kita pilih, maka penentuan perkiraan posisi kamera akan
semakin akurat, sedangkan semakin rendah akurasi yang kita pilih akan
membuat waktu penentuan perkiraan posisi kamera menjadi lebih singkat
(sebentar). Saat kita menggunakan akurasi yang paling tinggi, maka perangkat
akan bekerja dengan foto yang memiliki ukuran 4 kali lebih besar dari foto
asli, untuk akurasi tinggi maka foto akan bekerja dengan foto yang masih
memiliki ukuran asli, sedangkan akurasi yang medium membuat perangkan
akan bekerja dengan foto yang diturunkan ukurannya menjadi 4 kali lebih
kecil dan untuk akurasi rendah serta paling rendah, ukuran foto yang

5|La b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
digunakan masing-masing adalah 16 kali lebih kecil dan 64 kali lebih kecil
dari ukuran yang sesungguhnya.
b. Parameter Pair Selection akan menentukan proses penyelarasan setiap foto
yang diproses. Parameter ini akan menentukan proses mencocokkan fitur-fitur
yang ada pada foto. Generic akan membuat foto-foto yang saling
bertampalan, menampal berdasarkan kecocokan fitur dengan akurasi yang
rendah. Reference akan membuat foto-foto yang saling bertampalan,
menampal berdasarkan posisi kamera yang sesungguhnya (jika data yang
digunakan sudah memiliki posisi kamera).
Parameter tambahan yang juga dapat digunakan adalah :
a. Key Point Limit digunakan untuk menentukan batas maksimal titik yang
akan dideteksi pada suatu foto. Jika diinputkan angka 0, justru akan banyak
titik-titik yang diperoleh namun belum tentu titik-titik tersebut andal.
b. Tie Point Limit digunakan untuk menentukan batas maksimal titik yang sama
antar foto. Jika diinputkan angka 0, maka tidak akan ada titik yang
didefinisikan sebagai tie point.
Nilai yang direkomendasikan oleh Agisoft Photoscan Professional adalah
4.000, hal ini dikarenakan jumlah tie point yang terlalu tinggi maupun terlalu
rendah, akan mengakibatkan meningkatnya kesalahan model point cloud yang
diperoleh, sebab jumlah ini merupakan kemampuan maksimal Agisoft
Photoscan Professional dalam mengidentifikasikan titik-titik yang sama.
Jumlah tie point dan point cloud yang dihasilkan dapat dikurangi
menggunakan menu Tools – Tie Point – Thin Point Cloud setelah proses
penyelarasan foto selesai dilakukan, hal ini akan mempersingkat waktu
pengolahan data pada tahapan selanjutnya tanpa mengurangi kualitas
keselarasan setiap foto.
6. Pilih OK untuk memulai proses penyelarasan foto. Proses akan berlangsung
dengan waktu yang berbeda-beda tergantung pada parameter yang dimasukkan

6|La b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
dan jumlah foto yang diproses. Selama proses berlangsung, akan muncul kotak
dialog seperti pada Gambar 5.

Gambar 4. Kotak dialog Align Photos dan pengaturan parameternya

Gambar 5. Kotak dialog saat proses Align Photos sedang berlangsung.


7. Hasil proses penyelarasan foto akan tampak seperti pada Gambar 6.

7|La b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
Gambar 6. (atas) Hasil proses penyelarasan foto tampak atas (bawah) Hasil proses
penyelarasan foto tampak atas tanpa tanda posisi kamera.

8|La b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
# PEMBUATAN MODEL
8. Setelah proses penyelarasan foto selesai, perangkat Agisoft Photoscan
Professional akan menampilkan titik-titik point cloud model dari objek-objek
yang sama antar foto walau masih jarang (sparse point cloud model). Perangkat
Agisoft Photoscan Professional memungkinkan kita untuk menghasilkan dan
memvisualisasikan sparse point cloud tadi menjadi point cloud baru yang lebih
rapat yang tetap didasarkan pada posisi kamera. Point cloud yang lebih rapat ini
tetap dapat diedit dan diklasifikasikan pada perangkat lain untuk keperluan analisis
lebih lanjut. Point cloud yang lebih rapat tersebut disebut Dense Cloud.
9. Langkah yang dilakukan untuk membuat dense cloud adalah memilih menu
Workflow – Build Dense Cloud...

10. Setelah menu tersebut dipilih, maka akan muncul kotak dialog Build Dense Cloud
seperti pada Gambar 7. Pada kotak dialog tersebut, kita harus mengatur terlebih
dahulu parameter yang akan diterapkan pada proses pembuatan dense cloud.
Pada parameter kualitas (quality) kita dapat memilih apakah kualitas yang akan
kita gunakan Ultra high, High, Medium, Low atau Lowest. Semakin tinggi
kualitas yang dipilih akan menghasilkan kualitas detil yang lebih rapat dan
geometri yang semakin akurat walau memerlukan waktu yang cukup lama.
Metode perapatan yang dilakukan mirip dengan metode saat penyelarasan foto,
hanya saja dalam proses ini hanya metode Ultra High saja yang mempertahankan
ukuran foto asli, sedangkan untuk High hingga Lowest masing-masing foto akan
diperkecil dengan sebanyak 4 kali untuk setiap tahapannya.

9|La b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
Parameter tambahan yang juga dapat digunakan adalah :
Depth Filtering Modes memungkinkan kita untuk menentukan kedalaman
identifikasi tie point untuk meminimalisasi adanya noise dan fokus gambar yang
kurang tepat.
Mild digunakan untuk menyaring ringan, hal ini akan tepat apabila diaplikasikan
pada area yang mengambarkan kanopi tanaman atau atap-atap dengan tekstur yang
kurang tegas.
Aggresive digunakan untuk meyaring secara tegas, hal ini akan tepat apabila
diaplikasikan pada area yang tidak memiliki detil-detil yang kecil , sedangkan
Moderate akan menghasilkan saringan data yang berada ditengah-tengah antara
Mild dan Aggresive. Disabled akan membuat noise dan kesalahan fokus tidak
akan terkoreksi.

Gambar 7. Kotak dialog Build Dense Cloud dan pengaturan parameternya.


11. Pilih OK untuk memulai proses pembuatan dense cloud.
Proses akan berlangsung dengan waktu yang berbeda-beda tergantung pada
parameter yang dimasukkan dan jumlah foto yang diproses. Selama proses
berlangsung, akan muncul kotak dialog seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Kotak dialog saat proses Build Dense Cloud sedang berlangsung.

10 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
12. Hasil proses pembuatan dense cloud akan tampak seperti pada Gambar 9.

Gambar 9. Hasil proses pembuatan perapatan titik (dense cloud)


13. Proses yang dapat dilakukan selanjutnya adalah membangun mesh. Langkah yang
dilakukan untuk membuat dense cloud adalah memilih menu Workflow – Build
Mesh...

14. Setelah menu tersebut dipilih, maka akan muncul kotak dialog Build Mesh seperti
pada Gambar 10. Pada kotak dialog tersebut, kita harus mengatur terlebih dahulu
parameter yang akan diterapkan pada proses pembuatan mesh.
Pada parameter Surface Type, Arbitary dapat dipilih untuk memodelkan jenis
objek apapun, tidak ada kriteria khusus namun cukup memakan banyak ruang
penyimpanan data. Height Field Surface dapat dioptimalkan untuk pemodelan
permukaan yang sangat datar dan ruang penyimpanan yang diperlukan pun tidak
banyak.
Parameter Source Data akan menentukan sumber data yang digunakan dalam
pembangunan mesh. Jika sumber datanya adalah Sparse Cloud maka model 3D

