Anda di halaman 1dari 9

Pernahkah kalian mempunyai sahabat? Sahabat, yup.

Manusia manusia
yang selalu ada disamping kalian dengan sejuta macam ragam sifat mereka. Yang
ikut andil dalam mengendalikan mood kalian, kadang lucu menyenangkan bagai
balon balon terbang besas mengudara, kadang pula menyebalkan bak tom yang
selalu menjaili jerry. Tetapi hanya mereka yang mampu memeluk, menjaga dan
selalu ada. Dan disini, aku akan menceritakan satu kisah tentang kami, dimana
ketika aku sadar bahwa hebatnya hubungan yang telah kami jalin dengan sebutan
persahabatan.

Sebelum aku menceritakannya lebih jauh, izinkan aku mengenalkan


mereka dengan warna warni yang mereka miliki. Mari kita mulai dari yang paling
manja, Celin Gita Putri gadis dari negeri jawa yang memutuskan untuk menimba
ilmu di lampung dan bertekat untuk berjauhan dari orang tuanya. Dia gadis yang
lemah lembut dengan khasnya wanita jawa kebanyakan, tetapi dia adalah gadis
yang paling cerewet, manja, dan juga ceroboh yang pernah aku kenal.

Kemudian lanjut yang kedua, Novi Nurmalasari entah bagaimana jika


kami tak memiliki dia, dia adalah satu-satu nya dari kami yang paling sabar,
dewasa. Dan satu yang aku bingungkan dari dia, semua keputusan yang dia
berikan tidak pernah salah. Mungkin dia dilahirkan untuk hanya memiliki peluang
97,5% untuk benar. Dia adalah tempat favorite ku untuk berkeluh kesah, berbagi
cerita bagaimana letihnya hidup di dunia yang sebenarnya.

Next, disini akan ku perkenalkan kepada kalian 3 wanita cantik yang


selalu membuatku gemas akan tingkah mereka Syifa, Dilla, Leni. Oke kita mulai
yang paling pintar diantara kami, Dilla dia adalah yang paling jenius diantara
kami, semua mata kuliah dia hampir sempurna. Sempat suatu waktu semester
kemarin mata kuliah ESP dia mendapat nilai B+ dan kalian tahu apa yang dia
lakukan ? dia depresi dan mengurung diri di kamar selama hampir 3 hari. Ya
itulah dia, pemuja kesempurnaan dan tidak pernah mau menerima pemikiran
diluar nalar atau hal-hal berbau mistis. Dilla sangat bertenangan sudut pandang
dengan Syifa, syifa adalah wanita yang selalu mengait-ngaitkan semua hal dengan
mitos ataupun hal-hal yang berabau mistis. Tetapi yang sangat aku herankan dari
mereka adalah, walupun sudut pandnag mereka sangat lah berbeda tetapi mereka
sangat dekat walaupun banyak perdebatan setiap kali mereka berbicara. Dan
perdebatan itulah yang membuat suasana menjadi hangat dan dekat diantara kami.
Dan ini dia yang paling menggemaskan adalah Leni, dia yang paling baik, yang
paling lugu sehingga dia mudah di bodohi oleh orang-orang disekitarnya.
Terkadang aku bingung dengannya walaupun sering kami jahili tetapi dia tetap
memilih untuk tetap berteman bersama kami.
Dan ini dia yang paling aku tunggu, mereka adalah 2 orang ter-ganteng
diantara kami. Sidiq dan Ari mereka adalah dua laki-laki yang bertahan untuk
berteman dengan kami, para wanita yang banyak maunya, banyak nyusahinnya,
dan banyak mulutnya. Ntah lah, walaupun sifat mereka yang sangat jauh berbeda
tetapi kami para wnaita merasa sangat aman ketika mereka ada disekitar kami.
Walaupun Ari itu dalah tipe laki-laki yang jaman now banget, tapi dia bisa
menghibur kami dengan ke alay-an yang dia punya. Sedangkan sidiq, dia adalah
laki-laki yang mempunyai sifat seperti novi, mungkin novi dan sidiq adalah
malaikat yang diutus untuk menjaga kami.

Dan yang terakhir RIDA, entahlah aku juga bingung mendeskripsikan


sifatnya, hanya dia yang mempunyai sifat yang berubah-ubah. Kadang tegas,
kadang lembut, kadang loyalitas kadang juga egois. Dia itu tipe wanita yang
pengatur. Semua yang dia perintahkan harus kami turuti. Ya walaupun tujuan dia
itu baik tetapi sebagian dari kami kurang menyukai sifat dia yang keras.
Menurutku dibalik sifat kerasnya ada naluri menjaga kami didalam diri dia.

