Anda di halaman 1dari 3

Tingkat Keamanan Cyber di Indonesia:

Studi Kasus Spionase Cyber Australia

1.1 Pendahuluan
Cyber Security juga dikenal dengan istilah keamanan komputer. John D. Howard
dalam bukunya menyatakan bahwa: Keamanan komputer adalah tindakan pencegahan
dari serangan pengguna komputer atau pengakses jaringan yang tidak bertanggung
jawab.1 Gollmann juga menyatakan keamanan komputer adalah berhubungan dengan
pencegahan dini dan deteksi terhadap tindakan pengganggu yang tidak dikenali dalam
sistim komputer.2
Dalam laporan dokumen kongres PBB tentang The Prevention of Crime and The
Treatment of Offenders di Wina (Austria) mengelompokkan pengertian cybercrime
menjadi dua bagian yaitu pengertian secara sempit dan luas. Cybercrime dalam
pengertian sempit adalah perbuatan tidak sah yang menjadikan komputer sebagai sarana
dan target kejahatan dan sedangkan dalam arti luas yaitu seluruh bentuk kejahatan yang
menargetkan komputer, jaringan komputer dan penggunanya yang menggunakan alat
bantu komputer. Dan dalam wikipedia mendefinisikan cybercrime yaitu istilah yang
mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi
alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahatan dunia maya
antara lain adalah penipuan lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu
kredit/carding, confidence fraud, penipuan identitas, pornografi anak, flioence, dan lain-
lain.
Pada tahun 2013 lalu, hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Australia sempat
menegang. Australia menyadap sistem komunikasi Indonesia yaitu handphone milik
presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Tidak hanya alat komunikasi milik
Presiden SBY saja yang disadap, tetapi 9 pejabat tinggi negara lainnya pun ikut disadap
termasuk milik Ibu Ani Yudhoyono, Ibu negara. Kasus penyadapan yang dilakukan oleh
Australia ini tentu saja memberikan kerugian terhadap Indonesia. Alasan Indonesia bisa
kerugian adalah karena Australia dapat mengetahui beberapa informasi rahasia penting
Indonesia, salah satunya tentang strategi pertahanan Indonesia. Hal ini jelas melanggar
privacy Indonesia. Karena jika Australia mengetahui segala informasi Indonesia, maka
Australia akan mampu mengendalikan kebijakan-kebijakan yang nantinya dikeluarkan
oleh Indonesia. Jika dianalogikan, Indonesia dan Australia sedang bermain kartu dan
Australia mengetahui segala kartu yang dimiliki Indonesia kemudian Australia bisa
mengantisipasi dan membaca setiap langkah yang dilakukan oleh Indonesia. Akibat dari
penyadapan yang dilakukan oleh Australia ini, hubungan diplomatik Indonesia –
Australia sempat mengalami ketegangan dan berada di titik terendah hubungan
diplomatik ini. Salah satunya adalah Indonesia menarik mundur kedubes Indonesia yang
ada di Australia sampai hubungan diplomatik kembali membaik.3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan studi kasus tersebut, penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari keterangan
terkait tingkat keamanan cyber di Indonesia dengan meletakkan kasus diatas sebagai titik

1
Howard D. John. 1997. An Analysis of Security Incidents on the Internet 1989-1995. USA : PN.
2
Gollmann. 1999. Computer Security. USA : Wiley
3
Dwiputra T Ocla. 2017. Upaya Indonesia Dalam Meningkatkan Kerjasama Indonesia. Jakarta: UPNVJ
seberapa jauh peningkatan yang dialami. Dengan demikian, pertanyaan pertanyaan
peneliti adalah sebagai berikut:
 Seberapa jauh keamanan cyber mengalami peningkatan setelah kasus Spionase
Australia?
 Bagaimana tingkat keamanan cyber di Indonesia sekarang ini?

1.3 Research Statement


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tingkat keamanan cyber di Indonesia
dengan menitikberatkan fokus terhadap kasus spionase yang terjadi pada 2013. Cyber
sendiri kini merupakan pekerjaan penting yang perlu diperbaiki oleh Pemerintah
Indonesia karena efek globalisasi yang makin meluas. Dengan adanya globalisasi dan
transfer teknologi yang cepat serta luasnya dunia digital saat ini menyebabkan potensi
terjadinya cybercrime semakin meluas juga. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan
dapat mengetahui tingkat keamanan cyber serta dapat mengevaluasi kasus spionase
Australia.

1.4 Literature Review


Kasus spionase di Australia telah dibahas dalam jurnal Universitas Pertahanan Indonesia
oleh Prasetyo dan Jono Hatmojo dalam bukunya “Intelijen Sebagai Ilmu” menyatakan
bahwa badan pengumpul intelijen umumnya dihadapkan kepada tiga persoalan atau
pertanyaan fundamental, yaitu: 1. Apa sebenarnya niat musuh (bisa juga negara tetangga
atau negara sahabat), 2. Kebijakan apa yang direncanakan untuk mencapai niat tersebut,
dan 3. Bagaimana pelaksanaan kebijakan tersebut.5 Mengapa ‘niat yang sebenarnya’
menjadi kepedulian utama dalam pengumpulan intelijen? Hal ini disebabkan karena
dalam prakteknya, apa yang diucapkan atau diumumkan secara terbuka tidak sama atau
bahkan tidak jarang bertentangan dengan niat yang sebenarnya. Dengan mengetahui niat
yang sebenarnya inilah akan menjadi lebih mudah ditebak setiap langkah atau manuver
yang dilakukan oleh suatu negara dan dapat diambil tindakan antisipasi dan kebijakan
yang tepat dalam menyikapinya.4

4
Prasetyo. 2014. DIPLOMASI PERTAHANAN INDONESIA TERHADAP AUSTRALIA PASCA SKANDAL PENYADAPAN.
Jakarta: Universitas Pertahanan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Dwiputra T Ocla. 2017. Upaya Indonesia Dalam Meningkatkan Kerjasama Indonesia.


Jakarta: UPNVJ

Gollmann. 1999. Computer Security. USA : Wiley

Howard D. John. 1997. An Analysis of Security Incidents on the Internet 1989-1995. USA :
PN.

Prasetyo. 2014. DIPLOMASI PERTAHANAN INDONESIA TERHADAP AUSTRALIA


PASCA SKANDAL PENYADAPAN. Jakarta: Universitas Pertahanan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai