Anda di halaman 1dari 46

“Bahan Ajar SMA / MA Kelas X”

KD 3: 3.6 Menganalisis dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap


kehidupan

KD 4: 4.6 Menyajikan proses dinamika atmosfer menggunakan peta,


bagan, gambar, tabel, grafik, video, dan/atau animasi

KELAS

10
A. KARAKTERISTIK LAPISAN-LAPISAN ATMOSFER BUMI
1. Pengertian Atmosfer
Atmosfer berasal dari kata:
Atmos = uap atau udara
Sphaira = lapisan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa atmosfer ini adalah lapisan udara yang
menyelimuti bumi. Lapisan ini terdiri dari berbagai macam gas. Gas – gas
tersebut adalah:
a. Nitrogen (N2) sebanyak 78,08%
b. Oksigen (O2) sebanyak 20,95%
c. Argon (Ar) sebanyak 0,93%
d. Karbondiosida (CO2) sebanyak 0,034%
e. Unsur – unsur lain (Neon, helium, ozon, hidrogen, krypton, metana dan
xenon)
2. Ciri-ciri Lapisan Atmosfer
a. Berada pada ketinggian 0 – 560 Km di atas permukaan tanah
b. Terdiri dari gas, debu dan uap air
c. Tidak berwarna, berwujud, berbau namun dapat dirasakan dalam bentuk
angin
d. Menyebabkan tenakan karena memiliki berat
e. Dapat mengembang dan menyusut
f. Terdiri dari lapisan – lapisan udara dengan karakter dan fungsi yang
berbeda.
Salah satu unsur yang penting di atmosfer adalah uap air. Uap air ini
berasal dari penguapan air laut, air danau, air sungai, air permukaan lainnya
serta transpirasi oleh mahkluk hidup. Terdapat juga smog pada atmosfer.
Smog ini singkata dari smoke dan fog, yaitu kabut tebal yang sering dijumpai
di daerah industri.
3. Lapisan-lapisan Atmosfer

Gambar 1. Lapisan Atmosfer


Secara vertikal atmosfer bumi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai
berikut:
a. Lapisan troposfer (0-18 km dpl) memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Lapisan paling dekat dengan permukaan bumi
2) Tempat kejadian fenomena iklim, seperti angin, hujan, petir, dan
pelangi
3) Ketebalan lapisan di equator sekitar 18 Km dpl dan sekitar kutub hanya
8 Km dpl
4) 80% masa atmosfer berada di lapisan ini
5) Terjadi gradien termometrik (penurunan suhu 0,6° C setiap kenaikan
100m)
6) Suhu teratas troposfer -60° C sedangkan pada permukaan laut daerah
tropis sekitar 27° C
7) Terdapat lapisan tropopause (lapisan antara troposfer dan stratosfer).
b. Lapisan stratosfer (18-60 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Terdapat lapisan ozon pada ketinggian 35 Km dpl yang bermanfaat
melindungi bumi dari pancaran ultraviolet
2) Terdapat lapisan isotermal (18-22 Km dpl) yang memiliki suhu sekitar
60°C
3) Terdapat lapisan inversi (20-60 Km dpl)
4) Pada lapisan ini pesawat jet terbang
5) Terdapat lapisan stratopause (lapisan antara stratosfer dan mesosfer)
c. Mesosfer (60 -80 Km dpl), memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
1) Melindungi bumi dari benda – benda luar angkasa
2) Tempat terjadinya pembakaran benda luar angkasa
3) Suhu bagian atas lapisan ini semakin rendah
4) Pada ketinggian 80 Km dpl suhu mencapai -90° C (lapisan paling
dingin)
5) Terdapat lapisan mesopause (lapisan antara mesosfer dan termosfer)
d. Termosfer (80 – 100 Km dpl),memiliki ciri –ciri sebagai berikut:
1) Memiliki temperatur antara -40° C hingga -5° C
2) Terjadi ionisasi sebagian molekul dan atom udara
e. Ionosfer (100 – 800 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Memiliki temperatur antara 0° C – 70° C
2) Terjadi ionisasi seluruh atom udara
3) Terjadi pemantulan gelombang radio pada lapisan ini
4) Terdapat 3 lapisan, yaitu:
a) Lapisan E (lapisan Kennely – Heavyside)
b) Lapisan F (terjadi pemantulan panjang – pendek gelombang radio)
c) Lapisan atom
f. Eksosfer (800 – 1.500 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Terjadi gerakan atom – atom secara tidak beraturan
2) Lapisan paling panas
3) Satelit diluncurkan pada lapisan ini
4) Disebut juga ruang antar planet dan geostationer.
4. Manfaat Lapisan Atmosfer
Penyelidikan atmosfer memiliki beberapa kegunaan, antara lain sebagai
berikut.
a. Membuat ramalan cuaca (prakiraan cuaca) jangka pendek atau jangka
panjang. Prakiraan cuaca berperan penting untuk bidang pertanian,
penerbangan, pelayaran, dan peternakan.
b. Menyelidiki kemungkinan-kemungkinan diadakan hujan buatan.
c. Mengetahui sebab-sebab gangguan radio, televisi, dan cara-cara
meningkatkan hubungan telekomunikasi melalui udara.
d. Mengetahui syarat-syarat hidup di lapisan udara bagian atas.
e. Tempat menyelidiki kondisi atmosfer disebut stasiun meteorology atau
observatorium meteorologi.
5. Gejala Optik di Atmosfer
Atmosfer tersusun dari berbagai macam gas, sehingga berbagai gejala
optik yang indah sering terjadi di lapisan ini. Gejala tersebut antara lain
sebagai berikut:
a. Pelangi

Gambar 2. Pelangi
Pelangi adalah gejala optik yang terjadi akibat proses pembiasan
sinar matahari oleh titik – titik air hujan sehingga terurai menjadi berkas
warna (spektrum warna). Warna – warna terdiri atas merah, jingga, kuning,
hijau, nila, biru, ungu.
b. Halo

Gambar 3. Halo matahari


Sumber : http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/halo-fenomena-
meksiko_20150527_175233.jpg (diunduh pada tangga 12 Maret 2017 pukul 23.12)
Halo adalah lingkaran sinar putih yang mengelilingi bulan atau
matahari. Fenomena ini terjadi akibat proses pembiasan sinar matahari
atau bulan oleh kristal – kristal es yang terkondensasi dalam jenis awan –
awan tinggi.
c. Sandikala

Gambar 4. Sandikala
Sandikala adalah cahaya berwarna merah kekuningan yang muncul
ketika matahari terbit dan terbenam.
d. Fatamorgana

Gambar 5. Fatamorgana
Sumber : https://saripedia.files.wordpress.com/2011/12/fatamorgana.jpg?w=401
(diunduh pada tangga 12 Maret 2017 pukul 23.35)

Fatamorgana adalah ilusi optik yang dihasilkan dari pembiasan


cahaya melalui kepadatan yeng berbeda.
e. Aurora

Gambar 6. Aurora
Sumber : https://i.ytimg.com/vi/75YNSArVj5M/maxresdefault.jpg (diunduh pada
tangga 12 Maret 2017 pukul 23.22)
Aurora adalah pita cahaya warna warni yang terdapat di langit kutub
utara dan selatan. Fenomena ini terjadi karena interaksi antara gelombang
elektromagnetik matahari dan medan magnet bumi. Aurora di kutub utara
disebut Aurora Borealis, sedangkan yang di selatan disebut Aurora
Australis.
6. Manfaat Penyelidikan Atmosfer
Penyidikan atmosfer memiliki beberapa manfaat, antara lain adalah:
a. Melakukan prakiraan cuaca.
b. Menyelidiki kemungkinan hujan buatan.
c. Mengetahui penyebab gangguan radio dan televisi.
B. PENGUKURAN UNSUR-UNSUR CUACA DAN INTERPRETASI DATA CUACA
1. Pengertian Cuaca
Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat dalam waktu yang singkat
dan wilayah yang sempit. Jangka waktu mencapai 1-14 hari. Ilmu
pengetahuan yang memepelajari cuaca disebut meteorology. Cuaca itu
terbentuk dari gabungan unsur-unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa
hanya beberapa jam saja. Misalnya : pagi hari, siang hari atau sore hari dan
keadaanya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat dan setiap jamnya. Di
Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24
jam melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Keadaan
Cuaca dapat diperkirakan dengan cara pengamatan. Pengamatan dilakukan
terhadap unsur-unsur cuaca seperti penyinaran matahari, suhu udarara,
kelembapan, tutupan awan , dan curah hujan.
2. Unsur-unsur Cuaca
a. Penyinaran Matahari
Temperatur di Indonesia dipengaruhi oleh posisi lintang dan
keadaan alamnya. Posisi lintang Indonesia berada di Antara 6 0 08’ LU dan
110 15’ LS sehingga Indonesia menerima panas matahari sama banyak.
Semua panas yang berasal dari penyinaran matahari diterima oleh
permukaan bumi, sebagian dipantulkan kembali, dan sebagian lagi diserap
oleh udara dan awan. Jumlah panas matahari yang diterima bumi
bergantung pada hal-hal berikut:
1) Lama penyinaran. Semakin lama penyinaran maka makin tinggi
temperatur.
2) Sudut datang sinar matahari. Semakin miring sinar matahari maka
makin berurang panasnya. Tempat yang mendapat sinar matahari yang
datang dari sudut miring lebih luas.
3) Ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu tempat maka temperatur
makin rendah.
4) Komposisi udara. Apabila udara banyak mengandung awan (uap air)
dan gas karbon dioksida maka suhu udara akan meningkat.
5) Angin dan arus laut. Adanya angin dan arus laut yang datang dari
daerah dingin akan mendinginkan daerah yang dilalui.
6) Keadaan tanah. Tanah yang licin dan putih banyak memantulkan
panas. Tanah yang kasar dan hitam banyak menyerap panas.
7) Sifat permukaan. Dataran lebih cepat menerima panas daripada lautan.
8) Intensitas penyinaran matahari terhadap permukaan bumi dapat
diukur dengan alat pyrheliometer.