Oke aku pikir cukup bincang-bincangnya, langsung saja kita mulai ke alur cerita.

pada akhir semester 2 kemarin, seperti yang biasa kami lakukan, menyempatkan
waktu berkumpul bersama. Alasan awalnya sih ingin meluangkan waktu bersama
sebelum libur panjang semeter 2. Tetapi entah dari mana ide itu. Tiba-tiba saja
terpikirkan di otakku untuk menyempatkan waktu untuk naik gunung Tanggamus
sebelum akhirnya kita pulang ke kampung masing-masing. Btw, aku sampai lupa
mengenalkan diri hehe. Aku Dhea, mungkin aku satu-satunya yang memliki
banyak keluhan kesehatan diantara kami. Tapi yasudah lah kita lanjutkan saja
ceritanya.

Scene 1

Dhea: “guys, bosen gak sih kalo kita setiap kumpul selalu di sini. Cuma bisa
ngeliatin barang-barang celin yang unyu-unyu dan ngeliatin model rambut ari
yang setiap hari ganti model, guys kita butuh udara segar!”
Celin: “dheaaa, liatin aku aja . bisa buat otak kamu segar kok” ( ucap celin sambil
bercermin dan membenahkan jilbab nya)
Ari : “celin sayang. . . ngeliatin kamu setiap hari itu adalah kutukan terberat bagi
aku. Tau !” (ujar ari, sambil mengambil kaca yang dipegang oleh celin dan
dipakainya untuk bercermin sendiri)
Novi: “udara segar gimana de ?” (bertanya dengan nada yang lembut dan dewasa)
Dhea : “gimana kalo sebelum kita pulang ke kampung kita masing-masing, kita
naik gunug dulu?” ( jawab dhea, sambil meletakkan hanphone)
Syifa: “ppftt...naik gunung ?Ih jangan ah di gunung itu banyak hantu nya tau.”
(jawab sifa tersedak jus mangga yang sedang diminumnya)
Dhea : “iya nov, kita naik gunung tanggamus, kemarin aku denger cerita dari
temen aku kalo disaan itu bagus banget dan tempat yang tepat untuk kita
ngerayain selesainya semester 2 kita” (ujar dea dengan penuh keyakinan )
Rida : “oke, aku setuju” (jawab rida dengan wajah yang datar)
Dilla : “ih rida, kok kamu asal setuju setuju aja sih. Lagi pula kita disana itu
butuh banyak banget peralatan dan persiapan yang matang. Jadi ga bisa asal jadi
aja kaya gitu” (jawab dila sambil melihat sinis ke arah rida)
Dhea : “enggak kok dil, disana udah tersedia semua alat penyewaan barang nya,
jadi kita Cuma menyiapkan diri saja” (ujar dea dengan tetap meyakinkan)
Ari : “tapi guys, ada benernya juga. Itu ide yang bagus sih, sampai sana kita bisa
dapet view yang bagus buat foto” (ujar ari dengan menangkat dagu keatas sambil
membayangi indahnya gunung)
Celin : “iyaiyaa bener yang ari bilang, oke aku setuju” (jawab celin dengan
beranjak dari duduk nya dan berdiri kejingkrakan )
Sidiq : “oke, mau berangkat kapan kita ?” (jawab santai dari sidiq)
Dhea : “yess, akhirnya pak bos juga setuju. Novi, dilla, syifa,leni ? gimana
menurut kalian” (tanya dea dengan wajah penasaran )
Dilla : “yaudah deh, aku mah ikut aja apa kata kalian” ( jawab dilla dengan
pasrah)
Novi : “yah, kalo semuanya ikut pasti aku ikut kok”(jawab novi)
Syifa : “kalo kalian ikut, ya aku ikut dong. Siapa yang bakal jagain kalian dari
ahntu gung kalo bukan aku”
Leni : “............ apa ?” ( tanya leni, lepas dari bengongnya)
“leniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii..............................” (panggil gemas denganserempak
dari dea, dilla, celin dan ari)
Leni : “hehe... sorry sorry ini ngomongin apa ya ?” (tanya leni dengan wajah
polosnya)
Rida : “lo dari tadi kemana aja sih ? (tanya rida dengan wajah yang sedikit gemas)
Leni : “Dari tadi aku masih mikir, kan aku tadi mesen salad with peanut sauce
kenapa datengnya pecel ya guys ?” (jawab lenisambil mengutik-utik pecel yang
ada dipiring)

Leniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii............... (ari, dilla, celin dan dea, berteriak bersamaan sambi


menepok dahi masing-masing)