11 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
akan dibentuk dengan cepat karena hanya berdasarkan point cloud yang tidak
terlalu rapat, sedangkan Dense Cloud akan menghasilkan model 3D dari seluruh
titik point cloud yang telah dibentuk sebelumnya sehingga lebih rapat meskipun
waktu pembuatannya cukup lama.
Parameter Face Count akan menentukan jumlah poligon yang akan terbentuk
pada mesh. Nilai yang bisa dimasukkan adalah High, Medium dan Low . Semakin
kecil jumlah poligon yang dibentuk maka semakin kasar pula kenampakan yang
akan dihasilkan, namun jika jumlah poligon yang dibentuk terlalu banyak, akan
membuat kecenderungan kerusakan pada visualisasi hasil karena ukuran data yang
sangat besar.
Parameter tambahan yang juga dapat digunakan adalah :
Interpolation yang memungkinkan kita untuk memilih apakah model yang telah
kita hasilkan perlu diperbaiki dengan interpolasi atau tidak. Disabled akan
menghentikan proses tanpa memasuki tahap interpolasi, hal ini akan kan
menghasilkan model yang sesungguhnya lebih akurat karena model tersebut
diperoleh dari rekonstruksi per area objek saja, namun proses ini justru
mengakibatkan tidak adanya koreksi pada bagian model yang berlubang, sehingga
nantinya diperlukan proses lanjutan untuk mengisi kekosongan pada model yang
tidak terbentuk tersebut. Enabled (default) berarti mengizinkan perangkat untuk
melakukan interpolasi setelah pembentukan mesh dikerjakan. Interpolasi akan
dilakukan dengan memperhitungkan data dalam suatu radius area, sehingga
rekonstruksi model akan didasarkan pada area disekitarnya pula. Menggunakan
metode ini akan membuat lubang atau kekosongan model yang sebelumnya ada
menjadi hilang karena terisi secara otomatis, walau tidak menutup kemungkinan
masih terdapat lubang yang tidak dapat terisi otomatis akibat kekosongan data pula
di area sekitarnya. Extrapolated adalah metode rekonstruksi model dengan
memperhatikan area di luar bagian model tersebut. Lubang atau kekosongan
model yang besar, dapat diisi dengan metode ini.

12 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
Gambar 11. Kotak dialog saat proses Build Mesh sedang berlangsung.
15. Pilih OK untuk memulai proses pembuatan mesh.
Proses akan berlangsung dengan waktu yang berbeda-beda tergantung pada
parameter yang dimasukkan dan jumlah foto yang diproses. Selama proses
berlangsung, akan muncul kotak dialog seperti pada Gambar 11.
16. Hasil proses pembuatan mesh akan tampak seperti pada Gambar 12

Gambar 12. Hasil proses pembuatan mesh


17. Selain mesh terdapat pula model texture yang dapat dibuat. Model texture adalah
model fisik 3D dari kenampakan-kenampakan yang ada di area liputan foto. Model
texture dapat diekspor ke dalam berbagai format model 3D yang nantinya dapat
dimanfaatkan untuk membuat model 3D menggunakan software lain atau website.
18. Untuk membuat model texture pilih menu Workflow klik Build Texture.

13 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
19. Muncul pilihan Texture Parameter, ada beberapa pilihan mapping mode, mulai
dari Generic, Adaptive Orthophoto, Orthophoto, Spherical, Single Photo, Keep
uv. Pilihan tersebut dapat dipilih dan dibandingkan untuk memperoleh hasil
terbaik.
20. Demikian pula untuk parameter texture size/count dapat digunakan untuk
mendetilkan tekstur dengan konsekuensi file tekstur yang semakin besar
ukurannya.
21. Untuk pilihan blending mode, ada tiga pilihan, Mosaic, Average, Max Intensity,
dan Min Intensity.
Mosaic akan mempertimbangkan detail dalam setiap foto sehingga menghasilkan
texture yang seimbang dari segi warna dan kedetilan. Pilihan average akan
menggunakan nilai piksel rata-rata dari setiap foto yang overlap. Adapun untuk
max dan min intensity menggunakan intensitas maksimum dan minimum dari
piksel yang bertampalan/overlap. Kita juga dapat mencentang pilihan Enable
Color Correction untuk melakukan koreksi pada tekstur, namun waktu
pemrosesan akan menjadi lebih lama.

14 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
# INPUT GROUND CONTROL POINT (GCP)
22. Setelah proses pembuatan model yang sebagin besar didasarkan pada konsep
structure from motion dilakukan, kita dapat memberikan input ground control
point untuk memberikan kontrol terhadap pekerjaan yang telah kita lakukan agar
nantinya akurasi yang diperoleh dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
23. Proses input GCP dilakukan dengan terlebih dahulu beralih dari jendela
Workspace ke Reference. Setelah beralih ke jendela Reference, langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah membuka satu per satu foto yang memiliki
(menggambarkan/merekam) adanya GCP yang telah ditentukan baik dalam bentuk
pre-mark maupun post-mark. Membuka foto dapat dilakukan dengan cara double
click pada foto tersebut, selanjutnya cari GCP yang ada pada foto tersebut dan
tandai GCP yang terdapat pada foto tersebut dengan klik kanan dan memilih menu
Create Marker. Contoh proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Pembuatan marker yang memberikan tanda adanya GCP pada suatu foto
24. Selanjutnya, pada kolom Markers akan muncul GCP yang telah ditandai dari
tahapan diatas.
25. Dengan kondisi overlap dan sidelap yang tinggi, pasti suatu foto akan memiliki
(manggambarkan/merekam) GCP yang dengan foto lain (misalkan pada foto

15 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
DJI_001, DJI_002, DJI_003 memiliki GCP Point 1), maka untuk menandai foto
lain yang memiliki GCP yang sama didahului dengan mencari foto-foto tersebut.
Pencarian foto tersebut dilakukan dengan cara klik kanan pada point yang muncul
di kolom Markers kemudian memilih Filter Photos by Markers (Gambar 14),
selanjutnya perangkat akan menampilkan foto-foto yang sama-sama memiliki
suatu GCP (Gambar 15). Untuk menandai foto-foto yang telah ditemukan tersebut,
cukup dengan menggeser posisi marker yang telah ada sebelumnya pada posisi
GCP yang sesungguhnya dengan terlebih dahulu membuka setiap fotonya.

Gambar 14. Pencarian foto-foto yang sama-sama memiliki GCP Point_1

Gambar 15. Foto-foto yang sama-sama memiliki GCP Point_1

16 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
26. Ulangi langkah diatas (nomor 18-20) untuk menandai seluruh GCP yang ada.
Contoh hasil penandaan GCP ada pada Gambar 16.

Gambar 16. Contoh hasil penandaan GCP pada seluruh foto yang memiliki GCP
27. Selanjutnya, yang perlu dilakukan adalah memasukkan nilai koordinat untuk
setiap GCP yang telah ditandai/didefinisikan diatas foto. Langkah untuk
memasukkan nilai koordinat tersebut adalah memilih menu Import pada
Reference Control Toolbar.

28. Akan muncul kotak dialog yang meminta kita untuk memasukkan file dengan
ekstensi .csv ataupun .txt yang berisi informasi mengenai nilai koordinat untuk
setiap GCP yang telah didefinisikan. Pilih file tersebut dan pastikan nama titik
pada file sama dengan nama titik yang didefinisikan pada perangkat. Selanjutnya,
atur Coordinate System, Label, Easting, Northing dan Altitude sesuai dengan
data yang kita miliki seperti pada Gambar 17. Nilai koordinat GCP akan
dimasukkan dalam tabel yang masih terdapat pada kotak dialog Import CSV.

17 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
Gambar 17. Hasil pendefinisian nilai koordinat GCP
29. Pilih OK, maka nilai koordinat titik akan muncul pada kolom Markers seperti
pada Gambar 18.

