Anda di halaman 1dari 6

Tema : “Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia”

Judul : Bangga Dengan Budaya

Perkenalan Tokoh:
Kami dari SMP Negeri 2 Dharma Caraka Gunungsitoli Selatan, akan memperkenalkan diri.
Cindy Zebua sebagai Kerill memiliki watak yang baik hati, rendah hati, ingin berteman dengan
siapa saja.
Gregorius Yoran Zai sebagai Razille memiliki peran yang sombong, pemarah, suka merendahkan
orang lain.
Paskah Mendröfa sebagai Deva memiliki peran yang rendah hati, suka menolong teman, dan ramah
terhadap teman-temannya.
Yamohaga Gea sebagai Kenan memiliki peran yang bijaksana, dan berjiwa pemimpin.
Caterine Lase sebagai Jantanie memiliki peran yang rendah hati, dan penyabar.
Junifour Lase sebagai Refal memiliki watak rendah hati dan selalu menghargai pendapat teman.
Mercy Laowö sebagai Markye memiliki watak cepat tanggap dan cepat marah.

Prolog : indonesia adalah negara yang beragam suku, agama, ras dan budaya. Keberagaman itulah yang
membuat bumi pertiwi ini menjadi terpandang dimata dunia. Kita seharusnya bangga menjadi
anak Indoneisa. Tetapi, tanpa kita sadari dalam keberagaman itu selalu saja keburukan ikut
melangkah dalam kehidupan kita. tidak menghargai sesama, selalu membeda-bedakan teman,
agama, suku, ras, dan budaya dan juga tidak menjaga lingkungan sekitar yang sudah Tuhan
titipkan untuk kita semua.

Razille : (sedang menggendong tas, sedikit terburu-buru)

Kerill : (dengan busana sedikit lusuh, mengikuti Razille dari belakang dan berusaha mendekat)
Bang..! bang..! kemana perginya? Kok buru-buru amat? (sambil memperhatikan dari ujung
rambut ke ujung kaki dengan tatapan sinis)

Razille : ke sekolah! (sambil mengamati jam dipergelangan tangannya)

Kerill : oh.. maaf, ya Bang. (sambil memberi hormat)

Keesokan harinya, Kerill sengaja menunggu di tempat yang sama Razille lewat. Dia sangat senang melihat
Razille yang begitu rapi dan tampan saat mengenakan seragam sekolah. Kerill ingin tahu dimana Razille
bersekolah dan siapa saja teman-teman di sekolahnya, dia ingin berkenalan dengan Razille, dia
terinspirasi dengan Razille yang masih sekolah, masih bisa menikmati masa remajanya di bangku sekolah.
Berbeda dengan dirinya yang sudah putus sekolah dan tidak bisa menikmati masa remajanya di bangku
sekolah, dia ingin sekali seperti Raziile.

Kerill : (dari kejauhan melihat Razille dan berusaha mendekatinya)

Pagi, Bang.. (sapa Kerill)

Razille : Eh, Pagi! kamu yang kemarin! (masih dengan tatapan yang sinis)
Kerill : ia.. Bang!

Razille : mengapa di sini? Kamu nggak sekolah?

Kerill : (menggeleng) nggak, Bang!

Razille : tapi, mengapa di sini terus?

Kerill : aku ingin berteman dengan abang.

Razille : oh.. begitu. Maaf aku tidak mau berteman dengan anak yang tidak sekolah.

aku harus ke sekolah dulu. Waktu aku jadi terbuang deh gara-gara kamu.

