Anda di halaman 1dari 14

I.

UANG DAN PEREKONOMIAN


A. Ruang Lingkup Ekonomi Moneter
Ruang lingkup ekonomi moneter merupakan pembahasan yang sangat luas
dan dalam mengenai studi tentang keberadaan uang mulai dari sejarah
yang melatar belakangi munculnya uang, jenis, standar, fungsi dan peranan
uang sampai kepada permintaan dan peredaran uang baik pada lembaga
perbankan maupun peredaran uang di pangsa pasar internasional.
Para ahli ekonomi sepakat tentang penting dan sentralnya uang dalam
perekonomian modern. Tidaklah mengherankan jika studi tentang dampak
perubahan jumlah uang beredar terhadap kinerja perekonomian makro
mendapat porsi perhatian yang sangat besar. Dewasa ini studi-studi bidang
keterkaitan jumlah uang beredar dengan kinerja makro sudah semakin luas
dan dalam. Bidang studi yang mempelajari tentang pengaruh jumlah uang
beredar (dan juga tingkat bunga) terhadap kinerja perekonomian makro
dikenal sebagai bidang kajian moneter, lebih sering disebut sebagai teori
moneter.
B. Pengertian Uang
Uang merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari denyut
kehidupan ekonomi masyarakat. Stabilitas ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara ditentukan oleh sejauh mana peranan uang dalam
perekonomian oleh masyarakat dan otoritas moneter.
Definisi uang menurut hukum yaitu sesuatu yang ditetapkan oleh
undang-undang sebagai uang dan sah untuk alat transaksi perdagangan.
Sedangkan definisi uang menurut fungsi yaitu sesuatu yang secara
umum dapat diterima dalam transaksi perdagangan serta untuk
pembayaran hutang-hutang.
Para ahli ekonomi umumnya sepakat bahwa definisi paling universal
tentang uang adalah sesuatu (benda) yang diterima secara umum dalam
proses pertukaran barang dan jasa.
Pengertian uang dalam arti sempit yaitu hanya sebatas pada uang
yang dapat berfungsi untuk mendorong transaksi ekonomi berupa uang
kertal dan uang giral. Sedangkan pengertian dalam arti luas yaitu semua
bentuk benda yang dapat digunakan untuk kegiatan transaksi yang tidak
terbatas pada kertal dan uang giral saja tetapi benda lain yang dapat
berfungsi ‘uang’ seperti saham, obligasi, tabungan berjangka, dan
sebagainya.

1
C. Fungsi Uang
Fungsi uang yang paling utama adalah sebagai alat tukar (medium
of exchange). Dewasa ini fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar,
namun juga sebagai penyimpan nilai (store of value), standar nilai (unit of
account atau standard of value), dan standar pembayaran di masa
mendatang (standard of deffered payment).
1. Uang Sebagai Alat Tukar (medium of exchange)
Mempunyai arti bahwa para pelaku ekonomi menerima uang untuk
dapat digunakan sebagai alat untuk membeli barang/jasa atau penjual
mau menerima uang sebagai pembayaran atas barang/jasa yang
dijualnya.
2. Uang Sebagai Alat Penyimpan Nilai (store of value)
Uang memungkinkan setiap hasil produksi atau aktivitas peningkatan
dan atau penciptaan nilai tambah tersimpan dalam bentuk aset yang
sangat likuid yang nilai nominalnya tidak akan berubah. Bahkan jika
hasil produksi tersebut disimpan dalam bentuk uang, dapat digunakan
untuk menambah penghasilan tanpa bekerja.
3. Uang Sebagai Standard Nilai (unit of account atau standard of value)
Uang memungkinkan seluruh barang/jasa dinilai dengan satuan uang.
Dengan demikian manusia tidak perlu lagi menghafal ratusan, ribuan,
bahkan ratusan ribu nilai tukar seperti yang harus dilakukan dalam
perekonomian barter.
4. Uang Sebagai Standar Pembayaran di Masa Mendatang (standard of
deffered payment).
Banyak sekali kegiatan ekonomi yang balas jasanya tidak diberikan
pada saat itu juga, melainkan di waktu kemudian.

2
II. JENIS-JENIS UANG
A. Jenis Uang Berdasarkan Nilai
Klasifikasi uang berdasarkan nilai menyangkut kaitan antara bahan
untuk membuat uang dengan nilai nominal yang tercantum dalam uang
tersebut, maka secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga jenis uang
yaitu:
1. Uang Bernilai Penuh (Full Bodied Money)
Adalah uang yang nilainya sebagai suatu komoditi untuk keperluan non-
moneter sama dengan nilainya sebagai uang.
Kebijakan penetapan uang bernilai penuh oleh pemerintah mengandung
konsekuensi:
a. Menentukan nilai emas dari satuan moneter yaitu dengan
menetapkan kandungan emas dari satuan moneter atau menetapkan
harga dari setiap unit emas.
b. Dengan ketetapan harga di atas, maka semua logam yang
ditawarkan harus dibeli dan dibuat uang tanpa batas dan tanpa biaya
untuk menghindari jatuhnya harga emas di pasaran pada saat
pembuatan uang logam.
c. Memberi kebebasan bagi masyarakat untuk melebur uang logamnya
untuk keperluan non-moneter untuk mencegah kenaikan harga
emas di pasaran di atas harga pembuatan uang logam tersebut.
2. Uang Penuh yang Representative (Representative Full Bodied Money)
Dimana uang yang beredar di masyarakat tidak lagi berupa logam emas
tetapi cukup berupa kertas yang bernilai penuh atau ekuivalen dengan
emas batangan atau perak yang disimpan oleh pemerintah di bank
sentral.
3. Uang Kredit (Credit Money)
Adalah uang beredar yang nilai nominalnya lebih besar dibandingkan
dengan nilai komoditinya.
Ada dua bentuk uang kredit tergantung lembaga yang mengeluarkannya
yaitu:
1. Token Coins yaitu uang logam yang tidak bernilai penuh dan
merupakan uang yang nilai nominalnya kecil (recehan) untuk
transaksi yang nilainya sedikit.
2. Representative Token Money yaitu uang yang tidak bernilai penuh
yang representative. Bentuknya berupa uang kertas yang
mencerminkan mata uang logam yang tidak bernilai penuh.

3
3. Fiat Money (Uang kepercayaan / uang kertas yang dikeluarkan
pemerintah) yaitu uang kertas yang menunjukkan hutang pemerintah
kepada masyarakat sebesar nilai nominal yang tercantum dalam
uang tersebut.
B. Uang Kartal, Uang Giral, Near Money dan Uang Kuasi
1. Uang Kartal
Uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam yang memiliki nilai
nominal. Uang kertas dan uang logam digunakan untuk transaksi sehari-
hari.
2. Uang Giral
Uang giral terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka,
dan tabungan dalam rupiah yang sudah jatuh tempo, yang seluruhnya
merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
3. Near Money
Setiap aktiva yang dapat dijual dengan mudah sehingga aktiva ini
melaksanakan fungsi uang sebagai suatu penyimpanan nilai tetapi
belum dapat diterima sebagai alat pertukaran secara umum.
4. Uang Kuasi
Yang dimaksud adalah simpanan rupiah dan valuta asing milik
penduduk pada sistem moneter yang untuk sementara waktu
kehilangan fungsinya sebagai alat tukar. Uang kuasi terdiri atas
simpanan berjangka dan tabungan penduduk pada bank umum, baik
dalam rupiah maupun valuta asing.

4
III. STANDAR MONETER
Perkembangan Standar Moneter
Standar Moneter di artikan dengan sistem moneter yang menunjukkan standar
nilai uang termasuk peraturan tentang ciri-ciri / sifat-sifat dari uang, kebijakan
pengendalian jumlah uang beredar, dan sebagainya.
Pada dasarnya standar moneter pada perekonomian mancakup dua bentuk
yaitu :
1. Standar Barang (Commoditi Satndard)
Yaitu standar moneter di mana nilai uang yang beredar dijamin sepenuhnya
oleh pemerintah dengan seberat tertentu dengan barang yang berupa emas
atau perak.
2. Standar Kepercayaan (Fiat Standard)
Yaitu standar moneter di mana nilai uang yang beredar tidak dijamin oleh
pemerintah dengan sejumlah tertentu barang yang berupa emas atau
perak.
Dalam sejarah perekonomian peranan dan fungsi uang tidak terlepas dari
sistem moneter yang diterapkan pada suatu perekonomian serta perubahan
bentuk dan bahan pembuatan uang. Awal kegiatan ekonomi masyarakat yang
sudah mengenal uang dimulai dengan penggunaan bahan-bahan yang
sederhana dan mudah ditemukan misalnya kayu, gading, batu, kerang dan
sebagainya yang dibentuk sedemikian rupa dan digunakan untuk uang sebagai
alat transaksi.
Mengingat fungsi dan peranan uang yang sangat penting dalam mendorong
aktivitas ekonomi, maka dirasa perlu untuk mencari bahan yang memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai uang sehingga muncullah kemudian uang dari
emas dan perak. Seiring dengan perubahan dan tuntutan keadaan, maka
standar moneter mengalami perubahan mengikuti perkembangan aktivitas
ekonomi dan perkembangan teknologi.

5
IV. NILAI UANG
A. Pengertian Nilai Uang
Uang merupakan salah satu bentuk kekayaan (asset) yang memiliki nilai
(value) karena kemampuannya yang likuid untuk ditukarkan dengan jenis
barang lainnya. Ada dua argumentasi teoritis yang menjelaskan mengenai
nilai uang yaitu teori barang dan teori noinalis.
 Teori Barang, yaitu melihat dari aspek fisik uang yang terbuat dari jenis
logam tertentu yang bernilai.
 Teori Nominalis, yaitu tidak melihat dari aspek fisik uang tetapi
menjelaskan dari aspek ketetapan yang diterima secara yuridis
sehingga ‘uang’ dapat digunakan secara luas sebagai alat untuk
bertransaksi yang sah.
B. Nilai Internal dan eksternal Uang
Nilai uang internal adalah nilai uang ditinjau dari daya beli uang terhadap
barang dan jasa secara domestik.
Nilai uang ekternal adalah nilai tukar mata uang domestik terhadap mata
uang asing (kurs).
C. Pengaruh Perubahan Harga dan Kurs Terhadap Nilai Uang
Stabilitas mata uang merupakan persoalan yang penting untuk mendorong
kegiatan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan
stailitas nilai tukar mata uang terkait dengan sistem devisa yang diterapkan
pada suatu perekonomian. Pemilihan sistem nilai tukar secara garis besar
dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu :
1. Karakteristik struktur perekonomian
Merupakan suatu pendekatan untuk menemukan titik optimal melalui
suatu sistem nilai tukar yang menyeimbangkan antara keseimbangan
ekternal dan keseimbangan internal. Yang kemudian akan menentukan
pemilihan sistem nilai tukar meliputi beberapa hal yaitu ukuran
perekonomian artinya bahwa semakin besar kapasitas perekonomian
suatu Negara maka semakin besar perekonomian tersebut untuk
menerapkan sistem nilai tukar fleksibel. Semakin tinggi pangsa
(konsentrasi) suatu perekonomian dalam perdagangan internasional,
maka semakin besar insentif yang didapat jika mata uang Negara
tersebut untuk menjangkarkan nilai tukarnya dengan mitra
dagangannya.

6
2. Sumber gejolak
Pemilihan sistem nilai tukar juga menyangkut aspek sumber gangguan
baik dari sektor moneter maupun dari sektor riil. Semakin besar
kemungkinan gangguan pada sektor riil menunjukkan semakin relevan
penerepan sistem nilai tukar fleksibel. Sedangkan jika gangguan dari
sektor moneter lebih dominan menunjukkan bahwa penerapan sistem
nilai tukar yang relevan adalah sistem nilai tukar tetap.
3. Kredibilitas pengambil keputusan
Penerapan sistem nilai tukar juga terkait dengan sejauh mana
krediblitas pemerintah baik secara politik maupun ekonomi, artinya
bahwa jika pemerintah semakin tinggi kredibilitasnya berarti bahwa
penerapan sistem nilai tukar tetap lebih relevan.

