Anda di halaman 1dari 2

Our Stories About Being Me

Hai! Kalian pasti sangat merindukan aku. Haha, aku ngomong sama keyboard dan computer
screen, because mereka sudah lama banget nggak liat aku ngetik dengan semangat. Hari ini
kita akan bercerita tentang keseharianku akhir-akhir, sekaligus untuk melatih skill menulisku
yang sudah lama tidak diasah. Beberapa waktu ini aku merasa sangat bersyukur dan sangat
bahagia, karena Allah menunjukkan aku banyak sekali hal kecil yang sangat membahagiakan
untukku. Mulai dari hari pertama, aku bersyukur bahwa nilai aku yang aku kira ‘kecil’ itu
nggak semua orang bisa dapet. Aku mau nangis karena semua perjuanganku selama ini
terbayar dengan tuntas. Nah, kedepannya, aku akan menyulap semua nilai itu menjadi lebih
mengesankan dari yang kemarin dengan jalur langit dan jalur darat, hehe.

Okey, yang pertama. Aku sangat bersyukur telah dipertemukan oleh keluarga Tahsin dari
Ashabul Qur’an Kragilan. Di sana aku bertemu dengan sekumpulan perempuan-perempuan
hebat yang nyatanya ada kamauan yang kuat untuk membenahi diri dengan belajar ilmu
agama di sana. Semuanya terasa hangat dijalani, ada banyak pelajaran yang aku ambil dari
sana. Lingkungan pertemanan yang keren, yang tidak memandang latar belakang maupun
segala hal yang dalam tanda kutip adalah privasi bagi mereka. Let me talk about Dian first,
as my first best friend in Kelas Kibar Putri. Dia itu awalnya malu-malu kucing, dan agak
pendiam, wich is juga aku ngiranya dia bener-bener representasi dari ukhti-ukhti alim yang
teramat introvert. Tapi, semua opini itu dibantah seketika pas mabit pertama. FYI, mabit is
Malam Bina Takwa yang biasa diadakan tiap pekan kedua, semacam nginep, sambil
diajarkan banyak ilmu fikih, akidah, dan akhlak. Nah, di mabit pertama itu, si Dian
menunjukkan raut aslinya yang ternyata sangat kocak, heboh, dan super lucu. Mungkin
karena dia gampang klop sama tempat baru. Dian itu kebal banget perutnya, makan soto
bisa sampe 5 piring. But, one fact that I found about her is, kalau Dian dalam keadaan
tertentu seperti sakit, sedih, atau kekenyangan, dia bakal diam. Nggak sanggup ngomong,
kayak baterainya habis ketika tiga hal itu menyerang dia. Well, I will miss her so much,
karena sebentar lagi da PKL (seperti SMK kerja nyata atau simulasi kerja nyata di SMK). Aku
harus sering masuk tahsin nih, karena aku bakal kangen banget sama kerecehan dia. You
know, people come and go.

Dian diskripsinya panjang banget yah, iya, karena dia spesial. Selanjutnya, deskripsi singkat.
Ada juga Tata yang suka serkas, dalam hal positif maksudnya, dia tuh lucu banget karena
setiap Dian berbuat kocak, Tata pasti selalu ngeladenin dan nyeletuk sesuatu yang membuat
kita semua ketawa. Tata dan Dian itu duo maut yang memorable, hehe. Then, ada Rachel,
mantan adik kelasku yang sekarang sudah jadi seorang perempuan yang sangat hebat dan
kuat. Dia ini bener-bener ‘aku di masa lalu’. Dia berusaha survive dari ‘sesuatu’ yang ada di
sekolahnya. Semacam toxic relationship, I guess? Sama seperti aku dulu, yang memang
sangat sensitif sama hal-hal yang berbau sosial. Lalu selanjutnya, ada Naya, si Wibu yang
nggak mau ngaku kalau dirinya Wibu. Heran banget memang sama manusia random satu
ini. Dia itu lucu banget, kalau cerita pasti nggak habis-habis. Seru banget tau dengerin
semua ceritanya. Oh iya, aku tuh paling deket ya sama Naya ini. Kalau misal Naya nggak
masuk Tahsin tuh kayaknya merasa ada yang kurang, sepi aja gitu. Nah, ada lagi. Dua
kembar yang sampai sekarang aku lupa-lupa terus namanya. Iya, betul, Iza dan Alfia. Mereka
itu kayak kembar tapi nggak kembar juga. Karena mereka kemana-mana selalu berdua terus
kalik ya. Lalu yang terakhir, ada si khansa. Dia ini yang paling pendiam. Tetapi, ada kalanya
dia itu bisa sangat exited about something that makes her feel exited.

Anda mungkin juga menyukai