Gambar 7. Pyrheliometer

Udara bersifat ditermal, artinya udara dapat melewatkan panas


matahari. Sifat ditermal terdapat pada udara murni. Setelah panas
matahari sampai ke permukaan bumi, panas ini memanaskan udara
disekitarnya. Udara dapat memanas karena proses konveksi, adveksi,
turbulensi dan konduksi. Penjelasan untuk tiap proses tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Konveksi adalah pemanasan secara vertical. Penyebaran panas ini
terjadi akibat adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di
atas yang belum panas akan memanas karena pengaruh udara di
bawahnya yang sudah panas.

Gambar 8. Pola gerakan udara konveksi

2) Adveksi adalah penyebaran panas secara horizontal. Penyebaran panas


ini terjadi akibat gerakan udara panas secara horizontal dan
menyebabkan udara di sekitarnya juga menjadi panas.

Gambar 9. Pola gerakan udara adveksi

3) Turbulensi adalah penyebaran panas secara berputar-putar.


Penyebaran panas akan menyebabkan udara yang sudah panas
bercampur dengan udara yang belum panas.

Gambar 10. Pola gerakan udara turbulensi

4) Konduksi adalah pemanasan ini terjadi karena molekul-molekul udara


yang dekat dengan permukaan bumi akan menjadi panas setelah
bersinggungan dengan bumi yang memiliki panas internal. Molekul-
molekul udara yang sudah panas bersinggungan dengan molekul-
molekul udara yang belum panas sehingga ikut memanas.
Gambar 11. Pola gerakan udara adveksi
b. Suhu Udara
Suhu udara atau temperatur udara adalah keadaan panas atau
dinginya udara. Suhu udara diukur menggunakan termometer.
Termometer maksimum digunakan untuk mengukur suhu tertinggi dan
termometer digunakan untuk mengukur suhu terendah. Selain itu,
digunakan juga termometer pencatat. Pengukuran suhu digunakan dalam
waktu tertentu, biasanya digunakan satu hari. Suhu udara di dataran
tinggi lebih tinggi daripada di pegunungan. Demikian pula suhu di daerah
tropis lebih tinggi daripada di daerah lintang sedang dan daerah kutub.

Gambar 12. Thermometer maksimum

Berdasarkan rumus Brake untuk mengetahui temperatur rata-rata


suatu tempat digunakan rumus:

Tx = To – 0,6 x

Keterangan :
Tx = temperatur rata-rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
Contoh :
Temperatur permukaan laut = 270 C . kota X tingginya 1500 m (di
Indonesia).
Tanya : berapa temperatur rata-rata kota X?
Jawab :

Tx = To – 0,6 x 100

= 0
27 - 0,6 x
1500
100

= 0
27 - 0,6 x 15
= 0
27 - 9
0

0
= 18

c. Tekanan Udara
Permukaan bumi mendapat tekanan dari udara karena udara
memiliki masa. Besarnya tekanan udara dapat diukur dengan barometer.
Makin tinggi letak suatu tempat dari muaka laut, makin rendah tekanan
udaranya. Hal ini disebabkan oleh makin berkurangnya udara yang
menekan. Tekanan udara dihitung dengan menggunakan milibar. Garis
pada peta yang menghubungkan daerah yang bertekanan udara sama
disebut isobar.
Barometer juga dipakai untuk mengukur ketinggian tempat dari
muka laut. Setiap kenaikan 10 m, permukaan air raksa dalam tabug turun
rata-rata 1 mm. satua ini dapat dinyatakan dalam milibar (mb). Pada
lapisan atmosfer bawah, tekanan udara turun 1 mb untuk setiap
kenanikan 8 m. Pada lapisan atmosfer atas, tekanan udara udara turun 1
mb setiap kenaikan lebih dari 8 m.
Barometer aneroid sebagai alat pengukur ketinggian tempat disebut
altimeter. Altimeternya umunya digunakan untuk mengukur ketinggian
pesawat terbang. Tekanan udara pada suatu tempat berubah sepanjang
hari.
Gambar 13. Barometer
d. Angin
Perbedaan tekanan udara di beberapa tempat menimbulkan aliran
udara. Aliran ini berlangsung dari tempat yang bertekanan udara tinggi ke
tempat yang bertekanan rendah. Udara yang mengalir disebut angin.
Besarnya kecepatan angin dapat ditentukan dengan alat anemometer. ada
Tiga hal penting yang menyangkut sifat angin, yaitu kekuatan angin, arah
angin, dan kecepatan angin.
1) Kekuatan Angin
Kekuatan angin ditentukan oleh kecepatanya, makin cepat angin
bertiup maka makin tinggi kekuatanya.
2) Arah Angin
Angin meunjukan dari mana datangnya angin dan bukan kemana angin
itu bergerak. Menurut seorang ahli yang bernama Buys Ballot
mengemukakan hukumnya yang berbunyi : “udara mengalir dari
daerah maksimum ke daerah minimum. Pada belahan bumi utara,
udara atau angin berbelok ke kanan dan di bumi selatan berbelok ke
kiri”.
3) Kecepatan Angin
Kecepatan angin ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Gradien barometrik
Gradien barometrik, yaitu angka yang menunjukan perbedaan
tekanan udara melalui dua garis isobar pada garis lurus, dihitung
untuk tiap-tiap 111km (jarak 111 km di eguator 1(atau 1/360 x
40.000 k =111 km). Menurut Hukum Steveson bahwa kecepatan
angin bertiup berbanding lurus dengan gradient barometriknya,
semakin besar pula kecepatanya.
b) Relief permukaan bumi
Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak
ada rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah yang reliefnya
kasar dan rintangan banyak , maka angin akan berkurang
kecepatanya.
c) Ada tidaknya tumbuh-tumbuhan
Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat kecepatan angin dan
sebaliknya, bila pohon-pohonya jarang maka sedikit sekali memberi
hambatan kecepatan angin.
d) Tinggi dari permukaan tanah
Angin yang bertiup dekat dengan permukaan bumi akan
mendapatkan hambatan karena bergesekan dengan muka bumi,
sedangkan angin yang berttiup jauh di atas permukaan bumi bebas
dari hambatan-hambatan.
Jenis-jenis angin:
1) Angin tetap
Angin tetap adalah angin yang bertiup sepanjang tahun. Angin tetap
dibedakan menjadi berikut:
a) Angin barat adalah angin yang bertiup dari daerah sub tropis ke
intang 600 , baik lintang utara maupun lintang selatan
b) Angin timur adalah angin dingin yang bergerak dari kutub selatan
ke arah lintang 600 . baik lintang utara maupun lintang selatan
c) Angin pasat adalah angin tetap yang berasal dari daerah tekanan
maksimum subtropics (300-400 LU/LS) menuju kea rah daerah
tekanan minimum equator (katulistiwa). Angin pasat meliputi angin
pasat di belahan bumi utara disebut angin pasat timur laut, dan
angin pasat di belahan bumi selatan disebut angin pasat tenggara.
Di sekitar katulistiwa , kedua angin pasat ini bertemu. Karena
temperature di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara
tersebut dipaksa naik secara vertical (konveksi). Daerah pertemuan
kedua angin pasat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar
Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan temperature selalu tinggi.
Akibat kenaikan massa udara ini , wilayah DKAT terbebas dari
adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah
Doldrum (wilayah tenang).
d) Angin anti pasat, pada ketinggian tertentu massa angin pasat naik
secara vertical kembali bergerak mendatar kea rah wilayah sub
tropis. Angin anti pasat bergerak meninggalkan katulistiwa menuju
daerah maksimum subtropis.
2) Angin muson atau angin musim
Angin muson atau angin musim adalah angin yang bertiup atau
berhembus secara periodic setiap setengah tahun sekali berganti arah.
Angin muson barat laut terjadi Antara Oktober- April, dengan letak
matahari berada di belahan bumi selatan terutama Australia lebih
banyak menerima panas matahari , sehingga suhu disana lebih tinggi
(tekanan udara rendah). Sedangkan suhu di benua Asia rendah
(tekanan udara tinggi). Angin bergerak dari Asia ke Australia, sehigga
Indonesia terjadi musim penghujan karena di perjalanannya banyak
membawa uap air. Angin muson timur laut terjadi Antara April-Oktober.
Pada periode ini matahari berada pada belahan bumi bagian utara,
terutma bagian Asia yang banyak menerima pemanasan matahari,
akibatnya suhu di benua Asia tinggi (tekanan udara rendah)
sedangkan di benua Australia rendah (tekanan udara tinggi). Angin
bergerak dari Australia menuju Asia , sehingga di Indonesia terjadi
musim kemarau karena dalam perjalananya sedikit membawa uap air.
3) Angin lokal
a) Angin darat dan angin laut
Pada malam hari, suhu udara di daratan lebih cepat dingin sehingga
tekanan udara di atas daratan tinggi (maksimum). Sementara itu
suhu udara di lautan lambat dingin sehingga tekanan udaranya
rendah (minimum), sehingga angin bergerak dari daratan menuju ke
laut disebut dengan angin darat. Sebaliknya pada siang hari, terjadi
pergerakan udara dari laut menuju darat disebut angin laut.

Gambar 14. Angin darat dan laut


b) Angin lembah dan angin gunung
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari lembah menuju lereng
gunung yang terjadi di siang hari. Sementara angin gunung adalah
angin yang bertiup dari puncak gunung menuju lembah , terjadi
pada malam hari.

Gambar 15. Angin lembah dan gunung


c) Angin fohn (angin jauh)
Angin Fohn merupakan angin yang sifatnya jatuh atau turun, kering
dan panas. Hal ini karena uap air yang dibawa telah diturunkan
sebagai hujan di lereng gunung yang berhadapan dengan arah
datangnya angin.

Gambar 16. Angin Fohn

4) Angin siklon dan anti siklon


Daerah depresi adalah daerah yang bertekanan minimum dikelilingi
oleh daerah yang bertekanan maksimum. Di daerah tersebut garis-garis
isobarnya tertutup dan verbal atau ketinggian tekanan udara memusat.
Akibatnya terjadi gerakan angin berputar memusat yang disebut dengan
angin siklon. Sebaliknya, daerah kompresi yaitu daerah yang
bertekanan maksimum dikelilingi oleh daerah yang bertekanan
minimum. Pada daerah ini, angin berputar dengan arah yag keluar
disebut dengan angin antisiklon. Arah gerakan kedua jenis angin
tersebut sesuai dengan hukum Buys Ballot.
Gambar 17. Angin siklon dan anti siklon
e. Awan
Awan adalah kumpulan uap air dan kristal es pada udara di
atmosfer. Awan terjadi karena adanya pengembunan atau pemadatan uap
air yang terdapat di udara setelah melampaui keadaan jenuh. Kondisi awan
dapat berupa cair, gas, atau padat dan sangat dipengaruhi oleh keadaan
suhu.
Pembagian jenis awan yang ada sekarang ini adalah hasil dari
kongres meteorologi internasional yang diadakan di Munich, Jerman pada
tahun 1802 dan Uppsala, Swedia pada tahun 1894. Pembagian jenis awan
atau taksonomi awan adalah sebagai berikut:
1) Awan tinggi, terdapat pada ketinggian Antara 3-18 km . Awan jenis ini
selalu terdiri dari Kristal-kristal es karena pengaruh letaknya. Awan
yang tergolong awan pada senis ini adalah sebagai berikut:
a) Cirrus (Ci) : awan jenis ini halus , berstruktur seperti serat, atau
berbentuk seperti bulu burung. Awan ini sering tersusun seperti pita
yang melengkung di langit, sehigga seakan-akan tempak bertemu di
horizon dan terdapat Kristal es. Awan cirrus tidak menimbulkan
hujan.

Gambar 18. Awan cirrus


b) Cirrostratus (Cs) : bentuknya seperti kelambu putih yang halus dan
rata yang menutup seluruh langit sehingga langit Nampak cerah.,
atau seperti anyaman yang bentuknya tidak teratur. Awan ini sering
menimbulkam halo (lingkaran bercahaya) yang mengelilingi
matahari atau bulan. Biasanya terjadi pada musim kemarau.

Gambar 19. Awan cirrostratus


c) Cirromulus (Cc) : Awan jenis ini terputus-putus dan penuh dengan
kristal-kristal es sehingga bentuknya seperti segerombolan domba
dan sering menimbulkan bayangan.

Gambar 20. Awan cirromulus


2) Awan Menengah, terdapat pada ketinggian Antara 2-8 km. awan yang
tergolong awan menengah adalah sebagai berikut:
a) Altocomulus (Ac) : Awan jenis ini berukuran kecil-kecil tetapi banyak
biasanya berbentuk seperti bola yang agak tebal berwarna putih
pucat da nada bagian yang kelabu. Awan jenis ini bergerombol
sehingga tampak saling bergandengan.

Gambar 21. Awan Altocomulus


b) Altostratus (As) : Awan jenis ini berukuran luas dan tebal. Warna
awan altostratus kelabu, sehingga dapat menghalangi sebagian sinar
matahari sebagian siar matahari atau bulan.

Gambar 22. Awan Altostratus

3) Awan Rendah, terdapat pada ketinggian kurang dari 2 km. Awan yang
tergolong dalam awan rendah adalah sebagai berikut:
a) Stratocumulus (Sc) : Awan jenis ini bentuknya seperti bola-bola yang
sering menutupi seluruh langit sehingga tampak seperti gelombang
di lautan. Lapisan awan ini tipis sehingga tidak menimbulkan hujan.

Gambar 23. Awan stratocumulus


b) Stratus (St) : Awan yang rendah dan sangat luas, tingginya dibawah
2.000 m. melebar seperti kabut dan berlapis-lapis. Kabut dan awan
stratus pada dasarnya tidak berbeda.

Gambar 24. Awan stratus

c) Nimbostratus (Ns) : Awan ini bentuknya tidak menentu, tepianya


tidak beraturan. Di Indonesia awan ini hanya menimbulkan gerimis
saja .Awan ini berwarna putih kelabu dan penyebaranya di langit
cukup luas.

Gambar 25. Awan Nimbostratus

4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500-
1500 meter.
a) Cumulus (Cu) : Merupakan aan tebal dengan puncak-puncak yang
agak tinggi, terbenuk pada siang hari karena udara naik. Bila awan
ini terkena sinar matahari hanya pada sebelah sisinya, timbul
bayangan berwarna kelabu.

Gambar 26. Awan cumulus


b) Cumulonimbus (Cb) : Awan jenis ini dapat menimbulkan hujan
dengan kilat Guntur. Awan ini bervolume besar , pososinya rendah,
berpuncak tinggi dan melebar, sehigga merupakan awan yang tebal.
Biasanya di atas awan cumulonimbus terdapat awan cirrostratus.
Hal ini sering terjadi pada waktu angin rebut.
Gambar 27. Awan cumolunimbus

Kemampuan awan menimbulkan hujan tergantung pada musim.


Pada musim kerig di daerah dingin, walaupun awanya tebal belum tentu
mendatangkan hujan karena dapat tertiup angin. Pada musim panas di
Daerah tropis , walaupun awanya tipis sering terjadi hujan.
Awan yang rendah dan dekat dengan permukaan bumi disebut
kabut. Jenis-jenis kabut adalah sebagai berikut:
1) Kabut sawah
Kabut sawah adalah kabut yang terjadi pada malam atau pagi hari
ketika cuaca terang dan udara dingin melalui sungai., selokan, atau
wilayah sawah. Oleh karena air bersuhu lebih panas , suhu udara akan
naik dan kesanggupan memuat air bertambah sehingga terjadi
penguapan. Akan tetapi, setelah sampai daratan agak tinggi, udara
tersebut mendingin dan mengalami kondensasi dan membentuk kabut.
2) Kabut adveksi
Kabut aveksi adalah kabut yang terjadi karena udara panas yang
mengandung uap air melewati daerah dingin , sehingga terjadi
kondensasi dan membentuk kabut.
3) Kabut industri
Kabut industri adalah kabut yang berwarna kehitaman yang terdapat
diatas wilayah industri akibat kumpulan asap pabrik.Jumlah
intikondensasi bertambah banyak sehingga udara yang mengandung
uap air membentuk kabut.

4) Kabut pendinginan
Kabut peendinginan adalah kabut yang terjadi pada malam hari dan
udara terang karena pendinginan. Lapisan udara yang terjadi mencapai
kelembapan relative 100%.
f. Kelembaban Udara
Kelembapan udara dibedakan menjadi kelembapan mutlak dan
kelembapan nisbi. Kelembapan mutlak (kelembapan absolut) adalah
bilangan yang menunjukan massa uap air yang tertampung dalam satu
meter kubik udara. Di sisi lain, kelembapan nisbi (kelembapan relatif)
adalah bilangan yang menunjukan perbandingan Antara jumlah uap air
yang ada di udara saat pengukuran dan jumlah uap air maksimum yang
dapat ditampung oleh udara tersebut.
�������𝒑�� ������
��������𝒑� × ���%
� ����� = �����
�����
�����
Perhatiakan contoh soal berikut ini. Udara di sebuah ruang
laboraturium bervolume 27 m3 mengandung uap air sebanyak 360 gram.
Pada suhu 21o C, udara tersebut mengandung uap air sebanyak 18,5 gram,
sehingga:
���
��������𝒑� ���� = ��, ��� �/��
� ����� =
��
��

��, ���
���������� × ���% = �� %
�/��
�� ������� =
��,

Angka-angka diatas menunjukan bahwa jika suhu udara naik,
kelembapan relatifnya berkurang. Oleh karena itu, kelembapan relative
tertinggi terjadi pada pagi hari dan kelembapan relative terjadi pada sore
hari . Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan nisbi
adalah hygrometer rambut. Rambut manusia bersifat memanjang pada
udara basah dan memendek padaudara udara kering. Perubahan panjang
pendeknya rambut ini mampu menggerakkan jarum pada skala.
Higrometer yang mampu mencatat data kelembapan udara secara kontinu
disebut higrograf.
g. Curah Hujan
Banyaknya hujan yang terjadi pada suatu tempat dapat diketahui
dengan pengkuran curah hujan. Alat pengukur curah hujan disebut
penakar hujan. Alat pengukur curah hujan biasa berfungsi untuk
mengukur jumlah hujan yang jatuh selama 24 jam per hari pada suatu
gelas ukur.
Jumlah curah hujan juga tidak sama sepanjang tahun. Curah hujan
paling banyak terjadi selama bertiup angin musim barat.
1) Hujan zenital (hujan tropis), terjadi pada daerah tropis dan disebut juga
hujan naik equatorial. Hujan jenis ini biasanya terjadi pada sore hari
setelah pemanasan maksimal (pukul 14.00-15.00). Di daerah tropis
hujan ini terjadi bersamaan dengan kedudukan matahari pada titik
zenith, atau beberapa waktu sesudahnya. Daerah tropis mengalami
hujan zenital dua kali dalam setahun dan pada daerah subtropics
hanya mengalami satu kali dalam satu tahun.
2) Hujan musim, terjadi pada daerah-daerah musim , Hujan zenital di
daerah musim mengalami perubahan karena daerah –daerah ini
dipengaruhi oleh angim musim.
3) Hujan siklon (hujan frontal) terjadi di daerah beriklim sedang. Angin
yang berada pada daerah iklim sedang selalu disertai hujan karena
pada daerah siklon udara naik ke atas dan mendingin. Hujan di daerah
iklim sedang dapat dikatakan berlangsung sepanjang tahun.
4) Hujan musim dingin, terjadi di daerah-daerah subtropics. Daerah
subtropics di pesisir barat kontinen-kontinen pada waktu musim
dingin mengalami hujan ketika matahari berada pada posisi nadir.
5) Hujan musim panas, terjadi pada daerah subtropis (pesisir timur
benua).
6) Hujan pegunungan (hujan orografis), terjadi di daerah pegunungan.
Udara yang banyak mengandung uap air naik ke atas pegunungan .
Akibat penurunan suhu, terjadi peristiwa kondensasi dan terjadi hujan
pada lereng yang berhadapan dengan arah datangnya angin.

Gambar 28. Hujan orografis


C. KLASIFIKASI TIPE IKLIM DAN POLA IKLIM GLOBAL
1. Pengertian Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang
penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan
memiliki wilayah yang luas. Misalnya Indonesia memiliki iklim tropis.
2. Jenis-jenis Iklim
a. Klasifikasi Iklim Matahari
Iklim matahari adalah iklim yang pembagiannya berdasarkan
banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Intensitas
panas yang diterima oleh suatu tempat dipengaruhi oleh letak lintangnya
sehingga iklim ini disebut dengan “iklim garis lintang”. Adapun pembagian
daerah iklim matahari adalah sebagai berikut:
1) Iklim Tropis (0-23,5o LU dan 0-23,5o LS)
a) Matahari selalu vertikal sehingga suhu udara rata-rata tinggi (20o C -
30o C)
b) Tekanan udaranya lebih rendah dan berubah secara perlahan dan
beraturan.
c) Kejadian hujan lebih banyak daripada banyak wilayah lainnya.
2) Iklim Subtropis (23,5o – 40o LU dan 23,5o – 40o LS)
a) Daerah peralihan antar iklim tropis dan iklim sedang.
b) Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim
gugur, dan musim dingin.
c) Pada musim panas, suhu tidak terlalu panas dan pada musim
dingin, suhu juga tidak terlalu dingin.
d) Jika hujannya jatuh pada musim dingin disebut iklim Mediterania.
Jika hujannya jatuh pada saat musim panas, disebut iklim
Tiongkok.
e) Wilayah yang memiliki iklim subtropis antara lain meliputi sebagian
besar Eropa (kecuali Skandinavia), kawasan Asia Tengah, Asia Timur
dan Asia Barat sebelah utara, Amerika Serikat, selatan Amerika
Selatan, Afrika Utara, selatan Afrika dan Australia.
3) Iklim Sedang (40o – 66, 5o LU dan 40o – 66, 5o LS)
a) Tekanan udara sering berubah-ubah.
b) Arah angin yang bertiup berubah-ubah tidak menentu. Kadang
menimbulkan badai yang tiba-tiba.
4) Iklim Dingin (40o – 66, 5o LU dan 40o – 66, 5o LS)
a) Terdapat iklim tundra, yaitu musim dingin yang berlangsung lama,
sedangkan musim berlangsung singkat, udaranya kering. Pada
musim dingin, tanah selalu membeku karena tertutup oleh lapisan
es dan salju sepanjang tahun. Di musim panas, terdapat banyak
rawa akibat es yang mencair di permukaann tanah. Terdapat lumut-
lumutan dan semak-semak. Wilayahnya meliputi Amerika Utara,
pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greendland, dan Serbia
bagian utara.
b) Terdapat iklim es, yaitu terdapat salju abadi akibat suhu yang terus-
menerus rendah. Wilayahnya meliputi Kutub Utara, yaitu Greenland
dan Antartika di Kutub Selatan.

Gambar 29. Iklim Matahari (sumber http://1.bp.blogspot.com/ diakses 13


Maret 2017 pukul 09.30 WIB)
b. Iklim Fisis
Iklim fisis adalah klasifikasi iklim yang pembagiannya berdasarkan
kondisi sebenarnya suatu daerah sebagai hasil pengaruh keadaan alam
dan lingkungan sekitarnya. Faktor yang berpengaruh antara lain daratan
yang luas, lautan, angin, arus laut, vegetasi, dan topografi. Iklim ini dapat
dibedakan menjadi:
1) Iklim Laut
Iklim laut terletak di daerah yang dikelilingi oleh lautan. Ciri-cirinya
antara lain penguapan tinggi, udara selalu lembab, langitnya tertutup
awan, perbedaan suhu antara siang dan malam hari rendah, serta
memiliki curah hujan yang rendah, serta memililki curah hujan yang
tinggi.
2) Iklim Darat
Iklim darat adalah iklim yang tidak dipengaruhi oleh angin laut karena
letaknya di tengah-tengah benua. Ciri-cirinya antara lain kelembaban
udara rendah, perbedaan suhu antara siang dan malam hari sangat
mencolok sehingga memungkinkan adanya padang rumput.
3) Iklim Gunung
Iklim gunung adalah iklim yang terdapat di dataran tinggi. Ciri-cirinya
antara lain terdapat di daerah yang beriklim sedang, hujan banyak
terjadi di lereng yang menghadap angin dan kadang banyak turun salju.
4) Iklim Musim
Iklim musim adalah iklim yang terdapat di daerah yang dilalui oleh
angin musim sehingga musim berganti setiap setengah tahun. Ciri-
cirinya antara lain setengah tahun angin laut basah yang menimbulkan
hujan dan setengah tahun bertiup angin darat yang kering sehingga
menimbulkan musim kemarau.
c. Iklim Menurut Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan
kelembaban udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya
terhadap permukaan bumi dan kehidupan diatasnya. Berdasarkan
ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok.
Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E.
Klasifikasi iklim Koppen menggunakan sistem huruf.
Huruf Pertama (A, B, C, D, E) Karakter suhu atau curah hujan
Huruf Kedua (f, w, s, m) Tingkat kelembaban
(kebekuan wilayah)
Contoh : Af
Tingkat Kelembaban (Kebekuan Wilayah)
Karakter suhu atau curah hujan
Karakter suhu atau curah hujan dibagi menjadi:
1) Iklim A (iklim tropis). Iklim tropis memiliki rata-rata suhu bulanan yang
terdingin lebih dari 18O C sehingga kelembaban udaranya tinggi
2) Iklim B (iklim arid atau kering). Pada iklim kering, proses penguapan air
lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian hujannya sehingga tidak
terdapat kelebihan air tanah dan sungai permanen.
3) Iklim C (iklim sedang hangat). Iklim sedang memiliki rata-rata suhu
bulanan sekitar -3O C - 18O C. Paling tidak, ada satu bulan yang suhu
rata-rata bulanannya melebihi 10O C. Iklim C memiliki empat musim
yaitu musim semi, panas, gugur dan dingin.
4) Iklim D (iklim salju). Iklim salju memilki suhu rata-rata bulanan kurang
dari -3O C.
5) Iklim E (Iklim es atau salju abadi). Iklim es memiliki suhu rata-rata
bulanan terpanas kurang dari 10O C. Selain itu, musim panas pada
daerah ini tidak jelas.

Tingkat kelembaban atau kebekuan wilayah dibagi menjadi:


1) Huruf f menunjukkan kondisi lembab, tidak terdapat musim kering,
dan curah hujan cukup setiap bulannya.
2) Huruf w menunjukkan musim kering jatuh pada musim dingin
3) Huruf s menunjukkan musim kering jatuh pada musim panas
4) Huruf m menunjukkan monsun, yaitu musim kering yang jelas
walaupun periodenya sebentar.