Gambar 18. Hasil pendefinisian nilai koordinat GCP

18 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
# OPTIMALISASI KAMERA
30. Setelah proses pendefinisian nilai koordinat GCP pada perangkat, selanjutnya
perlu dilakukan optimasi foto untuk melakukan rekontruksi foto berdasarkan GCP
yang telah didefinisikan dan memperbaiki kualitas geometri foto berdasarkan data
GCP yang telah diberikan. Sebelumnya kualitas geometri foto belum terlalu baik
karena koreksi kesalahan yang ada hanya didasarkan pada hasil perhitungan IO
dan EO foto itu sendiri. Proses optimalisasi foto dilakukan dengan cara melakukan
pengaturan sistem koordinat dan parameter kamera. Menu yang dipilih adalah
Setting pada Reference Control Toolbar.

31. Memilih menu tersebut akan menampilkan kotak dialog Reference Settings, pada
kotak dialog tersebut perlu didefinisikan parameter yang meliputi Coordinate
System, Camera Accuracy, Marker Accuracy, Scale bar Accuracy,
Projection Accuracy dan Tipe Point Accuracy. Apabila parameter-parameter
diatas tidak diketahui, perangkat telah memberikan nilai pendekatan seperti pada
Gambar 19. Jika seluruh parameter sudah terisi, klik OK.

Gambar 19. Parameter pada Reference Settings

19 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
32. Selanjutnya, proses optimasi foto dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan uncheck pada seluruh foto, sehingga tampilan pada kolom foto seperti
pada Gambar 20. Proses dilanjutkan dengan memilih menu Optimize pada
Reference Control Toolbar, memberi tanda cek pada seluruh parameter yang
akan dilibatkan dan memilih OK.

Gambar 20. Hasil uncheck pada seluruh foto

20 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
# PEMBUATAN DEM DAN ORTHOMOZAIK FOTO
33. Pembuatan DEM dan Ortofoto, harus didahului dengan proses pembuatan dense
cloud dan mesh ulang, setelah data foto dikenai proses optimasi. Langkah yang
dilakukan sama dengan seluruh proses pada tahapan #PEMBUATAN MODEL.
34. Selanjutnya, pembuatan DEM dilakukan dengan memilih menu Workflow –
Build DEM…

35. Pada kotak dialog yang Build DEM yang muncul, perlu didefinisikan
Coordinate System yang digunakan, sesuai dengan GCP yang didefinisikan.
Selanjutnya, Source Data pembuat DEM dapat dipilih apakah menggunakan
Sparse Cloud, Dense Cloud ataupun Mesh. Pada perangkat ini, pembuatan
DEM berdasarkan dense cloud menghasilkan hasil yang paling akurat jika
dibandingkan dengan sumber data lain. Pendekatan DEM dapat diperoleh
dengan sumber data sparse cloud.
Sama seperti tahapan pembuatan mesh, terdapat pula parameter Interpolation
yang dapat didefinisikan dengan Enabled (default), Extrapolation maupun
Disabled. Pemilihan Disabled cenderung menghasilkan hasil rekonstruksi yang
akurat karena perhitungan hanya didasrkan pada area yang sesuai dengan posisi
titik-titik pendekatan. Pada perangkat ini, lebih disarakan penggunaan interpolasi

21 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
Enable (default) agar DEM yang dihasilkan merupakan hasil perhitungan dari
seluruh area yang dimodelkan, yang setidaknya tampak pada satu foto.
Extrapolated akan menghasilkan DEM yang minim lubang dengan data
pengisian lubang-lubang yang ada sebelumnya berdasarkan hasil ekstrapolasi
data diluar area lubang.
Dapat dipilih, apakah DEM hasil merupakan klasifikasi DSM untuk seluruh
model permukaan atau hanya DTM (ground) saja dengan mengubah Point
Classes. Catatan untuk pembuatan DTM, sebaiknya proses ini didahului dengan
pengklasifikasan dense cloud terlebih dahulu untuk membagi dense cloud ke
kelas ground atau bukan.
Apabila hanya sedikit saja bagian yang akan dibuat DEM, maka Region harus
diatur agar pembuatan DEM dapat dilakukan diarea yang kita maksud saja.
Resolution menampilkan nilai resolusi DEM yang akan diperoleh berdasarkan
estimsai sumber data. Secara umum, pengaturan pembuatan DEM dapat dilihat
pada Gambar 21. Hasil pembuatan DEM dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 21. Pengaturan pada tahap pembuatan DEM