7
V. TEORI-TEORI MONETER

A. Teori-teori Kuantitas
1. Teori Moneter Klasik
Teori kuantitas uangdikembangkan oleh Irving Fisher pada awal abad
dua puluh. Teori ini berpandangan bahwa uang hanya sebagai alat tukar
dan perekonomian berada dalam kondisi kesempatan kerja penuh.
Sebagai alat tukar, maka uang akan berpindah-pindah tangan dari satu
pihak kepada pihak lainnya selama satu priode tertentu.
2. Permintaan Uang Riil
Permintaan uang riil adalah permintaan yang dikaitkan dengan
perubahan tingkat harga umum yang mempengaruhi daya beli uang
(purchasing power of money). Jika harga umum naik atau terjadi inflasi
dengan jumlah uang nominal yang sama, jumlah barang yang dapat
dibeli menjadi lebih sedikit. Atau jika terjadi inflasi maka daya beli uang
menurun. Untuk melaksanakan tingkat transaksi yang sama, jumlah
uang yang dibutuhkan secara nominal akan meningkat. Sebaliknya jika
terjadi inflasi,maka jumlah uang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
transaksi yang sama, secara nominal lebih sedikit.
3. Model Cambridge
Model Cambridge adalah model permintaan uang yang dikembangkan
oleh para ekonomi Cambridge, khususnya Marshall, Pigou dan Alfred
Marshal. Teori Cambridge sama dengan pandangan ekonomi klasik
lainnya bahwa permintaan uang dipengaruhi oleh transaksi ekonomi
karena memandang bahwa uang merupakan alat likuid untuk
bertransaksi. Tetapi aliran Model Cambridge mengakui juga fungsi uang
sebagai alat penyimpan kekayaan (store of wealth). Karena itu manusia
memiliki dua pilihan dalam menyimpan asetnya, yaitu uang tunai dan
surat-surat berharga atau barang.
Para ekonomi Cambridge sependapat dengan Fisher tentang fungsi
uang sebagai alat tukar. Letak perbedaannya adalah Fisher sama sekali
mengabaikan fungsi uang sebagai alat penyimpan kekayaan, sehingga
tidak ada alternative selain menyimpan uang dalam bentuk kas.
4. Efektivitas Kebijakan Moneter
Dari sudut pandang para ekonomi klasik, gejala inflasi semata-mata
merupakan gejala moneter. Inflasi dapat ditangani dengan kebijakan
moneter. Jika pemerintah menerapkan kebijakan ekspansif dengan
menambah jumlah uang yang beredar, maka berdampak pada
peningkatan laju inflasi demikian juga sebaliknya.

8
B. Teori Moneter Keynes dan Teori Kuantitas Modern
Secara substansial ada perbedaan yang cukup mendasar antara analisis
ekonomi klasik dengan Keynes. Kaum klasik lebih menekankan pada
analisis ekonomi jangka panjang sedangkan Keynes menekankan analisis
ekonomi jangka pendek. Sebenarnya teori moneter Keynes merupakan
perkembangan lebih lanjut dari teori moneter klasik. Meskipun dalam
perkembangan berikutnya Keynes merumuskan teori moneter yang baru di
mana uang tidak hanya sekedar sebagai alat untuk bertransaksi (means of
transactions) tapi juga untuk menyimpan nilai (Store of value).
Mazhab ekonomi Keynes memiliki beberapa karakteristik yang dapat
dibedakan dengan pemikiran ekonomi klasik pada pasar barang yaitu:
1. Perekonomian tidak selalu dalam keadaan full employment artinya
bahwa keseimbangan pasar (equilibrium) tercapai pada keadaan di
mana pasar mengalami kelebihan atau kekurangan produksi.
2. Perlu adanya campur tangan perintah untuk mengatasi masalah
kegagalan pasar (market failure) karena timbulnya distori di pasar.
3. Analisis ekonomi lebih menekankan analisis jangka pendek karena
persoalan ekonomi lebih banyak menyangkut persoalan ekonomi lebih
banyak menyangkut persoalan jangka pendek yang harus diatasi.
4. Lebih menekankan analisis ekonomi dari sisi permintaan.

Persepsi Bank Dunia tentang krisis Ekonomi Indonesia


Menurut Bank Dunia (World Bank, 1998), krisis ekonomi Indonesia pada
awalnya hanya krisis keuangan. Penanganan krisis yang tak sepenuhnya
dan tidak proaktif menyebabkan krisis tersebut berubah menjadi krisis
ekonomi. Menurut Bank Dunia, krisis Ekonomi yang dialami Indonesia
berlangsung dalam lima tahap :
1. Krisis kepercayaan terhadap dunia bisnis Indoneisa;
2. Krisis kepercayaan terhadap sistem perbankan Indonesia;
3. Tahap Transisi;
4. Krisis kepercayaan terhadap pemerintah;
5. Krisis politik.