Khusus untuk tipe B, huruf keduanya adalah sebagai berikut:


1) Huruf s (stepa atau semiarid), rata-rata curah hujan tahunannya
sekitar 380 mm – 760 mm per tahun.
2) Huruf w (gurun atau arid), rata-rata curah hujan tahunannya kurang
dari 250 mm per tahun.

Khusus untuk tipe E, huruf keduanya adalah sebagai berikut:


1) Huruf t artinya tundra.
2) Huruf f artinya salju abadi.
3) Huruf h artinya iklim salju pegunungan tinggi.

Koppen membagi daerah iklim di bumi menjadi lima kelompok utama,


yaitu sebagai berikut:
1) Iklim A, yaitu iklim tropis yang terdiri atas :
a) Af : Iklim hutan hujan tropis
b) Aw : Iklim sabana tropis
c) Am : Monsun tropis
2) Iklim B, yaitu iklim kering yang terdiri atas:
a) Bs : Iklim stepa
b) Bw : Iklim gurun
3) Iklim C, yaitu iklim sedang hangat yang terdiri atas:
a) Cf : Iklim lembab, lembab sepanjang tahun
b) Cw : Iklim lembab dan musim kering terjadi pada musim
dingin
c) Cs : Iklim lembab dan musim kering terjadi pada musim
panas
4) Iklim D, yaitu iklim dingin yang terdiri dari:
a) Df : Iklim hujan salju dingin dan lembab sepanjang tahun
b) Dw : Iklim hutan salju dingin dan musim kering terjadi pada
musim dingin
5) Iklim E, yaitu iklim arktik atau iklim salju abadi yang terdiri atas:
a) Et : Iklim tundra
b) Ef : Iklim kutub
c) Eh : Iklim salju pegunungan tinggi

Gambar 30. Klasifikasi Iklim Koppen


(Sumber http://hanschen.org/koppen/img/koppen_major_1901-2010.png diakses
tanggal 13 Maret 2017 pukul 09.05 WIB)

Menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C,


dan D. Af dan Am terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan
utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara. Aw
terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti
daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai
selatan. C terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan. D terdapat di
pegunungan salju Irian Jaya.

d. Iklim Menurut Schmidt-Ferguson


Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson adalah klasifikasi iklim yang
banyak digunakan dalam bidang perkebunan dan pertanian. Klasifikasi
iklim ini dibuat berdasarkan kondisi iklim di daerah tropis. Dasarnya
adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan dan tingkat kebasahan
yang disebut gradien (Q). Gradien Q adalah persentase nilai perbandingan
antara jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah.
Bulan kering memiliki tebal curah hujan <60 mm, bulan lembab memiliki
tebal curah hujan 60 mm- 100 mm, dan bulan basah memiliki tebal curah
hujan >100 mm.
Cara penentuannya adalah sebagai berikut:
1) Untuk menentukan tipe curah hujan, Schmidt-Fergusson
menggunakan tingkat keabsahan yang disebut gradien (Q).
2) Untuk menentukan nilai Q, digunakan rumus :

Keterangan :
Q = Perbandingan bulan kering dan bulan basah (%)
Md = mean (rata-rata) bulan kering, yaitu jumlah bulan kering dibagi
jumlah tahun pengamatan
Mw = mean (rata-rata) bulan basah, yaitu perbandingan antara
jumlah bulan basah dibagi dengan jumlah tahun pengamatan

Gambar 31. Iklim menurut Schmidt-Fergusson

Tabel 1. Nilai Q
e. Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di
Indonesia dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai
batasan atau kriteria yang digunakan. Namun demikian untuk keperluan
praktis klasifikasi ini cukup berguna terutama dalam klasifikasi lahan
pertanian tanaman pangan di Indonesia. Klasifikasi iklim ini diarahkan
kepada tanaman pangan seperti padi dan palawija. Dibandingkan dengan
metode lain, metode ini sudah lebih maju karena sekaligus
memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi matahari dikaitkan
dengan kebutuhan air tanaman.
Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang
dihubungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia
membuat dan menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan
pada kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut-
turut. Kriteria dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan
basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan
memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman.
Kriteria bulan basah, lembab, dan bulan kering sesuai Oldeman
adalah sebagai berikut:
1) Bulan kering : curah hujan kurang dari 100 mm
2) Bulan lembab : curah hujan 100-200 mm
3) Bulan basah : curah hujan lebih dari 200 mm

Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman


menggunakan ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering
berturut-turut. Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang
didasarkan pada jumlah pada jumlah bulan basah berturut-turut.
Sedangkan sub divisinya dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah
bulan kering berturut-turut. Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5
katagori yaitu A, B, C, D dan E.

Tabel 2. Tipe Utama


No. Tipe Utama Panjang Bulan Basah (Bulan)
1. A >9
2. B 7-9
3. C 5-6
4. D 3-4
5. E <3

Tabel 3. Sub Tipe


No. Sub Tipe Panjang Bulan Kering (Bulan)
1. 1 <= 1
2. 2 2-3
3. 3 4-6
4. 4 >6

Berdasarkan kriteria di atas kita dapat membuat klasifikasi tipe


iklim Oldeman untuk suatu daerah tertentu yang mempunyai cukup
banyak stasiun/pos hujan. Data yang dipergunakan adalah data curah
hujan bulanan selama 10 tahun atau lebih yang diperoleh dari sejumlah
stasiun/pos hujan yang kemudian dihitung rata-ratanya.

Gambar 32. Iklim menurut Oldeman

Berdasarkan 5 tipe utama dan 4 sub divisi tersebut, maka tipe iklim
dapat dikelompokkan menjadi 17 wilayah agroklimat Oldeman mulai dari
A1 sampai E4 sebagaimana tersaji pada gambar segitiga Oldeman.
Oldeman mengeluarkan penjabaran tiap-tiap tipe agroklimat sebagai
berikut.

Tabel 4. Penjabaran Agroklimat


f. Iklim Junghuhn
Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan
pola pembudidayaan tanaman perkebunan, seperti tanaman teh, kopi,
dan kina, seorang ahli Botani dari Belanda bernama Junghuhn
membuat penggolongan iklim khususnya di negara Indonesia terutama
di Pulau Jawa berdasarkan pada garis ketinggian. Indikasi tipe
iklim adalah jenis tumbuhan yang cocok hidup pada suatu
kawasan. Junghuhn membagi lima wilayah iklim berdasarkan
ketinggian tempat di atas permukaan laut sebagai berikut ini:
1) Zona Iklim Panas, antara ketinggian 0–600 meter di atas permukaan
laut, dengan suhu 26,3–22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami
padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa & kakao.
2) Zone Iklim Sedang, antara ketinggian 600–1.500 meter di atas
permukaan laut, dengan suhu 22-17,1°C. Daerah ini sangat cocok
untuk ditanami padi, tembakau, teh, kopi, cokelat, kina & sayuran.
3) Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian 1.500–2.500 meter di atas
permukaan laut, dengan suhu 17,1–11,1°C. Daerah ini sangat cocok
untuk ditanami teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran.
4) Zone Iklim Dingin, antara ketinggian lebih dari 2.500 meter di
atas permukaan laut, dengan suhu 11,1–6,2°C. Tumbuhan yang masih
mampu bertahan adalah lumut dan beberapa jenis rumput dan Tidak
ada tanaman budidaya.