22 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
Gambar 22. Hasil pembuatan DEM
36. Selanjutnya, pembuatan Ortomosaik foto dilakukan dengan memilih menu
Workflow – Build Orthomosaic… Pembuatan ortomosaik foto didasarkan pada
data foto yang telah dimasukkan dan model yang telah dibuat pada tahapan
sebelumnya. Pada pembuatan mosaik foto, perangkat memungkinkan adanya
editing pada seamline foto.

37. Pada kotak dialog Build Orthomosaic yang muncul, perlu didefinisikan
Projection yang digunakan, sesuai dengan GCP yang didefinisikan. Selanjutnya,
Type dari mosaik orthofoto yang dihasilkan apakah Planar ataukah Geographic.
Planar digunakan untuk foto yang memuat mengenai fasad ataupun permukaan,
namun tidak dilengkapi dengan data Z (elevasi/ketinggian/kedalaman).

23 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
Kemudian parameter lain yang mendukung pembuatan orthomosaik, yaitu :

a. Surface yang mendefinisikan data apa yang digunakan untuk merekonstruksi


foto. Pilihannya adalah DEM atau Mesh, untuk hasilnya yang maksimal lebih
baik menggunakan DEM.
b. Blending mode merupakan parameter yang dipilih untuk pembuatan mosaik
foto. Dapat dipilih Mosaic (default) yang berarti pembuatan mosaik foto
dilakukan dengan membagi-bagi data terlebih daulu menjadi beberapa bagian,
kemudian bagian-bagian tersebut digabungkan menjadi suatu kesatuan
mosaik foto yang didasarkan pada kesamaan posisi. Average adalah teknik
pembuatan mosaik foto dengan didasarkan pada kesamaan nilai rata-rata
piksel dari masing-masing foto. Disabled berarti mosaik foto didasarkan pada
posisi kamera yang hampir sama.
c. Enable cloor correction memungkinkan adanya koreksi radiometri pada foto
untuk melakukan pengaturan pada perbedaan antar foto yang cukup ekstrem.
Parameter ini dapat membuat tampilan radiometri foto menjadi lebih seragam.
d. Pixel size menampilkan nilai ground sampling distance (GSD) estimasi dari
seluruh foto yang akan dihasilkan. Nilai GSD dapat diubah (diperbersar atau
diperkecil) namun kualitas foto yang sesungguhnya apabila GSD diperbesar,
tidak akan berubah.
e. Max. dimension (pix) membuat kita dapat mengatur dimensi maksimal dari
hasil ortofoto.
f. Region memungkinkan kita mengerjakan orthomosaik foto hanya pada area
yang kita inginkan saja.

Pengaturan orthomosaik foto dapat dilihat pada Gambar

24 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
38. Hasil orthomosaik foto dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Pengaturan pembuatan orthomosaik foto (kiri) dan hasil orthomozaik
(kanan)
39. Seluruh hasil pengolahan dapat diekspor melalui menu File pada Main Toolbar
kemudian memilih menu ekspor sesuai dengan file yang akan diekspor. Contoh
untuk melakukan ekspor ortomosaik foto adalah File - Export Orthomosaic -
JPEG/TIFF/PNG. Atur sesuai kebutuhan.

25 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M
SUMBER MODUL
Laksono, Dany Puguh dan Cahyono, Bambang Kun (2017). Pengolahan Orthofoto Dan
Ekstraksi Dem Dari Pemotretan Udara Menggunakan Perangkat Lunak
Agisoft Photoscan Professional. Pelatihan UAV BPN, Departemen Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta

26 | L a b o r a t o r i u m F o t o g r a me t r i d a n P e n g i n d e r a a n J a u h , G e o d e s i F T U G M

Anda mungkin juga menyukai