9
VI. LEMBAGA KEUANGAN (LK) BANK DAN NON BANK
A. Pengertian Lembaga Keuangan
Pengertian paling luas tentang lembaga adalah sekumpulan aturan atau
cara pikir yang baku yang mengatur perilaku individu dalam suatu kelompok
masyarakat. Lembaga Keuangan (finansial institusi) adalah lembaga yang
kegiatan utamanya mengumpulkan dan menyalurkan dana dari pihak yang
memiliki kelebihan dana (unit surplus) kepada pihak yang membutuhkan
dana (unit defisit).
B. Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
1. Bank adalah lebaga keuangan yang menghimpun dana deposito dan
memberikan kredit pinjaman. Definisi bank menurut Undang-undang
Perankan Indonesia (UU No.7/1992 tentang Perbankan, pasal 1 ayat 1)
adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan penyalurkannya kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lembaga keuangan
yang sampai saat ini paling besar adalah perbangkan. Kelebihan
perbankan yang utama dibandingkan dengan lembaga keuangan
lainnya adalah diizinkannya mengumpulkan dana dari masyarakat
dalam bentuk deposito. Posisi perbankan juga sangat strategis, karena
merupakan lembaga keuangan yang paling utama yang diandalkan
pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
2. Lembaga keuangan bukan bank mempunyai fungsi yang sama dengan
lembaga keuangan depositori. Perbedaan paling prinsip adalah lembaga
keuangan non depositori tidak diizinkan mengumpulkan dana dari
masyarakat dalam bentuk deposito.
Lembaga keuangan non depositori dapat dikelompokkan menjadi :
a. Lembaga pembiayaan;
b. Lembaga investasi, dan
c. Lembaga kontraktual.

10
VII. JENIS-JENIS BANK
Jenis Bank Menurut Fungsinya
Bank sebenarnya hanya terdiri atas dua, yaitu bank sentral dan komersial.
Bank komersial beroperasi dengan tujuan memperoleh laba. Sedangkan
bank sentral adalah bank pemerintah yang tugas utamanya mengatur jumlah
uang beredar dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian makro.
Berdasarkan UU No.14/1967 bank di Indonesia dikelompokkan menjadi bank
umum, bank pembangunan, bank tabungan, bank pasar, bank desa dan bank
lainnya. Dalam prakteknya pengelompokkan ini kurang efektif, karena
fungsinya antara satu bank dengan bank lainnya seringkali tumpang tindih.
Karena itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992,
pengelompokkan bank disederhanakan menjadi bank umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR).
1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memerikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank BPR
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
3. Bank Sentral
Bank Sentral pada dasarnya merupakan bank pemerintah yang
mempunyai fungsi utama mengatur jumlah uang yang beredar.

11
VIII. SIMPANAN MASYARAKAT DAN KEWAJIBAN BANK
A. Jenis-Jenis Simpanan Masyarakat
1. Giro (Demand Deposit)
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan pemindahbukuan.
2. Taungan (Saving Deposit)
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
3. Deposito Berjangka (Time Deposit)
Deposit berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank.
4. Sertifikat Deposito (Certificate of Deposit)
Sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang
sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan.

B. Berbagai Kewajiban yang harus dipelihara Bank


1. Membantu mengatasi masalah likuiditas;
2. Keamanan;
3. Kenyamanan;
4. Aksesbilitas dan
5. Tingkat bunga.

12
IX. PELEPASAN KREDIT OLEH BANK
A. Berbagai Jenis Kredit yang disalurkan Bank
Kredit yang disalurkan sistem perbankan dapat dikelompokkan atau
diklasifikasi berdasarkan beberapa kriteria, yaitu:
1. Berdasarkan Jangka Waktu (Maturity)
2. Berdasarkan Jaminan (Collateral)
3. Berdasarkan Segmen Usaha
4. Berdasarkan Tujuan
5. Berdasarkan Penggunaan
6. Kredit Non Cash (Non Cash Loan)
B. Pengaruh Kredit Bank Terhadap Uang yang Beredar
Konsekuensi bank sebagai lembaga intermediasi yang bermotivasi laba
adalah menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman (kredit). Bagi bank, kredit
adalah asset yang akan menghasilkan pendapatan bunga dan atau
keuntungan atas dasar bagi hasil. Karena kredit adalah asset yang
menghasilkan pendapatan, maka porsi kredit dalam asset perbankan
sangat dominan. Dalam kondisi normal, berdasarkan pengalaman empiris,
kredit bang merupakan ± 70% total asset sebuah bank.

13
X. UNDANG-UNDANG PERBANKAN
A. Undang-undang No. 13 Th. 1968
Undang-Undang No. 13 Th 1968 Tentang Bank Indonesia dapat
memberikan uang muka (kredit) kepada pemerintah, maksimum 30% dari
penghasilan selama setahun anggaran.
B. Undang-undang No. 14 Th. 1967
Undang-Undang No. 14 Th. 1967 Tentang Bank Indonesia dikelompokkan
menjadi bank umum, bank pembangunan, bank tabungan, bank pasar,bank
desa dan bank lainnya.

14

Anda mungkin juga menyukai