Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ribhan Nafiz Siregar

Nim: 119230081
Fotogrametri Dasar

T01. Perkembangan Fotogrametri di Indonesia

Fotogramteri adalah secara bahasa adalah sebuah photo, graphen dan metry, yang berarti
sebuah penyajian foto yang bisa diukur. Dan secara istilah fotogramteri adalah sebuah Teknik
survei dalam pemetaan dengan cara pengambilan data melalui foto udara tanpa menyentuh objek
atau dengan istilah untouching dan dari data tersebut dilakukan pengukuran matematis untuk
dapat menghasilkan gambaran spasial di daerah tertentu yang nantinya bisa dilalakukan analisis
dan memenuhi kebutuhan data spasial.

Kemudian disempurnakan lah pengertian fotogramteri oleh American society for


photogramtry and remote sensing yang mendefinisikan bahwa fotogramteri adalah sebuah seni,
sains dan teknologi untuk memperoleh informasi tentang objek fisik dan lingkungan melalui
proses perekaman, pengukuran dan interpretasi gambar fotografi dan pola pancaran energi
elektromagnetik. Dan jua

Fotogrametri sendiri sudah berkembang sejak tahun 1851 dan jauh sebelum itu ini
bermula dari sejarah ditemuakannya fotografi, berupa sistem pemroyeksian citra secara optis
oleh Aristoteles tapat nya pada tahun 350 SM, dari yang menggunakan teknologi kuno, hingga
sekarang yang menggunakan teknologi canggih, seperti penggunaan UAV (unnamed aerial
vehichle) atau biasa disebut pesawat tanpa awak/drone, sebegai wahana terbang untuk membawa
kamera. Di Indonesia sendiri penyedian data dan informasi spasial masih sedikit sekali, maka
dari itu adanya fotogrametri sangat membantu dalam penyedian data dan informasi, karena
terhitung lebih murah, efisien, proses cepat dan dapat mencakup wilayah besar dengan ketelitan
yang cukup baik.

Di Indonesia tentunya dalam perkembangan fotogrametri juga sangat membantu dalam


proses mendapatkan data spasial, karena ada beberapa daerah yang memiliki keterbatasana akses
citra satelit resolusi tinggi terhadap beberapa situs cagar budaya disuatu Kawasan bersejarah.
Maka dengan menggunakan fotogramteri kelengkapan data spasial dapat tercapai, tentunya
perkembangan fotogrametri di Indonesia juga sudah dilindungi secara hukum , tekait
penggunaan UAV, yaitu sudah dilindungi oleh Kemenhub, TNI AU, Kemhan, Polhukam, Badan
informasi geospasial dan LAPAN, tentunya itu semua akan sangat memudahkan dalam
pengakuisisian data informasi geospasial di Indonesia.

Pada perkembangannya fotogramtri di Indonesia memiliki sejarah yang Panjang, yaitu


dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Ketika sebelum dan selam perang dunia kedua, kemudian pada
tahun 1950 -1967 dan periode setelah 1968. Pada saat sebelum perang dan saat perang dunia,
kebanyakan negara dunia menggunakan foto udara untuk kebutuhan perang dan kepentingan
militer, di Indonesia sendiri contoh yang tepat yaitu yang dilakukan oleh shell di irian jaya pada
tahun 1935 sampai tahun 1938 yang mana dengan foto udara berhasil mempetakan 100.000km2
dengan area yang sulit dijangkau karena tertutup oleh hutan hujan yang lebat yang mana jika
ingin dipetakan menggunakan cara konvensional, maka akan selesai dalam 3 tahun, akan tetapi
dengan fotogrametri , ini bisa diselesaikan dengan cepat, bahka garis tektonik, lipatan, dan
startifikasi singkapan dapat terlihat jelas dan akurat sehingga dapat dilakukan pemilihan dalam
area pengeboran. Ini berkaitan dengan seni, sains dan teknologi dalam fotogrametri sehingga
dapat membatu memetakan daerah-daerah yang sulit terjangkau. Begitulah peroide ini berkahir
dengan hanya untuk kebutuhan militer dan kegiatan eksplorasi

Kemudian pada tahun 1950 an tidak terlihat adanya perkembangan yang signifikan, akan
tetapi pada tahun 60-an, perkembangan mulai terjadi, di Indonesia sendiri muncullah Lembaga
survei udara, yang kemudian berkembang menjadi badan usaha milik negara, yang dikenal
dengan PENAS pada tahun 1961 dan mulai saat itu, kegiatan foto udara semakin digencarkan.
Contoh keberhasilan fotogramtri pada periode ini adalah dengan adanya keberhasilan jalan raya
trans-sumatera akibat perencanaan dengan menggunakan foto udara, kemudian juga contoh
lainnya adalah dengan penentuan batas antara irian jaya dan papua nugini pada tahun 1967,
survei ini diperintahkan oleh kedua negara. Dalam periode ini sangat terlihat bahwa fotogrametri
secara teknologi dan secara sains, sudah bisa untuk menentukan batas antara negara, dan dalam
perencanaan yanga akurat dalam pembangunan jalan raya trans sumatera.