Gambar 33. Iklim menurut Junghuhn

D. PENGARUH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL TERHADAP KEHIDUPAN


1. Pengertian dan Gejala Perubahan Iklim Global
Kemajuan pesat pembangunan ekonomi khususnya dimulai pada awal
reformasi industri memberikan dampak yang serius terhadap iklim dunia,
antara lain lewat pembakaram secara besar-besaran batu bara, bahan bahan
bakar fosil serta alih fungsi lahan yang dapat menyebakan suhu bumi menjadi
naik. Perubahan suhu rata-rata permukaan bumi secara tidak wajar ini
nantinya menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya,
seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta
berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya
merubah pola iklim dunia. Peristiwa ini kemudian di kenal dengan Perubahan
Iklim.
Iklim global sebenarnya sudah berubah dari jutaan tahun yang lalu,
sebagai contoh dahulunya sebagian wilayah di bumi ini tertutupi oleh es
namun kini berubah menjadi lebih hangat. Perubahan tersebut awalnya
karena proses alam seperti suhu yang naik turun secara musiman sebagai
akibat fluktuasi radiasi matahari , misalnya akibat letusan gunung api.
Namun, yang terjadi saat ini perubahan iklim yang terjadi bukan hanya terjadi
akibat peristiwa alam melainkan lebih karena berbagai aktivitas manusia.
Perubahan iklim sendiri merupakan sebuah fenomena global karena
penyebabnya bersifat global. Selain itu, dampaknya juga bersifat global,
dirasakan oleh seluruh mahluk hidup diberbagai belahan dunia.
Kesimpulannya, perubahan iklim global dapat diartikan sebagai berubahnya
iklim di bumi yang dapat disebabkan karena proses internal (peristiwa alam)
ataupun eksternal (seperti aktivitas manusia) yang dapat merubah komposisi
atmosfer secara global, yang bisa diamati dalam kurun waktu tertentu ( jangka
panjang).
Perubahan iklim terjadi secara global namun dampak yang dirasakan
bervariasi secara local dan global. Indikator utama perubahan iklim terdiri dari
perubahan dan pola intensitas berbagai parameter iklim antara lain suhu,
curah hujan, kelembaban, angin, tutupan awan, dan penguapan (evaporasi).
Di tingkat global perubahan iklim dapat dirasakan diseluruh dunia antara lain
menyebabkan terjadinya:
a. Perubahan dalam siklus hidrologi
Kenaikan temperature telah mempercepat siklus hidrologi, atmosfer yang
lebih hangat akan menyimpan lebih banyak uap air, sehingga menjadi
kurang stabil dan menghasilkan lebih banyak presipitasi, terutama dalam
bentuk hujan lebat. Panas yang lebih besar juga mempercepat proses
evaporasi. Dampak dari perubahan-perubahan tersebut dalam siklus air
adalah menurunnya kuantitas dan kualitas air bersih di dunia.
Sementara itu, pola angin dan jejak badai juga akan berubah. Intensitas
siklon tropis akan semakin meningkat (namun tidak berpengaruh
terhadap frekuensi siklon tropis), dengan kecepatan angin maksimum
bertambah dan hujan yang semakin lebat.
b. Meningkatnya resiko kesehatan
Perubahan iklim akan mengubah distribusi nyamuk-nyamuk malaria dan
penyakit-penyakit menular lainnya, sehingga mempengaruhi distribusi
musiman penyakit alergi akibat serbuk sari dan meningkatkan penyakit-
penyakit pada saat gelombang panas (heat waves).
c. Kenaikan muka air laut
Prediksi paling baik untuk kenaikan muka laut akibat perluasan lautan
dan pencairan gletser pada akhir abad 21 (dibandingkan dengan keadaan
pada 1989-1999) adalah 28-58 cm. Hal ini akan menyebabkan
memburuknya bencana banjir di daerah pantai dan erosi. Kenaikan muka
laut yang besar hingga 1 meter pada 2100 diperkirakan akan melebihi 1
meter, apabila lapisan es terus mencair seiring dengan kenaikan
temperatur. Saat ini terdapat bukti yang menunjukan bahwa lapisan es di
Antartika dan Greenland perlahan berkurang dan berkontribusi terhadap
kenaikan muka laut. Sekitar 125.000 tahun yang lalu, ketika daerah
kutub lebih hangat daripada saat ini selama periode waktu tertentu,
pencairan es kutub telah menyebabkan kenaikan muka laut naik 4-6
meter. Kenaikan muka laut memiliki kelembaban besar dan akan terus
berlangsung selama berabad-abad. Lautan juga akan mengalami
kenaikan temperature yang akan berpengaruh terhadap kehidupan
bawah laut. Selama empat dekade terakhir, sebagai contoh, plankton di
Atlantik Utara telah bermigrasi ke arah kutub sebanyak 10 o lintang.
Selain itu juga, lautan mengalami proses pengasaman seiring dengan
diserapnya lebih banyak karbondioksida. Hal ini akan menyebabkanbatu
karang, ki yang juga disebabkan oleh keong laut, dan spesies lainnya
kehilangan kemampuan untuk membentuk cangkang atau kerangka.
d. Mempengaruhi kekayaan keanekaragaman hayati
Musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati yang juga disebabkan
oleh kejadian hujan badai yang meningkat frekuensi dan intensitasnya,
angin topan, dan banjir, meningkatnya jumlah tanah kering yang
potensial menjadi gurun karena kekeringan yang berkepanjangan,
meningkatnya frekuensi kebakaran hutan,, daerah-daerah
tertentumenjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian.
Beberapa fakta perubahan iklim yang menghilangkan keanekaragaman
hayati, diantaranya:
1) Populasi penguin Antartika menurun lebih dari 80% sejak 1975
akibat hilangnya es lautan
2) Kijang Karibu Artik mengalami penurunan tajam karena kelaparan
akibat perubahan iklim saat pencairan awal es dan pembekuan, yang
mengakibatkan ereka sulit mhan menjangkau tumbuhan
makanannya.
3) Burung yang bermigrasi nyaris mati akibat perjalanan yang tidak
tepat waktu membuat mereka tidak mendapat persediaan makanan
yang cukup saat mereka tiba di tempat tujuan dan/ atau tempat-
tempat seperti lahan basah yang sudah mongering sehingga tidak
menyediakan habitat bagi mereka.
e. Menimpa komunitas yang paling rentan
Komunitas yang paling miskin akan menjadi komunitas yang paling
rentan terhadap dampak dari perubahan iklim, sebab mereka akan sulit
untuk melakukan usaha untuk menceah dan mengatasi dampak dari
perubahan iklim dengan kurangnya kemampuan. Beberapa komunitas
yang paling rentan adalah buruh tani, suku-suku asli dan orang-orang
yang tinggal di tepi pantai. Beberapa fakta saat ini menunjukan bahwa
kekurangan pangan terjadi di Negara-negara yang rentan terhadap
perubahan iklim dan masih berkembang.
Ditingkat nasional, menurut Edvin, A dkk.(2011), meskipun ketersediaaan
data parameter perubahan iklim dalam rentang waktu 30 tahun belum
memadai di Indonesia, para ahli di Indonesia telah berupaya menjelaskan
adanya fenomena perubahan iklim di Indonesia, dengan beberapa
indicator diantaranya:
1) Perubahan suhu daratan, menggambarkan perubahan situasi lokal
yang meliputi suhu maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-rata
baik harian maupun bulanan. Pengamataan yang dilakukan
menunjukan bahwa di Indonesia terjadi perubahan suhu udara yang
diamati antara lain di Padang, Jakarta, Cilacap, Biak, Jayapura
mengalami kenaikan suhu minimum, sementara Sibolga, Manado,
Ambon, Wamena mengalami penurunan.
2) Peningkatan curah hujan ekstrim, perubahan iklim merupakan
perubahan energi dan siklus air yang menyebabkan terjadinya pola
curah hujan berubah eksrim (melebihi ambang batas statistik) yang
disebabkan fenomena cuaca seperti banjir, kekeringan, berkurangnya
jumlah hari hujan, serta penambahan periode hari hujan secara
berturut-turut.
3) Maju mundurnya musim, di Indonesia yang dikenal sebagai Negara
agraris, informasi yang paling penting bagi pertanian adalah informasi
awal datangnya musim kemarau dan musim hujan.Pengamatan yang
dilakukan oleh BMKG dibeberapa wilayah Sumatera, Jawa , dan
Sulawesi selama 30 tahun (1971-2000) dan periode 2001-2010 telah
terjadi pergeseran musim, misalkan musim kemarau di Jawa Barat
mengalami pergeseran maju (lebih cepat dating) sekitar 20 hari
dibanding 30 tahun lalu.
4) Perubahan Jumlah Volume Hujan, informasi akumulasi curah hujan
harian, bulanan dan tahunan menjadi catatan penting yang
menunjukan potensi kapasitas sumber daya air tercurah, informasi ini
penting untuk pengelolaan sumber daya air jangka panjang. Secara
global, hasil kajian IPCC (2007) menunjukan bahwa sejak tahun 1850
tercatat ada 12 tahun terpanas berdasarkan data temperatur
permukaan global. Sebelas dari dua belas tahun terpanas tersebut
terjadi dalam waktu 12 tahun terakhir ini. Laporan IPCC juga
menyatakan bahwa kegiatan manusia ikut berperan dalam pemanasan
global sejak pertengahan abad ke 20. Pemanasan global akan terus
meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21
apabila tidak ada upaya menanggulanginya.
2. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Iklim Global
Seperti yang telah diterangkan pada bagian sebelumnya perubahan iklim
global memang suatu perubahan yang pasti terjadi karena faktor internal
berupa proses alamiah seperti aktivitas vulkanisme. Namun pada
kenyataannya, perubahan iklim global yang terjadi saat ini faktor utamanya
disebabkan oleh aktivitas manusia. Selain itu, pertambahan populasi
penduduk dan pesatnya pertumbuhan teknologi dan industri ternyata juga
member kontribusi besar pada pertambahan Gas Rumah Kaca (GRK).
Akibat jenis aktivitas yang berbeda-beda, maka GRK yang
dikontribusikan oleh setiap negara ke atmosfer pun porsinya berbeda-beda. Di
Indonesia sendiri Gas Rumah Kaca (GRK) yang berasal dari manusia dapat
dibedakan atas beberapa hal, yaitu:
a. Kehutanan
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan luas hutan
terbesar, yaitu 120,3 juta hektar. Sekitar 17% dari luasan tersebut adalah
hutan konservasi dan 23% hutan lindung, sementara sisanya adalah hutan
produksi (FWI/GFW, 2001). Namun dari tahun ke tahun luas hutan
berkurang. Hal ini disebabkan oleh penebangan liar atau juga kebakaran
hutan (disengaja ataupun tidak disengaja). Padahal hutan sangat berperan
sebagai penyerap CO2 dan penghasil O2. Dengan kemampuan hutan tersebut
dapat mengurangi kadar GRK di udara.
b. Pemanfaatan Energi Bahan Bakar Fosil
Saat ini kehidupan manusia sangat tergantung pada energi listrik dan
bahan bakar fosil. Ketergantungan tersebut sangat berdampak buruk bagi
kehidupan umat manusia. Penggunaan energi fosil seperti, minyak bumi,
batu bara, dan gas alam dalam berbagai kegiatan akan memicu
bertambahnya emisi GRK di atmosfer.
c. Pertanian dan Peternakan
Sektor pertanian juga berperan banyak terhadap meningkatnya emisi
GRK, khususnya gas metana (CH4) yang dihasilkan dari sawah yang
tergenang. Berdasarkan penelitian sektor pertanian menghasilkan emisi gas
metana tertinggi di banding sektor-sektor lainnya. Sektor peternakan juga
tidak kalah dalam mengemisikan GRK, hal tersebut dikarenakan kotoran
ternak yang membusuk akan melepaskan gas metana ke atmosfer.
d. Sampah
Kegiatan manusia selalu menghasilkan sampah. Sampah merupakan
maslah besar yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia. Data dari
Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan bahawa pada tahun 1995 rata-
rata orang di perkotaan Indonesia menghasilkan sampah 0,8 kg per hari dan
terus meningkat hingga 1 kg per orang per hari pada tahun 2000.
Diperkirakan timbunan sampah pada tahun 2020 untuk tiap orang per hari
adalah sebesar 2,1 kg.
Sampah sendiri turut menghasilkan emisi GRK berupa gas metana,
walaupun dalam jumlah yang cukup kecil dibandingkan emisi GRK yang
dihasilkan dari sector kehutanan dan energy. Diperkirakan 1 ton sampah
padat menghasilkan sekitar 50 kg gas metana. Dengan jumlah penduduk
yang terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2020 sampah yang
dihasilkan per hari sekitar 500 juta kg atau sekitar 190 ton per tahun.
Dengan jumlah sampah yang sedemikian besar, maka Indonesia akan
menghasilkan gas metana ke atmosfer sekitar 9500 ton per tahun. Jika
sampah kota tidak dikelola secara benar, maka laju pemanasan global dan
perubahan iklim akan semakin cepat.
3. Dampak atau Pengaruh Perubahan Iklim Global terhadap Kehidupan
Perubahan iklim itu sendiri terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang
cukup panjang, antara 50-100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan,
perubahan iklim memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan
umat manusia. Sebagian besar wilayah di dunia akan menjadi semakin panas,
sementara bagian lainnya akan berubah semakin dingin. Saat ini pun
dampaknya sudak mulai kita rasakan. Berikut ini beberapa dampak
perubahan iklim:
a. Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian
Perubahan iklim akan menyebabkan pergeseran musim, sehingga musim
kemarau menjadi lebih panjang. Hal ini akan menyebabkan gagal panen,
krisis air bersih dan kebakaran hutan. Sehingga Indonesia harus
mengimpor beras dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya. Secara
otomatis, produktivitas di bidang pertanian juga akan menurun.
b. Dampak Perubahan Iklim terhadap Kenaikan Muka Air Laut
Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan
Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa
air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak
perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu
karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan
produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat
pesisir pantai. Kenaikan muka air laut akan menyebabkan hancurnya
tambak-tambak ikan di beberapa daerah, juga dapat merusak terumbu
karang yang ada di laut Indonesia.
c. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem
Meningkatnya tingkat keasaman dari laut karena bertambahnya
karbondioksida di atmosfer akan membawa dampak negatif pada
organisme-organisme laut. Misalnya, hilangnya jenis flora dan fauna
khususnya di Indonesia.
d. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sumber Daya Air
Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan kelestarian air
di daerah sub polar serta daerah tropis basah diperkirakan akan
meningkat sebanyak 10-40%. Sementara di daerah subtropis dan daerah
tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-
daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah
kondisinya.
e. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan
Frekuensi timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah akan
meningkat. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin
rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan.
Hal tersebut menunjukan bahwa perubahan iklim merupakan
ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia serta mahluk hidup
lain. Selain itu dampakanya tidak hanya terjadi di satu Negara atau di satu
wilayah, tapi di seluruh dunia, melintasi batas negara. Walaupun begitu,
tingkat perekonomian yang jauh di bawah negara maju serta perekonomian
yang berbasis sumber daya alam yang menyebabkan negara berkembang
lebih rentan terhadap dampak-dampak yang di timbulkan akibat perubahan
iklim dibandingkan negara maju. Dalam prosesnya perubahan iklim terjadi
sangat lamban, sehingga dampaknya tak langsung dirasakan saat ini, namun
sangat terasa bagi generasi mendatang. Dan ketika perubahan iklim telah
terjadi, maka tak satu upaya pun yang dapat dilakukan untuk
mengembalikan kondisi ke keadaan semula.
4. Upaya Mengurangi Terjadinya Perubahan Iklim Global
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai untuk mengurangi,
diantaranya yaitu:
a. Mengurangi pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi.
b. Menggunakan kendaraan umum agar polusi gas dapat berkurang.
c. Mengelola tempat pembuangan sampah.
d. Mengurangi penggunaan AC.