Kerill : maaf Bang. (dengan wajah yang sedih)

Padahal Kerill ingin berteman dengan Razille, bahkan dia senang dan terinspirasi dengan Razille, akan
tetapi perkataan Razille membuatnya menjadi sedih.
Tidak lama setelah Razille meninggalkan Kerill, Deva ternyata sudah melihat kejadian tadi.
Deva teman Razille sekelas, dia juga sedih melihat kejadian tadi, dia malu melihat sifat temannya seperti
begitu.
Deva : (menghampiri Kerill. Lalu Memegang pundaknya)
Selamat pagi dik..
Kerill : Selamat pagi bang.. (dengan wajah yang kaget dan takut)
Deva : kamu nggak sekolah?
Kerill : enggak bang (menjawab dengan minder)
Deva : “kenapa tidak bersekolah?”
Kerill : “aku tidak sekolah. Untuk biaya makan saja kurang, apalagi sekolah bg’.
Deva : “Oh begitu.. nama kamu siapa?
Kerill : “nama ku Kerill “
Deva : “loh? Mengapa begitu? Seharusnya kita bangga menjadi anak Indonesia. Bukannya di Negara
kita pemerintah sudah memberikan bantuan kepada anak-anak yang kurang mampu? (dengan
wajah yang prihatin)tapi, jika seperti begitu kamu tetap semangat ya! Dan juga tetap berdoa
kepada Tuhan dan selalu mengucap syukur. Yakinlah. Suatu saat kamu akan seperti mereka di
luar sana yang mengenakan seragam sekolah dan mendapatkan ilmu pendidikan. Asalkan kita
yakin, berusaha dan tetap berdoa Tuhan pasti mengabulkannya.
Kerill : (menggangguk agukan kepala tanda mengerti dengan perkataan Deva) terimakasih bg, terima
kasih udah mau berbicara denganku dan juga perhatian dengan keadaanku.
Deva : sama-sama Kerill. Itu sudah kewajiban kita antar umat beragama saling membantu dan saling
mengasihi satu sama lain. Karna kita berada di Negara Indonesia yang memiliki satu kesatuan
yang utuh antar sesama manusia. Mulai sekarang kita berteman ya.
Kerill : i…iyaa..bang.. iya, kita berteman. Terimakasih bg. Aku sangat bahagia, masih ada orang yang
mau berteman denganku.
Deva : iya-iya (sambil tersenyum) dan satu lagi maafkan teman aku yang tadi ya kerill. Namanya
Razille dia satu sekolah dan satu kelas dengan ku. Mungkin td dia terburu-buru berangkat
sekolah karna hari ini kami ada pertemuan di kelas.
Kerill : (sambil mengangguk-angguk) iya bang..