Kemudian pada peridoe setelah 1968, semakin berkembang dengan adanya uu


penanaman modal asing, yang kemudian berdampak pada ekspolarasi sumber daya mineral dan
lain sebagainya, dan juga pada saat itu mulai diterapkannya rencana pembangunan 5 tahun
pertama, yang mengakibatkan lebih banyak lagi daerah yang harus dipetakan, untuk mendukung
pembangunan. Dan juga kebutuhan atas pendaftaran tanah, dengan fakta hanya 5 % pada tahun
1968 propeti tanah yang sudah didaftarkan . dan juga dalam penentuan batas desa, kemudian
penggunan lahan dll , dan hingga sekarang masih terus berkemabang dengan mengikuti trand
teknologi dan kebutuhan data yang cepat, karena tidak mungkin semua nya harus diselesaikan
menggunakan cara konvensional.

Fotogramtri dalam sisi sains, dapat dikatan begitu karena behind/dibelakang hasil-hasil
output fotogrametri disitu terdapat banyak hitungan, metodologi untuk menghitung data yang
didapat, dan itu semua menggunakan perhitungan yang sangat matematis, selain itu juga
dibutuhkan banyak ilmu sains lagi seperti pengetahuan tentang foto, pixel, kenampakan alam dan
lain sebagainya, untuk bisa melakukan sebuah interpretasi terhadap foto udara yang diambil. Dan
ini erat hubunganya juga dengan seni yang ada dalam fotogrametri, mengapa begitu, karena
setiap manusia memiliki template yang berbeda diotaknya dan itu berdasarkan apa yang pernah
dialami, dilihat, didengar dirasakan oleh manusia, dan itu berbeda satu orang, berbeda juga isi
nya, kemudian wawasan yang berbeda, ilmu latar belakang yang berbeda, dan pengaruh
lingkungan dan lain sebagainya, yang mana Ketika melakukan interpretasi foto, maka setiap
orang akan berbeda beda, akan menggunakan seni nya masing-masing, misalnya yang satu
menggambarkan jalan itu bergaris satu, mungkin ada orang lain yang menggambarkan nya
dengan garis dua sejajar, jadi itu semua tergantung seni orang yang melakukan interpretasi,
tergantung wawasan yang dia miliki.

Kemudian dari sisi teknologi, ini erat kaitanya dengan pekembangan zaman, yang mana
diketahui bahwa dahulu fotoframetri masih menggunakan plan table, kemudian berkemabang
zaman, digunakanlah analog fotogrametri, berkembang lagi menjadi analytical fotogramtri,dan
hingga sekarang menggunakan digital fotogrametri dengan wahana yang sudah menggunakan
UAV yaitu biasa disebut drone, padahal dahulu masih menggunakan burung untuk membawa
kamera, menggunakan balon udara untuk membawa kamera, dan lain sebagainya. Dan juga jauh
sebelum itu semua , ini berkaitan dengan ditemukannya alat optis berupa kamera. Yang mana
tidak terlepas dari sejarahnya fotografi, yaitu sistem foto pertama yang dilakukan oleh
Aristoteles. Di Indonesia tepatnya sampai pada tahun 1998 masih menggunakan fotogrametri
analog, yang menggunakan kamera udara metrik dengan film sebesar 23 x 23 cm, menggunakan
slotted template untuk melakukan triangulasi dan alat ploting stereo. Kemudian hingga sampai
sekrang sudah menjadi fotogrametri digital, pengolahan nya menggunakan software computer
dan wahana nya menggunakan pesawat nir awak. Ini semua bekaitan dengan teknologi yang ada,
semakin berkembang nya zaman maka teknologi yang ada di zaman tersebut akan dilakukan
penyesuaian dengan fotogrametri, maka dari itu fotogramteri berkaitan dengan teknologi, karena
setiap ada teknologi baru, maka fotogrametri bisa semakin canggih, dan tidak akan terlibas oleh
zaman.

SUMBER
Fitriawan, D., Senov, H. T., & Permana, R. (2020). PEMANFAATAN TEKNOLOGI FOTO UDARA
PENGINDERAAN JAUH UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV) UNTUK PENGUMPULAN
DATAGEOSPASIAL DI AREA A WARISAN DUNIA TAMBANGBATUBARA OMBILIN SAWAHLUNTO
(WTBOS). JURNAL AZIMUT Vol. 3, No. 1, Juni 2020 (37-50), 37.

Rachmanto, D. H., & Ihsan, M. (2020). PEMANFAATAN METODE FOTOGRAMETRI UNTUK PEMETAAN
SKALA 1 : 1000 (STUDI KASUS : UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA). ENMAP Vol. 1 No.2
September 2020, 81.

https://www.inovamap.com/index.php/2020/04/25/topo-mapping/

http://spig.upi.edu/2018/05/07/status-dan-pemanfaatan-drone-di-indonesia-kontrol-kualitas-
produk-pemetaan/

Paul_R._Wolf,_Bon_A._Dewitt]_Elements_of_Photogra(b-ok.xyz)

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/0031866378900017

Anda mungkin juga menyukai