(rida, celin, ari )


celin : “ya ampun yampun, ini bagus banget, bagus gila, keren keren! Ya kan
da ?”
rida : “ hmmmmmm....”
ari : “aku yakin 100% , followers aku bakal naik steelah aku update foto ku disini,
ini keren banget!”
celin : “ariii, fotoin aku sama rida ya, nih kamera nya”
ari : “sinii.. eh” (keinjek kaki nya celin)
celin : “ ya ampun ariiii, ini kan sepatu aku yang paling aku sayang, kamu tau ga
sih ini yang beliin mama aku oleh oleh dari singapur, kan jadi kotor kaya gini
kaya gimana nih, ih ari, aku sebel banget sama kamu. Disini kan mau nyari air
susah. Gimana mau dibersihin coba.....”
rida : “itu mulut bisa ga brisik ga sih ? itu Cuma sepatu, jadi ga usah heboh”
celin : “ ih kamu itu ga tau sih rida, ini sepatu itu di beliin mama aku dari
singapur. Ini itu sepatu kesayangan aku”
rida : “itu sepatu posisinya masih dibawah kan ? fungsinya masih sama kan sama
sepatu yang kita punya ?”
celin : “ih, ........” (dengan muka murungnya, celin menginjak sepatu ari untuk
membalas ari)
ari : “wahhh, sinting kamu cel, ini sepatu gua jadi kotor gini, ini kan gua belinya
mahallllllllllllll”
celin : “hahhaa, rasain. Ya lagi pula ngapain kamu tadi nginjek nginjek sepatu
aku”
ari : “ya kan tadi gua ga sengaja, harus banget lo ngebalesnya”
celin : “ya harus dong, sengaja ataupun ga sengaja hahaha”
ari : “hhhhhhh... rasain lo....” (sambil menginjak sepatu celin lagi)
celin : “ ariiiiiiiiiiiiiiiii, ih .......” (sambi merengek seperti anak kecil)
rida : “kalian harus tau ya, kalian dua itu sama aja”.

Scene 2
(leni, dila, syifa)
leni : “waaahhh, akhirnya sampe juga ya kita. Ini kok kuping aku jadi budeg gitu
ya guys ?”
dila : “leniiiiii, itu hal yang wajar karena kalo kita di atas gunung sel darah merah
kita itu bisa dominan ke sel darah putih bla bla bla (penjelasan ilmiah dari
gunung)
leni : “ oooo jadi gitu ya dil ? jadi kalo kaya gini nanti darah aku putih semua
dong ? ihhh aku ga mau!”
dila : “ih ya ampun leniiiiiiiiiiiii.........”
leni : “kamu kan pinter ya dila, tolongin aku aku ga mau jadi budek terus dan
warna darahku jadi putih aku ga mau dilaaaaaaa”
dila : “lenii, warna darah lo ga akan jadi putih, dan kuping lo itu ga bakal budek
selama nya kok, nanti kalo lo udah turun dari gunung. Kuping lo bakal kembali
normal lagi.
Leni : “uuuuuuuhh, syukurlahhhh....., terimakasih dilla sayang udah nyembuhin
aku” (sambil mememluk dila)
Dila : “ihh siapa yang nyembuhin kamu sih len!” (sambil membuka pelukan dari
leni)
Dan ketika mereka berbincang datanglah si mistis kita, syifa dengan memberikan
jimat kepada leni dan dila
Syifa: “leni, dila kalian harus pegang jimat ini baik-baik sampai kita turun dari
gunung ini, karena ini jimat dari nenek aku untuk melindungi dari roh-roh jahat”
(sambil memberikan jimat kepada leni dan dilla dengan memaksa)
Dila : “ih apaan sih syif, syifa dengerin aku ya, hantu itu ga ada jadi kamu ga
perlu ngasih aku beginian, aku pasti bisa negelindungin diri aku dari ahntu-hantu
kamu itu tanpa jimat ini” (sambil mengembalikan jimat kepada syifa)
Syifa : “kamu harus mau! Kamu harus megang jimat ini dilaaaaa... buat
keselamatan kamu”
Leni : “ iya dila pegang aja, biar kita ga dihantuin sma hantu gunung, ya kan
syif ?”
Syifa : “iyaaa dilaaa pegang aja!”
Dila : “enggak, enggak, enggakkkkkk”
Syifa : “ih pegang aja dila”
Dila : “enggak mau syifa”
Syifa : “pegang!”
Dila : “enggak!”
Syifa : “pegang!”
Leni : “kalian udah dong berantemnya, aku jadi pusing tau”

(novi, dhea, sidiq)