Sementara itu di sekolah, teman-teman Razille sudah di ruangan dan sedang menyusun sebuah program
studi wisata.
Kenan : teman-teman, minggu depan kita akan melaksanakan studi wisata. Menurut kalian, kita akan
berkunjung di mana?
Jantanie : wah! Asyiikkkk!!!. Kita tidak perlu ke luar daerah. Kota Gunungsitoli kan memiliki banyak
tempat wisata.
Refal : Bagaimana kalau kita berkunjung ke Rumah Adat yang berada di Tumöri, yang merupakan
destinasi kota Gunungsitoli.
Markye : wah..wah.. (sambil bertepuk tangan dan menunjuk Joval)
Kalau teman kita yang satu ini sangat briliant. Selain itu juga kota Gunungsitoli memiliki Goa
Tögi Ndrawa. Yang secara harafiah berarti Goa Islam, yang terletak di desa Lolowonu
NIko’otano, kecamatan Gunungsitoli, yang berjarak 3 km dari pusat kota Gunungsitoli.
Menurut masyarakat sekitar Goa ini disebut Togi Ndrawa karena dahulu Goa ini merupakan
tempat persembunyian bagi kaum pendatang atau orang asing yang beragama Islam, ketika
masa pendudukan Jepang di Nias.
Jantanie : betul sekali. Apalagi kita memiliki Museum Pusaka Nias yang merupakan salah satu wadah
untuk melestarikan nilai-nilai budaya Nias. Ini merupakan suatu kebanggaan kita sebagai
anak Indonesia.
Kenan : O iya, jangan lupa. Baru-baru ini pemerintah sudah membangun dua tugu di kota ini, yaitu
tugu gempa dan tugu durian, sebagai ikon di kota Gunungsitoli. Tugu gempa sebagai untuk
memperingati gempa yang sudah terjadi pada tahun 2005, sedangkan tugu durian merupakan
cirri khas kota Gunungsitoli sebagai kota penghasil durian paling enak.
Tiba-tiba Razille muncul di tengah-tengah mereka dan mengambil tempat duduk.
Refal : kota Gunungsitoli juga memiliki beberapa tempat wisata lainnya, seperti pantai Malaga,
Marina, Hoya, Laowomaru, sebagai tempat rekreasi, sumber ketenangan batin, juga
pemasukan khas Daerah. Jadi, kita seharusnya bangga menjadi warga kota Gunungsitoli.
Intinya, kita wajib menjadi anak bangsa Indonesia.
Razille : “boleh juga itu. Mantul bro! (sambil memberi jempolnya )”
Kenan : tapi program ini harus dengan persetujuan orang tua, wali kelas, kepala sekolah dan guru-guru
kita.
Refal : “setuju! sebagai seorang anak dan siswa yang baik, yang telah belajar ilmu PKN, dengan
nilai-nilai moral, musyawarah untuk mufakat, maka perlu sekali orang-orang tua dilibatkan
dalam program ini. Betul tidak? (berlagak serius tapi bercanda)
Markye: “jadi, bagaimana kalau kita berwisata ke Museum Pusaka Nias. Di sana kita bisa menemukan
banyak peninggalan sejarah nenek moyang kita.sehingga kita tidak perlu lagi untuk berwisata
ke tempat-tempat lain”.
Semua : Setujuuuu….!!!
Setelah perkataan markye berlalu, tiba-tiba Deva datang dan langsung mengambil posisi duduk di
samping Razille.
Deva : “maaf teman-teman aku terlambat”
Markye : “ada apa Deva?”
Deva : “tadi di jalan ada anak kecil yang sudah putus sekolah. Dia sangat ingin sekali bersekolah
memakai seragam sekolah seperti kita, bermain bersama. Tetapi, jangankan biaya sekolah
ada, biaya kehidupan sehari-hari saja tidak cukup. Tadi aku sedikit mengobrol dengan dia.
Namanya Kerill, dan dia juga sepertinya anak yang baik”
Razille : (terlihat kaget dengan raut wajah yang tidak senang)
Kenan : “aku punya usul. bagaimana, kalo kita ajak dia saja. sebagai umat yang beragama kita tidak
boleh membeda-bedakan teman, kita harus saling mengasihi. Dalam landasan pancasila yang
ke 3 kita diwajibkan untuk bersatu. Tidak boleh memandang sebelah orang orang yang putus
sekolah, baik itu dari suku, ras, agama, dan budaya manapun. Betul tidak?”
Semua pun menjawab “betullllllll……!” kecuali Razille
Refal : “setuju! Ayok kita pergi bertemu dan mengajaknya untuk ikut bersama dengan kita distudi