Selain yang di atas, hal sederhana yang dapat dilakukan juga adalah 5R
(Rethink, Reduce, Reuse, Recycle, Replace) yaitu :
a. Rethink : yaitu merubah pola perilaku dalam hal produksi dan konsumsi
suatu barang (produk) yang dihasilkan sehingga dapat dianalisis cara
melakukan daur ulang terhadap produk tersebut.
b. Reduce : yaitu sebisa mungkin mengurangi penggunaan barang-barang
atau material yang dipergunakan setiap hari karena semakin banyak
barang yang digunakan maka makin banyak juga sampah yang dihasilkan.
c. Reuse : yaitu sebisa mungkin memilih barang-barang yang dapat
digunakan kembali dan harus menghindari penggunaan barang-barang
yang dispossable (sekali pakai). Hal ini dilakukan untuk memperpanjang
waktu penggunaan suatu barang sebelum menjadi sampah.
d. Recycle : Sebisa mungkin barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi
dapat didaur ulang atau dimanfaatkan kembali misalnya plastik bekas
detergen bisa kita gunakan untuk membuat berbagai hasta karya yang
unik dan menarik contohnya tas.Dimana tas itu bisa kita jual,selain
mendapatkan hasilnya kita pun juga telah melindungi alam kita dari
bahaya global warming.
e. Recovery/Replace : Meneliti barang-barang yang dipakai sehari-hari
kemudian mengganti barang-barang sekali pakai dengan barang yang lebih
tahan lama.
E. KARAKTERISTIK IKLIM DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP
AKTIVITAS MANUSIA
1. Karakteristik Iklim di Indonesia
Letak astrronomis Indonesia yang berada pada 60 LU—110 LS dan di
antara 950 BT— 1410 BT, membuat Indonesia memiliki iklim tropis. Hal ini
mengakibatkan Indonesia mengalami siang hari 12 jam dan malam hari 12
jam. Selain itu, letak astronomis tersebut membuat iklim di Indonesia
dipengaruhi oleh tiga iklim, yaitu iklim musim (muson), iklim tropika (iklim
panas), dan iklim laut.
a. Iklim Musim (Iklim Muson) yaitu iklim yang sangat dipengaruhi oleh
angin musim yang berubah-ubah setiap enam bulan sekali. Angin muson
barat bertiup setiap Oktober hingga April yang sifatnya basah, sehingga
membawa musim penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan
April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering mengakibatkan Indonesia
mengalami musim kering atau kemarau.
b. Iklim Tropis atau Tropika (Iklim Panas) yaitu dipengaruhi oleh Indonesia
yang berada di daerah tropis. Suhu yang tinggi mengakibatkan
peenguapan yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya hujan.
c. Iklim Laut, Indonesia yang merupakan negara kepulauan mengakibatkan
Indonesia memiliki wilayah laut yang luas, berakibat terjadinya penguapan
air laut secara intensif menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang
tinggi.
Ketiga jenis iklim tersebut berdampak pada tingginya curah hujan di
Indonesia. Rata-rata curah hujan di Indonesia sekitar 2.500 mm/tahun.
Karena kondisi curah hujan yang besar dan penyinaran matahari yang cukup,
wilayah Indonesia memiliki kondisi tanah yang tidak pernah kekurangan air
sehingga cocok untuk kegiatan pertanian.
Wilayah Indonesia diapit oleh benua yaitu benua Asia dan Australia,
serta dua samudera yaitu Samudra Hindia dan Samudera Pasifik. Letak
geografis tersebut mengakibatkan Indonesia terpengaruh oleh sirkulasi
monsun. Angin monsun yang bergerak melalui Indonesia mengakibatkan
Indonesia memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
a. Musim Penghujan di Indonesia (Oktober – April)
Angin monsun bergerak dari benua Asia (mengalami musim dingin) ke arah
benua Australia (mengalami musim panas) melalui Samudera Hindia dan
sebagian besar wilayah Indonesia, disebut sebagai munson barat. Kadar
uap air yang dibawa oleh angin ini sangat tinggi karena melewati samudera
yang luas dan dijatuhkan sebagai hujan dengan intensitas yang tinggi.
Gambar 34. Peta Pergerakan Angin Muson Barat

b. Musim Kemarau di Indonesia (April – Oktober)


Angin munson bergerak dari Benua Australia (mengalami musim dingin) ke
benua Asia (mengalami musim panas) melalui laut-laut sempit disekitar
Kepulauan Indonesia di sebelah selatan katulistiwa, disebut sebagai
munson timur. Kadar uap air yang dibawa oleh angin monsun timur ini
rendah karena melalui laut-laut yang sempit sehingga intensitas hujan
yang terjadi juga rendah.