Sidiq : “akhirnya kita sampe juga ya, ternyata ini lebih dari apa yang aku
bayangin”
Novi : “iya, subhanallah. Indah banget pemandangan dari atas sini”
Sidiq : “nov, semua nya udah sampe diatas kan? Malam ini kitabermalam dulu di
camp ini, istirahat dan persiapan diri kita untuk besok ssampai di puncak”
Novi : “iya, sudah kok diq. Kita pasang tenda saja sekarang. Keburu malam”
Dhea : “nov, aku kayaknya ga enak badan nih”
Novi : “kamu kenapa de ? kok pucet banget ?”
Sidiq : “dhea, kamu sakit ?”
Dhea : “yahh biasa lah , tapi aku ga apa pa kok. Aku Cuma butuh istirahat aja”
Sidiq : “yaudah kamu sekarang mendingan duduk dulu aja de, biar aku sama
anak-anak yang pasang tenda”
Novi : “iya de, kamu duduk di bawah pohon itu aja ya, jangan kerja apa apa dulu”
Dhea : “iya nov”

(rida dan dhea) (dibawah pohon)

Rida : “kamu sakit?”


Dhea: “iya gapapa da, Cuma kecapekan aja”
Rida : “kalo gak papa terus kenapa kok malah duduk duduk aja? Bukannya
bantuin masang tenda?”
Dhea : “lagi istirahat bentar, ntar kalo udah ga capek aku bantuin buat tenda”
Rida : “sekarang! Bangun! Ga ada yang boleh santai santai ketika teman teman
semua sibuk! Kecuali dia sakit”
Dhea : “tapi da”
Rida : “ tapi apa ?”
Dhea : “.....” (berusaha berdiri dan akhirnya jatuh dan pingsan)
Rida : “dhea? Dhea?dhea! bangun, lo kenapa ? hey sidiq, novi! Dea pingsan!”

(leni, dilla, celin, syifa)


Celin : “dhea kayak gini semua karena rida, rida yang terlalu maksa dhea untuk
masang tenda. Makanya dia pingsan kaya gini”

Syifa : “jadi, semua karena rida cel ?”

Celin : “iyaah, rida itu ngatur banget jadi orang. Aku ga suka sama sikap rida
yang keras kayak gitu”

Dilla : “kamu ga bisa nyalahin rida begitu dong, Kan kita ga tau gimana kejadian
sebelum dhea pingsan”
Celin : “dilaaaaa..... jelas jelas sebelum dhea pingsan itu lagi sama rida. Jadi siapa
lagi biang keroknya kalo bukan rida”.

Syifa : “celin, tapi yang aku liat sih ya. Dhe aitu emang udah keliatan pucat sejak
kita sampe di camp. Dan dhea juga belum melakukan apa-apa setalah sampai”

Celin : “syifaaaa, rida itu udah nyuruh-nyuruh dhea sejak di kaki gunung tadi”

Leni : “guys guyssss, dhea udah bangun!”

Celin : “alhamddullilah, yaudah yuk kita cek kondisi dhea sekarang”

Leni : “ayuk, disana udah ada rida juga kok”

Celin : “........ hmmmm, kalian duluan aja deh. Ada yang mau aku ambil dulu
ditenda kita”

(rida dan dhea)

Rida : “gimana perasaan kamu ? udah enakan ?”

Dhea : “udah agak mendingan kok”

Rida : “de, aku tau kamu itu sakit, aku nyuruh kamu untuk berdiri bantu masang
tenda itu sebenernya Cuma mau ngetes kamu aja. Kenapa sih kamu ga pernah
jujur ke aku kalo kamu itu lagi sakit, jangan pernah berpura-pura merasa baik-baik
aja kalo kamu memang lagi sakit. Ini bahaya dea, kalo seandainya kamu ga jujur
ke kita-kita kalo kamu lagi sakit, sedangkan besok aja kita harus naik gunung”

Dhea : “iya rida aku minta maaf kalo selama ini aku ga bisa terbuka sama kamu
kayak aku terbuka ke yang lain”

Rida : “aku tau, aku orang yang paling keras disini. Tapi kalo kamu emang ga
suka sama aku jangan sampai ngebahayain diri kamu sendiri. Coba bayangin,
untung aja kamu pingsan masih di camp ini. Coba klao kamu pingsan di
pertengahan jalan kita nanti ke puncak?”

Dhea : “iya rida, sekarang aku tau kalo kamu itu ga sekeras yang aku bayangin
selama ini”
Ditenda (novi, syifa, leni, dila, sidiq, ari)

Anda mungkin juga menyukai