wisata”
Semua : Oke. (sambil tos bergantian)
Ketika hari sudah siang, sekitar pukul 13.00 wib, sepulang dari sekolah Deva dan teman
temannya menemui Kerill. Secara kebetulan Kerill juga sedang berada di pinggiran persimpangan jalan.
Ketika melihat Razille dan teman-temannya Kerill terlihat takut dan gugup, takut diapa-apakan oleh
teman-teman Razille terlebih lagi melihat Razille yang tadi sudah menganggapnya rendah.
Deva : “hai, Kerill. Perkenalkan ini teman-temanku.”
(mereka pun menyalami Kerill sambil memperkenalkan diri)
Kenan : “Begini Kerill, Kami ini siswa dari SMPN 2 DC, kelompok pecinta alam. Kami punya
rencana untuk wisata studi di Museum Pusaka Nias.
Jantanie : “kami ingin kamu juga ikut bersama-sama dengan kami. Nanti, segala keperluannya kita
tanggung bersama. Bagaimana?”
Kerill : “tapi, apakah aku ini tidak menjadi beban pada kalian?”
Razille : “tunggu! Kenapa dia harus berteman dengan kita?! kenapa dia harus ikut bersama dengan
kita?! dia kan,bukan teman sekolah kita! apalagi teman studi wisata.”
Jantanie : “kenapa? Dia juga kan, bagian dari kita Razille, sesama manusia kita harus saling
menghargai, mengasihi dan saling menolong.”
Razille : “menolong? Menolong apanya?!menolong dengan membawa dia bersama dengan kita ke
studi wisata,untuk membuat dia bahagia dan menanggung semua keperluannya selama dia
bersama kita?! aku tidak setuju! Dan aku tidak sudi! Dia! Anak yang tidak bersekolah!
Mana bisa bergabung dengan kita!”
Kerill : “sudah… sudah… kalau memang kak Razille tidak ingin Kerill untuk ikut bersama dengan
kalian, tidak apa-apa. Keril tidak akan ikut, dan Kerill mohon untuk semua jangan berantam
hanya gara-gara Kerill”
Razille : “Bagus! Kami tidak sudi untuk berteman dengan anak yang tidak bersekolah! Kasta kita
berbeda! Jangan sekali-sekali kamu berharap untuk bisa berteman dengan kami!” (sambil
mendorong Kerill hingga jatuh)
Markye : “cukup Razille! Kamu tidak boleh seperti begini. Biarpun Kerill tidak bersekolah, dia juga
tetap sama dengan kita. justru, karena dia tidak bersekolah mari kita ajak dia untuk bisa
melihat bagaimana keindahan di luar sana, dan bagaimana mempunyai teman-teman
layaknya anak yang bersekolah.
Kenan : “benar Razille, kamu tidak seharusnya seperti begini. Mari kita berbuat baik terhadap
sesama, selagi kita hidup di dunia ini.”
Refal : “setuju kenan. Kita memang tidak bisa membantunya dalam hal biaya sekolah, tapi kita bisa
membantunya dengan hal lain seperti ini, kita mau berteman dan mengajaknya bersama ke
studi wisata. Secara tidak langsung kita sudah membantunya agar dia tidak merasa minder
karna tidak memiliki teman dan tidak bersekolah. Bagaimana teman-teman?”
Semua (kecuali Razille) : “setujuuuuu!!!!” (wajah Razille masih terlihat emosi tidak terima
dengan pendapat teman-temannya)
*Akhirnya mereka pun berwisata bersama
Kerill bersama siswa-siswi pecinta alam SMPN 2 Dharma Caraka pun bersiap-siap untuk studi wisata.
mereka mempersiapkan segala sesuatunya untuk keperluan di sana. Dimulai dari bekal untuk makan dan
minum, pakaian, dan tidak lupa juga dengan tujuan utama mereka yaitu agenda untuk mengunjungi
Museum Pusaka Nias. Kenan, Deva, Razille, Markye, Jantani, Refal membawa buku tulis dan alat alat
tulis lainnya untuk menuliskan apa saja yang terjadi dan yang mereka alami selama perjalanan wisata
untuk laporan bulanan pecinta alam dan tidak lupa juga membawa alat dokumentasi berupa kamera dan
lainnya.
(Sesampainya di Museum Pusaka Nias)
Jantanie : “wahhh… pulau Nias ternyata memliki banyak kekayaan ya.. lihatlah! Di sini banyak sekali
peninggalan nenek moyang kita.”
(Merekapun tersenyum satu sama lain)