Gambar 35. Peta Pergerakan Angin Muson Timur

2. Pengaruh Karakteristik Iklim Terhadap Aktivitas Manusia


a. Pengaruh Karakteristik Iklim Dibidang Pertanian, Sosial, dan Budaya
1) Pengaruh di bidang pertanian
Faktor-faktor iklim seperti cuaca dan kelembapan sangat
mempengaruhi perkembangan pertanian di Indonesia. Kondisi suhu,
curah hujan dan pola musim sangat menentukan kecocokan dan
optimalisasi pembudidayaan tanaman pertanian. Misalnya, padi sangat
cocok dibudidayakan di daerah yang bersuhu udara panas dengan
curah hujan yang cukup tinggi. Tanaman hortikultura seperti sayur-
sayuran dan buah-buahan cocok dibudidayakan di daerah sedang
sampai sejuk dengan intensitas curah hujan tidak setinggi pada
tanaman padi. Begitu pula di bidang perikanan atau kelautan, faktor
iklim seperti cuaca, suhu, dan musim sangat berpengaruh, baik
terhadap para nelayan maupun ikan yang akan di tangkap. Pada
umumnya para nelayan mengerti benar tentang keadaan cuaca,
terutama yang behubungan dengan angin dan musim. Dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh mereka, mereka tahu kapan datangnya
angin musim barat dan angin musim timur.
Pada saat berhembus angin barat mereka sangat berhati-hati
dalam menangkap ikan di laut. Karena musim angin barat sering
menimbulkan gelombang besar yang membahayakan mereka. Dan
mereka juga tahu mengenai tanda-tanda alam seperti akan datangnya
badai yang besar, sehingga mereka tidak akan turun ke laut untuk
menangkap ikan.
2) Pengaruh di bidang budaya
Penduduk di daerah tropik, menggunakan pakaian yang relatif
tipis, karena suhu di daerah ini panas. Di daerah gunung penduduk
menggunakan pakaian yang relatif tebal karena memang suhunya
relatif dingin. Sedangkan di daerah beriklim sedang penduduk
menggunakan pakaian yang tebal menutup seluruh tubuh. Rumah-
rumah di daerah pantai atau dataran rendah daerah tropis, biasanya
banyak fentilasinya, genting terbuat dari tanah. Pada daerah
pegunungan yang tinggi yang suhunya dingin, rumah biasanya
mempunyai fentilasi yang sedikit dan atapnya banyak terbuat dari seng.
Ini bertujuan bila ketika siang hari atap yang terbuat dari seng tadi bisa
menyimpan cadangan panas. Sedangkan di daerah sedang, rumah
hanya sedikit membutuhkan ventilasi bahkan pada saat musim dingin
mereka memerlukan penghangat. Agar ruangan tetap hangat, mereka
menggunakan tungku penghangat atau mesin pemanas. Selain itu juga
berpengaruh terhadap material utama penyusun rumah, ada yang
memakai batu bata, kayu, es (rumah igloo), dll. Di daerah yang sering
terjadi badai maka tidak pantas memakai kayu, karena akan sangat
mudah sekai diterbangkan angin.
3) Pengaruh di bidang sosial
Para nelayan, terutama nelayan tradisional, banyak
memanfaatkan angin darat untuk melaut dan memanfaatkan angin laut
untuk mendarat. Namun ini sangat bertolak belakang dengan nelayan
modern. Pada nelayan modern sudah tidak terpengaruh oleh cuaca,
karena mereka dapat menggunakan perahu bermotor. Jadi sewaktu-
waktu jika mereka ingin melaut mereka tidak perlu memperhatikan
pergerakan angin, yaitu salah satu dari unsur iklim.
Bidang pertanian sangat bergantung sekali pada tipe iklim suatu
wilayah. Karena penentuan awal tanam dan awal panen harus sesuai
dengan tipe iklminya. Penduduk di daerah dataran rendah
memanfaatkan awal musim penghujan untuk pengolahan tanah
pertanian. Sedangkan penduduk di daerah pegunungan sebagian besar
bercocok tanam sayuran (holtikultura). Hasil pertanian yang melimpah
tersebut dapat digunakan Indonesia untuk mengekspor sebagian
sumber daya alam yang dihasilkan ke. negara lain.
b. Pengaruh Karakteristik Iklim dibidang Transportasi, Komunikasi, dan
Pariwisata
1) Peranan iklim dibidang transportasi
Faktor-faktor cuaca dan iklim mempunyai peranan yang besar tehadap
bidang transportasi. Seperti cuaca, suhu, arah dan kecepatan angin,
awan, dan kabut sangat mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan.
Selain berpengaruh terhadap penerbangan, faktor cuaca dan iklim
berpengaruh pula terhadap transportasi laut. Seperti arah dan
kecepatan angin, tinggi gelombang, badai dan lain-lain.
2) Peranan iklim dibidang telekomunikasi
Faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap bidang
telekomunikasi. Seperti arus angin dapat dimanfaatkan untuk
berkomunikasi antar daerah dengan menggunakan telepon
angin.Tentunya kita sudah mengetahui pula bahwa cuaca dan iklim
merupakan akibat dari proses-proses yang terjadi di atmosfer atau
lapisan udara. Lapisan udara yang menyelebungi bumi terdiri dari
beberapa lapisan, di antaranya terdapat lapisan ionosfer. Lapisan ini
mengandung partikel-partikel yang mengalami ionisasi sehingga
bermuatan listrik. Dengan adanya lapisan ionosfer ini, maka siaran
radio dan televisi dapat di dengar dan dilihat dimana-mana.
3) Peranan iklim dibidang pariwisata
Faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap bidang pariwisata.
Seperti cuaca cerah, banyak cahaya matahari, kecepatan angin, udara
sejuk, kering, panas, dan sebagainya sangat mempengarui terhadap
pelaksanaan wisata, baik wisata darat maupun laut. Dengan kondisi
seperti yang telah disebutkan, maka pelaksanaan wisata akan semakin
dinikmati.

F. LEMBAGA-LEMBAGA YANG MENYEDIAKAN DAN MEMANFAATKAN DATA


CUACA DAN IKLIM DI INDONESIA
1. Badan Meteorologi, klimatologi, geofisik (BMKG)
Badan Meteorologi, klimatologi, geofisik (BMKG) adalah sebuah lembaga
pemerintah Non-Departemen (LPND) yang dipimpin sorang kepala badan.
BMKG melaksanakan tugas kepemerintahan di bidang meteorology,
Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, BMKG
menyelenggarakan fungsinya, diantaranya sebagai berikut:
a. Mengadakan pelayanan data dan informasi dibidang meteorology,
klimatologi, dan geofisika.
b. Menyampaikan informasi kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan perubahan iklim.
c. Menyampaikan informasi dan peringaan dini kepada instansi dan pihak
terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor
meteorology, klimatologi dan geofisika.
d. Mengadakan kerjasama internasional di bidang meteorology, klimatologi
dan geofisika.
e. Mengadakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di
lingkungan BMKG.
2. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional yang selanjutnya dalam
Peraturan Presiden ini disebut dengan LAPAN adalah lembaga pemerintah
non-kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang
riset dan teknologi.
Tugas Pokok
LAPAN mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya
serta penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Fungsi
Dalam mengemban tugas pokok di atas LAPAN menyelenggarakan fungsi-
fungsi :
a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan
sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan
penginderaan jauh serta pemanfaatannya;
b. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer,
teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta
pemanfaatannya;
c. Penyelenggaraan keantariksaan;
d. Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN;
e. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unit organisasi di lingkungan LAPAN;
f. Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa;
g. Pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa;
h. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi penerbangan
dan antariksa;
i. Pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan
j. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan
pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan
antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Asri Oktaviani. 2017. Atmosfer Bumi. Lembaga pelatihan OSN. Diakses dari
http://www.pelatihan-osn.com/ diunduh pada tanggal 10 Maret 2017,
pukul 14.44 WIB

Danang Endarto, dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat
pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Hermana dan assomadi. 2005. Atmosfer Sains dan Fenomena. Journal of Climate
vol 18. halaman 864 – 875

Jimmy Fakhruddin. 2016. Ciri, Sifat, Karakteristik Dan Manfaat Lapisan Atmosfer
Bumi. Diakses dari http://www.bankjim.com/2016/11/ciri-
sifat- karakteristik-dan-manfaat.html/ diunduh pada tanggal 10 Maret
2017, pukul 14.15 WIB

K. Wardiyatmoko. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Lili Sumantri. 2016. Buku Siswa Aktif dan Keatif Belajar Geografi 3. Bandug:
Grafindo

Yasinto Sindhu P. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Yulmadia Yulir. 2013. Geografi untuk SMA Kelas X. Bogor: Yudistira

Anda mungkin juga menyukai