Markye : “iya nih, Kerill kamu tau tidak ini adalah miniatur rumah adat kota Gunungsitoli. Dan rumah
adat kita terbuat dari kayu kalau aslinya bentuknya lumayan besar. Terdiri dari dua ruang, yaitu
ruang besar dan ruang kecil. Ruang besar berfungsi untuk berkumpulnya keluarga. Sedangkan
ruang kecil untuk kamar tidur.
Deva : “nah, ini namanya baluse. Baluse merupakan perisai tradisional suku Nias. Terbuat dari kayu
keras yang digunakan para prajurit di Nias sebagai perlindunagan terhadap tombak dan pedang.
Namun sekarang digunakan sebagai alat untuk menari misalnya untuk menyambut tamu. ”
Kerill : “ini apa ya? Seperti bentuk dompet”
Kenan : “ ini yang dinamakan Bola Nafo. Orang Nias terkenal dengan Afo. Fungsinya, untuk
memuliakan tamu, Afo atau sirih tersebut diletakan di dalam Bola Nafo”.
Kerill : “oh iya, aku tau. Afo terdiri dari 5 jenis bahan kan? Yaitu, dawuo, gambe, fino, betua, bago”
Kerill : “iya, betul sekali. jadi, kita ini masayarakat Nias yang tidak akan pernah kekurangan akan
budaya.”
Kelompok pecinta alam itupun berjalan mengelilingi ruangan itu. Mereka mengeluarkan alat tulis mereka
dan mencatat hal-hal yang mereka butuhkan selama di ruangan itu.
Dan tiba-tiba..
Razille : “aaaaarrghhhh…. Kaki ku…” (meringis kesakitan)
Kerill : (berlari menghampiri Razille) “ada apa kak? Mari ku bantu”
Razille : “tidak perlu, aku bisa sendiri!” (menolak tangan Kerill dan mencoba untuk berdiri, namun
terjatuh lagi)
Kerill : “mari saya tolong kak, saya janji tidak akan macam-macam” (sambil mengulurkan tangan)
Razille : “tapi ingat! Ini bukan berarti kita berteman”
Kerill : “tidak masalah kak, saya hanya menjalankan tugas saya sebagai manusia”
Kerill : “aku tinggal di sini ya kak” Dan meninggalkan Razille sendiri bergabung kembali bersama
Deva dan teman-temannya.
Jantanie : “ada apa Kerill?”
Kerill : “itu, kak Razille tadi kesadung meja, tapi aku sudah membantunya duduk di kursi.
Semua berlari menghampiri Razille.
Kenan : “kamu ngga apa-apa?”
Razille : “engga apa-apa kok” sambil memegang kakinya.
Jantanie : “untung saja ada kerill. Bagaimana kalo tidak ada? Kami juga mana tau kamu sudah tersandung
meja”
Razille : “iya teman-teman, aku keasikan melihat barang barang yang ada di ruangan ini sehingga aku
tersandung dan untung ada Kerill yang membawaku ke sini”
Dengan wajah yang menyesal, sambil melanjutkan perkataannya.
Razille : “Kerill… aku minta maaf ya. Aku sudah memandang mu remeh, aku sudah menghina mu,
aku sudah mengabaikanmu, bahkan aku sudah mengujarkan kata-kata yang tidak baik, aku
mengira bahwa aku sudah memiliki segalanya dibanding anak-anak yang sudah putus
sekolah. Bahkan soal pertemanan pun aku mengira bahwa aku sudah memilikinya tapi
ternyata pertemanan itu bukanlah soal harta, ikut organisasi saja, kasta yang tinggi. Ternyata
perteman itu adalah hal yang sederhana saling menghargai dan saling membantu. Seperti
kamu tadi sudah membantu ku”
(Semua pun mengangguk angguk dan terharu)
Kenan : “aku bangga menjadi anak Indonesia. Walaupun asal kita berbeda-beda, agama kita juga
berbeda-beda, tetapi kita tetap bersahabat dan saling menghargai satu sama lain.
Refal : “dan kita juga patut bangga menjadi anak Indonesia dapat menikmati peninggalan-peninggalan
nenek moyang kita hingga saat ini dan belajar tentang kebudayaan yang beragam”
Jantanie : “Lihatlah! Bagaimana kita bisa sampai di sini dan menikmati anugerah dari sang pencipta. Jika
kita tidak satu langkah, satu arah, dan satu tujuan ini semua tidak akan bisa kita lihat bersama.”
Semua pun berkata “Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia” (sambil tersenyum bangga)
(lagu aku bangga menjadi anak Indonesia-bernyanyi sambil menari.)

Anda mungkin juga menyukai